Sinopsis C- Drama : Beautiful Reborn Flower Episode 4 part 1


Original Network : Tencent Video iQiyi Youku iQiyi
=Rahasia Lili Merah=

“Kamu pintar sekali ya,” puji Qiao Man, kagum.
“Tentu saja.”
“Cukup, cukup, saya saja, saya saja,” kata Qiao Man, mengikat sendiri sepatu nya. Dan He Ping pun membiarkannya serta duduk disamping nya sambil menatapnya.
Lin He Ping : “Yang paling tidak bisa dikendalikan oleh manusia itu adalah ingatan. Melihat tingkah laku Qiao Man dan Nan Sheng yang begitu mirip, membuatku mengingat Nan Sheng lagi. Itu adalah suatu malam, tidak lama setelah orang tua Nan Sheng meninggal dunia, kami pulang setelah membakar uang kertas.”


Lin He Ping : “Di perjalanan pulang ke rumah… Malam itu sangat dingin, malam sangat panjang. Nan Sheng, dia tidak mengatakan apa pun di sepanjang perjalanan. Dia tahu, dia sebatang kara.”
Ketika berjalan, Nan Sheng tiba- tiba berhenti. Dan dengan perhatian, He Ping bertanya, ada apa. Dan dengan lemah, Nan Sheng menjawab bahwa dia lapar. Mendengar itu, He Ping tersenyum, kemudian saat dia melihat tali sepatu Nan Sheng yang sebelah terlepas. Jadi diapun berjongkok didepan Nan Sheng dan membantunya mengikat itu.
“Udaranya begitu dingin. Saya dari awal sudah bilang kamu tidak usah datang. Kamu bersikeras mau datang. Bukankah saya saja yang pergi bakar uang kertas sudah cukup?” tanya He Ping. Kemudian dia selesai mengikat tali sepatu Nan Sheng dan berdiri.
“Tidak bisa,” balas Nan Sheng dengan sedih. “Itu ayahku. Saya harus pergi. Kalau bukan demi saya, dia, dia tidak mungkin mati.”

He Ping mengerti dan mengubah topik pembicaraan. Dia menuju ke arah depan dan menjelaskan bahwa dia sana ada satu restoran yang enak. Dan lalu dia merogoh kantung nya dan menemukan selembar uang kertas 10 yuan. Dengan ceria, dia mengatakan kalau uang ini akan cukup untuk mereka berdua makan bersama. Lalu dia mengajak Nan Sheng untuk ke sana.


Tapi Nan Sheng menarik He Ping untuk menghentikannya. Lalu setelah He Ping berhenti, dia memeluk He Ping dengan erat dari belakang. Dan He Ping merasa bingung ada apa.
“Bolehkah kamu tidak membelakangiku? Saya takut sekali. Ayahku tiba-tiba hilang kabarnya. Saya sedih sekali,” kata Nan Sheng, memberitahu.
He Ping melepaskan pelukan Nan Sheng dan memegang ke dua pipi Nan Sheng serta menatap nya. “Nan Sheng. Meskipun ayahmu sudah tiada, tapi ada saya di sini. Percayalah padaku, selama saya ada, saya tidak akan membiarkanmu kelaparan,” janji nya. Dan Nan Sheng mengangguk pelan.

Lin He Ping : “Melihat Nan Sheng, wajahnya yang polos itu, air matanya yang sedih, rasa iba dan tanggung jawab tiba-tiba muncul di hatiku.”
He Ping kemudian memberikan punggung nya dan menyuruh Nan Sheng untuk naik. Tapi Nan Sheng diam, karena merasa ragu. Jadi He Ping pun langsung menarik tangannya dan mengendong nya diatas punggung nya.
Nan Sheng : “Heping, kamu adalah penyelamat hidupku. Kamu adalah seluruh tumpuanku sekarang.”
Lin He Ping : “Nan Sheng, kamu adalah adik yang diberikan Surga padaku. Saya akan mencintai dan merawatmu dengan baik. Saya tidak akan membiarkanmu kesepian.”
Nan Sheng : “Kamu tidak akan merasa saya merepotkan kan? Punggungmu hangat sekali. Saya ingin memelukmu dengan erat.”
Lin He Ping : “Kamu tidak merepotkanku. Sebenarnya saya sama denganmu. Selain ibuku yang memakiku setiap hari, hatiku tidak bisa berlabuh.”
Nan Sheng : “Saya ingin menjadi hatimu. Saya tidak ingin berpisah denganmu. Semenit dan sedetik pun tak ingin.”

Qiao Man selesai mengikat tali sepatunya, dan menunjukkan hasilnya dengan bangga kepada He Ping. Tapi He Ping sama sekali tidak merespon, sehingga diapun merasa bingung, dan bertanya. Dan kemudian He Ping pun tersadar dan menjawab tidak apa- apa. Dia hanya teringat kejadian di masa lalu, tapi semuanya sudah berubah, karena waktu berjalan begitu cepat.
“Kamu sentimental sekali ya. Tidak disangka,” goda Qiao Man sambil tertawa pelan. Lalu dia mengajak He Ping untuk lanjut berjalan.
He Ping datang ke tempat pameran, dan memeriksa seluruh proses pengerjaan. Tapi sayangnya, lukisan ‘Mercusuar Dunia Lain’ yang di inginkan nya belum ada. Dan Mo Hui menyarankan supaya mereka mencari lukisan minyak yang lain saja, sebab pameran ini besok sudah akan dibuka, jadi anggaplah mereka menemukan pelukis lukisan tersebut, itu sudah tidak ada artinya.
He Ping sangat mengerti dengan saran Mo Hui. Tapi dia tetap ingin menunggu sebentar lagi. Sebab  ketika dia pertama kali melihat lukisan ‘Mercusuar Dunia Lain’, dia seperti merasa ada sejenis takdir yang tidak bisa di jelaskan. Jadi dia tidak pernah ingin menjual lukisan tersebut, tapi menjadikan nya sebagai koleksi. Karena itu dia ingin menunggu.


Xiaozhi dan Zhuo Yang membawa barang yang sangat banyak. Mereka memasukkan barang itu ke dalam kain besar dan menyeret nya. Dan karena merasa kelelahan, Xiaozhi pun meminta istrahat sebentar. Lalu disaat itu, seorang pejalan kaki yang lewat memberikan uang kepada Zhuo Yang. Dan Zhuo Yang menerimanya. Tapi melihat itu, Xiaozhi langsung mengembalikan uang tersebut dan memarahi si pejalan kaki. Sebab mereka bukanlah pengemis.

“Orang itu punya niat baik. Mungkin dia menganggap kita sebagai orang yang melakukan seni rupa,” jelas Zhuo Yang, menenangkan Xiaozhi.
“Seni rupa apaan?” bentak Xiaozhi, marah. “Saya ke luar negeri untuk belajar. Bukan untuk melakukan seni rupa.”
“Baiklah, baiklah, jangan marah. Ayo pergi,” kata Zhuo Yang, mengalah. “Kalau tidak pergi, nanti polisi akan datang. Benar-benar memperlakukan kita seperti pengungsi. Ayo, ayo, ayo,” ajaknya. Tapi Xiaozhi tetap tidak mau bergerak. “Saya bantu kamu bawa, oke kan?” katanya. Dan Xiaozhi beneran berjalan duluan serta membiarkan Zhuo Yang untuk menarik semua bawaan mereka.

Malam hari. Xiaozhi masih saja mengambek. Dengan bingung, Zhuo Yang pun bertanya, ada apa. Dan Xiaozhi bercerita dengan sedih, keluarganya setiap hari berhemat agar dia bisa bersekolah tapi sekarang dia malah bekerja untuk memisah kan sampah seperti ini. Dan memikirkan itu, Xiaozhi takut keluarganya akan sedih bila mereka tahu. Dan mendengar cerita itu, Zhuo Yang hanya bisa diam saja.
“Dibandingkan dengan orang lain, apa kita berdua ini tidak terlalu miskin?” tanya Xiaozhi.
“Tidak. Orang lain mengandalkan kekayaan orang tuanya. Kita bergantung pada diri sendiri,” kata Zhuo Yang, menghibur.

“Temanku di Tiongkok melihat kita setiap hari seperti berbinar-binar. Mereka mengira kita mudah cari uang di luar negeri. Mengira hari-hari kita begitu indahnya. Tapi siapa tahu di luar negeri itu akan begitu sulit. Kesulitan di luar negeri begitu banyak,” kata Xiaozhi dengan sedih. “Benar-benar membuat frustasi. Saya lapar lagi,” keluh nya.
Mendengar itu, Zhuo Yang tersenyum dan menlap air mata Xiaozhi. Dia mengajak Xiaozhi untuk membereskan sampah nya terlebih dahulu, lalu makan makanan yang enak. Dan Xiaozhi menangis, dia tidak mau makan, dia kangen dengan rumah nya dan ingin makan masakan Ibunya. Dan dengan lembut, Zhuo Yang meminta Xiaozhi untuk menerima keadaan dan jangan mengeluh dalam keadaan seperti ini.

Tepat disaat itu, Qiao Man datang membawakan makanan untuk mereka berdua. Dan Xiaozhi pun langsung menghapus air matanya serta bersikap ceria. Tapi Qiao Man tetap menyadari kesedihan Xiaozhi. Jadi karena itu, Xiaozhi pun tidak menutupi kesedihannya dan mulai menangis lagi.
Awalnya Qiao Man menyalahkan Zhuo Yang, karena dia mengira Zhuo Yang membully Xiaozhi. Dan Zhuo Yang langsung membela dirinya. Dan dengan sedih, Xiaozhi bercerita kepada Qiao Man bahwa dia merasa kalau hidupnya di Barcelona benar- benar tidak mudah dan dia rindu rumahnya.
“Kalau kamu ingin pulang, pulang saja,” kata Qiao Man, menyarankan.
“Saya tidak bisa pulang. Kalau saya pulang sekarang, saya akan dijadikan bahan tertawaan oleh keluargaku,” cerita Xiaozhi dengan sedih. “Apa kamu tahu? Ibuku di Tiongkok sudah banyak omong kosong. Dia bilang pada orang-orang kalau saya adalah eksekutif dari sebuah perusahaan anggur yang sudah beroperasi ratusan tahun di Barcelona. Saya tinggal di vila yang besar. Saya menyetir mobil sport. Kehidupanku sangat bagus. Saya bisa menghasilkan banyak uang. Menurutmu, kalau saya pulang sekarang, apa yang akan mereka pikirkan tentangku?” tanyanya.
“Salahkan saya. Salahkan saya. Waktu ibumu omong kosong saat itu, saya seharusnya menghentikannya dan bicara padanya,” kata Zhuo Yang, menyesal.
“Cukuplah, cukup,” hibur Qiao Man. Tapi Xiaozhi masih merasa sedih.
Xiaozhi tidak ingin keluarganya merasa khawatir padanya. Dia ingin keluarganya merasa, walaupun dirinya tinggal sendirian di luar negri tapi keadaan nya sangat baik. Dan Qiao Man mengerti, sebab dia juga sama seperti Xiaozhi. Dia selalu menceritakan hal yang baik- baik saja kepada kakak nya, supaya kakak nya tidak khawatir. Jadi dia ingin Xiaozhi jangan menangis lagi, karena semuanya akan berlalu.

“Menurutmu, kehidupan kita berkelana di luar negeri ini kapan akan berakhir?” tanya Xiaozhi dengan pelan.
“Saya benar-benar ingin pulang,” gumam Qiao Man.
“Setelah saya pulang, saya mau makan banyak makanan enak. Saya mau makan malaxiangguo. Makan hotpot, makan kaki babi. Makan sate harum,” kata Xiaozhi mulai ceria kembali.
“Saya mau makan sate ayam. Saya juga mau,” teriak Qiao Man, setuju. Dan Xiaozhi tertawa.
Dengan bersemangat, Xiaozhi kemudian meneriakkan keinginan nya dengan keras. Diikuti oleh Zhuo Yang dan juga Qiao Man. “Barcelona! Kita akan sukses di sini. Saya janji. Kita pasti akan sukses di sini,” teriak mereka.
Hanson datang menemui Qiao Man. Tapi Qiao Man malah bersikap cuek kepadanya. Jadi dia pun menegaskan kalau dirinya adalah tunangan Qiao Man untuk membuat Qiao Man memperhatikan nya. Dan Qiao Man pun merasa kesal padanya.
“Hari ini saya khusus mencarimu untuk minta maaf,” kata Hanson.
“Kamu mau minta maaf? Pergilah minta maaf pada Lin He Ping yang baru keluar dari rumah sakit itu,” balas Qiao Man. Dan Hanson tidak mau.


Hanson mengeluh, karena Qiao Man hanya memperdulikan He Ping. Kepadahal dirinya sudah di hukum dan bahkan hubungan nya dengan Peter, teman yang sudah dianggap nya seperti saudara, menjadi retak, karena Peter mengira dia berkhianat. Lalu keadaan Peter sekarang juga sangat buruk, karena Peter mungkin akan divonis.
“Dia akan dihukum atas perbuatannya,” tegas Qiao Man.
“Baiklah, kalau bilang begitu, kamu juga bersalah,” balas Hanson. “Sebelum kamu datang ke gudang, Peter sudah menyadari kesalahannya sendiri. Kalau saja kamu menikahiku, dia akan mengembalikan barangnya pada Lin He Ping. Tapi kamu malah, kamu memancing orang itu datang,” katanya, menyalahkan Qiao Man.

Mendengar itu, Qiao Man merasa geli. Sebab dirinya tidak bersalah, tapi Hanson malah menyalah kan nya. Dan dengan kesal, Hanson bertanya, apakah di waktu seperti ini, Qiao Man masih mau meributkan hal ini dengannya. Kepadahal Qiao Man tahu perasaan nya dan Peter. Dan dia ingin Qiao Man untuk memahami perasaan mereka.
“Saya tidak mengerti. Saya tidak bisa mengerti bagaimana perasaan dua teman baik yang melakukan kejahatan bersama-sama,” tegas Qiao Man.
“Apa yang kamu lakukan di sini? Apa kamu mau mengantar makanan untuk Lin He Ping?” tanya Hanson, tidak senang.
“Apa urusannya denganmu? Anggap saja kalau saya mengantar makanan, ini juga untuk mewakilimu,” jelas Qiao Man. Lalu dia pun pergi.
Dengan marah, Hanson mengancam, berapa lama lagi He Ping tetap bisa berada di Barcelona. Kemudian setelah mengatakan itu, dia pun pergi juga darisana.

Qiao Man datang menemui He Ping yang sedang berada di sekitar gedung pameran. Dia datang untuk memberikan sup ayam buatan nya. Dan He Ping menerima itu dengan senang hati, kemudian dia mempersilahkan Qiao Man untuk masuk duluan ke dalam dan melihat- lihat, sebab dia masih ada urusan yang harus di urus. Dan Qiao Man mengerti.


“Kamu harus minum itu ya,” kata Qiao Man, menegaskan.
“Hm.”
Lin He Ping : “Kemunculan Qiao Man, sama seperti sinar matahari. Menyinari kehidupanku yang sudah lama dalam keadaan bosan.”


Didalam gedung pameran. Ketika Qiao Man melihat lukisan ‘Mercusuar Dunia Lain’, dia mengenali kalau itu adalah lukisan nya. Dan dengan sopan, Yang Lan pun bertanya, apakah Qiao Man adalah ‘Riasan separuh wajah’.
“Riasan Separuh Wajah apanya?” tanya Qiao Man, tidak kenal. Yang di tahu, dia ingin lukisan nya tidak di pajang di pameran.
“Siapa kamu sebenarnya? Datang ke pameran orang lain dan mengganggu pekerjaan orang. Silakan pergi,” usir Yang Lan.



Tepat disaat itu, He Ping datang. Dan Yang Lan langsung menjelaskan apa yang terjadi kepada He Ping. Dia menjelaskan bahwa karena dia tidak berhasil menemukan si pelukis ‘Riasan Separuh Wajah’, maka dia pun menyuruh seseorang untuk membuat duplikat lukisan yang He Ping inginkan. Dan dia berencana untuk menggantinya dengan lukisan yang asli, ketika dia berhasil menemukan nya. Tapi tiba- tiba Qiao Man datang kepadanya dan mengatakan kalau ini adalah lukisan nya.
“Lin He Ping, tidak menemukan pelukisnya, lalu membuat duplikatnya begitu saja ya? Ini adalah penipuan terhadap konsumen,” komentar Qiao Man, tidak senang.
“Kamu salah paham, Qiao Man. Saya dari awal tidak pernah memerintahkan ini,” kata He Ping, menjelaskan. “Yang Lan, siapa yang menyuruhmu berbuat begitu?” tanyanya.
“Pak Lin, saya hanya merasa kamu sangat menyukainya,” kata Yang Lan, membela diri.

“Suka pun tidak boleh berbuat begitu,” tegur He Ping dengan tegas. Dan mendengar itu, Qiao Man langsung memandangi Yang Lan. “Kalau berita ini sampai ke luar, bagaimana orang lain akan melihat Lipingge?” tanya He Ping. Dan Yang Lan tidak bisa menjawab.
He Ping kemudian bertanya, apakah benar Qiao Man adalah pelukis asli lukisan tersebut. Dan Qiao Man menjawab bahwa dia tidak punya bukti, dan dia tidak senang dengan perilaku Yang Lan. Setelah mengatakan itu, Qiao Man pun pergi. Dan He Ping langsung mengejar nya.


“Saya tanya padamu ya, apa lukisan itu benar-benar lukisanmu?” tanya He Ping, penuh harap. “Sebenarnya saya mencari pelukisnya, Riasan Separuh Wajah itu sudah lama sekali.”
“Saya benar-benar tidak tahu siapa itu Riasan Separuh Wajah. Tapi lukisan itu benar-benar lukisanku. Kalau kamu tidak percaya, ayo pergi denganku untuk melihatnya, oke?” balas Qiao Man. Dan He Ping setuju serta berterima kasih.
“Kalau lukisan itu sudah tidak ada lagi, itu bukan urusanku juga,” kata Qiao Man, mengingatkan. “Saya bukan penipu,” tegasnya.
“Penipu ya penipu. Juga bukan apa-apa,” canda He Ping, berpura- pura tidak percaya. Dan dengan kesal, Qiao Man pun mengabaikan nya. “Eh, Kamu hari ini cantik sekali,” puji He Ping sambil tertawa dan mengikut Qiao Man.

Qiao Man membawa He Ping ke apatermen nya dan menunjukkan lukisan yang asli. Melihat itu, He Ping menjadi percaya penuh pada Qiao Man, tapi dia jadi bertanya- tanya, siapa ‘Riasan Separuh Wajah’ yang mengaku sebagai pelukis sebelum nya. Dan Qiao Man juga tidak tahu.
“Qiao Man, ada teman datang ya?” tanya Qiao Fan yang keluar dari dalam kamar. “Halo.”
“Dia adalah kakakku,” kata Qiao Man, memperkenalkan Qiao Fan.
“Kakak, halo. Saya adalah teman Qiao Man. Panggil saya He Ping saja.”
“Saya adalah kakaknya. Namaku Qiao Fang. Kamu bisa memanggilku kak Qiao Fang.”
Melihat kakak nya, Qiao Man bertanya, apakah Qiao Fan pernah memindahkan lukisan nya ke suatu pameran. Dan Qiao Fan mengiyakan, karena menurut nya lukisan Qiao Man sangat bagus, jadi sayang bila hanya di pajang di rumah saja, makanya dia membantu Qiao Man membawa lukisan tersebut untuk ikut beberapa lomba. Dan ternyata pelukis dengan panggilan ‘Riasan Separuh Wajah’ itu adalah Qiao Fan. Mengetahui itu, Qiao Man terkejut, karena dia tidak menyangka. Sedangkan He Ping merasa senang, karena dia menemukan lukisan yang sudah lam di carinya.

“Tapi saya mengirimkan begitu banyak email pada Anda, kenapa Anda tidak membalas?” tanya He Ping, penasaran.
“Saya biasanya jarang menggunakan komputer, saya juga jarang melihat email. Jadi saya lupa kata sandinya. Tidak bisa buka lagi. Maaf ya,” balas Qiao Fan. Dan He Ping mengerti.


Ketika Qiao Fan pergi meninggalkan mereka berdua untuk mengobrol, He Ping pun mulai mencoba untuk bernegosiasi mengenai harga lukisan dengan Qiao Man, karena dia ingin sekali membeli lukisan tersebut. Tapi Qiao Man langsung menolak, karena dia tidak ingin lukisan nya beredar dipasar. Dan dia berharap He Ping bisa melepaskan duplikat lukisan nya yang berada di tempat He Ping juga.
“Qiao Man, saya benar-benar  menyukai lukisan ini. Apa kamu tidak mau mempertimbangkannya lagi?” pinta He Ping.
“Saya melukis lukisan ini bukan untuk mendapatkan uang,” balas Qiao Man.
“Kalau begitu apa kamu bisa memberi tahuku alasannya?”
“Lukisan ini bersifat sangat pribadi untukku.”

Post a Comment

Previous Post Next Post