Sinopsis K-Drama
: The Uncanny Counter
Episode
04 part 02
Jeong
Yeong menemui Mo Tak di sebuah café dan mengembalikan ponselnya. Dia berkata
pada Mo Tak kalau dia bisa memperbaiki ponsel itu. Dulu, 7 tahun lalu, mustahil
untuk memperbaiki ponsel yang rusak parah seperti ini, tapi mungkin sekarang,
bisa. Mo tak berujar menyindiri kalau tidak menyangka Jeong Yeon akan
mengembalikannya.
“Katamu
kau akan datang dan mengacau.”
“Kau
takut?”
“Jangan
datangi kantor polisi lagi. Demi kebaikanmu,” pinta Jeong Yeong. “Kau mau apa
dengan benda ini?”
“Aku
mau ingat masa laluku. Masa lalu yang terlupakan. Dengan siapa aku bicara? Pesan
macam apa yang kukirim? Apa yang kulihat dan rasakan? Apa yang membuatku marah?
Apa harapanku saat menangani sebuah kasus? Semuanya.”
Jeong
Yeong terdiam dan menuliskan sesuatu di kertas, “Hubungi ahli forensik ini. Polisi
tak kenal dia.”
“Kau
membuatku bingung. Kau tak tampak seperti orang yang suka menutupi kasus
penjahat.”
“Dulu
kita adalah pasangan. Kau dan aku,” beritahu Jeong Yeong.
Mo
Tak sangat terkejut tapi Jeong Yeong tidak mau membahas atau memberitahu lebih.
Dia hanya menyuruh Mo Tak menghubunginya jika menemukan sesuatu mengenai
kasusnya dan jangan muncul bersimbah darah seperti tujuh tahun lalu.
“Berarti
kau… Hei, tunggu!” teriak Mo Tak, menghentikan Jeong Yeong yang mau pergi. “Apa
kau… masih menungguku… sejak tujuh tahun lalu?”
“Tidak
lagi,” jawabnya dan langsung pergi.
--
di
Taesin Grup,
Noh
Hang Gyu sedang melihat artikle mengenai proyek Lembah ICT yang akan dilakukan
walikota. Saat itu, Noh Chang Gyu mampir dengan santai dan memanggilnya ‘bos’.
Hang Gyu dengan tegas memperingatinya untuk tidak berperilaku seperti preman
dan tidak memanggilnya dengan sebutan : Bos. Chang Gyu tampak ketakutan dan
merubah panggilannya. Dia memanggil Hang Gyu dengan sebutan : Ketua.
Hang
Gyu memperingati Chang Gyu, jika dia memakai narkoba lagi, dia sendiri yang
akan menghabisi Chang Gyu. Dan juga, dia menyuruh Chang Gyu untuk kembali
bekerja sesuai upah yang sudah di terimanya. Chang Gyu bersikap sombong kalau
pembangunan tidak bisa bergerak tanpanya. Chang Gyu tiba-tiba teringat sesuatu
dan mengingatkan Chang Gyu mengenai detektif yang mereka tangani 7 tahun yang
lalu. Dia melihat seseorang yang mirip dengannya.
Hang
Gyu tampak cemas dan berteriak mengingatkan kalau detektif itu kan sudah mati 7
tahun yang lalu! Chang Gyu menegaskan ucapannya tadi : ‘seseorang yang mirip.’
--
So
Mun membantu Mae Ok membersihkan perut ikan teri. Saat itu, Mae Ok mendapat
pesan telepati dari Soo Ho mengenai tim yang lagi rapat untuk memutuskan
mencabut hak counter milik So Mun.
Mae
Ok segera memerintahkan Ha Na untuk menghubungi Mo Tak.
Gi Ran berteriak penuh kekesalan, berujar kalau So Mun lepas
kendali dan melukai warga sipil. Dan hal itu jelas melanggar kontrak. So Mun
tidak bisa mengendalikan emosinya. Dan itu pelanggaran besar sebagai counter.
Emosi So Mun tidak stabil dan mereka harus menyingkirkannya.
U Sik setuju dengan Gi Ran Wi Gen tidak harus ber-partner dengan
So Mun. Mereka bisa mencari partner lain untuk Wi Geun.
Soo Ho tidak setuju dengan mereka. Menurutnya, mereka harus
memberikan kesempatan bagi So Mun untuk menjelaskan.
“Ini bukan hanya tentang kita dan Counter. Ini berkaitan
langsung dengan kehidupan warga sipil,” ingati Gi Ran, membujuk Wi Gen.
Mo
Tak tiba dan menanyakan apa yang terjadi. Ha Na memberitahu kalau So Mun
melanggar aturan dengan menggunakan kekuatan untuk balas dendam. Mo Tak jadi
emosi karna menurutnya yang dilakukan So Mun tidak salah. Para preman sekolah
itu datang dengan pipa baja untuk memukul So Mun, dan apa So Mun harus melawan
dengan salib?
“Aku
tak bisa berhenti bekerja sebagai Counter. Dia menjanjikanku bertemu dengan
orang tuaku jika kerjaku bagus,” ujar So Mun.
Mae
Ok terkejut karna Wi Gen menjanjikan hal seperti itu sebagai upah So Mun
bekerja sebagai counter. Dia jadi makin nggak tega kalau So Mun sampai di
pecat.
Karna
rapat tidak selesai juga, So Mun memutuskan masuk ke alam baka untuk
memastikan. Ha Na dan Mae Ok juga tidak terima dan ingin ke sana untuk membela
So Mun. Mo Tak pun jadi ikutan masuk.
Ini pertama kalinya So Mun bertemu dengan rekan counter yang
lain selain Wi Gen. Dia merasa sedikit gugup, Untungnya, Mae Ok dan Ha Na
datang untuk mendukungnya. Mo Tak juga datang dengan gaya tidak biasa. Dia
mendarat di atas meja rapat. Mae Ok sampai malu karna sudah bertahun-tahun, Mo
Tak tetap saja belum terbiasa masuk ke alam baka.
Mae Ok, Ha Na dan Mo Tak berdiri di depan So Mun, untuk
melindunginya.
Soo Ho menyarankan agar mereka menunggu dan mengamati So Mun
untuk sementara ini. Bagaimanapun, saat itu sangat darurat hingga Wi Gen
memasuki So Mun tanpa pemberitahuan. Tidak seharusnya, mereka memberikan dan
mengambil hak counter seenaknya begitu.
Gi Ran tidak setuju dengan saran Soo Ho. Dia mengingatkan mereka
kalau kesalahan counter bisa membahayakan nyawa mereka. Jika mereka membiarkan
So Mun dan suatu saat emosi So Mun meledak hingga membunuh orang, maka mereka
akan mati! Dia mengingatkan Soo Ho kalau Wi Gen kemarin hampir mati.
“Kau melukai perasaan kami. Pekerjaan ini juga membahayakan
nyawa kami. Jadi, apa intinya? Apa Mun bersalah? Apa Wi-gen mati? Apa kami
mati? Apa kau mati? Seperti yang kau lihat, tidak ada yang mati. Itu yang
penting. Kita semua hidup. Cheol-jung mati saat bekerja untukmu. Kami
kehilangan dia kurang dari dua minggu lalu. Tapi kami masih bekerja! Sambil
mempertaruhkan nyawa. Wi-gen, kau tak bisa lakukan ini kepada Mun. Walau dia
bersalah, kau harus memihak dan membelanya, setidaknya sekali. Dia
menyelamatkanmu. Astaga,” marah Mae Ok. Dia kemudian menghampiri Gi Ran, “Kenapa
begitu kejam pada anak kecil? Astaga. Jika dia membunuh seseorang, apa nyawamu
terancam? Kalian semua tak punya hati. Pernahkah kalian berpikir dia selamatkan
nyawa kalian? Itulah yang kutemukan tentangnya. Dia cepat belajar, berani, dan
tegas, dan dia mampu ambil keputusan. Kalian semua di sini berkumpul dan
berdiskusi. Aku menjunjungnya lebih dari kalian. Pernahkah kami mengeluh tentang
perintah kalian? Bahkan ketika kami cedera dan terluka dalam tugas, tak ada
keluhan! Kalian mungkin merekrut kami, tapi kami melakukan segalanya dengan
kekuatan kami untuk menyelamatkan jiwa dan menangkap roh jahat,” ujarnya penuh
emosi, meluapkan semua perasannya selama ini.
Ha Na dan Mo Tak merasa kalau mereka tidak perlu datang kemari
karna Mae Ok sudah mengatakan semua yang ingin mereka katakan. So Mun menangis
dan merasa terharu. Dia berjanji akan membalas budi mereka semua atas kebaikan
yang mereka tunjukkan hari ini padanya.
“Wi-gen, kudengar kau menjanjikan Mun bertemu dengan orang
tuanya jika kerjanya bagus. Berarti kau harus melindunginya sampai akhir. Kami
dapat kembali hidup sebagai balasan menjadi Counter, tapi dia dapat apa? Bertemu…
orang tuanya sekali saja? Tapi itu satu-satunya permintaannya. Kau harus pegang
janjimu, bukan? Kau harus lindungi dia sampai akhir!” ujar Mae Ok, serius.
Dan karna perkataan Mae Ok, tidak ada satupun yang berani
membantah.
--
Shin
Myeong Hwi pergi ke lapangan tenis Jungjin untuk bermain bersama kenalannya,
Choi Tae Sin. Orang kaya memang berbeda ya, saat mereka datang bermain,
lapangan tenis langsung di tutup untuk umum.
Selesai
bermain, mereka pergi ke sauna.
Ketika
sedang di dalam sauna, mereka mendengar suara Jeon Gi Hwan, Ketua Taesin Grup,
bersama Noh Hang Gyu. tn. Jeon menggunakan kursi roda. Dia menceritakan pada
Hang Gyu bahwa tanah di sauna dan lapangan tenis ini, dulunya adalah tanah
miliknya. Ada kandang ternak dulu. Dan
dulu sekali, ada seorang buruh tani bernama Shin yang bekerja di perternakan
miliknya dan bertugas untuk memberi makan sapi dan membersihkan kotoran. Shin
ini mempunyai seorang putra yang sangat cerdas dan putranya menjadi luar biasa
sukses. Putra Shin yang sudah sukses, menggunakan anggaran daerah untuk membeli
tanah, tempat ayahnya dulu bekerja membersihkan kotoran sapi! Dan sekarang,
tanah itu menjadi lahan bermainnya.
Bisa
kita tebak, orang yang di bicarakan oleh tn. Jeon, putra dari Shin adalah Shin
Myeong Hwi, walikota Jungjin sekarang.
Choi
Tae Sin sebenarnya tidak suka dengan kedatangan tn. Jeon, tapi, dia tetap
bersikap sopan dengan menyapa dan memberi hormat padanya. tn. Jeon mengabaikan
salamnya dan hanya berbicara dengan tn. Shin yang tetap berada di dalam sauna
dan duduk dengan santai. Dia menyindir tn. Shin yang berencana membangun taman
di tanahnya tanpa izin darinya. tn. Shin mendahuluinya dan mengumumkan
perencenaan proyek tersebut. Apa dia harus tutup mulut dan diam saja?
“Berkat
aku, kau yang tak berharga bisa hidup enak sekarang. Sudah sewajarnya jika aku
mengharapkan imbalan. Mereka yang tak balas budi tak ada bedanya dengan
binatang rendahan,” hina tn. Jeon.
“Pak.
Perusahaanku menyewa tanah milikmu untuk 50 tahun ke depan,” ujar Tae Sin,
tidak senang mendengar hinaan tn. Jeon pada tn. Shin.
“Apa
yang kalian timbun di tanah itu? Kau mengubur seseorang?” tawanya, menyindir. “Begini,
aku mendengar beberapa cerita.”
Ucapan
tn. Jeon itu membuat ekspresi wajah tn. Shin berubah. Tampaknya, apa yang tn.
Jeon katakan ada benarnya. Ada rahasia di tanah yang Taesin Grup sewa selama 50
tahun dari tn. Jeon.
“Jika
itu mengganggumu, kota ini akan membelinya darimu,” ujar tn. Shin.
tn.
Jeon berubah menjadi lebih sopan, “Meski begitu, aku ingin kau perhitungkan dan
buat revisi perencanaannya. Atau kau akan kehilangan martabat.”
--
Di
tempat rongsokan Baekjo Motors,
Pemilik
Baekjo Motors, Bae Sang Pil, mendapat telepon dari salah seorang Taesin Grup
yang memerintahkannya untuk mengurus tn. Jeon. Sang Pil tampak sangat kesal.
Selesai menerima telepon, dia mulai mengomeli karna tn. Jeon memulai konflik
keluarga.
Dan
ternyata, pembunuh Cheol Jung, Ji Cheong Sin, bekerja di sana. Sang Pil menemui
Cheong Sin dan menunjukkan foto tn. Jeon. Cheong Sin langsung nanya, apa dia
harus membunuhnya? Sang Pil menjawab tidak. Tapi, dia kemudian menggerutu
kesal. Gerutuannya membuat Cheong Sin menjadi cemas dan menanyakan apa itu
mengganggu Sang Pil? Cheong Sin memanggil Sang Pil dengan panggilan : “Ayah.”
“Ada
apa? Ayah, apa ini akan memberimu kesulitan?” tanya Cheong Sin, khawatir.
“Apa?
Kenapa ini membuatku kesulitan? Satu-satunya hal yang membebaniku adalah aku
bekerja terlalu keras. Itu saja. Lagi pula, aku memilikimu, maka tak ada yang
perlu kucemaskan. Benar?” ujar Sang Pil.
Cheong
Sin tersenyum bahagia mendengarnya. Sang Pil memberikan Cheong Sin sebuah
amplop berisi dokumen jual beli tanah.
“Pria
tua ini harus tahu sesuatu tentang reservoir sebelum bertingkah begitu.
Selidiki apa yang dia tahu,” perintah Sang Pil. “Lalu bisakah kau ambilkan ini dalam
perjalanan pulang? Harus kue itu. Kue sifon mangga apel. Mengerti?”
Usai
memberikan perintah, Sang Pil langsung pergi begitu saja sambil menerima
telepon dari istri dan anaknya yang berulang tahun.
Cheong
Sin yang mendengar ayahnya menerima telepon dari keluarganya dan tampak
bahagia, menjadi cemburu. Hal itu terlihat di wajahnya.
--
Mo
Tak menemui seorang pria di sebuah toko elektronik untuk memperbaiki file yang
ada di ponselnya. Di ponselnya ada foto-foto Jeong Yeong. Dan ada juga foto
sebuah rumah, villa Yeonggwang dan foto yang memotret foto wanita berulang
tahun atas nama Kim Yeong Nim. Di foto lain ada foto pagar rumah bertuliskan :
Wolhwa-dong 37-2.
Mo
Tak segera menelpon Jeong Yeong dan memintanya untuk menyelidiki data Kim Yeong
Nim, tanggal lahir, 04 Maret 1992 di file kasus kepolisian. Alamat rumah Kim
Yeong Nim adalah Wolhwa-dong 37-2.
Jeong
Yeong segera mencarinya dan tidak ada kasus atas nama Kim Yeong Nim. Tapi,
Jeong Yeong nggak nyerah dan mencoba mencari informasi perorangan Kim Yeong
Nim. Hasilnya, Kim Yeong Nim sudah meninggal pada tanggal 16 September 2018.
Terdaftar meninggal setelah lima tahun menghilang.
Mo
Tak mengerti dan berujar akan menelpon lagi nanti. Mo Tak menanyakan pada
teknisi, apakah riwayat teleponnya sudah selesai? Teknisi menjawab kalau masih
dalam proses.
--
Soo Ho sedang melihat foto pernikahannya dengan seorang wanita.
Dan ketika Wi Gen muncul, dia segera menyembunyikan fotonya. Wi Gen memuji Soo
Ho karna telah memanggil Mae Ok tadi. Wi Gen sebenarnya masih ragu dengan
keputusannya karna dia takut akan membahayakan So Mun, seperti kejadian Cheol
Jung.
“Bagaimana denganku? Aku membahayakan ibuku, ” hibur Soo Ho.
“Karena kita berdua merasa bersalah, bagaimana jika kita sedikit
curang?” tanya Wi Gen, tersenyum. Dia menyerahkan data So Gwon dan Ha Mun
Yeong, orang tua So Mun, “Temukan di mana mereka menetap sekarang.”
“Kau ingin lakukan ini? Ini melanggar aturan. Kau bisa ditegur.”
“Merahasiakan sesuatu dari dunia lain juga melanggar aturan,”
ujar Wi Gen, dan menunjukkan foto pernikahan yang Soo Ho sembunyikan.
Soo Ho pun mau membantunya. Dia membuka file arsip data kematian
(Soo Ho yang bertugas menjaga). Anehnya, dia tidak menemukan data kematian So
Gwon dan Ha Mun Yeong.
--
Mo
Tak sudah kembali ke kedai. Dia sedang melihat sebuah video yang ada di ponsel
lamanya. Sebuah video di jalanan yang gelap dan beberapa mobil melintas. Dia
juga sudah mengeprint foto-foto yang ada di ponselnya dan menunjukkannya pada
Mae Ok.
Ha
Na yang melihat foto itu, memberitahu kalau foto itu di ambil di wilayah
Wolhwa-dong. Tapi, itu foto apa? Mae Ok yang menjawab kalau itu adalah foto
kasus yang dia tangani tujuh tahun lalu.
Mo
Tak terpikir sesuatu. Dia ingin Ha Na menggunakan ponselnya untuk melihat masa
lalunya. Itu adalah ponsel yang di gunakannya dulu saat di serang. Ha Na
memberitahu tidak bisa karna ingatan Mo Tak sudah hilang yang artinya, tidak
ada data di kepala Mo Tak yang bisa dibacanya.
Walau
begitu, Mo Tak ingin mulai menyelidiki kasus yang dulu ditanganinya itu. Mae Ok
melarang dan menyuruh Mo Tak untuk menyerahkan data yang ada sekarang ke polisi
dan biarkan polisi yang menangani. Mo Tak tidak mau karna kasus ini terkait
dengannya dan So Mun.
“Ini
bukan soal menangkap roh jahat. Kau lihat Mun dipanggil dan ditegur. Kau sudah
lupa? Bagaimana bisa kau ikut campur urusan manusia seolah tak terjadi apa-apa?”
ujar Mae Ok.
“Para
bedebah ini lebih buruk daripada roh jahat. Mereka membunuh gadis kecil, membunuhku,
dan membunuh orang tua Mun. Setelah menghancurkan hidup begitu banyak orang, mereka
masih bisa tidur, makan enak, tertawa dengan keluarganya, dan berpesta pora.”
“Kau
mau dipecat?”
“Jika
surga melepas kita, kita akan kembali koma. Kita berhasil bantu Mun agar tak
dipecat, tapi ini berbeda. Gi-ran tak akan tutup mata,” peringati Mae Ok.
“Kau
benar. Kalian berdua jangan ikut. Orang terakhir yang kuhubungi … Apa kuminta
dia untuk selamatkan aku? Atau aku berusaha sampaikan kabar penting kepadanya? Panggilan
terakhirku adalah So Gwon,” beritahu Mo Tak.
Mo
Tak menatap nomor So Gwon yang ada di ponselnya dan merasa tidak asing dengan
nomor itu. Dia pun mencoba menelponnya.
Suara
dering teleponnya terdengar di depan pintu. Yang memegang nomor So Gwon
sekarang adalah So Mun. Dan itu menguatkan dugaan kalau So Mun adalah anak dari
So Gwon, orang yang di kenalnya.
So
Mun melihat ke dalam kedai dan tersenyum riang pada mereka.
--
Sementara
itu, Cheong Sin melakukan perintah Sang Pil. Dia pergi ke tempat tn. Jeon untuk
menakutinya dan mengorek informasi.
Tapi,
aksinya terlalu berlebihan. Dia mengikat tubuh tn. Jeon di kursi dengan lakban.
tn. Jeon sangat ketakutan dan memohon agar Cheong Sin tidak membunuhnya. tn.
Jeon bahkan bersumpah tidak akan mengungkit masalah itu lagi dan tidak akan
memberitahu siapapun. Jika mereka ingin dia menandatangani kontrak, dia akan
menandatanganinya. Jangan bunuh dia!
Tapi,
Cheong Sin tidak peduli. Dia melakban mulut tn. Jeon. Dan dengan kekuatan
psikokinesis-nya, dia mengambil gunting yang ada di meja. Kemudian, dia
memasang handsfree, dan sambil mendengarkan musik, dia membunuh tn. Jeon dengan
gunting. Sangat bengis.
Darah
yang menciprat ke wajahnya, malah membuatnya tersenyum. Iblis!