Sinopsis C- Drama : Beautiful Reborn Flower Episode 4 part 2


Original Network : Tencent Video iQiyi Youku iQiyi

Yang Lan menghubungi A Li dan melaporkan bahwa pelukis ‘Riasan Separuh Wajah’ yang melukis ‘Mercusuar Dunia Lain’ sudah ketemu. Dan mengetahui itu, A Li merasa cukup senang, karena akhirnya satu urusan sudah selesai. Tapi dia masih di pusingkan dengan masalah He Jianfeng, kalau He Jianfeng tidak membantu nya menghitung uang yang ada, maka semuanya harus bergantung kepada dirinya sendiri, dan itu tidak mungkin bisa selesai semuanya.

“Kakak Ali, apa dia ini mendapatkan dorongan tertentu? Kalau tidak, bagaimana orang yang baik-baik bisa berhati batu?” tanya Yang Lan, curiga.
“Saya tak peduli dia dapat dorongan apa. Saya akan melakukan apa pun untuk membereskannya,” balas A Li. “Dan juga, urusanmu di Barcelona kalau sudah selesai, cepatlah kembali dan bantu saya. Kalau tidak, akibatnya akan tidak bisa terbayangkan,” perintahnya.
“Baiklah, saya mengerti, direktur.”


He Ping mengikuti Qiao Man untuk menemui Nini. Nini adalah klien Qiao Man yang ditipu juga oleh Ben, jadi karena itu, Qiao Man sangat ingin menemukan Ben.
“Ben itu siapa? Pemilik lama rumah itu kah?” tanya He Ping, ingin tahu.
“Ben, dia hanyalah orang yang tak bisa dipercaya. Meninggalkan rumah di sini, tidak memedulikan apa pun juga,” kata Qiao Man, bercerita dengan kesal. “Keluarga kak Nini setelah masuk ke rumah itu, menghadapi banyak masalah. Ruang bawah tanahnya itu. Saya beri tahu kamu sistem pemadam kebakaran di ruang bawah tanah itu. Posisinya tidak karuan. Mobil mereka, kalau sedikit tidak hati-hati pasti akan menabraknya. Seluruh rumah itu akan penuh dengan air. Saya adalah agen perumahannya,” jelas nya.

Masalah nya Qiao Man tidak pernah bertemu dengan Ben dan hanya pernah melihat foto nya saja. Sehingga diapun bingung bagaimana cara nya menemukan Ben. Dan mengetahui itu, He Ping terkejut serta bertanya, bagaimana caranya Qiao Man bertransaksi dengan Ben saat itu. Dan Qiao Man menjelaskan bahwa dia bertransaksi dengan agen perumahan Ben sebagai perwakilan jual beli kedua belah pihak, dan sistem jual beli rumah disini memang begitu. Jadi kalau nanti dia berhasil menemukan Ben, dia pasti akan menghajarnya.
“Benar-benar membuatku marah,” keluh Qiao Man.


Sesampainya dirumah Nini. Nini mengomel dan mengeluh kesal kepada Qiao Man, sebab seluruh rumahnya sangat kacau, barang- barang nya banyak yang basah dan rusak. Mendengar itu, Qiao Man meminta Nini untuk jangan marah, karena dia pasti akan menemukan Ben. Tapi Nini sudah tidak tahan lagi, sebab Qiao Man terus mengatakan akan menemukan Ben, tapi kenyataannya sampai sekarang tidak ada kabar. Jadi dia ingin menuntut Qiao Man saja langsung.
“Kamu tidak perlu menuntutku kan? Apa perlu membuat hubungan rusak begini?” pinta Qiao Man, panik.
“Saya sudah rugi begitu banyak. Kalau tidak menuntutmu, siapa lagi?” bentak Nini, marah.


He Ping mencoba untuk menengahi situasi. Dia memberitahu Nini bahwa dia sudah mendengar sedikit dari Qiao Man tentang apa yang terjadi. Jadi dia akan membayarkan semua pengeluaran yang ada. Sebagai ganti rugi untuk Nini. Mendengar itu, Qiao Man langsung menendang He Ping dan memarahi nya. Tapi He Ping mengabaikan nya.

“Pemadam kebakarannya itu, kamu bisa memutuskan ke mana kamu mau memindahkannya. Dan juga masalah yang lain juga bisa diselesaikan sekaligus,” jelas He Ping. “Qiao Man, cepat pergi cari pekerja. Saya juga tidak terlalu tahu tempat ini. Yang penting kita akan mereparasinya. Sampai kamu puas, oke?” jelas nya.
“Kamu yang bilang sendiri ya? Kalau kalian membodohiku lagi, saya akan lompat dari lantai atas,” ancam Nini dengan puas.
“Saya yang bilang. Saya tidak akan mengingkarinya.”
“Baiklah. Kalau begitu kita tanda tangan kontrak tiga pihak. Bicara saja tak ada buktinya. Saya sekarang takut kalian tipu,” kata Nini dengan sinis. Lalu dia masuk ke dalam rumah.


Setelah Nini pergi, Qiao Man memarahi He Ping secara langsung. Sebab biaya reparasi cukup mahal dan ini seharusnya adalah tanggung jawab Ben. Dan He Ping pun menjelaskan bahwa sebenarnya dia juga tidak ingin ikut campur, tapi bila dia tidak peduli, maka Nini akan menuntut Qiao Man dipengadilan dan setelah itu Qiao Man tidak akan bisa menjadi agen perumhan lagi. Jadi sebenarnya, dia sedang memberikan Qiao Man waktu untuk mencari Ben.
“Kalau begitu kenapa kamu mau memberiku bantuan begitu besar?” tanya Qiao Man, heran.
“Kepercayaan,” jawab He Ping. “Saya percaya padamu,” tegasnya. Lalu dia berjalan pergi duluan.

Ketika Qiao Man dan Qiao Fan ingin memindahkan lukisan ‘Mercusuar Dunia Lain’, Qiao Man tidak sengaja menyenggol sesuatu dan menjatuhkannya. Dan itu adalah obat milik Qiao Fan, dengan gugup Qiao Fan merebut obat nya dan mengatakan kalau itu adalah obat pilek biasa. Namun Qiao Man tidak percaya dan merebut obat tersebut.
“Obat tidur?”
“Akhir-akhir ini saya tidak bisa tidur. Saya kadang-kadang berpikir hanya dengan menghabiskan obat ini dalam seteguk, semuanya akan berakhir,” kata Qiao Fan, bercerita.
“Kak, kamu tidak bisa berpikir seperti itu. Kamu sudah gila. Kamu bahkan berpikir untuk makan semuanya,” omel Qiao Man, perhatian.

“Tapi saya tidak tahu harus bagaimana. Begitu saya menutup mata, Anthony datang mencariku. Saya merasa berhutang uang padanya. Dan hutangnya seumur hidup pun tidak bisa aku lunasi. Terlalu menderita,” keluh Qiao Fan, sangat stress.

Qiao Man menenangkan Qiao Fan untuk tidak perlu khawatir, karena dia akan membantu Qiao Fan untuk membayarkan hutang tersebut. Dan dia telah berbicara dengan Anthony, jadi Anthony tidak akan datang mencari Qiao Fan. Lalu dia mengingatkan, dulu Qiao Fan lah yang mendorong nya untuk belajar melukis, jadi tidak peduli betapa sulitnya dia terus berjuang. Jadi Qiao Man ingin supaya Qiao Fan jangan mudah menyerah.
“Tapi saya benar-benar tidak tahu harus bagaimana. Saya merasa di Barcelona ke mana pun saya pergi, saya akan bertemu dengannya. Tak bisa sembunyi,” kata Qiao Fan, tidak merasa aman.

“Kak, bagaimana kalau kamu pulang saja? Bagaimana pun juga kamu juga tidak bahagia di Barcelona. Serahkan masalah yang ada di sini padaku. Kalau Anthony berani mencari kemari, saya akan mengurusnya. Saya tidak percaya dia akan membuat masalah,” jelas Qiao Man dengan yakin.
“Tapi saya sudah bertahun-tahun tidak pulang. Dan juga saya tidak punya teman di Tiongkok. Ini…”
“Tidak apa-apa. Anggap saja jalan-jalan. Bermain-mainlah. Makan sedikit makanan enak,” jelas Qiao Man, menyarankan. Dan Qiao Fan menjawab bahwa dia akan memikirkan nya.

He Ping memberikan surat kontrak yang sudah di siapkan nya untuk lukisan ‘Mercusuar Dunia Lain’. Dia meminta Qiao Man untuk menjual lukisan tersebut padanya. Dan Qiao Man membaca kontrak tersebut serta berpikir.
“Pameran ini benar-benar sangat penting bagiku. Saya datang ke Barcelona demi dia,” jelas He Ping, memohon. “Sebenarnya, memamerkan isi hati sendiri kepada orang lain bukanlah sesuatu yang tidak baik. Mungkin kamu juga bisa menemukan banyak teman yang berhati baik,” bujuknya. Tapi Qiao Man tampak tidak tergerak juga. “Atau begini saja, saya akan naikkan harga di kontrak ini. Bukankah kamu masih berhutang pemadam kebakaran seharga 50.000 Euro padaku? Kalau kamu menjual Mercusuar Dunia Lain padaku, uang ini lunas,” katanya, menawarkan.

“Harga lukisanku mana ada 50.000 Euro?” komentar Qiao man, terkejut.
Karya seni, di mata orang yang memahaminya, itu tidak ternilai harganya. Jadi karena itu, He Ping ingin Qiao Man untuk menerima penawaran nya. Dan Qiao Man pun bersedia untuk menerima penawaran He Ping, sebab He Ping juga tampak begitu tulus.


Mendengar kalau Qiao Man setuju, He Ping pun langsung memberikan pena kepadanya. Dan Qiao Man menerima pena tersebut serta ingin menanda tangani kontrak nya. Namun sebelum itu, dia menyakinkan He Ping untuk jangan menyesal. Dan sambil tersenyum lebar, He Ping menjawab dengan tegas bahwa dia tidak akan menyesal.
“Qiao Man, terima kasih.”

Qiao Man menemui rekannya yang mengajak untuk bertemu. Namun sesampainya di tempat perjanjian, si rekan malah berbicara tidak jelas, sehingga dia pun merasa kesal dan memarahinya.
“Kalau begitu kamu harus siap-siap ya.”
“Kamu menyebalkan sekali. Ribet sekali,” keluh Qiao Man.

“Bos Hu memintaku mengatakannya padamu, kamu dipecat,” kata si rekan, memberitahu. “Ini adalah perkataan Bos Hu. Kamu meminjamkan ruang pameran pada orang lain tanpa ijin, membuatnya tidak bisa mengatur pameran tepat waktu.”
“Ini benar-benar keterlaluan,” protes Qiao Man, marah.
“Dia bilang gaji bulan ini tidak akan dia berikan padamu. Dan menyuruhmu untuk segera enyah.”
Mengetahui itu, Qiao Man merasa sangat marah dan pergi untuk menemui Bos Hu langsung.


Ketika Qiao Man bertemu dengan Bos Hu, dia langsung protes dan marah kepadanya. Dan dengan tenang, Bos Hu mengomentari sikap kasar Qiao Man dan menyuruh Qiao Man untuk mencari pekerjaan baru saja.
“Dasar pecundang bodoh,” teriak Qiao Man, marah.

Qiao Man pergi ke tepi laut dan meneriak kan kekesalan nya disana. Dan disaat itu, Hanson datang menemui nya.
“Saya tanya padamu. Lukisan Mercusuar Dunia Lain itu, apa kamu jual pada Lin He Ping?”
“Saya menjual lukisanku, apa urusannya denganmu?” balas Qiao Man, acuh.

Hanson duduk disamping Qiao Man. Dia menjelaskan bahwa dia tahu kalau wanita di dalam lukisan tersebut adalah Qiao Man. Dan Qiao Man begitu menyukai lukisan itu juga, tapi sekarang Qiao Man malah membiarkan lukisan itu untuk di gantung di dinding pria lain. Dan dia merasa cemburu.
“Kamu mengomel terus. Menyebalkan sekali,” keluh Qiao Man, kesal. “Saya berhutang pada Lin He Ping. Lukisan itu, saya jual padanya seharga 50.000 Euro. Itu kesepakatan yang sangat bagus.”
“Bagus apanya?! Saya beri tahu kamu, berapa pun harganya, lukisan Mercusuar Dunia Lain itu tidak boleh dijual. Saya tahu kamu sangat suka lukisan itu,” protes Hanson.
“Suka apa gunanya? Hutang memang harus dilunasi,” gumam Qiao Man, pelan.

Hanson masih tetap tidak setuju dengan Qiao Man. Dan Qiao Man menjelaskan bahwa bila lukisan nya di gantung di pameran, itu akan menjadi karya yang elegan. Tapi kalau lukisan itu bersamanya, itu hanya akan menjadi selembar kertas saja yang hanya di lihat oleh dirinya seorang.
“Dengarkan dirimu sendiri. Apa yang kamu katakan? Siapa kamu? Kamu adalah ceweknya Hanson. Kalau suka, pertahankan. Bagaimana bisa begitu mudah melepasnya. Tenanglah, saya akan membantumu mengambil lukisan itu,” kata Hanson. Lalu dia berjalan pergi.
“Hanson. Hanson,” panggil Qiao Man. Tapi Hanson mengabaikannya.
Yang Lan melaporkan proses pameran seni kepada He Ping. Semuanya sudah siap, bahkan harga untuk setiap barang seni juga sudah beres. Namun ada satu masalah, yaitu lukisan milik Qiao Man, dia masih tidak tahu harus memasang harga berapa. Dan He Ping menjelaskan bahwa tidak perlu memasang harga untuk lukisan Qiao Man, karena dia tidak akan menjualnya.

“Tidak menjualnya? Kenapa, Pak Lin? Perusahaan kita tidak boleh rugi dalam jual beli kan?” tanya Yang Lan, heran.
“Saya ingin mengoleksinya.”
“Maksudmu adalah kamu akan membayar lukisan ini sendiri dan membelinya? Apa itu perlu, Pak Lin? Apa bagusnya lukisan ini?” keluh Yang Lan.
“Saya membelinya untuk menikmatinya, tidak boleh kah?” balas He Ping, tidak senang. Dan Yang Lan masih saja terus mengeluh. Dengan tegas, He Ping pun menyuruhnya untuk pergi dan beristirahat, karena dia tetap tidak akan menjual lukisan tersebut.

Hanson bermain piano dengan tidak karuan. Dia sengaja untuk membuat keributan di rumah An Kailun. Dan An Kailun sama sekali tidak marah padanya.
“Apa yang kamu lakukan di sini?”
“Pinjamkan 50.000 Euro padaku,” kata Hanson. “Saya janji padamu, kamu pinjamkan uangnya padaku, saya tak akan merepotkanmu lagi,” janji nya.


“Kamu harus memberi tahuku mau kamu apakan uang ini. Bagaimana saya tahu apakah kamu akan menggunakannya untuk hal jahat?”
“Iya, saya mau berbuat jahat. Saya mau pergi merampok bank. Pergi membakar tempat, membunuh orang. Bagaimana pun, di matamu saya adalah orang seperti ini,” kata Hanson dengan ketus. “Saya janji padamu, uang itu untuk hal yang pantas,” jelas nya, memohon. “Percayalah padaku.”
An Kailun diam dan memperhatikan Hanson untuk menilainya. Lalu dia mengatakan bahwa dia akan memberitahu bagian keuangan untuk mengirimkan uangnya kepada Hanson. Setelah mendengar apa yang di inginkannya, Hanson berterima kasih dan pergi.
“Presiden An, dia adalah musuh kita. Dan juga dia hanyalah seorang pecundang yang berbisnis. Anda dengan mudah meminjamkan begitu banyak uang padanya. Bagaimana dia bisa mengembalikannya?” tanya Si Sekretaris, protes.
“Ini bukan masalah bisa dikembalikan atau tidak, jangan tanya lagi,” balas An Kailun sambil menutup piano nya dengan tenang.

Sebelum pameran dibuka, Hanson datang menemui He Ping, dan mengatakan bahwa dia ingin mengambil kembali lukisan Qiao Man.
“Kenapa lagi-lagi kamu? Kenapa kamu datang kemari?” tanya He Ping, tidak senang.
“Kenapa? Apa kamu kira saya tak punya uang?” balas Hanson dengan geli.

Dengan tegas, He Ping mengatakan bahwa dia tidak akan menjual lukisan Qiao Man, sebab itu adalah barang koleksinya. Dan Hanson tidak peduli, dia mengeluarkan uang 50.000 Euro dan menunjukkan nya dengan bangga di depan He Ping. Namun He Ping tetap dengan pendiriannya, dia tidak akan menjual lukisan tersebut.
“Saya tak peduli kamu setuju atau tidak. Hari ini, kamu harus menjual lukisan ini padaku. Karena ini adalah lukisan pacarku, Qiao Man,” kata Hanson, egois.
“Pacarmu Qiao Man? Saya tidak pernah dengar hal itu. Itu hanyalah angan-anganmu saja.”
“Katakan sekali lagi,” tantang Hanson, kesal.

Post a Comment

Previous Post Next Post