Broadcast Network : Tencent
Dua orang
itu mengantarkan He Lan kerumah, tempat dimana He Lan akan tinggal. Dan setelah
berada didalam rumah, mereka menunjukan semua dokumen yang diinginkan oleh He
Lan.
“Master
He Lan. Ini adalah informasi tentang Hui Yan, temannya dan anggota
keluarganya,” jelas orang pertama, memperlihatkan foto- foto milik Guan Pi Pi.
“Dalam
kehidupan ini, Hui Yan dipanggil Guan Pi Pi. Dia belajar di sekolah swasta .
Dia melanjutkan ke perguruan tinggi teknik. Dia bekerja sebagai karyawan magang
untuk sebuah majalah. Dia melakukan beberapa kerjaan dasar. Dia cukup baik dan
ceria. Dia berbeda dari Hui Yan yang dulu,” jelas orang kedua.
“Dia
kelihatan memiliki hidup yang berwarna,” komentar He Lan, ketika mendengar dan
membaca semua infomasi yang ada.
“Ini
informasi orang tua Guan Pi Pi. Orang tuanya menjalankan sebuah barber shop
(tempat potong rambut) kecil. Mereka keluarga yang biasa. Pendapatan mereka
agak rendah,” lanjut orang kedua menjelaskan, ketika He Lan melihat info
keluarga Pi Pi.
“Namanya
Tian Xin. Dia teman sekelas nona Guan. Dia telah berteman baik sejak sekolah
menengah. Dia gadis yang tegas. Dia banyak mempengaruhi Guan Pi Pi,” jelas
orang kedua lagi.
“Ini
adalah Xin Xiao Ju. Dia adalah Hui Yan… bukan dia adalah teman sekelas Pi Pi
dari sekolah teknik. Dia bekerja di toko kopi sekarang. Dia juga teman baik
nona Guan,” kata orang kedua sambil memperlihatkan data Xin Xiao.
“Ini
namanya Tao Jia Lin. Dia juga teman sekelas Pi Pi. Dia juga pacarnya,” kata
orang kedua menjelaskan. Tapi kali ini, He Lan menghentikannya, karena ia tidak
peduli siapa Jia Lin. Untuknya, Jian Li akan segera dihapus dari dunia Hui Yan.
“Guan Pi
Pi,” sela orang pertama, membenarkan.
“Dari
dunia Guan Pi Pi,” kata He Lan, mengikuti.
“Kita
juga menemukan Pearls of Charms (mutiara pesona). Seorang kolektor antik yang
memiliki itu. Minggu depan, itu akan dipajang tapi bukan sebagai item lelang,”
kata orang kedua.
“Okay.
Xiu Xian (orang pertama) aku mau kamu memberitahuku tentang jadwal Gun Pi Pi.
Aku ingin mengunjunginnya besok,” balas He Lan mengokay kan sambil tetap
membaca data Pi Pi dan lalu memberikan perintah.
“Tidak
masalah, Master He Lan,” jawab orang pertama. Dan He Lan dengan serius
memperhatikan foto Pi Pi dengan Jia Lin.
Pagi
hari. Di dalam gedung universitas, Pi Pi dan Tian Xi berjalan bersama dengan
akrab sambil mengobrol. Pi Pi membicarakan bahwa ia bermimpi semalam dan mimpi
itu berhubungan dengan mimpi terakhirnya.
Dan
mendengar itu, Tian Xi segera memotong, karena ia telah mendengar itu ratusan
kali sejak sekolah. Tapi Pi Pi sendiri tidak tau mengapa begitu.
“Aku
pikir kamu terlalu banyak menonton film romantis,” kata Tian Xi, menyebutkan
alasan kenapa Pi Pi sering bermimpi itu.
“Mungkin
aku bisa mengubahnya menjadi cerita ke dalam sebuah novel atau lainnya,” balas
Pi Pi, bercanda.
“Kamu
bisa menulis skrip dan membuat TV series,” kata Tian Xi, menimpali.
Lalu
bersama mereka berdua mulai tertawa mengobrolkan hal itu. Disaat itu seorang
wanita datang dan menanyakan dimana asrama 8, karena ia adalah mahasiswi baru
disini.
“Asrama
8? Sebenarnya aku bukan murid disini. Itu pasti sulit untuk masuk ke
sekolahmu…” kata Pi Pi, tapi langsung segera dipotong oleh Tian Xi.
“Kamu
bisa berjalan disekitar bangunan ini. Kemudian ke koridor dan kamu akan melihat
itu,” jelas Tian Xi memberikan petunjuk.
Setelah
wanita itu pergi, Tian Xi mengomentari Pi Pi yang terlalu banyak bicara,
seharusnya kalau dia tidak tau, maka jawab saja tidak tau.
“Kalian
punya 8 asrama ya? Kami hanya punya tiga bangunan disekolah kami,” kata Pi Pi
dengan wajah cemberut.
“Sekolahku
besar,” balas Tian Xi, bangga.
Disaat
itu seorang pria (Jia Lin) menghampiri Pi Pi dari belakang dan dengan sengaja
mengejutkan Pi Pi. Setelah itu mereka pun berjalan bersama.
Diluat
gedung. Ditangga masuk. Pi Pi dan Jia Lin asyik
membahas tentang apa yang ingin mereka makan. Dan Tian Xi datang
menghampiri mereka berdua sambil membawakan minuman.
“Ada apa?
Kamu tidak enak badan?” tanya Pi Pi kepada Jia Lin, karena sikap Jia Lin yang
tampak tidak bersemangat dan lelah.
“Itu
karena surat rekomendasi. Aku merasa terganggu,” jawab Jia Lin.
Jia Lin mulai bercerita kalau ia ingin bekerja dengan Matthew Chase sebagai Ph.D murid di Stanford, jadi ia memelurkan
surat rekomendasi. Dan mendengar itu, Tian Xi bertanya apa Jia Lin menginginkan
Prof. Li yang menuliskan surat itu.
“Yeah.
Jadi kamu mengenal mereka dengan baik,” kata Tian Xi, bersemangat.
“Apa?”
tanya Pi Pi, tidak mengerti.
“Prof. Li
adalah murid di Matthew Chase. Jika dia menuliskan surat untukmu, itu akan
sangat berarti,” jelas Tian Xi.
“Benar.
Tapi dia sudah merekomendasikan dua murid dari departmentnya tahun ini. Dan
membaca thesis ku dan dia berpikir itu sedikit bermasalah,” kata Jia Lin.
“Jia Lin!
Semangat! Kamu bisa!” kata Pi Pi menyemangati, walau tidak mengerti.
“Eh..
kamu harus memikirkan penampilan mu ketika menemui Prof. Li,” kata Tian Xi.
“Apa yang
salah dengan penampilanku?” tanya Jia Lin sambil melihat dirinya sendiri.
“Apa kamu
tidak melihat lubang besar disini?” tanya Tian Xi sambil menunjukan lubang besar
yang ada dilengan atas baju Jia Lin.
Mendengar
itu, Pi Pi langsung menyuruh Jia Lin melepaskan bajunya, karena ia akan
memperbaikinya. Dan dengan kaget, Tian Xi tidak percaya kalau Pi Pi mau
memperbaiki itu sekarang.
Dengan
sangat bangga, Pi Pi mengeluarkan dan menunjukan peralatan jahit kecil yang
dibawanya. Dan melihat itu mereka berdua pun tertawa.
Pi Pi
dengan baik menjahitkan baju kemeja Jia Lin. Sedangkan Jia Lin dan Tian Xi
sibuk membicarakan tentang surat rekomendasi itu dan mengobrolkan hal yang
lainnya juga.
Dan
akhirnya, Pi Pi selesai menjahit, lalu ia menunjukan hasil nya kepada mereka
berdua. Melihat itu Tian Xi langsung tertawa ditahan, sedangkan Jia Lin merasa
heran. Karena Pi Pi menjahit kemeja putihnya, menggunakan benang merah.
“Aku
kehabisan benang putih,” aku Pi Pi dengan malu- malu.
“Pi Pi,
itu lebih buruk daripada sebelumnya sekarang,” komen Tian Xi.
“Tidak
apa, Pi Pi. Lagian aku berpikir untuk membeli baju baru. Terima kasih ya,” kata
Jia Lin, tidak masalah.
“Aku
minta maaf ya Jia Lin,” kata Pi Pi pelan, merasa bersalah.
Tian Xi
dan Jia Lin kembali mengobrol berdua. Tian Xi baru teringat kalau Prof. Liao
adalah sarjana NNS, jadi dukungannya akan lebih baik lagi. Dan mendengar itu, Jia
Lin mengaku bahwa ia juga mengenal Prof. Liao, tapi tampaknya Prof. Liao tidak
terlalu menyukainya.
Sedangkan
Pi Pi yang tidak tau apapun, tidak bisa masuk kedalam pembicaraan. Jadi ia pun
hanya bisa terdiam dengan sikap canggung disana.
Setelah
selesai mengobrol, Jia Lin pamit karena ia mau pergi makan siang bersama dengan
Pi Pi. Tapi mungkin karena merasa tidak enak, Pi Pi beralasan bahwa ia lupa
kalau dia ada pekerjaan dan ia menyarankan agar Jia Lin makan siang bersama
dengan Tian Xin saja.
“Kalian
bisa membicarakan tentang surat rekomendasi itu. Kamu bisa memikirkan itu
bersama,” kata Pi Pi. Lalu mengucapkan bye bye dan pergi meninggalkan mereka.
Setibanya
dikantor, Pi Pi masuk kedalam dengan wajah tidak bersemangat. Dan lalu seorang
teman kantor, menyapa Pi Pi. Ia mengira kalau Pi Pi akan pergi makan siang dan
lalu ia bertanya mengapa Pi Pi datang.
“Karena
pekerjaan membuatku merasa bahagia!” kata Pi Pi sambil tersenyum ceria dan
menggandeng tangan teman kantornya itu.
“Aku
tidak berpikir begitu. Kamu marah ketika aku tidak memberikanmu banyak waktu
off (libur),” balas teman kantor.
“Aku
tidak mau menghabiskan waktu off lagi!” kata Pi Pi sambil tetap tersenyum.
“Siapa
yang membuatmu marah?”
“Tidak
ada yang membuatku marah. Aku hanya marah pada diriku sendiri,” jawab Pi Pi,
lalu mengalihkan pembicaraan dengan menanyakan apa yang dapat ia kerjakan.
Teman
kantor menyarankan agar Pi Pi bertanya kepada Wang Xuan, karena dia yang
mengerjakan tugas Pi Pi hari ini. Jadi Pi Pi pun mendekati Wang Xuan dan
bertanya.
Tapi
dengan sombong, Wang Xuan menjawab kalau ia bisa melakukan nya sendiri. Dan
ketika Pi Pi masih tidak menyerah, ia mengatakan bahwa mengajari Pi Pi untuk
mengerjakan itu akan menghabiskan waktunya saja dan mengganggu.
Dengan
wajah ceria, Pi Pi tetap saja tidak menyerah. Ia menanyakan apakah ada sesuatu
yang dapat dilakukannya. Dan Wang Xuan menyuruh Pi Pi untuk mengambilkan kopi
untuk mereka, karena hanya itu yang bisa Pi Pi kerjakan.
Walaupun
Pi Pi tampak sedih mendengar itu, tapi dengan segera ia langsung kembali
tersenyum dan mengokay-kan itu.
Ditoko
kopi. Pi Pi duduk termenung, memikirkan sesuatu. Sedangkan Xiao Ju sibuk
melayani tamu yang datang. Dan setelah tamu itu pergi, Pi Pi pun menanyai
pendapat Xiao Ju.
“Jadi..
apa kamu pikir hubungan Jia Lin dan aku mulai retak? Dia murid terbaik
disekolah dulu. Dan aku terburuk. Kemudian dia masuk ke universitas. Aku masuk
ke perguruan tinggi teknik. Kemudian di tamat sekolah. Aku jadi karyawan
magang. Dia berpikir tentang pergi ke amerika untuk gelarnya sekarang,” kata Pi
Pi, curhat kepada Xiao Lu.
Dengan
tenang, Xiao Lu membenarkan itu dan bertanya mengapa Pi Pi tidak putus saja
dengan Jia Lin. Tapi tentu saja, Pi Pi menolak dan tidak mau. Pi Pi meminta
agar Xiao Lu menyemangatinya.
“Nona,
aku kira kamu kehilangan indra mu karena bermimpi terlalu banyak. Biar
kuberitahu, kalian tidak sering berjumpa, kan? Kamu akhirnya bisa makan
dengannya. Jadi mengapa kamu pergi? Tian Xin punya banyak waktu, mereka bisa
pergi bersama setiap hari,” kata Xiao Lu dengan jelas.
Pi Pi
protes, ia mengaku bahwa ia hanya ingin mensupport Jia Lin diam- diam. Dengan
caranya sendiri. Mendengar keluhan Pi Pi, dengan tegas Xiao Lu menyuruh agar Pi
Pi tidak membanggakan diri sendiri.
Disaat Pi
Pi mulai tampak seperti akan mengeluh, Xiao Lu pun menjadi kesal. Tapi dengan
sikap manja, Pi Pi meminta agar Xiao Lu menghiburnya. Jadi mungkin karena
capek, Xiao Lu pun menghela nafas.
“Dia
masih mencintaimu! Jangan khawatirkan itu ya. Sudah?” kata Xiao Lu menghibur
dengan nada lembut, lalu bertanya dengan tegas.
Xiao Lu
dengan baik mulai memberikan nasihat
kepada Pi Pi yaitu agar Pi Pi berusaha untuk dapat mendekatkan jarak antara dia
dan Jia Lin. Kalau tidak, pada tingkat ini, maka Pi Pi akan diputuskan.
“Apa kamu
benar temanku?” keluh Pi Pi dengan wajah cemberut.
“Berhenti
mengeluh. Aku benci ketika orang mengeluh,” balas Xiao Lu dengan sikap kesal
yang dinampakan.
Tepat
disaat mereka sedang mengobrol, tiba- tiba saja terdengar suara wanita yang
marah. Dan ketika mereka melihatnya, mereka melihat kalau wanita marah itu
menyiramkan air minum ke wajah cowoknya dan lalu keluar dari toko.
Dengan
segera, Xiao Lu mengambil kain kecil dan memberikan itu kepada si cowok. Dan si
cowok menerima itu, lalu pergi ke kamar mandi.
Pi Pi
yang pengin tau, mengambil alih kain pel dari seorang karyawan toko. Lalu ia
mendekati Xiao Lu dan membantu mengelap lantai yang basah sambil menanyakan
tentang apa yang terjadi.
“Terakhir
kali, dia menamparnya. Dan kali ini, dia menyiramkan air kepadanya. Aku
penasaran apa selanjutnya. Jika aku menjadi nya, aku akan memutuskan dia sejak
lama,” jelas Xiao Lu, memberitahu.
“Mungkin
mereka bersama karena satu suka memukul. Satu suka dipukul. Atau cowok itu
mungkin melakukan sesuatu yang membuat dia marah,” balas Pi Pi mengomentari
dengan berbisik.
Xiao Lu
tampak tidak senang dengan komentar Pi Pi. Dengan tegas ia menyuruh agar Pi Pi
mengurusi Jia Lin saja dulu. Dan ia membela si cowok yang bukanlah orang yang
jahat.
Saat si
cowok keluar dari kamar mandi. Xiao Lu segera mengambil alih pel yang dipegang
Pi Pi dan mengusir agar Pi Pi menjauh. Dan dari jauh, Pi Pi memperhatikan serta
mendengarkan betapa perhatiannya sikap Xiao Lu kepada si cowok.
Xiao Lu
duduk disamping si cowok dan menyemangatinya. Saat si cowok bercerita kalau ia
merasa masih ada jarak antara dirinya dan ceweknya, serta mau menyerah.
Xiao Lu
langsung membalas, kalau jarak bukanlah masalah dan si cowok sudah banyak
bertindak untuk si cewek.
“Jangan
pikirkan. Aku tidak ingin mengeluh kepadamu. Kamu akan terganggu jika aku
meneruskan,” kata si cowok, merasa tidak enak, karena telah mengeluh tentang
ceweknya.
“Tidak
apa. Jika kamu mau bicara, aku akan mendengarkan. Kamu akan merasa lebih baik
sesudahnya,” balas Xiao Lu, tidak merasa keberatan untuk mendengarkan.
Mendengar
itu, Pi Pi pun protes karena tadi Xiao Lu tidak bicara seperti itu padanya.
Tapi sebelum Pi Pi menyelesaikan protesnya, Xiao Lu langsung memotong dan
dengan nada menyindir menyuruh agar Pi Pi segera keluar.
Jadi
karena kesal, maka Pi Pi pun mengambil sebungkus snack yang berada disana. Dan
menguncangnya dengan sengaja agar Xiao Lu sadar, lalu ia membawa snack itu dan
keluar dari toko.
Dan
dengan kesal, Xiao Lu hanya bisa melihat itu, tanpa berbuat apapun.
Sambil
berjalan, dengan wajah yang tampak sangat bahagia, Pi Pi mengobrol bersama
dengan Jia Lin melalui telpon. Disaat itu, Pi Pi melihat sebuah poster besar
yang diangkat oleh orang pekerja.
“Jia Lin,
apa kamu tau? ‘Gua’ ada konser tanggal 20 agustus… Ayo dapatkan tiketnya… Okay.
Kamu yang beli…” kata Pi Pi berbicara ditelpon sambil tersenyum.
Gelembung-
gelembung sabun bertebangan diudara. Dari arah depan Pi Pi, He Lan yang
mengenakan kacamata hitam serta pakaian putih dan membawa tongkat, berjalan
lurus kearah Pi Pi.
Sedangkan
Dua orang anak buah He Lan, duduk di café yang tidak jauh dari situ dan
mengawasi.
Disaat Pi
Pi tidak menyadarinya dan melewatinya begitu saja. Maka He Lan pun berhenti
berjalan dan memanggil Pi Pi. “Nona,” panggilnya. Dan karena dipanggil, maka Pi
Pi pun berhenti dan memandangin He Lan.
He Lan
mengingat masa indahnya bersama Pi Pi dulu (Hui Yang). Berangkulan. Bermain
musik bersama. Menikmati suasana alam bersama.
“Mereka sudah
jatuh cinta pada pandangan pertama selam ribuan tahun,” kata Xiu Xian (kemeja
kuning) sambil tersenyum, mengomentari adegan antara He Lan dan Pi Pi yang
sedang saling bertatapan.
“Apa?
Bosan?” tanya orang kedua (kemeja putih), membalas sambil tersenyum juga
melihat He Lan dan Pi Pi.
“Mungkin
sedikit,” balas Xiu Xian. Dan tertawa.
Melihat
He Lan yang berdiri disana setelah memanggilnya. Pi Pi pun menghela nafas dan
sambil tersenyum Pi Pi berjalan
mendekati He Lan. Dan Xiu Xian yang melihat itu, mulai berhitung, 4… 3… 2… 1…
Tags:
Moonshine and Valentine