Sinopsis C- Drama : Go Ahead Episode 31

 


Original Network : Hunan Tv, iQiyi, Mango TV

Ketika Jian Jian dan Mingyue pulang, Tang Can sedang mencobai pakaian barunya. Dan melihat mereka sudah pulang, dia memamerkan pakaian nya dengan bangga.


Lalu ketika Tang Can kembali masuk ke dalam kamar untuk mencoba pakaian yang lain. Jian Jian dan Mingyue duduk dengan perasaan gugup diruang tamu. Untuk menghilangkan perasaan gugup, Mingyue meminum sekaleng bir, sedangkan Jian Jian memakan semangka seperti biasa.


“Yang ini?” tanya Tang Can sambil menunjukkan baju baru nya yang lain. “Aku beli tiga baju. Merek ini musim lalu diskon 40%. Ini hanya 1.300 Yuan,” jelasnya dengan bangga.

Mendengar itu, Jian Jian menyenggol lengan Mingyue sedikit. Dan Mingyue pun langsung bereaksi. “Cantik,” puji nya.

“Dengar harga saja sudah bagus,” puji Jian Jian juga, dengan agak canggung.


“Aku temui mereka pasti harus berpakaian bagus dan rapi, tak boleh murahan. Dan kali ini yang kutemui bukan asisten sutradara, tetapi sutradara dan produsernya langsung menguji aktingku. Dan pemeran utamanya itu Sun Li,” jelas Tang Can dengan bersemangat dan senang.

Tang Can kemudian berniat untuk mengganti pakaian satu lagi untuk mereka lihat. Tapi Jian Jian menghentikannya, dan menyuruh nya untuk berbicara dengan Mingyue sebentar.


Bukan kau yang bantu bilang? tanya Mingyue, terkejut. Dan Jian Jian menjawab tidak. Tadi kau sudah bilang, tuduhnya.

Aku tidak bilang. Katakan sendiri, balas Jian Jian sambil mendorong Tang Can. Kemudian diapun mundur dan menjauh.



Setelah mengetahui apa yang Mingyue ingin katakan, dengan santai Tang Can menjelaskan bahwa dia sudah tahu itu dari dua hari lalu, saat dia tidak sengaja melihat foto Mingyue dilayar hp Zhuang Bei. Dan dia sudah berbicara jelas dengan Zhuang Bei. Jadi kelak mereka akan menjadi teman saja. Lagian saat itu, dia hanya terlalu bersemangat sedikit saja. Dan sekarang dia sudah akan mulai syuting, jadi dia tidak ada waktu untuk berpacaran lagi.

Mendengar itu, Mingyue merasa sangat lega. Begitu juga dengan Jian Jian yang diam- diam mendengarkan diruang makan.



Dulu kau merasa, dia ini lumayan, 'kan? Atau kau coba saja, kata Tang Can, menyarankan. Jangan pikirkan Ling Xiao lagi, tegas nya.

Mendengar itu, senyum Jian Jian meredup. Dan dia menusuk- nusuk daging semangka menggunakan sendok nya.

Li Jian Jian, makan saja semangkanya, kenapa menusuknya? tanya Tang Can, tidak nyaman mendengarkan Jian Jian terus menusuk- nusuk daging semangka.

Kenapa galak padaku? Aku hanya penonton, balas Jian Jian, pura- pura tidak peduli.


Orang yang kusukai menyukai Yueliang. Yang Yueliang sukai menyukai Li Jian Jian. Kesimpulannya aku yang paling rendah di rumah ini, kata Tang Can, merasa sedikit depresi.

Aku sudah blokir telepon dan WeChatnya. Kelak aku tak mau bertemu dengannya, balas Mingyue, menjelaskan dengan emosi.

Perlukah begitu? tanya Tang Can, heran. Kau tak menyukainya juga tak perlu begini, 'kan? Jauhi pelan-pelan saja. Lagi pula, ada yang menyukaimu cukup bagus, 'kan? katanya, merasa sedikit kasihan pada Zhuang Bei.

Jangan katakan lagi. Aku paling benci ada yang mengejarku, bentak Mingyue. Kemudian dia masuk ke dalam kamar nya.



Mendengar itu, Tang Can merasa sangat bingung dengan Mingyue. Sedangkan Jian Jian sama sekali tidak peduli dan tidak mau berkomentar, karena dia hanyalah penonton saja.


Direstoran. Sambil minum- minum bersama, Zhuang Bei mengeluhkan sikap Ziqiu yang tidak ada bercerita apa- apa kepada nya. Kepadahal mereka adalah teman. Setiap dia ada kesusahan atau apapun, dia selalu menceritakan nya kepada Ziqiu. Tapi Ziqiu ada kesusahan, malah tidak.

Intinya kau teman terbaikku, tetapi karena harga diriku tak mengizinkan. Selalu merasa ditinggalkan. Itu hal yang sangat memalukan, kata Ziqiu, mengakui kesalahan nya.


Memalukan? Mau bahas memalukan, aku lebih memalukan, balas Zhuang Bei, mendengus sedih. Setelah ditolak, tak bisa berteman lagi. Bahkan WeChat pun diblokir, katanya dengan sedikit tertawa kering.

Zhuang Bei kemudian mengalihkan pembicaraan. Dia menanyai, apakah Ziqiu akan berakhir begitu saja dengan He Mei. Dan Ziqiu mengiyakan. Menurutnya, perkataan Li Haichao benar, hidup He Mei juga tidak mudah dan He Mei tidak jahat. Perkataan Jian Jian juga benar, He Mei tidak memaksa dirinya untuk menjaga He Mei dihari tua. Bahkan demi masalahnya, He Mei sampai menelpon Huaguang. Jadi dia mengganggap masalah nya dengan He Mei sudah selesai. Dan dia ingin melangkah maju. Karena itu, dia tidak ingin orang lain untuk mengasihani nya.

Mendengar itu, Zhuang Bei tidak berkomentar. Dia mengangkat gelas nya dan bersulang dengan Ziqiu.


Pagi hari. Saat sarapan Ziqiu membahas masalah Zhuang Bei dihadapan Mingyue. Dan Mingyue langsung menyuruh Ziqiu untuk jangan membahas itu serta dia meminta Ziqiu untuk memberitahu Zhuang Bei bahwa mereka berdua sungguh tidak cocok, jadi jangan mencarinya lagi.

Mendengar itu, Jian Jian dan Ling Xiao tertawa geli. Sedangkan Ziqiu merasa agak kasihan kepada Zhuang Bei. Tapi dia menghormati keputusan Mingyue.

Dengan perhatian, Jian Jian mengambilkan bakpau dan menaruhnya dipiring Ziqiu. Dan Ziqiu mengeluh, karena sedari tadi Jian Jian terus saja memberikan bakpau kepadanya. Lalu dia meminta Jian Jian untuk tidak perlu mengirimkan pesan kepadanya. Karena dia sangat baik, bahkan suasana hatinya juga sangat baik.

Mendengar itu, Jian Jian menjadi agak muram, sebab sebenarnya dia hanya ingin menyemangati Ziqiu saja.

Bukan tak boleh kirim pesan. Pilih yang paling lucu. Aku tak mau yang biasa, kata Ziqiu, memperbaiki kata- katanya supaya Jian Jian tidak murung.

Baik, kata Jian Jian dengan bersemangat.

Dengan sengaja, Ling Xiao kemudian mengambilkan satu bakpau dan menaruhnya dipiring Ziqiu. Adik, makan, katanya, perhatian.

Kamu sengaja? keluh Ziqiu. Dan Jian Jian tertawa.


Tepat disaat itu, Tang Can keluar dari kamar. Dia berputar didepan mereka dan menanyakan pendapat mereka tentang penampilannya. Dan mereka semua memuji betapa cantiknya Tang Can.

Kali ini harus berhasil. Aku mau membuktikan diri, kata Tang Can, penuh tekad. Karena itu, diapun akan melewatkan sarapan sekarang. Dan mereka semua mendukung nya secara penuh.


Jian Jian kemudian mengambilkan bakpau dan menaruhnya lagi di piring Ziqiu. Kak, makan, katanya dengan perhatian.

Dengan kesal, Ziqiu diam dan menatap Jian Jian serta Ling Xiao yang tertawa.


Tang Can sampai cepat ditempat janjian. Dan dia menunggu dengan perasaan penuh harap serta deg- degan.


Mingyue berlari ke arah mobil Ibunya dengan panik. Lalu dia menanyai Ibu Ming, ada apa. Dan Ibu Ming menceritakan bahwa dia memanggil bukan karena ada apa- apa, dia hanya bercanda saja. Mengetahui itu, Mingyue merasa lega sekaligus capek. Dan Ibu Ming tertawa serta memberitahu bahwa dia datang untuk memberitahukan sebuah kabar bagus.

Ada gedung baru dibangun di seberang rumah kita, 'kan? Perumahan yang elit. Desainnya sangat bagus. Intinya, di lingkungan pendidikan, kata Ibu Ming dengan bersemangat. Sambil menunjukkan brosur nya.

Ibu, aku baru tamat, aku tak punya uang beli rumah, kata Mingyue, mengingatkan.



Tunggu kau beli rumah, itu harus tunggu sampai kapan? balas Ibu Ming dengan agak ketus. Aku sudah diskusi dengan ayahmu, kami bantu bayar 50% cicilan rumah.

Gajiku satu bulan hanya ribuan Yuan saja. Mana ada uang cicil rumah? keluh Mingyue, menolak.

Gajimu selama dua tahun ini tak akan cukup bayar cicilan. Ibu bantu bayar dulu, setelah kau ganti pekerjaan, gajimu bertambah sudah bisa bayar cicilan rumah. Coba pikir, sekarang kau tinggal di luar, bukankah harus bayar uang sewa? Lebih baik gunakan uang itu beli rumah sendiri, balas Ibu Ming, menjelaskan. Intinya tak perlu khawatir, kau bawakan buku aktamu padaku saja. Nanti saat akan membayar cicilan, mungkin butuh kau ke sana. Yang lain tak perlu kau urus, Ibu bantu kau urus.


Mingyue tetap menolak untuk membeli rumah tersebut. Tapi ternyata Ibu Ming sudah membayar uang muka untuk rumah itu dan tidak bisa ditarik lagi. Mengetahui itu, Mingyue merasa stress.

Ibu ingin beri kejutan. Aku pertimbangkan untukmu dan beli rumah untukmu. Kau malah marah padaku, kata Ibu Ming, sedih dan kecewa.

Aku tidak marah, kata Mingyue, menurunkan emosinya. Aku hanya merasa tekananku terlalu besar. Uang pensiun kalian untuk aku beli rumah.

Ibu tahu kau patuh, memikirkan kami. Tetapi tak apa, kami masih muda, masih bisa kerja, balas Ibu Ming, bersemangat kembali. Wanita harus punya rumah agar lebih kuat di mata mertua. Bawa pulang dan lihatlah. 200.000 Yuan. Ini gaji ayahmu untuk satu tahun, jelas Ibu Ming.

Dengan pasrah, Mingyue pun menerima brosur yang Ibu Ming berikan padanya. Lalu tepat disaat itu, Zhuang Bei menelpon.

Zhuang Bei meminjam telpon orang lain untuk menelpon Mingyue. Dia mengajak Mingyue untuk bertemu dan sekarang dia sudah didepan kantor Mingyue.


Aku sudah melihatmu, kata Mingyue, setelah keluar dari mobil Ibu Ming. Dan melihatnya, Zhuang Bei langsung berlari ke arah nya.

Zhuang Bei meminta maaf kepada Mingyue, lalu dia menjelaskan bahwa dia tidak ingin berakhir buruk dengan Mingyue.

Aku sungguh tak menyukaimu, setiap kali mengingatmu, aku akan tak nyaman. Kau membuatku tak nyaman, sungguh, kata Mingyue dengan penuh emosi. Jangan menyukaiku lagi, tegas nya. Lalu dia pergi.

Dengan sedih, Zhuang Bei terdiam ditempat nya sambil menundukkan kepala.


Tang Can terus menunggu, tapi sudah satu jam, belum juga ada yang datang. Kemudian setelah cukup lama, akhirnya produser dan sutradara film akhirnya datang. Dan Tang Can merasa sangat senang.


Tang Can melakukan pengenalan diri secara singkat. Lalu dia mengikuti permintaan produser serta sutradara untuk berdiri dan menunjukkan tubuh nya dari depan, sisi samping, dan belakang. Setelah itu, dia memberitahukan tingginya, ketika ditanya.


Silahkan duduk. Tadi kau bersedia mencoba beberapa peranan, benar, 'kan? tanya produser. Dan Tang Can mengiyakan dengan bersemangat. Begini. Kau suka dengan Sun Li?

Aku selalu ingin bekerja sama dengannya, jawab Tang Can.

Sekarang kau punya kesempatan untuk itu, kata produser dengan pasti. Dan Tang Can merasa sangat senang. Tapi kemudian dia dikecewakan.


Pinggang Sun Li terluka. Film kita ini menceritakan hancurnya keluarga persilatan. Dalamnya banyak adegan perkelahian. Meski Sun Li ingin melakukannya, tetapi banyak gerakan yang tak bisa dia lakukan. Jadi kami butuh orang yang tinggi dan bentuk badan, yang sangat mirip dengannya untuk melakukan itu semua. Dan Sun Li sendiri setelah melihat fotomu, juga merasa sangat mirip. Tentu dengan kemampuanmu memerankan pengganti memang terlalu disayangkan. Tetapi, jika kau menerima penawaran kami. Film kami selanjutnya pasti akan pertimbangkan kamu, kata produser dengan sikap ramah.

Mendengar itu, Tang Can merasa sangat kecewa. Tapi dia maih memaksa kan dirinya untuk tersenyum.


Dalam perjalanan pulang, Tang Can merenungkan semuanya. Perkataan saudaranya, perkataan orang tuanya, dan perkataan orang- orang disekitar nya. Dan dalam sekejap, dia merasa sangat lelah sekali.


Jian Jian berniat membelikan sepatu untuk hadiah ulang tahun Ling Xiao. Dan Du Juan serta Zhou Miao menemani nya. Lalu Mingyue menelpon dan mengajak untuk bertemu sore ini. Dan Jian Jian pun mengiyakan dengan cepat.


Dicafe. Tang Can dan Mingyue menceritakan permasalahan mereka masing- masing kepada Jian Jian. Dan dengan perhatian, Jian Jian mendengarkan dengan baik.


Dimulai dari Tang Can. Dia menceritakan kejadian hari ini. Dia dipanggil ternyata bukan untuk diberikan peran didalam film, melainkan dia di panggil untuk di jadikan pemeran pengganti Sun Li. Dan dia sangat kecewa pada dirinya sendiri, sebab dulu dia masih bisa mendapatkan beberapa peran, tapi sekarang malah jadi pemeran pengganti.

Gantian Mingyue yang menceritakan permasalahannya. Hari ini dia bolos bekerja, karena dia stress dengan permintaan Ibunya yang ingin membeli rumah. Rumah yang ingin Ibunya ambil itu rumah elite yang mahal. Dia khawatir bila mereka mengambil rumah tersebut, maka seluruh harta keluarga mereka akan langsung habis, jika ada sesuatu yang terjadi.


Dulu saat SMA, merasa kelak tempat yang dituju seperti jalan ke Roma begitu banyak. Hasilnya sampai sekarang baru menyadari semua jalan menuju Roma tertulis "jalan ini tak bisa dilalui", kata Tang Can, merasa geli sendiri.

Aku punya satu jalan, yaitu mengikuti jalan ibuku, melewati jalannya, kata Mingyue sambil menghela nafas lelah. Aku tahu dia tidak mudah. Seumur hidupnya mengelilingiku dan ayahku. Dia menganggap karirnya adalah aku dan ayahku. Asalkan kami baik-baik saja, maka dia sudah sukses.

Tak bisa begini terus. Kita sudah 25 atau 26 tahun, bukan 15 atau 16 tahun. Dengan kata ibuku, dia di umur seperti kita ini, sudah cari kerja menghidupi keluarga, kata Tang Can, mulai bersemangat lagi.

Benar, tak bisa begini lagi. Jika tidak tetap akan terkurung terus, kata Mingyue setuju, diapun kembali bersemangat lagi.


Mendengar Mingyue dan Tang Can menceritakan tentang Ibu masing- masing, Jian Jian hanya diam saja. Dia teringat akan kesusahan Ayahnya.

Aku mengingat suatu kali aku pulang, kemudian melihat ayahku mengupas bawang. Aku ingin permainkan dia, bercanda dengannya. Aku tanya dia, apa yang dia lakukan. Dia mengeluarkan kaca matanya kemudian seperti ini. Membalas WeChatku seperti ini. Satu kalimat dia ketik selama dua menit. Karena aku pernah bilang usahakan jangan pakai pesan suara, pakai ketik saja, kata Jian Jian, menceritakan kesedihannya. Saat itu aku merasa, ayahku sudah tua.


Flash back

Suatu saat, Jian Jian sengaja mempermainkan Ayahnya, dia mengirim kan pesan dan menanyai, apa yang sedang Ayah lakukan. Dan sambil memakai kacamata, Li Haichao mengetikkan pesannya. Setelah itu, dia melepaskan kacamata yang dipakainya dan tampak kelelahan.

Melihat Ayahnya sedang mengupas bawang, tapi mengatakan bahwa dirinya sedang menonton TV. Jian Jian merasa sedih.

Ayah, kelak jangan ketik. Aku bekerja tanganku kotor, pakai pesan suara saja, kata Jian Jian, berniat baik supaya mata Ayahnya tidak terlalu lelah.

Baik, turuti kamu saja. Kelak kukirim pesan suara, balas Li Haichao dengan cepat. Dan mendengar itu, Jian Jian merasa sedih, tapi dia menahan kesedihannya.

Flash back end

Tang Can, Jian Jian, dan Mingyue saling berpelukan untuk menyemangati dan menghibur satu sama lain.


Saat mereka bertiga pulang, mereka membuka kiriman yang dikirimkan oleh orang tua Tang Can. Dan isi kirimannya sangat luar biasa. Ada banyak macam- macam makanan yang sangat enak.

Itu, kalian bereskan. Aku telepon ayahku dulu, kata Tang Can, pamit pergi ke dalam kamar.

Hei Terima kasih pada Bibi, kata Mingyue. Dan Tang Can mengiyakan.


Didalam kamar. Tang Can menelpon Ayah Tang dan memberitahu bahwa dia sudah menerima makanan yang dikirimkan padanya. Dan Ayah Tang menceritakan bahwa makanan itu dibuat oleh Ibu Tang, tapi Ibu Tang tidak berani mengatakan apapun. Jadi dia yang mengirimkannya.

Apakah dia sehat-sehat saja? tanya Tang Can, khawatir pada kondisi Ibunya. Sakit kepala kemarin sudah diperiksa?


Dia tidak pergi. Dia bilang sudah cari di internet. Sakit kepala karena banyak pikiran, makan obat juga sembuh, balas Ayah Tang, menjawab.

Dia kira dia itu dokter, bisa mengobati diri sendiri. Bagaimana jika tumbuh tumor? keluh Tang Can.

Kau tak bisa berharap yang baik? Malah bilang tumbuh tumor. Aku sakit kepala karena kamu, balas Ibu Tang, marah.

Mendengar itu, Tang Can merasa bersalah. Dia merasa sudah banyak menyulitkan orang tuanya. Jadi diapun menanyai Ayah Tang, mengenai lowongan kerja di museum, yang terakhir kali Ayah Tang katakan. Dia ingin mencoba nya.


Didalam kamar. Mingyue menelpon Ayahnya untuk membahas masalah rumah. Ternyata Ayah Ming sedang dinas di Fuzhou dan tidak tahu apa- apa. Jadi saat Ayah Ming mengetahui dari Mingyue kalau Ibu Ming sudah membayar uang untuk membeli rumah, Ayah Ming sangat marah.

Jika Ayah tak setuju, akan lebih mudah. Aku tanya teman penjual rumah. Dia bilang uang muka tak dikembalikan, tetapi bisa bisa dipindahtangankan, kata Mingyue, menenangkan Ayah Ming.

Kau jangan berikan buku aktamu pada ibumu. Dua hari lagi aku pulang. Kita bicarakan saat itu, kata Ayah Ming, sedikit lebih tenang.


Tang Can menatap dirinya sendiri didepan cermin. Dan dia melihat bahwa di wajahnya mulai muncul sedikit keriput. Melihat itu, dia menyadari bahwa usianya sudah tidak terlalu muda lagi. Dia tidak boleh bermain- main atau hidup seperti ini selama nya.


Akhirnya, Tang Can pun membuat keputusan. Dia memasukkan semua pakaian nya ke dalam tas. Lalu dia memanggil Jian Jian dan Mingyue untuk membantu nya membuang baju- baju nya yang sudah tidak akan dipakai lagi. Dan mereka berdua merasa agak terkejut.



Aku tak olah toko Taobao lagi, aku juga menyerah jadi aktris. Tadi kutelepon ayahku, besok aku melamar jadi narator di museum. Tak perlu baju sebanyak ini, kata Tang Can, menceritakan tentang keputusan besar nya.

Kau sungguh tak jadi aktris lagi? tanya Jian Jian, memastikan.

Aku sudah 26 tahun. Sudahlah, sudah saatnya memikirkan diri. Untung saat kecil banyak syuting iklan bisa membeli dua rumah. Kelak menghidupi diri, tak akan ada beban lagi, jawab Tang Can dengan yakin.


Mingyue dan Jian Jian merasa agak ragu, karena mereka tahu apa impian Tang Can selama ini. Dan Tang Can menenangkan mereka berdua untuk tidak perlu khawatir. Saat dia mendengar cerita Jian Jian tentang Li Haichao yang sekarang sudah tua, dia jadi berpikir bahwa sekarang saat nya mungkin dia harus berbakti kepada kedua orang tuanya.

Aku minta bantuan kakakku, kata Jian Jian, menghormati keputusan Tang Can. Lalu dia pergi untuk memanggil Ling Xiao serta Ziqiu.

Benar. Sungguh lajang terlalu lama jadi bodoh. Kita masih punya laki-laki, kata Tang Can dan Mingyue tersadar. Lalu mereka duduk bersantai ditempat tidur dan menunggu bantuan datang.


Tang Can sebenarnya merasa agak berat hati untuk membuang pakaian- pakaian nya. Tapi karena dia sudah memutuskan, maka diapun tetap membuang pakaian- pakaian nya tersebut.


Hongying datang lagi ke restoran Li Haichao. Kali ini dia datang dengan membawakan makanan buatannya. Dan dia memaksa menyuapi Li Haichao secara langsung. Dan Li Haichao merasa agak canggung serta malu- malu.


Tepat disaaat itu, Ling Heping datang, dan melihat kejadian tersebut. Haichao, nikmatilah, godanya.

Ling Heping, geram Li Haichao, memperingatkan.

Mengerti, bisa dimengerti. Sedang masa pacaran, kata Ling Heping sambil tertawa. Lalu diapun pamit dan pergi.


Sore. Ling Heping menggoda Li Haichao dengan sikap ingin menyuapinya. Dan melihat itu, Ling Xiao, Jian Jian, serta Ziqiu tertawa dengan keras.

Kami hanya teman biasa. Aku dan Guru Zhang tak cocok, kata Li Haichao, menjelaskan dengan agak frustasi, karena semuanya menggoda dirinya.

Kenapa tidak cocok? Satu aktif satu diam, saling melengkapi, balas Jian Jian.


Tatapan Guru Zhang padamu seperti gadis kecil yang baru jatuh cinta. Saat melihat mu, goda Ling Heping.

Aku tidak. Jangan menghalangi orang lain, biar dia cari yang cocok, balas Li Haichao.

Sudahlah, jangan bahas lagi. Sudahlah jika Ayah Li merasa tak cocok. Sifat Guru Zhang cukup memaksa, dan agresif. Ayah Li bersamanya pasti akan ditindas, kata Ling Xiao, menghormati keinginan Li Haichao.



Bisa memaksa sampai apa? Lagi pula, siapa yang bisa menindasnya? kata Ling Heping, tidak setuju dengan Ling Xiao.

Ayah Ling. Mungkin kau lupa Bibi Chen Ting, kata Ziqiu, mengingatkan. Dan Ling Heping pun berhenti membahas tentang Zhang Hongying. Sementara yang lain tertawa dengan keras.


Post a Comment

Previous Post Next Post