Distributor: Next Entertainment World
Didalam
rumah. Anak itu berkeliling dan melihat-lihat setiap benda yang ada dirumah Hee
Yeon, seperti foto-foto, buku, kotak perhiasan, serta pakaian. Pada saat itu
terlihat bahwa pantulan wajah anak itu terlihat dicermin.
Lalu
saat anak itu melihat keluar jendela, ia mulai tertawa sendiri. Saat itu ia
sepertinya sedang memandangi Joon Hee yang bermain bersama Ayahnya, lalu ketika ia
mendengar Joon Hee berkata Appa.
Ia
pun meniru Joon Hee dan berteriak,”Appa!”
Didalam
ruangan gudang yang berisikan anjing-anjing, si suami mendengar suara anaknya
yang sedang tertawa,“Kasih dia makan biskuit dia suka banget. Hahaha..”
“Sepertinya
Joon Hee senang sekali?” kata si suami mengatai anaknya. Dan Joon Hee pun membalas
bahwa ia senang sekali sambil tertawa.
“Ini’kan
bukan yang pertama atau kedua kalinya kasih dia makan,” kata si suami lagi. Dan
Joon Hee membalas lagi bahwa ia ingin bisa memberikan dia makan setiap hari,
setiap hari sambil tertawa.
Mendengar
itu si suami terhenti dalam melakukan aktifitasnya dan merasa bahwa ada sesuatu
yang aneh,”Joon Seo?” katanya pelan sambil berjalan untuk melihat asal suara
anaknya yang berada dibalik tirai. Dan ketika itu ia melihat anak itu yang
sedang berjongkok disana.
Lalu
ia pun merasa sedikit heran serta tampak kecewa.
Seorang
pria duduk sambil terus mengoyangkan kakinya dan menggaruk telingannya sesaat,
tampak nya ia kelihatan kurang nyaman berada disana. Tapi pada saat itu Polisi
pria itu datang dan memanggilnya,”Choi Jong Soo-ssi ya?” tanyanya.
Pria
yang duduk tadi membenarkan. Lalu si polisi meminta maaf karena sudah
memanggilnya malam-malam begini dan mulai bertanya,”Anda adalah pemilik mobil
(Hyundai) Sonata 8201, bukan? Mobil Seonsaeng-nim ditemukan di daerah dekat
Jangsan. Coba lihat ini,” kata si polisi sambil memperlihatkan gambar sebuah
mobil.
“Anu,
mata saya..” katanya. Tampaknya mata Jong Soo terlihat kurang baik, karena saat
melihat gambar mobilnya, itu terlihat kabur. Tapi ia pun membenarkan bahwa itu
mobilnya.
“Apa
hubungan Anda dengan Yoo Min Jae-ssi? Yoo Min Jae-ssi ditemukan didepan pintu
gua yang sudah disegel, dalam kondisi sudah meninggal,” kata si polisi. Mendengar
itu Jong Soo tampak kaget, tapi si polisi tidak memperhatikannya dan melanjutkan,”Kapan
terakhir kali Anda bertemu dengan Yoon Min Jae-ssi? Dan apa hubungan kalian
berdua?”
Jong
Soo hanya diam dan tidak menjawab, sehingga si polisi terus memanggil namanya
untuk menyadarkan. Tapi Jong Soo tetap diam, lalu ia menutup sebelah telingannya
seperti mendengar sesuatu. Oppa, kemarilah.. Yeobo, selamatkan aku.. Jong
Soo juga terlihat cemas dan ketakutan sambil memandang sesaat kearah cermin
didepannya.
Setelah
menidurkan anaknya, Hee Yeon keluar dan mematikan lampu kamar anaknya, lalu
dalam kegelapan ia masuk kedalam kamar anak itu. Setelah ia merasa anak itu
telah tidur dan akan keluar, anak itu malah memegang tangannya dan menahannya,”Jangan
pergi. Jangan pergi,” pintanya.
Karena
hal itu, Hee Yeon pun tidak jadi keluar dan duduk menemanin anak itu sebentar.
Jong
Soo mencuci mukanya sambil berkata,”Fokus! Fokus!”
Ketika
itu Jong Soo mendengar suara ketukan, jadi ia mematikan keran air dan berjalan
perlahan ke dekat pintu. Lalu pada saat ia membuka pintu itu, ternyata kosong. Tapi
Jong Soo mendengar suara ketukan dipintu lemarinya, jadi ia pun mengambil tongkat
dan membuka lemarinya. Lalu ia pun tersenyum lega, ketika tidak ada siapapun
didalam lemarinya, tapi pada saat ia melihat kearah cermin dilemarinya. Jong
Soo melihat sebuah tangan yang mengetuk-ngetuk, jadi ia pun terkejut dan jatuh
terduduk.
Anak
itu berjalan dilorong rumah dalam gelap, ia membuka pintu kamarn dan melihat
seseorang yang sedang tidur. Lalu ia masuk dan menutup pintu,”Soon Ja-ah. Ini
oppa.”
Si
suami memanggil anaknya Joon Hee untuk segera turun, lalu setelah itu ia duduk
dimeja makan dan berbicara dengan Hee Yeon,”Anu, anak perempuan itu..”
“Anak
perempuan? Ah, Joon Hee?” balas Hee Yeon.
Si
suami bingung dan berkata bukan, tapi Hee Yeon menjelaskan bahwa nama anak itu
juga Joon Hee. Lalu si suami pun bilang,”Suaranya juga sama persis dengan Joon
Hee.”
Hee
Yeon membantah karena menurutnya suara anak kecil itu sama semuanya, lalu saat
si suami bertanya apa Hee Yeon sudah melapor kepolisi. Hee Yeon mengakui bahwa
ia belum melapor, tapi saat si suami mendesak nya untuk segera melapor, Hee
Yeon malah kelihatan enggan untuk melapor dulu.
Soon Ja, kemarilah.. Ini
Oppa.. Soon Ja.. Oppa ada disini, Soon Ja. Si nenek terus
mendengar suara dikamarnya, sehingga hal itu membuatnya tampak tidak nyaman.
Hee
Yeon memanggil anak itu, lalu ketika itu ia melihat dapur yang tampak
berantakan, bahkan dilantai juga terletak pisau besar.
Setelah
itu Hee Yeon naik ke atas dan memanggil Joon Hee, tapi saat ia melihat kedalam
kamar, Joon Hee tidak ada disana. Malahan ia seperti mendengar suara dari dalam
lemari baju anaknya dan ketika ia membukanya, seekor anjing putih keluar dari
sana. Serta disana Joon Hee sedang duduk sendirian.
Hee
Yeon mengeluarkan Joon Hee dari dalam lemari, lalu ketika itu nenek datang ke
kamar sambil membawa pisau. Dan ketika Hee Yeon berbalik, ia merasa terkejut,
ketika si nenek berlari dan akan menusuk anak itu dengan pisau.
Hee
Yeon pun menahan nenek dan berusaha untuk menenangkannya, tapi nenek malah
menendangnya dan lalu menatap tajam kearah anak itu.
Anak
itu berdiri dengan ketakutan, begitu juga dengan Hee Yeon yang tampak terkejut
ketika melihat itu. Lalu ketika nenek akan menusuk anak itu, Hee Yeon maju dan
menahan nenek serta menyuruh anak itu untuk segera keluar.
Setelah
berhasil menjatuhkan pisau ditangan nenek, Hee Yeon berlari keluar rumah dan
masuk ke dalam gudang bersama dengan anak itu, lalu ia mengunci pintu gudang.
Saat
itu nenek ternyata juga mengikuti mereka. Ia mengedor pintu gudang sambil
mengancungkan pisaunya. Sehingga Hee Yeon merasa sangat ketakutan sekali, lalu
ia mengeluarkan hpnya untuk menelpon si suami.
“Bukan
oppa! Bukan oppa..” kata nenek dari luar pintu,”Bukan oppa.”
Pada
saat itu Hee Yein mendengar suara kaca yang pecah, jadi ia masuk makin kedalam
gudang dan melihat anak itu sedang duduk meringkuk didalam kandang sambil
memegang pecahan kaca.
“Joon
Hee,” panggil Hee Yeon sambil mendekat, tapi anak itu malah mengarahkan ujung
pecahan kaca yang runcing ke leher Hee Yeon.
Hee
Yeon tidak bergerak, ”Tidak apa-apa. Kamu bisa mempercayai Ajumma. Jangan takut.
Percayalah pada Ajumma,” kata Hee Yeon menenangkan anak itu. Lalu saat ia ingin
menyentuh anak itu, ia digigit.
Hee
Yeon tidak marah atau takut, malahan dengan tangan yang lain ia mengelus kepala
anak itu. Dan karena merasakan kelembutan itu, anak itu menangis,”Eomma,”
panggilnya.
Hee
Yeon ikut menangis dan mengakui bahwa ia mengerti perasaan anak itu serta
meminta maaf. Lalu ia mengulurkan tangannya dan tanpa ragu anak itu memegang
tangannya. Setelah itu dengan lembut, Hee Yeon menarik anak itu dan memeluknya.
Si
suami melihat kedalam laci obat-obatan milik nenek yang tidak dimakan, lalu
saat ia mendengar suara nenek yang berkata Bukan oppa, si suami menjadi heran. Dan
ketika itu si suami melihat sebuah cermin yang diselotip,”Eomma? Perbuatan Eomma,
ya?”
Saat
nenek tidak menjawab, si suami pun melepas satu selotip yang menutupi cermin
itu.
Didapur.
Si suami mengakui bahwa sepertinya mereka sudah tidak bisa menjaga nenek lagi,
tapi Hee Yeon malah bilang,”Aku akan merawatnya dengan lebih teliti. Kamu juga tahu.
Eomoni adalah harapan kita yang terakhir.”
Anak
itu datang sambil memanggil Hee Yeon, eomma. Lalu Hee Yeon menemaninya untuk
pergi tidur kedalam kamar, tapi si suami memandangnya dengan heran dan hanya
diam.
Saat
lampu kamar telah dimatikan, anak itu bertanya,”Eomma. Joon Seo itu siapa?”
“Tahu
Joon Seo dari mana?”
“Eomma
’kan selalu memanggilnya? Waktu tidur.”
Hee
Yeon pun bercerita bahwa Joon Seo adalah oppanya Joon Hee, tapi kini dia
menghilang.
Dulu
saat di mall. Hee Yeon meninggalkan anaknya Joon Seo bersama dengan nenek. Dan ketika
itu nenek memegang tangan Joon Seo dengan erat. Tapi saat Hee Yeon kembali, ia
melihat nenek hanya sedang memegang mainan milik Joon Seo.
Dikamar.
Si suami mulai menyimpan semua barang nenek kedalam tas, tapi Hee Yeon yang
melihat itu segera menahannya.
“Kamu
bilang anak kecil itu. semoga saja namanya memang benar Joon Hee,” kata si
suami tiba-tiba membalas perkataan Hee Yeon, tapi Hee Yeon malah tidak mengerti
maksudnya. Jadi dengan tegas si suami meminta Hee Yeon agar besok ia
menyerahkan anak itu ke kantor polisi.
“Sekarang
masalahnya bukan anak kecil itu. Kamu tidak tahu apa yang terjadi hari ini?”
“Karena
itu, bawa saja Eomma ke sanatorium. Sekarang kamu sendiri saja sudah kewalahan.
Kamu sanggup menjaga Ibuku dan anak kecil itu?”
“Kenapa
kamu menganggap segala sesuatu itu sangat sederhana? Joon Hee juga mau disuruh
pergi. Eomma juga mau disuruh pergi. Dengan mengusir semua orang pergi, masalah
akan terselesaikan dengan lancar? Pernahkan kamu memikirkan Joon Seo? Putramu. Putra
kita, Joon Seo.”
Si
suami tidak bisa berkata apa-apa dan tampak frustasi dengan kelakuan Hee Yeon. Apalagi
dengan menangis Hee Yeon berkata,”Aku setiap kali melihat anak perempuan itu,
aku selalu teringat akan Joon Seo. Mungkin Joon Seo berada disuatu tempat dan
berharap akan ada orang yang bersedia membantunya. Aku tidak sanggup melepaskan
Joon Seo. Aku akan terus mencari Joon Seo.”
Hee
Yeon mengambil barang nenek dan memasukannya kembali sambil menangis dan ketika
itu anak itu masuk kedalam kamar. Si suami berusaha menghentikan Hee Yeon
bahkan ia sambil marah, karena sudah tidak bisa lagi bertahan dengan kelakuan
Hee Yeon.
Joon
Hee berdiri didekat pintu dan menangis melihat kedua orangnnya bertengkar.
“Hee
Yeon-ah. Kamu tahu Joon Seo kita.. Joon Seo kita sudah meninggal,” aku si suami
dengan sedih, lanjutnya,”Kamu harus menganggapnya sudah meninggal. Kamu harus
lepas tangan. Tidak bisa jika kamu seperti ini terus. Kamu harus lepaskan.”
Hee
Yeon terdiam dan menangis.
Soon Ja-ah..
nenek mendengar suara itu lagi, suara yang memanggil namanya untuk kemari. Jadi
nenek dengan ketakutan menutup telingannya. Soon Ja kemarilah. Aku ada disini.
“Oppa
ku sudah mati,” kata nenek gemetar.
Apa maksudmu? Aku masih
hidup. Aku ada disini. Kemarilah.
“Eonni-ah,
itu bukan oppa kita. Eonni, kita pulang saja. Eonni, kita pulang saja!” kata
nenek lagi.
Sepertinya
suara itu berasal dari dalam cermin, bahkan dari sana juga tampak sebuah mata
yang memandang kearahnya. Di sinilah rumah kita. Soon Ja-ah, aku ada di sini
bersama dengan oppa.
Nenek
berbalik dan memanggil,”Eonni aku sangat merindukamu. Eonni, aku sangat
merindukanmu,” katanya sambil menangis.
Soon Ja-ah. Di situ
sangat menderita, bukan? Kemarilah. Kemarilah. Soon Ja-ah. Di sini adalah rumah
kita. Mendengar
bisika itu terus menerus, nenek tampak tidak tahan dan berjalan menuju kearah
cermin.
Pagi
hari, Hee Yeon memanggil nenek dan masuk kedalam kamarnya, tapi kosong. Jadi ia
mencari diruangan lain, tapi tetap tidak ketemu. Bahkan si suami juga mencari
nenek digudang, tapi tidak ada juga.
Pada
saat masuk kedalam kamar nenek, si suami melihat kearah cermin yang lem nya
terbuka sedikit, karenannya semalam. Dan ketika itu si suami melihat suatu
cairan menetes, jadi ia pun membuka semua selotip yang menutupi cermin itu.
Ketika
ia telah membuka semua sebagian selotip yang menutupi cermin, si suami tampak
kaget. Ternyata tampak sebuah jejak tangan seorang anak kecil di cermin tersebut.
Dihalaman.
Si suami bertanya kepada anak itu,”Kamu tahu Halmeoni pergi ke mana, ‘kan?”
Langit
berubah gelap dan hujan pun turun dengan deras. Dari kejauhan wanita dengan
tongkat, berdiri dan memandangin rumah mereka.
Polisi
datang kerumah mereka. Dan Hee Yeon menjelaskan keadaannya kepada si polisi,”Suamiku,
seharian ini tidak berhasil dihubungi. Setelah kupikir-pikir mungkin terjadi
sesuatu dengannya pada saat sedang mencari Eomoni. Bagaimana ini? Di daerah sini.. di daerah dekat sini sepertinya ada yang
aneh.”
“Apanya?”
tanya si polisi.
“Eomoni
dan suamiku juga. Anu.. sebelumnya ada juga kakak beradik yang mencari anjung
mereka. Joon Hee. Orang tua anak perempuan bernama Joon Hee itu sepertinya
kehilangan anak mereka di daerah ini.”
Si
polisi heran dan menanyakan maksud dari perkataan Hee Yeon, jadi Hee Yeon
menjelaskan,”Sebelumnya bukankah aku pernah bilang ada anak perempuan dan
meminta bantuan kalian untuk mencarinya? Malam itu kami menemukan anak kecil
itu didepan rumah kami. Untuk sementara ini dia berada dibawah asuhanku. Coba konfirmasi
dengan Tim pencarian orang hilang!”
Si
polisi pun ingin berjumpa dengan anak itu. Tapi saat mereka mencari, anak itu
tidak berada dikamar. Lalu ketika itu sipolis melihat sebuah cermin yang
ditutup dengan selotip, seperti dikamar nenek.
Pada
saat itu, seorang petuga berkata bahwa tidak pernah ada kasus anak perempuan
hilang yang bernama Joon Hee yang dilaporkan ke polisi. Karena itu si polisi
menanyakan tentang wajah dan perawakan anak itu kepada Hee Yeon. Jadi Hee Yeon
menjelaskan kepada mereka, seperti tinggi dan pakaian yang dipakai oleh anak
itu dulu.
Diluar
rumah, si polisi menyuruh Hee Yeon untuk tidak khawatir, karena dia pasti akan
mencari disekitar. Lalu pada saat itu si polisi mengeluarkan ponsel nya dan
memperlihatkan foto seorang anak perempuan kecil dan Ayahnya.
Melihat
itu Hee Yeon segera membenarkan bahwa anak yang ada difoto itu benar, tapi saat
ia melihat si polisi terdiam, ia menjadi heran.
“Foto
ini bukan diambil baru-baru ini. Tapi lebih kurang ditahun 80-an,” kata si
polisi.
Didalam
hujan, Hee Yeon terus mencari-cari anak itu. Sedangkan dikantor si polisi membuka
kembali dokumennya.
Tulisan
dalam dokumen itu :
Tanya : Anak kecil itu
siapa?
Jawab : Tidak tahu. Pertama kali melihat anak kecil itu, dia
sedang berdiri di sana dan berkata jika dia lapar.
Tanya : Mengenai anak
kecil, ada hal lain lagi yang diceritakan?
Jawab : Tidak kepadaku, tapi waktu subuh aku mendengar dia
telepon dan membicarakan anak kecil itu. Aku waktu itu sedang berada di kamar
jadi tidak mendengar terlalu jelas. Anak perempuan kecil itu berkata kepadanya “Kemarilah”.
Lalu
saat ia membali halaman selanjutnya, si polisi melihat sebuah foto lama. Dimana
ada seorang pria berdiri didepan gua.
Hee
Yeon masih saja mencari anak itu, bermodalkan senter, ia mencari ditengah
hujan. Tapi tiba-tiba ia dikejutkan oleh wanita dengan tongkat.
Tags:
The Mimic