Original
Network : Hunan Tv, iQiyi, Mango TV
Jian Jian bantu mengambilkan sepatu Ziqiu
yang terlepas, dan memakai kan itu dikakinya. Merasakan itu, Ziqiu merasa
terharu dan langsung memeluk Jian Jian dengan erat. Dan Ling Xiao mengingatkan
Ziqiu bahwa Jian Jian merasa tercekik. Lalu Ziqiu pun melepaskan pelukannya.
Kemudian tepat disaat itu, Li Haichao dan He
Mei datang.
Li Haichao menceritakan tentang Huaguang
kepada Jian Jian dan Ling Xiao. Huaguang sudah mempunyai anak, umurnya 5 tahun,
karena itu Huaguang tidak memerlukan Ziqiu lagi.
“Kenapa orang dewasa mau lahirkan banyak anak?
Jelas-jelas tak suka anak-anak,” tanya Jian Jian, tidak mengerti.
“Meski tak
suka, tetapi berguna. Untuk menaruh harapan, juga bisa meneruskan generasi,
atau untuk merawatnya di hari tua,” kata Ling Xiao, menjelaskan.
Disaat
mereka bertiga sedang mengobrolkan itu, tiba- tiba terdengar suara kaca pecah.
Dan dengan khawatir, mereka langsung pergi untuk melihat.
Didalam
ruangan. Ziqiu meluapkan emosi dan perasaannya kepada He Mei. Disaat sulitnya,
dia tidak memohon kepada Huaguang, bahkan dia berusaha keras supaya dia tidak
perlu sampai memohon kepada Huaguang. Tapi tiba- tiba He Mei datang dan ikut
campur dalam urusannya. Jadi dia ingin tahu kenapa He Mei ikut campur dalam
urusannya. Dia tidak membenci He Mei ataupun Huaguang, tapi dia hanya merasa
malu, sangat malu, karena kenapa hanya dia terus yang dibuang. Mendengar itu,
He Mei sama sekali tidak bisa menjawab dan tidak berani untuk menatap Ziqiu.
“Kenapa
selalu aku? Apa ada masalah denganku? Aku terus berpikir… Aku terus berpikir, tetapi aku
tak mengerti,” kata Ziqiu dengan sedih.
Ziqiu
kemudian menceritakan tentang keinginan sederhananya. Disaat paling sulitnya,
disaat dia paling menyedihkan, disaat dia perlu pulang ke rumah, selalu Jian
Jian dan Li Haichao yang menerimanya. Jadi setelah lulus, dia tidak langsung
pulang, melainkan dia bekerja keras untuk mencari uang. Karena dia mau membuka
café kesukaan Jian Jian supaya Jian Jian bisa memakan kue sebanyak mungkin dan
itu tidak ada habisnya. Dia mau memberi semua yang terbaik kepada Jian Jian dan
Li Haichao, dua orang yang tidak pernah membuangnya. Dia mau semua orang tahu,
dia hidup dengan baik, sungguh sangat baik. Dia tidak mau dikasihani. Karena
itulah, dia ingin He Mei tidak ikut campur dalam urusannya dengan Huaguang.
“Maaf,” kata
He Mei, merasa sedih dan bersalah.
“Jangan
minta maaf!” bentak Ziqiu, marah. “Aku mohon. Kau punya keluarga baru, dan juga
ada hidupmu, kau jalani saja kehidupan yang kau mau, kau hiduplah dengan baik.
Jangan menyesal. Aku mohon,” pinta Ziqiu, memohon dengan sangat.
Ketika Ziqiu
membuka pintu ruangan, dia melihat Jian Jian, Ling Xiao, dan Li Haichao yang
berdiri di depan pintu. Melihat mereka, Ziqiu berusaha untuk bersikap tegar dan
kuat.
“Ayo,” kata
Ziqiu sambil menarik Jian Jian dan Ling Xiao untuk pulang bersama- sama.
Didalam
ruangan. He Mei menlap air matanya dan menatap Li Haichao dengan sikap tegar juga. “Pergilah.
Maaf merepotkanmu. Tidak akan lagi,” katanya.
Mendengar
itu, Li Haichao tidak mengatakan apapun dan berbalik pergi.
Setelah
semuanya pergi, He Mei terduduk di lantai dan menangis dengan sangat keras
sambil tersedu- sedu sedih.
Didalam
taksi. Jian Jian duduk ditengah dan menggenggam tangan Ziqiu serta Ling Xiao
yang duduk di samping kanan- kiri nya. Sedangkan Li Haichao duduk didepan dan
diam merenung.
Didalam
kamar. Li Haichao masih merenungkan semuanya.
Secara diam-
diam, Jian Jian menaruh hasil gambar nya dibawah pintu Ziqiu. Kemudian dia langsung
kembali ke dalam kamar nya.
Pagi hari.
Seperti biasa, Li Haichao membuatkan sarapan untuk semuanya. Lalu Jian Jian
yang sudah siap, datang dan membantu nya didapur.
Ketika Ziqiu
bangun dan menemukan gambar yang Jian Jian tinggalkan dibawah pintu kamarnya,
dia tertawa senang. Itu adalah gambar mereka sekeluarga sedang duduk bersama-
sama di meja makan, dan mereka semua
tampak bahagia. Ling Heping, Ling Xiao, Jian Jian, Ziqiu, dan Li Haichao.
“Cepat
mandi, makanan segera siap,” kata Li Haichao, saat Ziqiu sudah keluar dari
kamar. “Oh ya, panggil Ling Xiao.”
“Kak makan
tomat,” kata Jian Jian sambil memasukkan satu tomat ke dalam mulut Ziqiu. Dan
Ziqiu memakan nya dengan senang.
Ziqiu
kemudian mengambil sapu. Dan mengetuk atap rumah menggunakan itu. Seperti yang
dulu sering dia lakukan untuk memanggil Ling Xiao.
Mendengar
itu, Ling Xiao segera cepat- cepat menyelesaikan menyikat giginya.
Saat
sarapan, Li Haichao ingin membahas masalah semalam. Tapi Ziqiu tidak mau
membahas itu lagi. Namun Li Haichao tetap mau membahas itu sambil sekaligus
melakukan intropeksi diri.
“Aku gagal
menjadi seorang Ayah. Selain memasak untuk kalian, apa pun tak bisa,” kata Li
Haichao.
“Mulai lagi.
Mulai lagi,” sindir Jian Jian.
“Jangan
menyela. Dengarkan sampai habis,” tegas Li Haichao. “Aku ini… memang agak
bodoh. Banyak masalah aku merasa bisa berlalu. Jika tak bisa, tahan. Tahan dan
lalui, pasti bisa berlalu. Jadi, beberapa tahun ini kalian bertiga
sampai tak berhubungan. Aku yang berada di tengah, tak melakukan apa pun,” jelasnya,
melakukan intropeksi diri.
“Ayah mau
lakukan apa? Salahkan aku, sifatku tak baik.
Aku introspeksi,” kata Jian Jian, sedikit
bercanda supaya Li Haichao tidak terlalu menyalahkan diri sendiri.
“Kau tak
baik, itu juga salahku,” balas Li Haichao. Dan Jian Jian langsung terdiam dengan
malu. “Ibumu pergi terlalu cepat, aku selalu merasa bersalah padamu. Meski kau
bersalah, aku juga tak rela memarahimu. Orang dewasa tak seberani anak kecil,
bahkan tak berani mengakui kesalahan,” jelas nya.
Suasana
menjadi agak suram dan sedih. Lalu Li Haichao menjelaskan bahwa Ziqiu boleh
tidak memaafkan He Mei. Karena He Mei memang melakukan kesalahan yang tidak
bisa dimaafkan. Tapi dia ingin Ziqiu tahu bahwa He Mei tidak berniat buruk
ketika menghubungi Huaguang dan ikut campur semalam. Juga saat mereka berdua
minum- minum, mereka banyak berbincang.
Flash back.
1999.
Saat He Mei
bekerja di mall. Seorang wanita datang dan menamparnya. Wanita tersebut
menyebut He Mei sebagai rubah dan penggoda suami orang lain. Hal itu menimbulkan
kekacauan besar. Dan dilihat oleh banyak pengunjung mall.
Kemudian He
Mei dipecat oleh suami wanita tersebut. Dan He Mei merasa itu tidak adil.
“Pertama, aku tak bilang ingin bersamamu. Kedua, kau tak pernah bilang kau
sudah menikah. Aku punya anak yang harus kubiayai. Kau ini memaksaku untuk
mati,” protes He Mei, marah.
“Kau juga
sudah lihat keadaanku. Kau tak perlu bekerja lagi, aku biayai kamu,” balas
suami wanita tadi sambil menyentuh bahu He Mei.
“Dasar
brengsek!” teriak He Mei sambil menghindari nya dan menamparnya. Lalu dia
berjalan pergi dengan marah.
“Kau dipecat! Ambil gajimu dan pergi!”
Ketika He
Mei pulang. Dia melihat dinding bangunan dipenuhi dengan coretan tentang
dirinya. “Siluman! Tak tahu Malu!”
Lalu saat He
Mei bertemu dengan pemilik bangunan, dia langsung menjelaskan bahwa dia akan
membersihkan dinding nya nanti. Tapi pemilik bangunan tidak peduli dengan itu,
dia ingin He Mei untuk pergi dari tempat nya, karena keberadaan He Mei
memberikan pengaruh buruk.
Dengan lelah
dan sedih, He Mei memohon. “Tetapi kontrak ku…”
“Dulu aku
merasa kau sendiri sulit merawat anakmu. Tak kuduga, kau jadi simpanan orang
lain. Kau begitu cantik, pria apa pun bisa menyukaimu. Manusia harus lakukan
hal yang baik,” ejek Nyonya pemilik bangunan, memarahi He Mei. “Cepatlah
pindah,” usir nya.
Flash back
end
Selesai
sarapan, Ziqiu duduk merenung. Dan melihat itu, Ling Xiao menyuruh Jian Jian
untuk agak siangan saja ke studio nanti nya dan temani Ziqiu untuk berbincang,
karena hari ini dia tidak bisa mengambil
libur dan menemani Ziqiu. Dan Jian Jian mengerti serta menyuruh Ling Xiao untuk
bekerja dengan tenang dan jangan sampai telat. Lalu Ling Xiao pun pergi.
Sambil
berjalan bersama, Ziqiu bercerita kepada Jian Jian. Dulu saat He Mei
meninggalkannya, He Mei mengatakan bahwa itu demi kebaikan mereka. Saat itu,
dia ingin tahu alasannya. Tapi sekarang dia menyadari bahwa alasan itu tidak
penting.
“Tidak
pentingkah?” tanya Jian Jian, heran.
“Meski tahu
alasannya kau juga tak bisa ubah hasilnya,” balas Ziqiu. “Dia hidup dengan
baik, punya keluarga baru dan juga anak. Dia bahkan tak pernah menyesal
meninggalkanku. Dulu aku mengira, dia mungkin ingin menemuiku. Kemudian aku
sadar, itu hanya harapanku saja,” jelas nya.
Jian Jian
berusaha menghibur Ziqiu. Namun Ziqiu sama sekali tidak merasa terhibur. Dia
menghentikan taksi dan mendorong Jian Jian untuk masuk ke dalam nya. Dan Jian
Jian merasa sangat heran.
“Biarkan aku
tenang dulu, ya?” pinta Ziqiu. “Pak, jalan Ningxia,” katanya kepada supir. Lalu
dia langsung menutup pintu.
Dengan
heran, Jian Jian menjulurkan kepalanya dari jendela dan menatap Ziqiu yang
semakin menjauh darinya.
He Mei
bermimpi bertemu dengan Ziqiu. Tapi kemudian Ziqiu tiba- tiba saja menghilang
dan dia merasa sangat panik.
“Ziqiu!
Ziqiu, kamu dimana?” tanya He Mei sambil mencari- cari.
He Mei
kemudian terbangun dari mimpi buruk nya sambil berkeringat sangat banyak. Tepat
disaat itu, Mrs. Luo datang membawakan makanan untuk nya.
“Kau demam,
kenapa begitu parah?” tanya Mrs. Luo, perhatian. “Jika bukan Li Haichao
memintaku untuk memeriksamu, kau ini… mati sendiri di rumah pun tak ada yang
tahu,” keluh nya.
“Saat aku
muda, begitu menderita juga tak mati. Jika aku mati karena demam, itu baru
hidup yang seperti lelucon,” balas He Mei.
Dengan
penasaran, Mrs. Luo menanyai, kenapa dulu He Mei tidak menyukai Li Haichao,
kepadahal Li Haichao sangat baik. Dan He Mei menjawab bahwa ini adalah nasib.
“Menurutku
kalian sekarang lajang, bagaimana kalau kau pikirkan lagi?” goda Mrs. Luo,
menyarankan.
“Dulu aku
mencelakainya begitu parah, jika sekarang aku bersamanya, itu sungguh tak tahu
malu,” balas He Mei, menolak ide Mrs. Luo. “Lagian dia mengira aku menikah lagi
dan memiliki Dongdong.”
Mrs. Luo
sama sekali tidak mengerti, kenapa He Mei tidak jujur saja memberitahu Li
Haichao tentang Dongdong. Lalu kenapa He Mei menyusahkan diri untuk membantu
Ziqiu.
“Kak Hong,
kau tak mengerti. Masalah ini bagi Ziqiu, tak akan berlalu begitu saja. Aku
memang telah berhutang padanya. Tak bisa kubayar, juga tak bisa kutebus. Seumur
hidup ini aku dan dia hanya bisa begini,” kata He Mei dengan rasa bersalah dan
sedih.
Saat Ling
Heping pulang dan datang ke restoran, Li Haichao memberitahu bahwa ada dua hal
yang mau dia bahas. Satu tentang Ziqiu, dan satu lagi tentang Ling Xiao. Dan
dia menanyai, mana yang ingin Ling Heping dengar lebih dulu. Dan Ling Heping
menjawab yang baik dulu.
“Kalau yang
baik…” gumam Li Haichao dengan ragu. “Ling Xiao bilang padaku, dia dan Xiao
Jian, mereka… “
“Kenapa
dengan mereka?” tanya Ling Heping, tidak mengerti.
“Mereka
berpacaran,” jawab Li Haichao.
“Maksudmu,
akhirnya mereka berpacaran?” tanya Ling Heping, memastikan. “Hal bagus! Hal
bagus! Sudah kubilang air bagus tak mengalir ke sawah orang,” katanya dengan
senang sambil tertawa.
Ling Heping
merasa senang. Tapi Li Haichao tidak terlalu senang. Sejujurnya dia sangat suka
pada Ling Xiao, tapi Chen Ting pasti tidak suka pada Jian Jian. Dan dia tidak
ingin Jian Jian di tindas oleh mertua.
“Tidak akan,
kau berlebihan,” kata Ling Heping, menenangkan. “Mm.. Kenapa aku merasa hal ini
ada yang salah? Anakku berpacaran, kenapa dia beri tahu kau dulu?” tanyanya,
heran.
“Apa ini
perlu dijelaskan? Dia akrab denganku,” balas Li Haichao sambil tertawa dengan
bangga.
“Aku selalu
bekerja di luar, aku memang tak sempat mendekati anak. Makanya, kau tak ada
waktu menemani anak,” kata Ling Heping, membela diri.
“Jangan
salahkan anak tak dekat denganmu,” balas Li Haichao.
“Baiklah,
tidak dekat. Hanya akrab denganmu,” kata Ling Heping, tidak ingin membahas itu
lagi.
Ling Heping
kemudian menanyai tentang Ziqiu. Dan Li Haichao pun menceritakan segalanya.
Dimulai dari Ziqiu dan He Mei sudah bertemu. He Mei menelpon Huaguang, dan
Huaguang ternyata sudah mempunyai anak. Sampai seterus nya setelah itu.
Zhuang Bei
dan Mingyue bertemu dicafe. Dengan gugup, Zhuang Bei menjelaskan bahwa tadi
saat dia menunggu Mingyue, dia ada menulis sesuatu untuk Mingyue.
“Baik, kirim
padaku, aku lihat apa bisa kubantu,” kata Mingyue. Dia mengira Zhuang Bei ingin
meminta bantuan.
Yueliang, saat SMA aku tak memperhatikanmu.
Tetapi saat pertama kita bertemu lagi, aku langsung jatuh cinta. Aku tak pernah
menduga akan bertemu seseorang yang kusukai. Kau cantik, terbuka dan baik hati.
Semakin aku memahamimu, semakin aku menyukaimu.
Selesai
membaca pesan itu, Mingyue merasa sangat terkejut dan canggung. Lalu saat
Zhuang Bei ingin memperkenalkan diri, dia menghentikan Zhuang Bei untuk jangan
berbicara, karena dia tidak mau tahu.
“Senior,
bagaimana boleh seperti ini? Kau jelas tahu Tang Can menyukaimu, aku sahabat
Tang Can, kau malah mengatakan ini,” kata Mingyue, memarahi Zhuang Bei dengan
kesal.
“Aku tak ada
apa-apaa dengan Tang Can. Aku sudah jelaskan padanya. Terlebih lagi, yang
kusukai itu kamu,” jelas Zhuang Bei dengan cepat.
Tiba- tiba
Tang Can menelpon, dan Mingyue merasa sangat gugup. “Tang Can, aku baru kembali
ke kantor. Ada apa?” tanyanya dengan cepat.
“Yueliang,
ada film yang mencariku. Produsernya yang langsung meneleponku. Dia bilang
sutradaranya suka padaku, ingin menemuiku,” kata Tang Can dengan sangat senang.
“Aku ceritakan lagi di rumah. Aku beli dua baju dulu,” katanya.
“Baik, cepat
pergi,” kata Mingyue, merasa senang untuk Tang Can.
Ling Heping
mengirimkan pesan kepada Ling Xiao. Aku
dengar dari Ayah Li, kau berpacaran dengan Jianjian. Aku sangat senang, dan
sangat mendukung. Mendoakan kalian bahagia. Berharap kita yang dua keluarga ini
bisa menjadi satu keluarga utuh.
Membaca
pesan itu, Ling Xiao merasa tersentuh.
Terima kasih, Ayah, sudah merawatku begitu lama, Ayah sudah bekerja keras. Masa
depan Ayah juga akan penuh kebahagiaan.
Membaca
balasan pesan dari Ling Xiao tersebut, Ling Heping tertawa dengan keras dan
bahagia.
Saat pulang,
Xixi menawarkan tumpangan untuk mengantarkan Ling Xiao pulang. Tapi Ling
Xiao menolak, karena Jian Jian sudah
datang untuk menjemputnya.
“Tak heran
Ling Xiao dua hari ini kelihatan bahagia. Kalian dari saudara jadi pasangan, apa begitu
lancar?” tanya Xixi, berkomentar biasa.
“Kami memang
dari kecil sudah baik. Sekarang keluarga juga mendukung,” jawab Ling Xiao
dengan senang.
“Semoga Kak
Xixi segera lepas lajang,” kata Jian Jian dengan tulus.
Ling Xiao
dan Jian Jian membahas mau makan dimana. Jian Jian sebenarnya ingin menjemput
Ziqiu dan mengajaknya untuk makan bersama juga. Tapi menurut Ling Xiao, lebih
baik Jian Jian memberikan waktu kepada Ziqiu.
“Tapi…
Bukankah saat ini harus membuatnya merasakan kehangatan keluarga?” tanya Jian
Jian, heran.
“Dia tak
akan merasa nyaman, dia akan merasa dunia ini sangat ribut,” jawab Ling Xiao,
menjelaskan. “Ayo makan hotpot,” ajak nya.
Mingyue
merasa takut untuk pulang dan bertemu dengan Tang Can. Lalu saat Zhuang Bei
mengirimkan pesan kepadanya. Dia langsung memblokir nomor Zhuang Bei.
Tepat disaat
itu, Jian Jian dan Ling Xiao pulang. Dan itu membuat Mingyue melompat terkejut.
Melihat reaksi nya, Jian Jian tertawa geli.
“Kau kira
siapa?” tanya Jian Jian. Dan Mingyue tidak berani menjawab, karena ada Ling
Xiao. Menyadari itu, Ling Xiao pun masuk duluan.
Setelah Ling
Xiao pergi, Mingyue berbisik di telinga Jian Jian. Dan mengetahui apa yang
terjadi, Jian Jian berkomentar bahwa menurutnya Mingyue tidak salah, jadi tidak
perlu takut.
“Saat Ling
Xiao menyukaimu, kau berani bilang padaku?” sindir Mingyue, mengingatkan.
“Berdasarkan
pengalamanku, hal ini tak bisa disembunyikan,” jelas Jian Jian. Lalu dia
teringat sesuatu. “Kau tahu hari ini Tang Can suasana hatinya sangat baik?”
tanyanya.
“Aku tahu.
Dia meneleponku, dia bilang produser mengajaknya,” jawab Mingyue.
“Selagi dia
senang, beri tahu padanya, cepat lalui. Ayo,” ajak Jian Jian sambil menarik
Mingyue untuk masuk bersama nya.
“Bagaimana
ini?” keluh Mingyue, takut.
“Ada aku.”
❤💕💕💕💕💕
ReplyDelete