Sinopsis K-Drama : The Uncanny Counter Episode 04 part 01

 

Sinopsis K-Drama : The Uncanny Counter

Episode 04 part 01



Ung Min dan Ju Yeon di bawa menemui Jun Gyu. Keduanya sangat ketakutan. Ju Yeon memohon agar Jun Gyu melepaskan mereka. Tapi, Jun Gyu malah menampar wajah Ju Yeon dengan sangat keras hingga kacamatanya terlepas dan pecah. Tubuh Ju Yeon juga terlempar dan dia langsung tidak sadarkan diri dengan hidung yang berdarah. Sudah membuat kondisi Ju Yeon hingga seperti itu, Jun Gyu masih mau memukuli Ju Yeon. Untung anak buahnya masih waras dan menarik bos mereka agar tidak melakukan apapun lagi pada Ju Yeon. Ung Min sangat panik dan menangis berusaha menyadarkan Ju Yeon.


Geun Yeong mulai ketakutan dan mengajak Hyeok U untuk pergi karna menurutnya apa yang Jun Gyu lakukan sudah kelewatan dan bisa membuat mereka masuk penjara. Sayangnya, Hyeok U tidak mau mendengarkan saran Geun Yeong. Dia malah menghampiri Ung Min dan memerintahkannya untuk menelpon So Mun agar mereka bisa selamat.

“Aku tidak bisa menelponnya. Jangan ganggu Mun!” teriak Ung Min.

Jun Gyu jadi emosi dan menendang tubuh Ung Min. Hyeok U segera menghentikannya. Dengan paksa, dia menempelkan jari Ung Min ke ponselnya untuk membuka kunci, kemudian dengan ponsel Ung Min tersebut, dia menelpon So Mun.



Dan itulah yang kita lihat di akhir episode 03 kemarin. Hyeok U menyuruh So Mun untuk datang ke pabrik kosong di belakang sekolah. Jika dia tidak datang, mereka akan membunuh Ju Yeon dan Ung Min.



So Mun sangat marah. Tidak perlu waktu baginya untuk berpikir. Dia segera pergi ke pabrik kosong. Ung Min dan Ju Yeon terbaring di pojokkan pabrik. Dalam keadaan terluka, Ung Min memohon agar So Mun tidak mendekat.




Semua preman sekolah anak buah Jun Gyu dan Hyeok U segera menyerang So Mun. So Mun sangat marah melihat apa yang sudah mereka lakukan pada teman-temannya. Ung Min menangis dan meminta agar So Mun lari dari sini.

Emosi So Mun memuncak. Dia sangat marah. Dan tiba-tiba saja, wilayah Yung terbuka.



Di alam baka, Wi Gen, Gi Ran, U Sik (yang merasuki tubuh Ha Na) dan Kwon Soo Ho (yang merasuki tubuh Mae Ok) sedang berkumpul bersama, minum teh. Dan tiba-tiba saja, Wi Gen melemah dan merasa kesakitan. Tubuhnya juga menjadi transparan. Dia memberitahu mereka kalau So Mun dalam bahaya dan mereka harus segera menghubunginya. So Mun mungkin akan membunuh orang.



Ha Na baru saja selesai mandi. Dan ketika berdiri di dekat jendela, dia melihat wilayah Yung yang terbuka sangat besar. Belum pernah mereka meliht wilayah Yung yang terbuka hingga seperti itu. Di saat yang sama, U Sik menghubungi Ha Na untuk meminta tolong menemukan So Mun.



Gi Ran juga menghubungi Mo Tak dengan telepati. Dia memintanya untuk segera mencari So Mun karna mereka tidak bisa menghubunginya. Ada sesuatu yang membuat So Mun tidak mampu mengontrol emosinya. Temukan dia. Sekarang!

Semuanya langsung bergegas menuju ke wilayah Yung yang terbuka. So Mun pasti ada di sana.

--



“Kubilang jangan sakiti temanku. Apa itu sulit?” tanyanya.

Pertanyaan itu, membuat semua preman berdiri dan siap menghajarnya secara beramai-ramai menggunakan tongkat besi. Tapi, dengan kekuatannya sekarang dan dengan wilayah Yung yang terbuka di sekitarnya, kekuatanya menjadi 5 kali lipat manusia biasa. So Mun sudah sangat marah dengan semua kelakuan mereka yang kelewatan karna itu, dia memukuli mereka tanpa ampun. Walaupun mereka menyerangnya dengan tongkat besi, percuma karna tongkat itu berhasil di jatuhkan So Mun.



Jun Gyu beneran pengecut dan sampah! Melihat semua antek-anteknya kalah satu persatu, dia menjadi ketakutan dan mau melarikan seorang diri. So Mun tentu tidak membiarkannya dan menghajarnya hingga pingsan.

Yang terakhir di beri pelajaran adalah Hyeok U. Dia terus menghajar Hyeok U yang sudah nggak berdaya. Untung di saat itu, Mo Tak tiba dan segera menariknya. Kalau tidak, So Mun mungkin sudah membunuh Hyeok U.  


Mo Tak sangat marah dengan yang So Mun lakukan. So Mun menangis dan memberitahu kalau dia sudah meminta mereka berhenti menyakiti temannya. Mo Tak tidak jadi marah dan berusaha menenangkannya. Dia tidak melarang So Mun untuk marah dan memukuli mereka, hanya saja, So Mun bisa membunuh bocah itu jika dia tidak menghentikannya. Itulah kenapa So Mun harus berlatih mengendalikan kekuatannya.



Jun Gyu masih bisa bergerak. Dan dia mau menggunakan senjatanya untuk menyerang So Mun. Ha Na yang baru tiba dan melihat apa yang hendak dilakukannya, langsung menendang wajah So Mun hingga pingsan.

Mo Tak mengajari So Mun untuk hanya menggunakan tinju ringan saja. Buat semuanya babak belur tanpa membunuh.



Geun Yeong dan Cheon Jung yang tidak terluka begitu parah, segera memapah Hyeok U dan membawanya kabur dari sana tanpa ketahuan Mo Tak dan yang lain. Mereka tidak ingin terlibat dalam masalah ini.

Mae Ok tiba terlambat dan sangat terkejut melihat banyaknya anak-anak yang terkapar. Karna terlalu fokus sama So Mun, Mo Tak dan Mae Ok tidak menyadari kalau wilayah perlahan menghilang setelah So Mun lebih tenang. Hanya Ha Na yang menyadari itu.

Mae Ok memarahi So Mun karna sudah menggunakan kekuatannya seperti ini. Dengan panik, Mae Ok memeriksa anak-anak yang So Mun pukuli. Dia jadi emosi saat melihat ada siswi perempuan juga. Dia sangat marah karna mengira So Mun yang memukuli siswi itu. Mo Tak memberitahu kalau siswi itu dan siswa yang di sebelah itu teman So Mun. dan So Mun menjadi lepas kendali karna para bedebah itu memukuli mereka.

Mae Ok memeriksa kondisi kedua teman So Mun. Untungnya, mereka tidak mengalami luka dalam walau dihajar keras. Belum sempat mereka menyelesaikan masalah yang So Mun timbulkan, sudah terdengar suara sirine polisi.




Geung Yeon dan Cheon Jung memapah Hyeok U, tapi belum sempat pergi, polisi sudah tiba dan melihat mereka. Mereka berusaha kabur, tapi percuma karna kedua polisi datang dari arah depan dan belakang.


Mae Ok tidak mempunyai cukup waktu untuk menyembuhkan mereka semua, jadi dia berencana hanya menghapus ingatan mereka dan kabur. So Mun menolak idenya. Karna, dia akan menanggung hukumannya. Mae Ok dan Mo Tak memarahinya dan melarangnya membuat situasi menjadi sulit.

“Jika aku tak mengakhirinya, semua ini tak akan berakhir,” ujar So Mun. “Ung Min dan Ju Yeon, mereka sudah seperti orang tuaku. Mereka bantu aku pulih dari afasia dan mendampingiku saat aku pincang. Tapi, mereka terluka karena aku. Tidak akan kubiarkan ini terulang. Ini sudah lewat batas, jadi, aku akan dihukum. Tapi kuterima demi akhiri semua ini.”


“Kenapa kau harus dihukum? Jika kau tak lakukan apa pun saat temanmu terluka, apa gunanya kekuatanmu? Kerja bagus. Tindakanmu benar, tetaplah percaya diri,” puji Mo Tak.



Mae Ok tetap membujuk So Mun agar membiarkan mereka yang membereskan semua masalah ini. Tapi, So Mun tetap bersikeras menolak. Mae Ok menggerutu frustasi kalau ini membuatnya dengan perilaku putranya saat membuatnya jengkel.

“Ini mengingatkanku rasanya menjadi seorang anak. Rasanya membuat Ibu jengkel,” ujar So Mun.

Mae Ok tentu jadi sedih mendengarnya. Suara mobil polisi semakin banyak. Ha Na mengajak semuanya untuk segera kabur dengan melompati dinding. So Mun juga menyuruh Mo Tak dan Mae Ok pergi. So Mun tetap berada di sana untuk menerima hukumannya. Dia berusaha menyadarkan kedua sahabatnya, tapi kedua sahabatnya masih pingsan. So Mun benar-benar merasa bersalah.


Beberapa polisi masuk untuk memeriksa keadaan. Yang mereka temukan hanyalah So Mun yang masih sadarkan diri. So Mun meminta tolong pada mereka agar memanggilkan ambulans.


Ha Na, Mae Ok dan Mo Tak sangat khawatir dengan So Mun. Mae Ok takut kalau So Mun akan di keluarkan dari sekolah. Mae Ok sudah tahu kalau So Mun akan menerima perlakuan tidak adil karna anak-anak yang di pukulinya kaya. Ketiganya kompak mengeluarkan ponsel mereka. Solusi yang mereka bertiga pikirkan adalah sama. Menghubungi boss mereka.

--


Kakek dan Nenek pergi ke gereja untuk berdoa. Kondisi Nenek hari ini sangat baik dan bisa mengingat mengenai So Mun. Mereka datang ke sana untuk berdoa demi keselamatan kaki So Mun. Keduanya sangat menyanyangi So Mun.

Nenek sadar kalau penyakit pikunnya bisa membuat So Mun kesulitan. Karena itu, Nenek meminta agar kakek bisa hidup lebih lama darinya walaupun hanya sehari. Karna, jika kakek mati terlebih dahulu dan meninggalkan dia dengan So Mun, bagaimana bisa So Mun mengurusnya seorang diri?

--


di kantor polisi,

Para siswa yang terluka cukup parah berada di rumah sakit sementara yang hanya mengalami luka ringan, berada di sekolah dengan di dampingi para polisi untuk memberikan keterangan. Guru sekolah yang mengajar kelas malam, di panggil polisi untuk menangani masalah ini. Guru nya sangat menjengkelkan dan tidak pantas menjadi guru. Dia menelpon Kepala Sekolah dan memberitahu masalah yang terjadi, tapi dia malah menekankan kalau salah satu siswa yang terluka adalah Shin Hyeok U, putra walikota.

Karna masalah ini, banyak siswa/i yang mengikuti kelas malam yang berkumpul di sekitar ruang guru untuk menguping.


Tidak lama kemudian, para wali murid siswa yang dipukuli tiba. Preman sekolah yang selama ini sok bagak, langsung merengek pada orangtua mereka. Kedua orangtua mereka sangat marah dan menanyakan mana pelaku yang lainnya? Mereka jadi terkejut saat tahu yang menghajar semua anak mereka hanyalah So Mun yang terlihat lemah.



Orang tua yang marah menanyakan dimana orang tua So Mun? Guru menjawab kalau So Mun tidak punya orang tua dan dirawat oleh kakeknya. Tapi, kakeknya tidak bisa di hubungi sekarang. Cih! Salah seorang ibu murid, malah menghina So Mun yang yatim piatu. Ayah murid bahkan berujar kalau kakek So Mun berlutut pun, dia tidak akan memaafkannya.

“Untuk apa kakekku berlutut?! Jika mereka sakiti temanku…” teriak So Mun. Tapi, belum dia menyelesaikan kalimatnya, ayah murid itu sudah meninju pipinya.



Seperti anaknya, ayahnya pun ingin melakukan kekerasan pada So Mun. Para polisi dan guru segera menariknya. Ayah murid ini malah terus memaki So Mun dan menyuruh polisi untuk memenjarakan So Mun karna mereka tidak ingin berdamai! Dia berteriak menyebut So Mun, ‘si miskin.’

“Beraninya kau panggil dia miskin!!!” teriak Jang Mul yang baru tiba dengan Ha Na. Ha Na membawa tas yang berisi banyak sekali tongkat besi dan baseball.


Jang Mul memarahi ayah murid yang sudah menghina So Mun miskin padahal hartanya pasti tidak sampai 1 triliun won. Orang tua murid tidak mengenalinya dan malah menyebutnya ‘brengsek!’ Jang Mul berteriak kalau dia adalah wali So Mun!

Jang Mul menghampiri So Mun dan memberikannya sapu tangannya untuk menyeka hidungnya yang berdarah. Seorang polisi terus menatap Jang Mul karena merasa tidak asing dengan wajahnya.

“Biar kujelaskan kejadiannya. Para perundung itu memukul teman-temannya, dan dia selamatkan mereka. Bocah ini pahlawan sesungguhnya. Tidakkah itu menyentuh?” jelas Jang Mul, menggebu-gebu.

“Anakku bahkan tak tega membunuh semut. Lalu apa? Dia perundung? Kau pasti tidak waras. Kau punya bukti?”


“Bukti? Ada banyak, berengsek,” balas Jang Mul. Ha Na langsung melemparkan ke lantai tas yang di bawanya. “Lihat, Pak Polisi. Apa kami harus kumpulkan senjata ini dari lokasi kejadian? Ini jawaban dari teka-teki. Ini penting karena para bocah itu tinggalkan benda ini di sana. Selidiki sidik jari yang ada di sana dan bandingkan dengan sidik jari bocah-bocah itu. Kalian semua dituntut atas percobaan pembunuhan, dan anak ini melindungi dirinya sendiri.”


Orang tua murid itu tidak terima anaknya di sebuah melakukan ‘percobaan pembunuhan.’ Jang Mul pun nggak terima karna So Mu di tinju tadi, jadi dia mau membalas meninju si ayah murid. Ayah murid itu tidak takut dan menantangnya karna mengira Jang Mul hanyalah kakek lemah.

Brukk! Sekali tinju sudah membuat ayah murid itu terjatuh. Pak Polisi langsung teringat kalau Jang Mul adalah pemilik retail Jang Mul.


Sikap guru langsung berubah. Dia memohon pada Jang Mul agar masalah ini di selesaikan hanya dengan meminta maaf satu sama lain. Dia berusaha keras membujuk So Mun.


“Jangan pernah minta maaf!” teriak Ju Yeon dan Ung Min yang baru sadar dari pingsan mereka. Wajah keduanya menunjukkan bekas kekerasan yang mereka alami tadi.

“Kalian pikir ini bercanda? Lihat apa yang terjadi,” teriak Ju Yeon.

“Ini bukan apa-apa. Seseorang harus dapat 20 jahitan setelah dipukuli oleh mereka. Beberapa bahkan keluar.”



“Hei, kenapa kalian tinggalkan rumah sakit? Pulang. Ayo,” tegur guru dan berusaha mengusir mereka berdua.


“Hei! Berhenti!” teriak Jang Mul. “Apa yang kau lakukan? Kau benar seorang guru? Perubahan positif yang dipelopori oleh anak ini membantu mereka untuk berani berbicara seperti ini. Bagaimana bisa kau lukai perasaan mereka dan suruh mereka pergi? Apa pekerjaanmu? Sebagai guru, kau harus dengarkan muridmu dan bersikap netral! Itulah caramu mengajar mereka agar menjadi lebih baik. Pak Polisi, kalian lihat pipa logam ini bertebaran di sekolah? Kalian suruh kami berdamai? Jawab aku. Benar. Kudengar salah satu perundungnya adalah anak wali kota. Maka kalian mencari aman? Benar begitu? Ya? Kalian tak ingin usut perilaku buruknya, jadi, kalian abaikan dan biarkan semua memburuk! Aku ingin buat permohonan formal sebagai walinya. Ada banyak korban! Investigasi setiap kasus. Temukan semua perundung yang menyakiti para murid dan hukum mereka,” perintah Jang Mul.

--


Jang Mul mengantarkan So Mun pulang. So Mun sangat berterimakasih atas bantuannya hari ini. Jang Mul menyuruhnya untuk fokus belajar dan bekerja sebagai counter, dan dia yang akan menyelesaikan semua kekacauan ini.


Saat So Mun masuk ke dalam, nenek dan kakek sudah menunggu dengan cemas. Mereka dengar kalau So Mun terlibat perkelahian dan itu membuat mereka takut So Mun terluka dan di tindas karna kakinya yang pincang So Mun menyakinkan mereka kalau dia baik-baik saja.



So Mun juga memutuskan untuk jujur. Dia menunjukkan pada mereka berdua, mengenai kakinya yang sudah bisa berjalan lagi. Keduanya sangat terkejut, tapi juga bahagia. Rasanya bercampur aduk hingga mereka menangis melihat keajaiban ini. Doa mereka terjawab.


Jang Mul dan Ha Na yang belum pergi, melihat kejadian itu dari balik dinding, merasa terharu. Ha Na sampai menangis. Melihatnya seperti itu, Jang Mul menggodanya yang teringat akan keluarganya.

--



Mo Tak bangun sangat pagi dan berolahraga. Mae Ok tentu heran, kenapa Mo Tak bangun sepagi ini? Mo Tak menjawab kalau dia frustasi. Karna hilang ingatan, dia merasa bodoh. Ada orang yang mencoba membunuhnya, tapi dia tidak tahu apapun. Dia juga tidak tahu apa yang di lakukannya hingga orang begitu ingin membunuhnya. Hal itu, membuatnya merasa marah.



Mo Tak kemudian menunjukkan kartu nama So Gwon yang dimilikinya, tujuh tahun lalu. Kartu itu ada di dalam sakunya. Mae Ok sangat terkejut karna itu artinya, ayah So Mun dan Mo Tak dulunya saling mengenal. Mo Tak juga tidak begitu yakin. Entah mereka hanya saling bertukar kartu nama atau akrab. Tapi, yang jelas, tujuh tahun lalu, mereka berdua mengalami kecelakaan yang misterius.

“Kalau begitu, tak mungkin kebetulan,” ujar Mae Ok.

“Dari cara polisi tangani kedua kasus… Aku ingin tahu apakah penyerangku dan pembunuh orang tua Mun adalah orang yang sama atau bukan.”


Mo Tak mengingat pertemuannya kemarin dengan Jeong Yeong. Di akhir pertemuan, Mo Tak memojokkan Jeong Yeong yang pasti mengenalinya tapi berpura-pura tidak. Bagaimana bisa Jeong Yeong memperlakukan teman kerja seperti ini? Jeong Yeong waktu itu sangat marah karna Mo Tak pun menghilang dari rumah sakit waktu itu. Mo Tak tidak bisa hanya diam saja dan bertekad akan membongkar semuanya.


Jeong Yeong pun ternyata memikirkan pertemuan kemarin. Belum dia berpikir lebih jauh, seorang detektif memberi salam. Namanya adalah Kang Han Ul, pekerja magang dan akan menjadi anggota Jeong Yeong mulai hari ini. Jeong Yeong menggerutu entah harus merasa senang dengan kehadiran Han Ul atau tidak.

“Di mana anggota tim lainnya?” tanya Han Ul.

“Tidak ada yang lain. Kau tak dengar apa pun tentangku? Aku dikucilkan di sini,” ujar Jeong Yeong. “Tersangka pemerkosaan di tempat karaoke. Kami tangkap dia semalam. Kita wawancarai dia hari ini. Periksalah.”



“Baik, Bu.”

--


Karna kasus So Mun kemarin, Polisi mulai melakukan penyelidikan kasus kekerasan di sekolah. Gosip mengenai So Mun juga semakin memanas. Para siswa/i salah paham mengira So Mun adalah anak angkat dari Choi Jang Mul, pemilik Retail Jangmul.


Ung Min dan Ju Yeon juga kaget mendengar gosip itu. So Mun hanya bisa meminta maaf karna dia tidak bisa menceritakan apapun. Ung Min tidak mempermasalahkannya dan Ju Yeon sedikit kesal karna So Mun sekarang penuh rahasia.

So Mun juga tidak berjalan dengan tongkat lagi. Dan tidak ada yang merasa aneh dengan dia yang bisa berjalan sekarang.


“Menarik, bukan? Kini semua orang menganggap aku kaya, tak ada lagi yang curiga, bahkan saat aku bisa berjalan. Tidak ada yang takjub.”

Mereka melewati tempat biasa Jun Gyu nongkrong dan menghajar anak-anak. Tempat itu sekarang sudah di segel oleh polisi.

“Apa ini sungguh sudah berakhir?” tanya Ung Min.

“Ya, berakhir. Polisi akan interogasi mereka, termasuk Jun-gyu dan Hyeok-u.”


“Kita tak akan dipukuli lagi? Sulit dipercaya. Mereka seret aku ke sini dan menghajarku. Itu sakit. Sangat tak adil. Aku merasa payah dan tak berguna. Aku sengsara saat itu,” tangis Ung Min, mengungkapkan perasaan yang selama ini di tahannya.


Dia menangis. Ju Yeon jadi ikutan nangis. So Mun pun ikutan nangis.

--


Hyeok U benar-benar tidak punya rasa takut karna merasa berkuasa sebagai anak walikota. Saat di interogasi di kantor polisi, dengan santainya, dia mengambil foto selfie dengan polisi yang sedang bekerja. Para polisi itu pun tampak jengkel dnegan kelakuannya.


Kepala Polisi ternyata menghubungi Hye Kyeong, asisten walikota, untuk datang menjemput Hyeok U. Hye Kyeong menegur Hyeok U untuk tidak membuat masalah hari ini karna hari ini adalah hari yang penting bagi Shin Myeong Hwi, walikota. Huft, dan dengan mudahnya, Hyeok U di bebaskan.

--



Shin Myeong Hwi sudah melakukan konferensi pers untuk mengumumkan proyek yang akan di lakukannya untuk membantu kota.


“Pembangunan tahap tiga akan memengaruhi area di sekitar Wolhwa-dong dengan luas 450.000 pyeong. Kunci utama dari proyek ini adalah menggabungkan alam dengan rumah dan tempat kerja. Sambil melindungi ekosistem terkait, kita akan membangun fasilitas budaya, hiburan, kesehatan, dan taman rekreasi di taman ramah lingkungan ini. Bagai Central Park di New York dan Hyde Park di London, aku yakin taman ini akan menjadi taman ternama di dunia. Proyek ini akan ciptakan 80.000 pekerjaan. Target pendapatan tahunan kita adalah 90 triliun won. Ingin hasilkan uang? Aku akan mengurusnya untuk kalian, maka datanglah ke Jungjin! Itulah yang ingin kusampaikan. Terima kasih!” jelas tn, Shin, mempresentasikan proyek utama yang akan di kerjakannya.

--



Han Ul menelpon Jeong Yeong untuk melaporkan mengenai Lim Jae Cheol, pelaku pemerkosaan di tempat karaoke, di minta dibebaskan. tn. Pyo yang memerintahkannya untuk melepaskannya. Jeong Yeong sangat marah dan menyuruh Han Ul untuk menahan pelaku selama mungkin hingga dia tiba. Dengan mengebut, Jeong Yeong putar balik ke kantor polisi.

--


Ah, ternyata yang membantu Jae Cheol untuk lepas adalah Noh Chang Gyu. Jeong Yeong yang baru tiba, berdiri di depan mobil mereka dan menyuruh mereka turun. Tapi, perintahnya di abaikan dan mereka tetap melaju pergi dengan mobil.



Jeong Yeong sangat kesal dan segera pergi menemui Kepala Choi Su Ryong untuk protes.


“Apa kantor kita tempat penjahat mengeluh dan berbuat seenaknya?” protes Jeong Yeong.

“Bisa jelaskan?”

“Mereka lepaskan Lim Jae-cheol. Kenapa kau diam saja?”

“Siapa Lim Jae-cheol?”


Saat itu, det. Pyo masuk dan menjelaskan situasi yang terjadi. Dia bilang kalau Jae Cheol itu pacaran dengan korban dan bukan memperkosa tapi mereka melakukan atas dasar mau dengan mau.


“Satu dari kalian boleh pergi,” perintah Kep. Choi.

“Biar aku yang pergi,” pamit det. Pyo.


“Kau mungkin lebih unggul, tapi posisinya lebih tinggi. Tanpa persetujuannya, kasusmu tak akan sampai di mejaku.”

“Karena itu kau mempekerjakannya. Dia terima suap dan ditangguhkan. Tapi kau merekrut dia kembali. Agar dia tutupi semua kasus yang melibatkan penjahat sebelum sampai ke mejamu,” protes Jeong Yeong.

“Kim Jeong-yeong!”

“Ada apa, Pak? Kasus yang kau tutupi bersama dengan kasus Mo-tak. Ada apa? Para penjahat itu mengendalikanmu sejak hari itu. Sejak itu semuanya dimulai, bukan? Atau… kau berusaha menata kehidupan yang baru? Apa itu benar?”


“Kenapa? Kau ingin naik jabatan? Kau bebas mempertahankan sikap penuh moralmu itu. Baik, aku kagum karena kau berusaha jaga integritas. Tapi jangan marah jika orang lain tak seperti itu,” tegur Kep. Choi.

--



Jeong Yeong yang marah pergi ke tempat penyimpanan barang bukti. Kemarin, waktu bertemu Mo Tak, Mo Tak meminta agar Jeong Yeong memberikan ponsel yang mereka temukan di tubuhnya dan pasti di simpan di kantor polisi sebagai barang bukti.



Flashback

Jeong Yeong menangis saat Mo Tak di bawa ke rumah sakit 7 tahun lalu. Dia sangat takut terjadi sesuatu pada Mo Tak.

End


Jeong Yeong mengambil ponsel itu dan membawanya, menemui Mo Tak.

 

 

1 Comments

Previous Post Next Post