Sinopsis C- Drama : Go Ahead Episode 29

 


Original Network : Hunan Tv, iQiyi, Mango TV

Jian Jian menanyai, sampai kapan Ziqiu akan mengabaikannya seperti ini. Dan Ziqiu diam, tidak menjawab. Jian Jian kemudian mengomentari bahwa Ziqiu ini selalu saja menghadapi semuanya sendirian. Bahkan Ziqiu lebih memilih untuk meminjam uang dari bank, daripada memakai uangnya. Kepadahal mereka ada keluarga. Jian Jian tidak ingin mereka menjadi seperti dulu, mereka hampir saja putus hubungan hanya karena mereka saling tidak mengatakan isi hati sesungguhnya.

Aku juga tak bermaksud lain, hanya tak ingin katakan hal yang tak menyenangkan, kalian jadi ikut tak senang,” jelas Ziqiu, merasa sedikit bersalah.


Aku mengkhawatirkanmu jadi tak senang. Kau mengabaikanku, hatiku sakit sekali,” kata Jian Jian dengan sikap sedikit berlebihan. “Sungguh. Hatiku ini seperti kaca, sangat mudah hancur. Aku sering berpikir, kakakku seorang diri menderita, dia mengikat dirinya di tiang salib. Hatiku mulai berdarah. Tiba-tiba merasa, hidup ini tak menarik,” jelasnya.

Mendengar itu, Ziqiu memukul kepala Jian Jian dengan pelan supaya Jian Jian berhenti berbicara asal- asalan. Dan dengan kesal, Jian Jian mengeluh.

“Kau pilih Ling Xiao bukan aku, aku tak boleh bersedih?” tanya Ziqiu, menjelaskan perasaannya. Jika aku baik-baik saja, bersenang-senang, bukankah itu gila? tanyanya. Dan Jian Jian langsung terdiam.

Benar juga. Jadi kau ingin sedih berapa hari lagi? tanya Jian Jian sambil tersenyum manis. Dan mendengar itu, Ziqiu tersenyum kecil serta sengaja tidak mau menjawab.


Ziqiu lalu menyalakan keran dan menyiram si anjing. Ketika terkena air, si anjing merasa tidak nyaman dan ingin melarikan diri. Tepat disaat itu, Ling Xiao membuka pintu kamar mandi dari luar. Dan si anjing pun langsung berlari kabur.

Apa itu? tanya Ling Xiao, terkejut. Dan Jian Jian serta Ziqiu memberikan tatapan kesal padanya.


Direstoran Li. Saat makan mie bersama, Jian Jian memberikan sepotong daging ke dalam mangkuk Ling Xiao sambil tersenyum manis. Dan melihat itu, Ziqiu merasa cemburu. Menyadari itu, Jian Jian pun langsung menaruh dua potong daging ke dalam mangkuk Ziqiu sambil tersenyum manis juga.


Kita buat perjanjian. Li Jian Jian ingat, tegas Ziqiu. Pertama, perlakukan dengan adil, jangan pilih kasih. Kedua, jika pacarmu dan kakakmu bertengkar, kau harus memihak pada kakakmu. Ketiga, jika pacarmu jahat padamu, kakak pasti memukulnya, jelas nya dengan sikap seperti seorang kakak.


Mendengar itu, Ling Xiao ingin protes. Tapi Jian Jian menghentikannya supaya jangan protes dan mengalah saja. Melihat itu, Ziqiu merasa puas.

Karyawan Li kemudian datang dan memberitahu Jian Jian bahwa tampaknya Li Haichao tidak menyukai Hongying.


Tepat disaat itu, Li Haichao pulang bersama dengan Hongying. Dan Ling Xiao, Ziqiu, dan Jian Jian, langsung menatap mereka berdua dengan penuh arti. Dan Li Haichao merasa agak canggung. Lalu sebelum Li Haichao saling memperkenalkan mereka berempat, Hongying sudah memperkenalkan dirinya sendiri duluan, lalu dia menanyai yang mana Ziqiu dan Ling Xiao. Kemudian dia memuji Jian Jian.


Guru Zhang, begini, kau ke dapur dulu persiapkan bahannya. Yang tadi aku katakan di jalan. Aku mau bicara dengan anak-anak, kata Li Haichao, mengusir Hongying dengan halus.

Baiklah. Kalian bicaralah, kata Hongying dengan ramah.


Dengan senang, Jian Jian menggoda Li Haichao karena pulang bersama dengan Hongying. Dan Li Haichao menjelaskan bahwa mereka berdua bukan pulang bersama, tapi tadi mereka hanya tidak sengaja bertemu di pasar.

Kebetulan bertemu, kata Jian Jian dengan serius. Mungkin kelak setiap hari akan kebetulan bertemu, godanya sambil tertawa.

Ziqiu tidak setuju bila Li Haichao menikah lagi, karena Hongying sudah punya dua anak. Jika mereka berdua menikah, maka Jian Jian akan memiliki kakak baru. Tapi Jian Jian sangat setuju bila Li Haichao menikah lagi. Dan Li Haichao merasa agak malu- malu, sebab dia sudah tua, jadi dia tidak terlalu memikirkan lagi tentang cinta. Lagian dia dan Heping masih bisa saling membantu dan melewati hari dengan baik, dan itu sudah cukup baginya.

Ayahku tak peduli banyak, hanya beri uang. Ayah dibantu apa? tanya Ling Xiao.

Ada uang pria sejati, tak ada uang pria breng…” jawab Li Haichao, lalu dia berhenti dan tertawa malu- malu. Tak ada uang jadi susah. Anak muda jangan meremehkan uang, uang tetap sangat penting, jelas nya, menasehati.


Ayah Li. Aku dan Ayahku berbeda. Jika karir dan keluarga tak merata, aku jaga keluarga dulu, kata Ling Xiao dengan serius.

Mendengar itu, Ziqiu tersedak. Dan Jian Jian langsung menendang kakinya di bawah meja. Tapi karena sama sekali tidak tahu, Li Haichao tidak menyadari itu.

Sungguh bagus. Anak ini sungguh baik. Yang menikah denganmu pasti sangat bahagia, puji Li Haichao.

Dengan senang, Ling Xiao memegang tangan Jian Jian dan membuat pengakuan. Jadi Ayah Li, serahkan Jian Jian padaku dengan tenang, pintanya.


Aku tenang. Aku tentu saja…” kata Li Haichao, lalu tiba- tiba dia merasa ada alarm yang berbunyi dengan keras di kepalanya. Dan kemudian dian menatap ke arah Ziqiu yang sedang sibuk makan mie.

Ayah, tenang saja. Jika mereka tak baik-baik, aku gantikan dia, kata Ziqiu, menenangkan Li Haichao.

Gantikan apa? Mengisi tempat, koreksi Jian Jian.

Ini…” kata Li Haichao, masih syok dan bingung.

Ayah, jangan khawatir, kami urus masalah kami sendiri, kata Jian Jian, menenangkan Li Haichao.


Tepat disaat itu, Hongying memanggil. Dan Li Haichao ingin menjawab tunggu sebentar. Tapi Jian Jian langsung menjawab iya.

Lalu Jian Jian menarik Li Haichao dan mendorong nya untuk pergi ke dapur saja. Ayah, cepat. Cepat bantu Bibi, katanya.

Setelah itu, Jian Jian kembali memakan mie nya dengan tenang.


Tang Can berdandan seperti bule dan memakai seragam pramugari. Dia menemani seorang kakek tua yang menderita Alzheimer untuk menonton film bersama dibioskop. Kakek tua itu menganggap Tang Can sebagai Istrinya yang telah tiada.



Setelah selesai, cucu dari si kakek mengucapkan terima kasih kepada Tang Can. Beruntung ada kamu, jika tidak, kakekku nanti pasti ingin datang nonton lagi, katanya.

Tidak apa- apa, aku dibayar, balas Tang Can dengan ramah.

Terima kasih, Tang Can. Sampai jumpa lagi, kata si cucu. Lalu diapun membawa kakek nya pergi.


Tepat disaat itu, Ibu Zhuang menelpon. Dan dengan ragu, Tang Can mengangkat telpon darinya. Halo, Bibi. Zhuang Bei tidak bilang? Akhir-akhir ini aku sibuk hal lain, tak ada waktu terima pesanan. Bibi minta pengembalian dana saja Tak perlu, aku tak kekurangan uang, Bibi. Anda jangan pilih pembayaran  Bibi. Halo.

Dengan lelah, Tang Can menghela nafas berat. Lalu dia menelpon Zhuang Bei, dan mengeluh padanya.



Dicafe. Zhuang Bei memohon supaya Tang Can bisa bertahan sebentar lagi saja. Karena Neneknya akan segera berulang tahun ke- 70 tahun. Dan Ibunya sudah memamerkan foto Tang Can ke teman- temannya. Jadi hanya Tang Can yang bisa melakukan pekerjaan ini sekarang.

Ibumu bukan ingin bawa aku, dia ingin bawa pacar anaknya ke sana. Yang sangat berbakti itu. Cepatlah cari satu, kata Tang Can, menolak.

Jika begini ibuku akan merasa malu, kan? pinta Zhuang Bei, memohon.

Ibumu malu apa hubungannya denganku? Itu bukan ibuku, balas Tang Can, tidak peduli.


Tepat disaat itu, ketika ponsel Zhuang Bei tidak sengaja jatuh dan menyala. Tang Can melihat foto Mingyue di wallpaper ponsel nya. Dan dia merasa terluka.


Yang kau foto kami berdua, 'kan? Mana bagianku? tanya Tang Can, terluka. Dan Zhuang Bei, tidak bisa menjawab. Aku mengerti. Aku bagian yang dibuang itu, katanya. Lalu diapun pergi.

Tang Can menangis dengan keras didalam kamarnya.


Jian Jian merasa stress memikirkan masalah Ziqiu, karena bunga dari kartu kredit itu cukup besar. Dan Ling Xiao menyarankan Jian Jian untuk membayarkan saja langsung ke bank nya. Tapi Jian Jian tidak tahu nomor kartu kredit Ziqiu, jadi dia tidak bisa.

Aku tahu, kata Ling Xiao.

Kau tahu? tanya Jian Jian, bersemangat.


Ingin tahu? tanya Ling Xiao. Dan Jian Jian, mengiyakan. Coba bermanja, perintahnya sambil tersenyum.

Dengan waspada, Jian Jian memeriksa ke sekeliling nya. Setelah yakin tidak ada orang lain dirumah, diapun langsung menciumin wajah Ling Xiao dengan manja. Lalu ketika bibir mereka hampir mau bersentuhan, Li Haichao pulang. Dan dengan panik, Jian Jian pun langsung duduk menjauh dari Ling Xiao.


Melihat sikap mereka berdua, Li Haichao merasa agak curiga. Ling Xiao, bantu aku beli koyo, merek yang sering kupakai, perintahnya.

Baik, aku pergi sekarang, kata Ling Xiao, mengerti.



Setelah Ling Xiao pergi, Li Haichao langsung menanyai Jian Jian, apa hubungan  antara Jian Jian dan Ling Xiao sekarang. Dan Jian Jian mengakui dengan jujur bahwa sekarang mereka berpacaran. Dan mengetahui itu, Li Haichao merasa agak kurang nyaman, karena hubungan Chen Ting dan keluarga mereka agak kurang baik, Chen Ting membenci keluarga mereka.

Seharusnya tak masalah, sepertinya dia sudah berubah baik, komentar Jian Jian, menjelaskan. Kemarin saat dia telepon dengan kakak, aku ada di sana. Dia berbincang denganku, terasa sangat akur.

Benarkah? tanya Li Haichao, tidak yakin.

Benar. Dan mungkin setelah dia bertambah umur, tiba-tiba berubah jadi baik. Dan meski dia tidak suka, terus kenapa? balas Jian Jian dengan sikap santai. Tidak masalah, tegasnya, menenangkan Li Haichao.


Didalam kamar. Mingyue selesai mengetik surat permohonan pemindahan ke Beijing. Tapi saat akan mengirim itu, dia merasa agak ragu untuk menekan tombol enter.


Kemudian disaat itu, Ibu Ming menelpon. Dan dengan buru- buru, Mingyue mengambil buku yang Ibunya berikan kepadanya dan pura- pura sedang belajar. Melihat itu, Ibu Ming merasa sangat puas serta memuji nya.



Lalu setelah telpon dimatikan, dengan penuh emosi, Mingyue membuang dan menghancurkan buku- buku yang Ibu Ming berikan kepadanya.

Kemudian ketika Mingyue akan berdiri, dia tidak sengaja menabrak pintu laci yang terbuka dan melukai paha nya. Setelah itu, ketika dia mau meminum sekaleng bir, dia tidak sengaja melukai tangan nya. Kesialan- kesialan yang terjadi, membuat nya merasa sangat frustasi dan sedih. Dia merasa seolah- olah segala yang dilakukannya tidak ada yang bisa berjalan dengan baik, dan segala yang dia inginkan, bahkan untuk hal sederhana saja, tidak bisa dia dapatkan.

Dengan sedih, Mingyue menangis keras sambil berjongkok dan memeluk lutut nya.




Aku membuat pelacak di ponselmu, aku selalu bisa menemukanmu, kata Ling Xiao, menjelaskan kenapa mereka berdua bisa tahu dimana Ziqiu bekerja.

Kapan kau ambil ponselku? tanya Ziqiu, terkejut.

Saat kau mandi, jawab Ling Xiao, singkat dan tanpa rasa bersalah.


Kakak juga diam-diam membayar tagihan kartu kreditmu. Dan menghapus pesan pembayaran tagihan, kata Jian Jian, memberitahu dengan bangga. Mengharukan sekali. Inilah cinta yang dalam.

Aku bisa apa lagi? Pacarku mengkhawatirkanmu, kata Ling Xiao, pamer kemesraan. Dan Ziqiu merasa agak jijik. Bunga dari kartu kredit tinggi. Lebih baik biarkan aku yang untung, jelasnya.

Baik, nanti akan kubayar kau dengan bunga, balas Ziqiu, merasa berterima kasih dalam hatinya.


He Mei membawa Dongdong ke restoran Li Haichao, ketika restoran sudah akan tutup. Dan Li Haichao menyambut mereka dengan ramah serta dia bersikap perhatian kepada Dongdong.


Zhao Huaguang punya anak lagi, sudah 5 tahun. Tahun lalu bawa pulang ke kampung, kata He Mei, bercerita kepada Li Haichao.

Pantas saja Pantas dia bisa biarkan Ziqiu pulang, gumam Li Haichao.

He Mei kemudian memberitahu Li Haichao bahwa semalam dia bertemu dengan Ziqiu direstoran. Dia bertanya kepada manajer disana dan mengetahui kalau Ziqiu bekerja disana mulai dari jam empat sore sampai pukul sepuluh malam. Karena itu, sekarang dia ingin tahu apakah Li Haichao mempunyai nomor Huaguang, karena dia ingin menghubungi Huaguang secara langsung.

Mengetahui tentang Ziqiu yang ternyata sedang kesulitan, Li Haichao merasa tertegun. Aku ada. Tetapi lama tak kuhubungi, tidak tahu sudah ganti nomor atau belum, katanya dengan kurang yakin.

Beritahu aku, pinta He Mei.

Untuk apa meneleponnya? tanya Li Haichao, khawatir.

Aku ingin tanya, kenapa Ziqiu bisa kekurangan uang? jawab He Mei, merasa sangat emosi. Dan Li Haichao pun langsung memberikan padanya.

Untungnya, nomor Huaguang masih aktif. Ketika telponnya tersambung, He Mei langsung berbicara ke intinya. Dia menanyai, kenapa Ziqiu bisa kekurangan uang. Dan Huaguang menjawab tidak tahu.


Kau mau harga diri? Maka aku ke kampungmu, bantu kau sebarkandengan pengeras suara, bagaimana kau mengandalkan wanita dan pelan-pelan menjadi kaya, ancam He Mei, marah. Kau tahu aku. Aku berani atau tidak, kau masih tak jelas? Katakan sekarang juga! bentaknya.

Setelah itu, He Mei sengaja menyalakan loudspeaker ditelponnya, sehingga Li Haichao bisa ikut mendengarkan juga.

Dia di sampingku, tetapi hatinya di keluarga Li. Tak pernah memanggilku Ayah. Aku pikir, berhenti membiayainya. Lihat dia patuh atau tidak. Tetapi bocah ini, bekerja untuk biaya kuliah dan hidupnya. Dia malah bisa bertahan hidup, kata Huaguang, bercerita tanpa rasa bersalah sama sekali.

Kapan hal itu terjadi? tanya He Mei, ingin tahu.

Enam atau tujuh tahun lalu. Aku bukan tak pedulikan dia, hanya ingin dia dengan patuh memanggilku Ayah, jangan menghubungi keluarga Li, kata Huaguang, membela diri. Dia kira dia anakku satu-satunya jadi berani melawanku. Aku sudah punya anak, tak mengharapkannya.

Selagi Li Haichao dan He Mei sedang sibuk, Dongdong mendekati Anjing Ziqiu dan memberikan makanan nya kepada si annjing.

He Mei merasa sangat emosi dan memarahi Huaguang. Lalu setelah itu, dia langsung mematikan telponnya. Dan Li Haichao menuangkan teh untuk He Mei supaya He Mei bisa menenangkan diri.


Li Haichao dan He Mei kemudian melihat Dongdong sedang makan bersama si anjing disatu piring yang sama. Dan dengan panik, mereka langsung menghentikan Dongdong serta menasehati nya.

Aku bawa dia cuci tangan, kata He Mei.

Biar aku saja, aku bawa dia cuci tangan, kata Li Haichao, menawarkan diri. Dongdong, jika kau suka Paman buatkan lagi ya? katanya dengan perhatian. Lalu dia mebawa Dongdong ke belakang untuk mencuci tangan nya.




Saat kondisi sudah tenang kembali, He Mei menceritakan kepada Li Haichao bahwa Dondong bukan autis dari lahir, tapi karena alasan lain. Dan dia selalu membawa Dongdong ke dokter.

Ada yang bilang, jadi manusia jangan berpikir terlalu keras. Lewati saja. Sekejap mata, waktu akan berlalu, kata He Mei, merasa agak lelah.


Benar, memang begitu, balas Li Haichao, setuju. Selama ini aku juga lewati begitu saja. Tak bisa melihatnya, tak bisa mendengarnya. Ziqiu, seorang diri di luar negeri. Seperti apa keadaannya, aku sama sekali tak tahu, juga tak bisa membantu. Aku hanya Ayah miskin yang buka toko mie, juga tak ada hebatnya, tak berguna, katanya, merasa sedih.

Satu orang urus tiga anak. Siapa yang bisa melebihimu? balas He Mei. Dia merasa Li Haichao sangat hebat.

Itu tak termasuk hebat. Aku hanya bisa memasak, kata Li Haichao, merendah. Dan He Mei merasa kagum pada sikapnya.

Sebelum Ziqiu akan tidur, dia tiba- tiba mendapatkan transferan uang dari Huaguang. Dan kemudian Huaguang menelpon nya.


Kau gila? tanya Ziqiu, kesal. Kirimkan nomor rekeningmu, aku kembalikan uangmu. Aku sudah pernah bilang, aku tak menginginkan uangmu, tegasnya.

Ziqiu, apa uang menusuk tanganmu? tanya Huaguang, ketus. Hari-hari selain kuliah, kau bekerja di restoran juga sudah berlalu lama. Juga sudah tahu seberapa penting uang itu, 'kan? Ayah terus menunggumu kembali, kau mengalahlah, bujuk nya.

Aku tahu uang itu penting. Cari uang sendiri barulah bisa mengontrol hidup sendiri. Inilah yang kupelajari selama ini, kau mengerti? balas Ziqiu.

Kau bahkan memaafkan He Mei, kenapa tak bisa maafkan aku? tanya Huaguang.

Kenapa selalu mengungkitnya? Aku tidak kenal, bentak Ziqiu.

Kenapa dia tahu kau tak punya uang? Menelepon memarahiku, tuduh Huaguang. Ziqiu, anggap Ayah mohon padamu. Minta maaf padamu, ya? bujuknya, lagi.

Mengetahui bahwa He Mei ada menghubungi Huaguang, Ziqiu merasa sangat pusing sekali. Dia merasa seperti tidak bisa berpikir dengan jelas lagi.


Tepat disaat itu, Jian Jian datang dan mengajak Ziqiu untuk makan semangka bersama. Tapi Ziqiu tidak menjawab. Kenapa? tanyanya, perhatian.

Huaguang menelpon lagi. Dan dengan kesal, Ziqiu membanting ponselnya dengan keras dan lalu dia pergi.



Jian Jian, Ling Xiao, Tang Can, dan Mingyue. Mereka berempat pergi bersama- sama untuk mencari Ziqiu. Tapi Ziqiu tidak ketemu.

Akhirnya, Ling Xiao menyarankan Tang Can dan Mingyue untuk pulang duluan saja. Dan mereka berdua setuju.

Kalian panik sampai menangis? tanya Jian Jian, heran. Ketika dia menyadari bahwa mata Tang Can dan Mingyue tampak bengkak. Tak apa, aku dan Kakakku cari dulu. Pulang dulu, hubungi kami dari telepon, katanya, menenangkan mereka berdua.

Hati-hati ya, balas Mingyue, tidak mau menjelaskan alasan mata bengkak nya.

Setelah berjalan menjauh dari Jian Jian dan Ling Xiao, Tang Can menanyai, apakah Mingyue masih menyukai Ziqiu. Dan Mingyue langsung menjawab tidak.

Kenapa kau menangis? tanya Mingyue, ingin tahu juga.

Nasibku buruk, jawab Tang Can dengan muram.


Ketika Li Haichao mendapatkan telpon dari Jian Jian, dia merasa terkejut dan panik. Ziqiu lari keluar?... Kau jangan panik .. . Apa maksudmu?

He Mei yang masih ada disana, tidak sengaja mendengar pembicaraan tersebut.


Ziqiu datang ke tempat kerja He Mei. Dia mengedor- ngedor pintu dengan keras sambil berteriak memanggil nama He Mei dengan marah. Kemudian setelah itu, dia duduk dengan lemas.

Flash back

Huaguang datang ke restoran tempat Ziqiu bekerja. Disana dia meremehkan dan merendahkan Ziqiu. Lalu dia membujuk Ziqiu untuk kembali padanya. Dan Ziqiu menolak serta mengabaikannya.

Ziqiu, dua tahun sudah cukup, 'kan? Sulit mencari uang sendiri, 'kan? Kau sungguh ingin menjadi kaya dengan melayani orang? tanya Huaguang. Baik. Ayah, tak paksa kau ubah marga. Sikapmu begitu keras, memang harus bermarga He. Kau anak kandungku, kau menderita di luar, kau kira hatiku ini tidak sakit sama sekali? Hanya perlu kau tak hubungi keluarga Li…” jelasnya, bernegosiasi.

Mendengar itu, Ziqiu sama sekali tidak peduli dan tetap mengabaikan Huaguang.



Kau kira, kau satu-satunya anakku, aku pasti mengandalkanmu? Itu yang kau kira. Itu dulu. Dengar, istriku melahirkan seorang putra. Asalkan kau patuh padaku, jangan menghubungi keluarga Li. Warisan kelak kau dan adikmu masing-masing setengah, kata Huaguang terus membujuk Ziqiu. Jika kau masih tak sadar diri, maka mulai hari ini, kau dan aku  tak ada hubungan lagi, jelasnya, penuh penekanan.

Seharusnya kau katakan empat tahun yang lalu. Kenapa tak lebih awal? balas Ziqiu, kesal.

Flash back



Ling Xiao dan Jian Jian akhirnya berhasil menemukan Ziqiu. Dengan perhatian, mereka menanyai, apa yang terjadi. Dan tanpa menjelaskan apapun, Ziqiu langsung memeluk Jian Jian dengan erat untuk mencari kedamaian.

Aku tercekik. Aku tercekik, kata Jian Jian, sambil memukul Ziqiu dengan pelan.

Ziqiu, kau mencekiknya, kata Ling Xiao, mengingatkan sambil menarik Ziqiu untuk melepaskan Jian Jian.


Tanpa ekspresi, Ziqiu melepaskan Jian Jian dan menatapnya. Melihat itu, dengan perhatian Jian Jian memegang tangan Ziqiu.

Post a Comment

Previous Post Next Post