Sinopsis Lakorn : Game Sanaeha Episode 10 - part 3

Network : Channel 3


Hari kepulangan Nai serta Nok ke Bangkok. Sebelum mereka berdua pulang, Saeng memberikan dua kotak bekal untuk Nok. Dengan alasan bahwa dia khawatir tidak ada yang bisa Nok makan nantinya, jadi Nok bisa membawa makanan itu dalam penerbangannya. Dan dengan senang hati, Nok menerima makanan tersebut.



Kemudian Nok mengeluarkan hapenya dan mengambil foto selfie bersama dengan Gam, Saeng, dan La. Dan ketika Nok mengambil foto selfie, dengan bersemangat Saeng berpose didepan kamera. Lalu setelah selesai, sambil tersenyum, Saeng berpura- pura mengeluh.

“Kamu butuh mengambil foto ya? Orang Bangkok memang terlalu berlebihan,” keluh Saeng sambil tersenyum senang.



“Aku bukan hanya berfoto biasa. Aku mengpost tempat ini di sosmed,” jelas Nok sambil menunjukan postingannya di IG kepada Saeng.

Disana terlihat bahwa selama beberapa hari disana, Nok selalu mengambil foto dan mempostingnya di IG. Sehingga setiap orang yang melihatnya jadi ingin berjalan- jalan ke tempat ini. Dan melihat itu semua, Saeng menjadi sangat senang sekali.



“Bibi. Apa kamu tahu, walau tempat ini tidak semewah resort yang lain, tapi ini sangat baik. Apapun bisnis yang kamu lakukan, jujurlah. Maka bisnis mu akan bertahan lama,” jelas Nok.

Dan mendengar itu, Gam serta La sama- sama tampak tidak tahu harus berbicara seperti apa. Sedangkan Saeng, dia langsung tampak sangat murung, seperti tidak setuju dengan Nok.



“Bibi. Jika kamu berhenti menggunakan gambar palsu untuk membodohi pelanggan. Maka aku akan menuliskan review yang baik untukmu. Dan tempat- tempat indah yang La post. Sehingga aku jamin, kamu akan mendapatkan lebih banyak pelanggan,” jelas Nok.

Mendengar itu, Gam serta La sama- sama tersenyum. Sedangkan Saeng, dia tampak terkejut, kemudian saat Nok mengiyakan dengan tegas, Saeng pun langsung setuju untuk berhenti melakukan hal- hal seperti itu.

“Itu bagus, jika kamu berpikir seperti itu,” komentar Gam, senang.

“Itu sangat baik. Aku takut polisi akan datang menangkap kita,” tambah La.

“Yeah… yeah… aku tidak akan melakukannya,” balas La. Kemudian dia mengucapkan terima kasih kepada Nok. Dan dengan perhatian, Nok memeluk Saeng serta balas berterima kasih juga kepada Saeng.


“Yang ini. Aku akan makan sendirian. Sedangkan yang lain, aku akan membagi nya kepad orang lain,” kata Nok sambil menunjukan kotak bekal yang kecil dan besar.

“Selanjutnya, ketika kita bertemu, maka mata ganti mata. Aku akan merebut kembali gelar Ratu ku,” balas Saeng sambil tersenyum, menantang Nok.

Lalu dengan sikap sedikit manja, Nok menanyakan apa Nai bisa mengajaknya kembali lagi ke sini. Dan Nai pun membalas bahwa jika Nok ingin datang kesini, maka dia pasti akan membawa Nok. Lalu mendengar itu, Saeng, Gam, dan La, mereka tertawa  menggoda Nok dan Nai.

Kemudian setelah itu, Sam pun membawa Nai dan Nok menggunakan mobil untuk pulang.





Sebelum pulang. Nai dan Nok mampir di tempat menenun. Disana mereka berjalan- jalan dan melakukan banyak hal bersama. Mereka menenung. Mereka berjalan sambil bergadengan tangan dan bermain. Mereka makan sambil saling menyuapi. Mereka menaiki sepeda dan berfoto bersama. Mereka berjalan menaiki tangga ke tempat yang tinggi untuk melihat pemandangan.



Disuatu tempat. Seorang wanita menjelaskan mengenai sebuah lukisan di dinding kepada Nai dan Nok yang datang untuk melihat- lihat. Lukisan itu adalah tentang seorang pasangan.

Pu Maan dan Ya Maan (Lukisan terkenal). Atau Cinta berbisik.

Poem : Pecinta berbisik.

Jika aku meninggalkan cinta mu disungai, aku takut kamu akan kedinginan

Jika aku meninggalkan cinta mu dilangit, aku takut awan akan menutupinya

Jika aku menembak bintang ke bumi

Dan menyimpan cintamu dibumi, aku takut seseorang akan mengambilnya dari ku

Jadi aku meminta untuk meninggalkannya di dalam hati pria ini

Tidak peduli aku bangun atau tidur. Itu akan selalu bersama denganku.



Mendengar penjelasan wanita itu, Nok tersenyum dan berbisik kepada Nai. Dia mengatakan bahwa cara bercerita si wanita sangat merdu, namun sayangnya dia tidak mengerti.

“Aku mencintaimu,” kata Nai secara tiba- tiba. Dan mendengar itu, Nok pun tersenyum kecil, dia menganggap bahwa Nai sedang bercanda.

“Mengapa? Aku hanya menerjemahkan puisi itu,” kata Nai melihat Nok yang tersenyum kecil.

“Yeah. Puisi itu begitu panjang, bagaimana bisa kamu menerjemahkannya seperti itu saja?” balas Nok yang tidak percaya.



“Kemudian apa kamu ingin mendengar versi panjangnya?” tanya Nai. Kemudian saat Nok tampak ingin tahu, maka Nai pun mendekat dan berbisik di telinga Nok. “Aku mencintaimu. Aku mencintaimu. Aku mencintaimu. Aku mencintaimu,” kata Nai.

Dan mendengar itu, Nok tersenyum sangat bahagia. Karena Nai terus mengucapkan kata ‘Aku mencintaimu’ di telingannya.



Dicafe terbuka. Wes datang menemui Vi yang telah menunggu lama. Sebenarnya Vi menunggu Pat, tapi sejak tadi Pat sama sekali belum datang. Dan Wes menjelaskan bahwa sekarang Ibunya sedang ada pertemuan, jadi Ibunya menyuruh dia untuk membawa Vi ke tempat yang lebih sejuk untuk duduk, karena sekarang tempat dimana Vi duduk sangat panas.

“Apa kamu ingin makan cake? Cake disini sangat enak. Itu tidak akan membuat mu gemuk karena rendah lemak,” kata Wes, menawarkan.

“Kamu mengenalku dengan sangat baik. Jadi apa yang perlu ditunggu? Ayo,” balas Vi setuju.



Tepat disaat itu, Pen datang. Dengan sikap tampak sangat marah, dia menanyakan dimana Pat berada sekarang. Dan mendengar cara Pen menyebut nama Ibunya dengan tidak sopan, maka Wes pun membalas dengan kesal. Namun Pen tidak memperdulikan itu. Dan Vi pun memarahi Pen yang sangat tidak sopan serta kasar.

“Kamu terlibat kan? Huh? Kamu berkerja sama untuk membahayakan Khun Wutta. Dan sekarang adalah giliran ku kan?!” kata Pen, menuduh.



“Jika kamu membicarakan tentang video mesum mu yang tersebar itu. Maka itu bukan kami, tapi itu lebih karena karma mu sendiri. Bisakah kamu mengingat apa yang kamu lakukan dan kepada siapa. Itulah balasan yang kamu dapatkan,” balas Vi.

Dengan sangat marah, Pen ingin menyerang Vi. Namun Wes menghalangin Pen. Kemudian penjaga café pun datang dan menarik Pen keluar.



Di depan air mancur. Vi mengobati luka gores diwajah Wes yang disebabkan oleh Pen tadi. Lalu mereka saling mengobrol. Wes memberitahu bahwa dulu dia pernah mencintai Pen, jadi sebenarnya dia khawatir, tapi jika di minta untuk kembali bersama, maka jawabannya adalah tidak. Karena dia sudah cukup merasa terluka.

“Itu bagus. Biarkan luka menjadi sebuah pelajaran. Tidak ada yang perlu disesalkan. Kamu juga sangat sempurna dari segi penampilan dan pekerjaan. Setiap wanita akan menginginkanmu. Aku bahkan ingin kamu menjadi menantu ku. Ingat?” kata Vi, menghibur Wes.

“Sayangnya, kamu tidak punya anak perempuan yang lain,” balas Wes, bercanda.



“Jenis wanita seperti apa yang kamu suka? Beritahu aku. Aku akan mencoba mencarikannya,” kata Vi, menawarkan.

“Seseorang yang seperti mu jika mungkin,” balas Wes. Dan Vi pun menjadi canggung. Lalu melihat itu, Wes menjelaskan betapa kerennya Vi, betapa baiknya Vi dan sebagainya. Dan mendengar itu, Vi tampak sedikit malu- malu.

Kemudian karena Pat telah menghubunginnya, maka Vi mengajak Wes untuk sama- sama pergi.



Namun sebelum pergi, Wes tiba- tiba mengingat sesuatu. Dan dia menanyakan kepada Vi tentang kapan Nim bisa datang untuk kemo. Lalu mendengar itu, Vi pun menjadi bingung dan heran. Kemudian Wes pun memberitahu sakit apa yang Nim derita.




Sesampainya di bandara Bangkok. Nok mengaku bahwa dia merasa kecewa, karena semakin dia mengenal orang disana, dia merasa setiap orang begitu baik. Dan Nai membalas bahwa suatu saat nanti, mereka masih bisa kembali ke sana. Lalu disana mereka pasti tidak akan merasa kesepian, karena begitu banyak orang yang mencintai mereka.

Kemudian dengan perhatian, Nai memegang tangan Nok. Dan bersama mereka berjalan bersama.


Sesampainya di apatermen. Vi mengecek ke dalam kamar Nim, namun Nim tidak berada disana. Yang ditemukannya disana hanyalah sebuah surat yang diletakan di atas meja kecil samping tempat tidur.

“Oh. P’Nim. Mengapa kamu melakukan ini?” gumam Vi dengan raut wajah khawatir.



Di vihara. Nim menemui Nenek yang sedang menyapu di halaman. Dan ketika melihat kedatangan Nim, maka Nenek pun ingin pergi, tapi Nim meminta agar Nenek menunggu sebentar.

“Bagaimana kamu tahu aku ada disini?” tanya Nenek.

“Aku dengar Vi berbicara ditelpon dengan Khun Thun,” jawab Nim.

“Dengar? Dan apa kamu juga dengar bahwa karena kamu dan anakmu, maka aku bersembunyi disini?”

“Aku tahu dengan baik.”

“Jadi mengapa kamu masih datang?” balas Nenek dengan sinis.



Nim kemudian berlutut sambil wajahnya menyentuh tanah. Namun Nenek sama sekali tidak peduli, baginya walaupun Nim berlutut sampai berapa kali pun, dia tidak akan pernah memaafkan Nim.


“Aku tidak mengharapkan itu Khun Thun. Untuk kamu memaafkan apa yang anakku dan aku lakukan. Tapi aku hanya memberi hormat padamu sekali saja. Sebelum aku tidak memiliki kesempatan lagi. Khun Thun, terima kasih untuk memberikan ku hidup dan memberikan anak yatim piatu ini ke sempatan. Kamu mengajariku dengan sangat baik. Jika aku tahu, menjadi baik dan mendengarkan pengajaranmu, hidupku tidak akan menjadi seperti ini. Tapi sejak hari ini datang dan aku tidak bisa mengulang waktu. Aku tidak akan menganggu mata dan telingamu lagi. Tolong jaga kesehatanmu. Hati- hati,” kata Nim dengan sedih dan menyesal. Kemudian dia berlutut sekali lagi di hadapan Nenek dan pergi.


Melihat hal itu, Nenek tampak sedih dan tersentuh. Namun dia mengeraskan hatinya dan membiarkan Nim untuk pergi dari sana. Dan sesudah Nim benar- benar pergi, Nenek pun mulai menangis.


Setibanya di rumah kecil. Nok mengatakan bahwa baru saja tiba, tapi dia sudah rindu. Dan Nai membalas bahwa dihari libur lainnya, ketika mereka bebas, dia akan membawa Nok pergi berjalan- jalan lagi.

Lalu Nok pun setuju, namun dia mengingatkan agar lain kali Nai memesan dua kamar. Dan Nai membalas bahwa kini mereka berdua sudah menikah, jadi tidak perlu. Kemudian dengan sinis, Nok bertanya apa Nai mau tidur di depan pintu lagi. Dan Nai tersenyum.



Pas disaat mereka memasuki kamar, ternyata disana Wat dan Vi telah menunggu mereka. Dan melihat itu, dengan bangga Nok menanyakan apa mereka berdua begitu merindukannya, sehingga mereka datang dan menunggunya. Namun Wat dan Vi tidak membalas. Dengan sikap gugup, mereka berdua melihat ke arah Nai.

Kemudian dengan sedikit ragu, Vi menyerahkan surat dari Nim kepada Nai. Dan melihat itu, Nai tampak sedih. Lalu seperti tampak mengerti, maka Nok pun diam.



Saat melihat Nai yang sedang sibuk mengeluarkan baju- baju di dalam koper untuk dicuci. Maka Nok pun mendekatinya, lalu dia menanyakan apa Nai sudah membuka surat dari Nim tersebut. Namun Nai dengan sengaja tidak menjawab pertanyaan Nok, dia mengelak dengan mengatakan bahwa bibi Phai telah menunggu baju mereka untuk dicuci.

Kemudian Nok pun ingin membantu, tapi Nai menahan Nok dan mengatakan bahwa dia akan melakukannya sendirian. Dan tepat disaat itu, Nai melihat sebuah kotak hadiah yang ada didalam kopernya, lalu melihat itu, Nai tampak sedih.



Nai mau membuang kotak tersebut ke dalam tempat sampah. Tapi dengan segera Nok menahan Nai. “Kamu memilih ini sendiri untuk Ibumu,” kata Nok.

“Tidak ada gunanya disimpan. Sejak orang yang ingin ku berikan… sudah tidak ada disini lagi,” balas Nai. Dan dia menarik kotak itu dari tangan Nok. Tapi Nok menahannya.

“Ini tidak seperti kamu. Kamu bilang sendiri, tidak ada didunia ini yang harus dibuang,” balas Nok.



Mendengar perkataan Nok, maka Nai pun melepaskan kotak itu dan membiarkan Nok mengambilnya. Lalu Nok pun mengatakan kepada Nai bahwa jika Nai tidak ingin menyimpan ini, maka dia yang akan menyimpannya, sampai mereka bisa menemukan Nim dan memberikan ini kepadanya.

“Bagaimana jika kita tidak menemukannya?” tanya Nai.

“Kita bahkan belum mencoba, jadi bagaimana bisa kamu mengatakan itu?” balas Nok.



Kemudian Nok berdiri dan menyimpan kotak tersebut di dalam laci. Dan lalu Nok mengambil surat dari Nim yang disimpan oleh Nai di dalam laci. Setelah itu, Nok memberikan surat tersebut kepada Nai.

“Kita mungkin akan menemukan beberapa petunjuk di dalam sini,” kata Nok sambil menyodorkan surat tersebut. Dan Nai menerimanya, namun dia ragu untuk membuka surat tersebut.

Melihat itu, dengan alasan ingin mengantarkan pakaian kotor, Nok ingin memberikan ruang untuk Nai membaca surat tersebut sendirian. Tapi Nai meminta agar Nok tidak pergi dan menemaninya.



Didekat kolam renang. Mereka duduk bersama dan membaca surat yang Nim tulis.

Sayangku, Nai.

Ketika kamu melihat surat ini. Aku tidak akan ada disini lagi. Aku minta maaf, karena tidak menjadi cukup kuat untuk mengucapkan selamat tinggal sendiri. Selamat tinggal terakhir kita dari dalam hatiku yang terdalam.

Aku masih terluka setiap kali aku mengingatnya. Tapi jika aku bisa mengulangin kembali waktu. Aku akan tetap melakukan hal yang sama. Karena seorang Ibu seperti ku yang meninggalkan mu, itu membuat anakku tumbuh indah seperti seharusnya.



Selama bertahun- tahun ini. Aku hanya bisa bermimpi untuk melihat kamu sekali lagi. Dan mimpiku menjadi kenyataan. Aku bukan hanya bisa melihatmu, tapi aku bisa dekat dan menghiburmu. Memelukmu dan wanita yang kamu cintai di dalam pelukanku.  Itu pertama kalinya. Kenyataan lebih indah daripada mimpiku. Aku akan mengingat itu. Selama aku masih bernafas.



Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Aku telah menjaga diriku sendiri sejak lama. Dan mengingat sisa waktu ku, tidak ada yang bisa ku perbuat lagi. Tolong lepaskan aku. Dan hidup bahagia. Ibu tidak akan pernah datang kembali.

Aku mencintaimu, Luckanai.



Membaca ke seluruhan surat tersebut, Nai tampak sangat kecewa serta sedih. Dia mengatakan bahwa dia sudah terbiasa, karena ini bukan pertama kali nya dan orang sepertinya memang lahir untuk menjadi sendirian.

“Jangan mengatakan, kamu sendirian lagi. Bagaimana bisa kamu sendirian? Apa kamu lupa bahwa kamu memiliki aku?” kata Nok dengan tegas. Kemudian dia memegang pipi Nai dan menatap Nai.



“Ada aku. Senyum paling indah milikmu Keluarga hangat yang kamu inginkan. Aku akan menjadi segalanya untukmu. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Kita akan melewati ini bersama- sama, Lucky,” kata Nok sambil tersenyum menghibur Nai. Dengan sambil meneteskan air mata juga.

“Terima kasih. Terima kasih telah melewati ini denganku,” balas Nai. Sambil menlap air mata di pipi Nok. Dan Nok pun melakukan hal yang sama, dia menlap air mata di pipi Nai.



Kemudian saat Nai terdiam, Nok menyentuhkan dahinya pada dahi Nai. Lalu Nok menyandarkan dirinya di bahu Nai. Dan bersama, mereka saling terdiam.

14 Comments

  1. Episode 10 super duper seruuuuuu karna akhirnya nok jatuh di pelukan nai untuk pertama kalinya dengan ikhlas😊 hihihi
    TETAP KU TUNGGU KELANJUTAN SINOPSISNYA YAH🙏 TRIMA KASIH.

    ReplyDelete
  2. Ih bikin dag dig dug...sedih..seneng liat nok udh mulai care sm nai😍😍..next part selanjutnya

    ReplyDelete
  3. G terasa jatuh air mataku 😭😭😭...

    ReplyDelete
  4. Sinopsis episode 1dst kok gak bisa di buka ya... padahl aku suka mengulang" baca sinopsis nya..sembari nungguin kelanjutannya..😯😯

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bisa di buka kok mbak. Ini link sinopsis episode 01: https://k-adramanov.blogspot.com/2018/08/sinopsis-lakorn-game-sanaeha-episode-1.html

      Delete
    2. Terima kasih... mbk... akhirnya bisa baca lagi..😄😄😄. kemarin klau di buka yg muncul izin ditolak...
      Sinopsis paddiwaradda jg.. sama

      Delete
    3. Sama - sama mbak.

      Itu yg mbak buka sepertinya blog lain mbak. Di sini nggak ada buat sinopsis Paddiwaradda. Coba lihat nama blognya mbak ☺️😊❤️

      Blog ini terbuka untuk umum dan tidak perlu izin. Nama blog ini :

      k-adramanov.blogspot.com = Share About Drama ❤️❤️

      Delete
    4. Sepertinya begitu mbk... soalnya blog yg aku baca sama tp linknya berbeda"....kdang masuknya di link ini kadang di link yg lain... terima kasih.. skrg sdh tdk binhung lagi👍👍👍🙏🙏🙏

      Delete
  5. Horee...sudah dibuka lagi sinopsisnya,seru banget ceritanya saya tunggu kelanjutannya

    ReplyDelete
Previous Post Next Post