Distributor: Next Entertainment World
Saat
sedang mencari anak itu, Hee Yeon dikagetkan oleh tangan si wanita dengan
tongkat yang menyentuhnya tiba - tiba dari belakang.
“Namanya
adalah Jangsanbeom (Harimau Gunung Jang). Di daerah sekitar sini, itu adalah
roh jahat yang merupakan legenda rakyat. Roh jahat yang dapat meniru suara
manusia dan memikat hati manusia. Di daerah ini, Mudang (sejenis penyihir),
yang melayani jangsanbeom ini boleh dibilang cukup banyak. Dan mudang itu,
setelah pindah ke sini, juga mulai mengabdi pada jangsanbeom,” jelas si wanita
dengan tongkat sambil memperlihatkan gambar seekor harimau.
Dalam
ceritanya, tampak seorang laki-laki yang sedang berdiri dipintu gua.
“Dulunya
dia adalah mudang yang tidak begitu memiliki kemampuan. Semenjak mulai mengabdi
pada jangsanbeom mendadak kekuatannya berubah menjadi luar biasa. Sepertinya ia
menjadi yang terpilih.”
Dalam
ceritanya, seorang perempuan sedang memanen sayur, tapi ketika itu ia mendengar
suara binatang yang berasa dari sebuah gubuk kayu kecil. Jadi perempuan itu
pergi kesana dan mengintip, tapi betapa kagetnya ia, saat ia melihat seekor
anjing yang dibunuh dan seorang laki-laki yang bersuara seperti anjing.
Sehingga perempuan itu pun berteriak dan kabur,”Dong Wook Abeoji! Dong Wook
Abeoji!”
Lalu
laki-laki itu (mudang) mulai menirukan suara perempuan tadi. Ia memandang
dirinya sendiri pada cermin,”Dong Wook
Abeoji! Dong Wook Abeoji! Dong Wook Abeoji ? Dong Wook Abeoji! Dong Wook Abeoji!”
katanya.
Dibelakang
mudang tersebut, anak itu memperhatikan dia dari balik tembok.
“Mudang
itu memiliki seorang anak perempuan. Kemampuannya tidak kalah hebatnya. Dibawah
siksaan Ayahnya yang sungguh kejam, anak itu terus menanti kepulangan Ibunya
yang telah pergi melarikan diri,” lanjut si wanita dengan tongkat.
“Pasti
sangat merindukan eomma,’kan? Katanya eomma akan segera pulang. Sekarang, eomma
seumur hidup akan berada di sisimu. Eomma.. eomma..” kata anak itu sendirian
didalam rumah dan diluarnya Mudang (Ayahnya) itu memperhatikan dia.
Tali
yang ditempeli kertas jimat, dipasang disekeliling hutan. Lalu seorang pria
memaikan gendang dan mudang tersebut menari. Disana seekor binatang yang telah
mati diletakan sebagai pengorbanan atau persembahan. Dan dibalik tembok, anak
itu memperhatikan semua itu.
“Jangsanbeom
secara perlahan-lahan menelan jiwa si mudang. Tapi ia masih belum juga puas. Ia
menginginkan jiwa yang lebih murni dan lebih kuat.”
Saat
Mudang (Ayahnya) menyadari keberadaannya. Anak itu segera masuk kedalam rumah,
tapi Mudang tersebut masuk dan menangkap dia. Walaupun anak itu menjerit dan
menangis, si mudang tetap tidak peduli, malahan dengan kejam ia memasukan anak
itu kedalam kendi berukuran sedang, lalu menutupnya.
Setelah
itu mudang tersebut kembali menari-nari melakukan ritual. Sedangkan anak itu
menangis dari dalam kendi tersebut sambil terus memanggil Ibunya. Tapi si
mudang tampak makin menggila, ia mengambil darah binatang persembahannya, lalu
melumurkan nya dibadannya sendiri. Dan musik gendang pun berhenti.
“Dan
mereka pun menghilang begitu saja. Di perkirakan sudah menjadi abdi dari
jangsanbeom. Semenjak hari itu, orang – orang mulai menghilang satu persatu.
Sepertinya orang – orang itu digunakan sebagai persembahan kurban. Karakter
yang lebih kuat adalah anak perempuan itu. Setelah anak perempuan kecil itu
membuka jalan, mudang tersebut akan segera menjelma. Jika bertemu dengan gadis
kecil itu, tidak lama setelah itu, akan mulai melihat mudang tersebut.”
Hee
Yeon tampak tidak mempercayai perkataan si wanita dengan tongkat dan menyangkal
bahwa anak itu sikapnya baik – baik saja kepada mereka, tapi si wanita dengan
tongkat itu segera memegang tangannya dan meminta Hee Yeon untuk jangan percaya
padanya sama sekali, karena tanpa pandang bulu, entah itu perasaan bersalah,
amarah, ataupun rindu, begitu kelemahan itu muncul, ia akan memanfaatkan
kesempatan itu untuk masuk, lalu ia bertanya bagaimana dengan Hee Yeon.
“Seiring
dengan melemahnya emosi jiwa, penglihatan akan menjadi semakin buram,” jelas si
wanita dengan tongkat, karena tampaknya Hee Yeon masih tidak mengerti.
Hee
Yeon segera memegang wajahnya, lalu wanita itu memberikan sebuah benda bulat
untuk digantungkan dirumah, sehingga untuk waktu yang singkat itu akan memblok
mereka untuk bisa masuk. Mendengar itu Hee Yeon tampak ketakutan dan tiba-tiba
lonceng dirumah wanita itu berbunyi, jadi ia segera menyuruh Hee Yeon untuk
pergi.
Dengan
buru-buru Hee Yeon segera pergi dari rumah wanita itu.
Dikamar.
Saat sedang tidur, Joon Hee mendengar namanya dipanggil, jadi ia bangun dan
keluar sambil mengeluh,”Eomma? Eomma mataku terasa aneh sekali.”
“Joon
Hee-ah, cepat ke mari! Kita harus segera pergi. Sini ke tempat Eomma, cepat ke
mari,” panggil suara itu dari balik pintu.
Jadi
Joon Hee dengan agak ragu awalnya berjalan perlahan menuju pintu, tapi pada
saat itu ia melihat sesuatu terjatuh. Dan suara Hee Yeon yang menyuruhnya untuk
menunggu sebentar, karena ada sedikit bahaya. Tapi Joon Hee tetap mendekat dan
ia kaget ketika melihat sesuatu yang aneh, jadi ia berlari keluar dari rumah.
Suara
itu pun mengejarnya dan terus memanggil namanya. Lalu Joon Hee pun bersembunyi
didalam kandang anjing di gudang. Dan ketika itu anak itu masuk, lalu
mengajaknya untuk pergi, tapi Joon Hee dengan ketakutan mulai menangis dan
menolak ajakan anak itu.
Anak
itu mendekat perlahan padanya sambil mengacukan pecahan kaca ditangannya,”Joon
Hee, kemarilah. Tidak apa-apa Joon Hee. Aku bisa kau percaya. Ayo, tataplah
mataku. Jangan takut. Joon Hee, percayalah padaku. Ayo! Hmm?” kata anak itu,
lalu mengulurkan tangannya.
Tepat
pada saat itu, Joon Hee mendengar suara Ibunya yang berteriak memanggil dia.
Didalam rumah, Hee Yeon mencari Joon Hee yang menghilang, lalu saat ia masuk ke dalam kamar mandi, ia melihat sebuah bekas jejak tangan seorang anak kecil di cermin. Hal itu membuat Hee Yeon semakin panik mencari anaknya.
Saat
Hee Yeon membuka pintu lemari, ia melihat anak itu sedang bersama dengan Joon
Hee. Lalu Joon Hee berkata,”Eomma, Joon Hee telah menyelamatkanku.”
“Orang-orang
yang menghilang itu, tidak ada cara
untuk menyelamatkan mereka?” tanya Hee Yeon sebelum nya pada si wanita dengan tongkat.
“Gua
adalah teritori jangsanbeom. Yang tahu jalan ke sana hanyalah gadis cilik
tersebut.”
Hee
Yeon menanyakan kepada anak itu tentang siapa nama aslinya, tapi kali ini ia
ingin anak itu menjawab dengan jujur. Lalu saat anak itu tetap diam, ia memegang
tangan anak itu dan menanyakan keberadaan nenek serta suaminya, serta Hee Yeon
meminta anak itu untuk mengantarkannya.
Tapi
anak itu melepaskan tangan Hee Yeon, lalu menatap Hee Yeon dan bertanya,”Kamu
pasti akan melindungiku, ‘kan? Kau pasti akan berada di sisiku, ‘kan?”
Hee
Yeon mengangguk, lalu ia memeluk anak itu dan membelainya. Setelah itu Hee Yeon
segera bersiap-siap, ia menutup semua cermin, jendela serta pintu dan memasang
benda yang diberikan oleh wanita dengan tongkat kepadanya dipintu kamar
anaknya.
Lalu
ia memberitahu anaknya,"Dongeng apa yang paling digemari oleh Joon Hee?”
“Haenim
Dalnim (Matahari dan Bulan),” balas Joon Hee.
“Iya
ya? Haenim Dalnim. Kalau begitu, mulai sekarang Joon Hee akan berubah menjadi
Haenim Dalnim. Untuk bisa memangsa Joon Hee, harimaunya akan berpura-pura
menjadi eomma dari luar pintu. Di saat itu apa yang diperbuat Haenim?”
“Meminta
harimaunya untuk mengulurkan tangannya.”
“Betul.
Kalau begitu Joon Hee saat mendengar suara Eomma akan langsung percaya atau tidak
percaya?”
“Tidak
percaya.”
“Tidak.
Tidak boleh percaya siapapun. Mengerti? Jika malam ini telah berlalu dan eomma
belum juga kembali segera hubungin Ajeossi polisi,” kata Hee Yeon sambil
memberikan sebuah kartu nama, Detektif Kim Jin Yong.
Setelah
itu Hee Yeon pergi bersama anak itu, mereka berjalan masuk kedalam hutan dan
lalu kedalam gua tersebut. Lalu di dalam anak itu memberitahu Hee Yeon untuk
jangan mengeluarkan suara apapun, tidak peduli suara apa pun yang terdengar,
jangan sekali-kali dijawab. Anak itu memegang tangan nya dengan erat, jadi Hee
Yeon balas menggenggamnya.
Mereka
masuk menuruni tangga dam dengan cahaya dari lampu senter, mereka berjalan
makin masuk kedalam. Ketika itu terlihat bahwa mereka sudah tidak saling
berpegangan tangan lagi, tapi anak itu berjalan didepan Hee Yeon dan menuntun
nya.
Suara
tetesan air terdengar dari dalam gua. Lalu tampak penglihatan Hee Yeon jadi
makin kabur, jadi ia mengucek matanya dan tanpa sadar ia terjatuh, serta
bersuara. Tapi ketika ia bangun, ia mendengar suara yang bertanya. Siapa? Eomoni ya?
Eommama. Kau disana?
Anak
itu tampak ketakutan dan sedikti mundur. Lalu pada saat itu Hee Yeon mendengar
suara suaminya,”Maaf, ada orang di sana? Mataku sekarang tidak bisa melihat
sama sekali. Tolong bantu aku.”
Lalu
ia mendengar juga suara anaknya, Joon Hee, yang menangis,”Eomma. Saat mengikuti
Eomma, aku tersesat. Aku tidak tahu di sini itu dimana.”
Lalu
suara suami yang menyahut,”Joon Hee! Joon Hee ya? Joon Hee, Eomma ada di sini.
Hee Yeon, kau disana ‘kan? Hee Yeon, sekarang mataku tidak bisa melihat.”
Hee
Yeon kebingungan mendengar suara-suara itu, tapi ia lalu berjalan ke arah suara
anaknya. Tapi ketika itu suara suami berteriak lagi memanggilnya,”Hee Yeon,
jangan dengarkan suara itu! Bisa jadi itu adalah suara gadis kecil itu. Hee
Yeon jangan percaya pada anak gadis itu! Aku jadi seperti ini karena mengikuti
anak kecil itu. Hee Yeon, kamu bisa dengar aku bicara?”
“Eomma,”
teriak sebuah suara memanggilnya,”Di sini ada seoang ajeossi yang sangat aneh.
Dia mendekatiku.”
Anak
itu yang bersama Hee Yeon masih tetap berdiri dan diam saja dibelakang Hee
Yeon, tapi karena mendengar suara itu Hee Yeon tidak tahan lagi dan berteriak
memanggil nama anaknya,”Joon Hee! Joon Hee!”
Karena
hal tersebut, anak itu memegang tangan Hee Yeon dengan wajah sedih, ia berusaha
menyadarkan Hee Yeon. Tapi Hee Yeon tidak peduli lagi dan berjalan masuk makin
kedalam. Dan tepat ketika itu seseorang dengan tubuh berdarah keluar dan
mengejar mereka, sehingga mereka segera berlari dan bersembunyi.
Pada
saat itu Hee Yeon mendengar suara-suara lagi yang membuatnya menjadi stress dan
bingung, jadi ia menutup telingannya. Tapi ketika itu sebuah tangan menyentuh
Hee Yeon dari belakang dan suara suaminya mengajak Hee Yeon untuk beristirahat
dengan tenang karena selama ini sudah melelahkan bagi mereka.
Dan
tiba-tiba Hee Yeon mendengar teriakan suaminya agar menyingkir dari situ, jadi
Hee yeon tersadar dan segera berlari menjauhi tangan itu.
Lalu
dia melihat suaminya dan didepan mereka ada sebuah kaca besar. Didalamnya
seseorang mencoba untuk keluar dengan memecahkan kaca itu, tapi karena si suami
tidak mampu untuk melihat lagi, maka ia meminta Hee Yeon untuk pergi duluan dan
memanggil bantuan.
Si polisi
datang dan masuk kedalam hutan. Sedangkan didalam gua Hee Yeon masih berusaha
untuk memanjat naik keatas, tapi ia tidak sanggup, bahkan ponselnya pun
terjatuh dan ketika tangannya akan terlepas dan ia akan jatuh. Sebuah tangan
memegangnya dan bertanya apa ia tidak apa-apa.
Melihat
wajah si mudang yang tampak hancur dan berdarah sambil tersenyum kepadanya,
segera Hee Yeon melepaskan tangannya dan terjatuh. Si suami yang masih berada
dibawah segera membantu Hee Yeo untuk berdiri dan tidak jauh dari situ, saat
anak itu melihat kejadian itu dan ia segera berlari.
Si
suami dan Hee yeon pun ikut berlari, tapi ketika itu mudang tersebut muncul
untuk menangkap mereka dan anak itu. Sehingga mereka bertiga menjadi ketakutam,
lalu tepat ketika itu cermin besar itu retak dan dari bawah mutang itu tampak
sudah tidak kuat lagi.
Jadi
karena manyadari situasi itu, si suami segera mengajak Hee Yeon untuk segera
pergi. Tapi anak itu memanggil Hee Yeon dan menghentikan gerakan Hee
Yeon,”Eomma.”
Hee
Yeon tampak tidak tega untuk meninggalkan anak itu sendirian, tapi si suami
yang mendengar suara anak itu segera berkata,”Anak perempuan itu? Hee Yeon.
Jangan percaya padanya. Jangan sekali-sekali percaya padanya! Cepat pergi Hee
yeon! Hee Yeon!”
Anak
itu menangis meminta Hee yeon untuk tidak pergi, sehingga Hee Yeon menjadi
dilema. Tapi tepat ketika itu Hee Yeon sadar penglihatan nya tampak makin
kabur, jadi ketika si suami menarik tangannya ia pun pergi keluar mengikuti
suami itu.
“Eomma,
bukankah kamu bilang akan melindungiku? Eomma! Eomma! Bukankah kamu bilang akan
selalu berada di sisiku?” tangis anak itu sambil memanggil-manggil Hee Yeon.
Cermin
itu akhirnya pecah dan si mudang pun menghilang.
Hee
Yeon menuntun suaminya untuk keluar. Tapi ketika ia mendengar suara anak nya
Joon Seo, Hee Yeon berbalik. Tapi si suami gantian menuntun Hee Yeon dan
mengajaknya untuk segera keluar,”Yeobo! Kita harus secepatnya naik ke atas.
Yeobo! Itu bukan Joon Seo. Kau juga tahu.”
Hee
Yeon tidak tega dan kembali turun kebawah, walaupun si suami berteriak
memanggilnya. Hee Yeon tetap berjalan dan masuk, lalu ia meminta maaf kepada
suaminya.
Sambil
menangis Hee Yeon berjalan masuk makin kedalam kembali dan menuju ke arah suara
anaknya. Walau ia sudah tidak bisa melihat dengan jelas, ketika Hee Yeon
melihat anaknya, ia segera berlari dan memeluk anak itu,”Joon Seo! Joon Seo!
Eomma sangat merindukan mu, Joon Seo.” Katanya sambil menangis. Anak itu pun
balas memeluk Hee Yeon dengan erat-erat.
Si
polisi membantu si suami untuk keluar. Sedangkan Hee Yeon pergi bersama dengan
anak itu, masuk dan makin masuk sangat dalam, hingga akhirnya mereka
menghilang.
Pintu
gua itu pun ditutup dan diberikan garis polisi berwarna kuning. Tapi suara-suara
didalam hutan itu masih terdengar dari jauh, Eomma, Eomma, kau mau meninggalkanku? *suara
anak kecil tertawa* Eomma, kemarilah. Aku merindukanmu. *suara anak kecil tertawa*. Suara
lonceng.
Tags:
The Mimic