Sinopsis Lakorn : Endless Love Episode 2 - part 2


Tolong bantu follow/like/share/shopping akun ig aku di atas (kalau bersedia). Apapun bentuknya, sangat berterimakasih. Apalagi selama follow, like dan share masihlah gratis.
Terimakasih banyak sebelumnya. Kamsahamnida. XieXie. Arigatou. Thank u very much.

Terimakasih juga karena masih tetap membaca di blog ini. Dan untuk yang meninggalkan komentar, thank you very much. Tanpa kalian, para pembaca, blog ini tidak akan bisa bertahan.

Sinopsis Lakorn : Endless Love Episode 2 - Part 2
Network : GMM 25

Saat Day sudah berangkat ke sekolah, si pengasuh memberikan tanda kepada Min yang telah menunggu di tempat persembuyian. Dan dengan segera Min serta para pekerja nya masuk ke dalam rumah Day.
Min memberikan pengarahan kepada para pekerja agar mengecat kembali dinding rumah Day yang menghitam. Serta memperbaiki bagian yang rusak. Lalu jika ada yang lain, mereka bisa memberitahu dirinya.

“Apa kamu yakin ini ide yang bagus?” tanya si pengasuh.
“Tentu saja. Aku harus bertanggung jawab untuk ini. Tolong jangan khawatir. Aku bisa membayar ini,” jawab Min dengan yakin.
“Bukan tentang itu. Maksud ku …” kata si pengasuh.
Tepat disaat itu, Theep keluar dari dalam kamar dan bertanya ada apa. Dan Min pun menjelaskan bahwa para pekerja ini datang untuk memperbaiki dinding rumah Theep. Kemudian agar Theep tidak mengganggu mereka, maka Min pun mengajak Theep untuk keluar dengannya. Dan dengan bersemangat, Theep mengiyakan.
Min kemudian pamit kepada si pengasuh untuk membawa Theep pergi berjalan- jalan. Dan si pengasuh mengiyakan sambil tersenyum senang.

Theep mengambil beberapa makanan kesukaannya. Yaitu permen coklat. “Pria muda dirumahku selalu memberikan ku permen coklat bertangkai ini. Dia bilang aku akan bahagia, ketika aku memakannya. Dan aku akan tersenyum,” jelas Theep.
Mendengar itu, Min teringat tentang permen coklat yang pernah Day berikan kepadanya. Namun saat itu, dia malah bersikap dingin kepada Day.

Para pekerja pamit pergi, karena dinding rumah sudah selesai di perbaiki. Dan si pengasuh mengiyakan, lalu dia bertanya- tanya kenapa Min serta Theep belum kembali juga. Kemudian tepat disaat itu, Day menelponnya.

Day menanyakan, apa yang dilakukan Ayahnya hari ini. Dan si pengasuh berbohong, dia menjawab bahwa Theep sedang tidur setelah menonton TV. Lalu Day pun bertanya lagi, apakah dia bisa berbicara dengan Ayahnya sekarang.

Tepat disaat itu, Min serta Theep kembali. Dan mendengar suara itu, Day pun bertanya, apakah ada tamu. Dan si pengasuh beralasan bahwa itu cuma pedagan buah yang lewat saja, lalu dia memberikan tanda kepada Min untuk diam.
Min mengerti, dan meminta Theep untuk diam. Lalu dia mengajak Theep untuk masuk kedalam rumah.
Si pengasuh menyuruh Day untuk berbicara dengan Theep nanti saja, karena ketika Day pulang dia yakin Theep sudah bangun. Dan Day pun mengiyakan. Lalu dengan lega, si pengasuh mematikan telpon nya.

Theep bertanya, apakah benar ini rumahnya, karena warna dinding rumahnya begitu cerah dan cantik. Mendengar itu, Min tersenyum senang. Si pengasuh kemudian mendekati Min, dan bertanya apakah Min benar tidak ingin memberitahu Day tentang ini. Dan Min menjawab bahwa si pengasuh bisa mengatakan apapun, asalkan jangan menyebut namanya.
“Kalau begitu, aku harus menjadi pembohong lagi,” kata si pengasuh, menolak.
“Tolong. Tolong bantu aku,” pinta Min. Lalu dia memberikan sejumlah uang kepada si pengasuh sebagai bayaran.
Dan menerima itu, si pengasuh langsung tersenyum cerah. “Tidak perlu,” katanya sambil mengambil dan menyimpan uang itu di kantongnya.


Theep mengajak Kaew untuk bermain balon dengannya. Dan mendengar nama itu, Min bertanya siapakah Kaew, karena saat mereka keluar tadi, Theep juga memanggil nya dengan nama itu. Dan si pengasuh menjawab bahwa Kaew itu adalah istri Theep, tapi dia tidak tahu kenapa Theep memanggil Min dengan nama itu.
“Dan dimana Khun Kaew?” tanya Min.
“Dia tertabrak mobil, dan meninggal ketika Day masih kecil,” jawab si pengasuh.

Didalam kamar. Min memandangin album foto Ibunya. Dia meneteskan air mata sambil mengusap foto Ibunya. “Aku sangat merindukan mu, ma,” gumamnya. “Apakah kamu juga merindukan Ibu mu seperti ku?”
Ketika Day pulang ke rumah, dia merasa heran melihat dinding rumahnya yang sudah diperbaiki, dan dia pun bertanya. Dengan gugup, si pengasuh menjawab bahwa dia ada membicarakan tentang masalah Day serta Theep kepada temannya, jadi temannya itu merasa bersimpati dan memperbaiki rumah Day. Tapi temannya itu meminta agar dia jangan memberitahu Day, karena khawatir Day tidak akan menerima pertolongannya.

“Aku sangat berterima kasih padamu dan temanmu. Bisakah aku menemui teman mu?” tanya Day. “Aku ingin berterima kasih padanya secara pribadi.”
“Tidak, kamu tidak boleh,” jawab si pengasuh dengan panik. “Maksudku, tidak perlu. Aku bisa membantumu menyampaikan terima kasih pada dia,” jelas si pengasuh, gugup. Lalu dia pamit dan pergi.

Di galeri lukis. Min mengingat kembali tentang Bibi Phen serta Ayahnya yang tidak bisa datang ke tempat pameran nya, dan dia merasa sedikit sedih.
Day berdiri di depan galeri dengan raut wajah bimbang. Melihat itu, seorang pegawai mendekati Day, dan bertanya apakah Day teman Min. Dan Day mengiyakan. Dengan ramah, si pegawai pun mengajak Day untuk masuk ke dalam, karena Min sudah menunggu.
Dan dengan keheranan, Day pun mengikuti si pegawai masuk ke dalam gedung.

Min tersenyum lebar, ketika mendengar temannya sudah datang. Dan si pegawai pun menjelaskan, jika Min sudah ingin menutup galeri, maka beritahu saja padanya. Lalu si pegawai pun pergi meninggalkan mereka berdua.
“Kamu pasti memiliki banyak pengunjung hari ini. Lihat bunga- bunga itu,” kata Day sambil menunjuk ke arah meja.
“Cuma beberapa teman dan keluarga saja. Apakah kamu kesini untuk melihat lukisan ku?” tanya Min. Dan Day pun melihat- lihat. “Bagaimana?” tanya Min.
“Lukisanmu bagus,”  jawab Day.

Min kemudian menanyakan, apakah Day tahu makna dari lukisannya. Dan Day menjawab tidak, tapi menurutnya lukisan Min bagus. Day lalu menanyakan, kenapa Min tumben memanggilnya. Dan Min menjawab bahwa itu karena mereka berada di satu tingkat yang sama di sekolah.
“Tapi aku pastinya lebih tua dari mu. Aku ketinggalan kelas. Itu terjadi karena aku lebih banyak bekerja daripada belajar,” jelas Day.
“Tidak apa- apa,” balas Min. Lalu dia mengajak Day untuk melihat ke sekeliling galeri. Dan Day pun mengikutinya.

Min serta Day berdiri di depan dua buah lukisan. Lukisan tentang dua orang yang terpisah begitu jauh, namun di jari keliking mereka terikat sebuah benang merah yang menghubungkan mereka. Itulah konsep utama dari pameran hari ini.
“Apa yang ingin ku katakan melalui lukisan ini adalah dua orang yang terikat benang merah, ketika pada waktu yang tepat, benang merah merah akan menyatukan mereka. Bahkan walau mereka jauh ataupun dekat,” jelas Min.




Benang merah yang berada di lukisan memanjang ke jari mereka masing- masing. Menyatukan mereka berdua. Dan benang merah itu, menarik mereka semakin mendekat pada satu sama lain, sehingga tangan mereka berdua pun bersentuhan.
Merasakan itu, Day pun memandangin Min. begitu juga dengan Min. Lalu mereka berdua sama- sama memandang ke arah dua lukisan tersebut. Dan jari keliking mereka terkait menjadi satu.

Moment tersebut terhenti, ketika Phon tiba- tiba datang dan berdehem kepada mereka. Sehingga Min dengan segera menarik jari kelikingnya yang terkait dengan Day.
“Aku minta maaf sudah menganggu kalian berdua,” kata Phon.
“Ini tidak seperti apa yang kamu pikirkan, P’Phon,” balas Min, menjelaskan langsung.
Phon dengan ramah menyapa Day, dan memperkenalkan dirinya. Dan Day pun balas menyapa serta memperkenalkan dirinya. Phon kemudian memberikan sebuket bunga titipan dari Ibunya kepada Min. Lalu dia memperkenalkan wanita cantik yang datang bersamanya, wanita itu adalah pacarnya, namanya Daran.

Daran mengucapkan selamat kepada Min, namun Min mengabaikannya dan berbicara dengan nada sedikit manja kepada Phon. Dia menanyakan, kenapa Phon baru datang sekarang, kepadahal galeri sudah mau di tutup sebentar lagi. Dan Phon meminta maaf, kemudian dia bertanya pada Daran untuk datang di lain hari lagi.

“Tentu saja,” jawab Daran. Lalu dia meminta brosur pada Min. Dan dengan sedikit malas, Min pun memberikan brosur miliknya. “Kemudian, aku bisa melihat- lihat dari brosur ini saja. Jika aku tertarik, aku akan kembali lagi,” jelasnya.
“Okay,” balas Phon, setuju.

Phon kemudian mengajak Min serta Day untuk makan bersama. Mendengar ajakan itu, Day merasa ragu dan menatap ke arah Min, tapi karena Min hanya diam saja serta Phon menawarkan diri untuk mentraktir, maka Day pun bersedia untuk ikut.

Phon serta Daran kemudian berjalan pergi duluan. Dan melihat itu, Min mengulurkan lidahnya dengan raut tidak senang. Day menyadari itu, tapi dia diam saja.

Selama makan. Phon menceritakan tentang masa kecilnya dengan Min kepada Daran. Dia berkali- kali menyebut Min dengan sebutan gadis kecil, dan juga dia mengatakan bahwa Min sudah seperti adik nya. Mendengar itu, Min merasa tidak senang.
Melihat itu, Day teringat akan perkataan Min yang pernah mengatakan bahwa dia sudah mempunyai pacar.

Phon kemudian menanyakan, kapan Min serta Day sudah saling mengenal. Dan kenapa Min tidak pernah bercerita kepadanya. Min pun menjawab bahwa Day hanyalah teman satu sekolah nya saja.
“Jangan menyangkal. Teman tidak mungkin berpegangan tangan seperti itu. Jangan malu. Aku tidak akan memberitahu Ayah mu,” kata Phon, membujuk Min. “Day, apa kamu pacar Min?” tanyanya.
Dan secara serempak, Min serta Day menjawab bersamaan, tapi dengan jawaban yang berbeda. Day menjawab iya. Sedangkan Min menjawab tidak.

Min protes karena Day menjawab iya. Tapi Day mengabaikan protes Min, dan berbicara memperingatkan Phon agar tidak menyentuh bahu Min atau mencubit pipi Min seperti barusan lagi, serta jangan memperlakukan Min seperti gadis kecil lagi, karena Min tidak menyukai itu.
Mendengar itu, Phon tertawa. “Pacarmu cukup possessive padamu,” katanya. Dan dengan kesal, Min pergi dengan membawa brosur yang sebelumnya dia berikan kepada Daran. Kemudian Day pun menyusul Min.
Day menarik tangan Min, dan menanyakan kemana Min mau pergi. Dengan kesal, Min langsung menepis tangan Day, dan menanyakan sejak kapan dirinya setuju untuk menjadi pacar Day.
“Aku minta maaf untuk mengatakan itu. Aku hanya tidak suka, dengan cara dia memperlakukan mu dan mempermalukan mu seperti itu,” jelas Day.
“Apa hubungan nya dengan mu. Aku dan P’Phon sangat dekat,” balas Min.


Day bertanya, kenapa Min malah memuntahkan kemarahan kepadanya. Kenapa Min tidak memuntahkan nya pada orang yang membuat Min marah.
“Itu kamu. Kamu yang membuat ku marah. Tidakkah kamu sadar?” teriak Min.
“Lihat siapa yang bicara. Kamu marah karena dia hanya memikirkan kamu sebagai adik kecilnya. Lalu dia berkencan dengan orang lain, dan itu bukan kamu. Jelas kan?” balas Day. Dan Min pun mengabaikannya.
Day menarik tangan Min agar jangan pergi dulu. Dan Min langsung menepis tangan Day. Kemudian Day pun berbicara, “Dengarkan aku. Jika aku adalah kamu, aku tidak akan berjalan keluar seperti ini. Aku akan melawan. Aku akan membuat dia tahu bahwa aku mencintai dia,” jelas nya dengan tegas. Dan Min diam.
“Baiklah. Kamu mungkin hanya menunggu benang merah mu menunjuk kan keajaiban, bukan? Baiklah!” kata Day. Dan Min langsung menamparnya, lalu dia pergi.
Didalam kamar. Min menangis.

Dirumah. Day memegang baju merah milik Min yang robek. Sambil mengingat kembali tentang penjelasan Min mengenai benang merah. Serta bagaimana mereka bertemu pertama kali nya.

Min mengingat perkataan Day padanya barusan. Dan dia merenungkan itu.

Theep mengambil baju merah tersebut dari Day, dan merobek nya. Dan Day berusaha untuk menghentikannya agar jangan melakukan itu, serta mengembalikan baju tersebut kepadanya. Tapi Theep tidak mau mendengarkan.
“Ayolah, yah,” bujuk Day.
Min datang membawakan banyak makanan enak untuk Theep. Dan si pengasuh pun berkomentar bahwa karena Min membawakan makanan enak untuk Theep, sehingga lain kali Theep mungkin tidak mau makan makanan yang di persiapkannya lagi. Dan Min tertawa serta meminta maaf. Lalu dia mengatakan, kalau dia takut dia tidak akan bisa datang ke sini lagi.
“Mengapa? Kamu bertengkar dengan Day?” tanya si pengasuh.
“Tidak. Aku hanya bicara saja,” jawab Min.
Day menelpon Min,

Menerima telpon dari Day, maka Min pun menjauh sedikit dari meja makan untuk mengangkatnya. Dan disaat itu, Theep mengambil brosur galeri yang ada di tas Min.

Day meminta maaf kepada Min, karena sudah begitu kasar semalam. Dan Min balas meminta maaf, karena sudah menampar Day semalam. Kemudian, Day memberitahu bahwa dirinya saat ini ada di depan galeri dan berniat untuk bertemu.
Mendengar itu, Min menjadi gugup, dan segera beralasan bahwa dia sedang ada urusan lain. Jadi dia tidak berada di galeri.
Theep merasa tertarik dengan brosur lukisan milik Min, jadi dia pun menyimpan brosur itu di saku nya. Dan lanjut makan.

Karena Min sedang tidak berada di galeri, maka Day pun berniat pulang saja. Dan mendengar itu, Min pun mengiyakan dengan gugup. Lalu dia mematikan telpon, dan kemudian dia pamit pulang kepada Theep serta si pengasuh.
“Anak zaman sekarang, datang dan pergi begitu cepat,” komentar si pengasuh. Sementara Theep terus melahap makanan nya.

***

Tolong bantu follow/like/share/shopping akun ig aku di atas (kalau bersedia). Apapun bentuknya, sangat berterimakasih. Apalagi selama follow, like dan share masihlah gratis.
Terimakasih banyak sebelumnya. Kamsahamnida. XieXie. Arigatou. Thank u very much.

Terimakasih juga karena masih tetap membaca di blog ini. Dan untuk yang meninggalkan komentar, thank you very much. Tanpa kalian, para pembaca, blog ini tidak akan bisa bertahan.

Post a Comment

Previous Post Next Post