Sinopsis K-Drama : The Uncanny Counter Episode 05 part 01



Sinopsis K-Drama : The Uncanny Counter

Episode 05 part 01



Mo Tak menelpon ke nomor So Gwon, orang yang terakhir kali di teleponnya. Dan yang mengangkat teleponnya adalah So Mun yang baru tiba di depan kedai. So Mun menggunakan bekas nomor telepon ayahnya. Dan saat dia melihat ke kedai, dia tersenyum pada mereka semua.

So Mun masuk dan menyapa mereka sembari nanya, nomor apa itu? Mo Tak memberitahu kalau itu adalah nomor lamanya. Wajah semuanya berubah menjadi sedih, dan itu membuat So Mun bertanya, apa ada yang terjadi? Mae Ok segera menjawab tidak dan pergi ke dapur.

So Mun melihat ponsel yang Mo Tak pegang sudah tergores dan pecah. Mo Tak memberitahu kalau dulunya, dia adalah detektif seperti ayah dan ibu So Mun. So Mun sangat kagum mendengarnya.

Mae Ok mengalihkan pekerjaan mereka dengan menyuruh semuanya untuk mulai bekerja. Ini adalah hari pertama So Mun bekerja di kedai Eonni.

--


Setelah melakukan tugasnya, Cheong Sin bergegas ke toko kue dan membeli kue sifon mangga apel, pesanan Sang Pil.




Ketika menunggu kuenya di bungkus, dia melihat seorang wanita berdiri di sebelahnya, memesan kopi. Wanita itu bernama Baek Hyang Hee. Ada yang aneh dengannya. Kenapa? Karna saat Cheong Sin melihatnya lewat cermin yang ada di depannya, pantulan wajah Hyang Hee sedang tertawa bengis dan licik. Tapi, ketika dia melihat langsung pada Hyang Hee, wajahnya tampak biasa dan tidak sedang tertawa sama sekali.

--


Baek Hyang Hee sudah menikah. Ketika dia pulang, suaminya yang baru selesai berolahraga langsung memeluknya dan menciumnya. Tapi, wajah Hyang Hee terlihat sangat risih. Suaminya tampaknya sadar dan berujar akan mandi terlebih dahulu.

Setelah suaminya pergi, wajah Hyang Hee yang awalnya manis berubah menyeramkan.


Hyang Hee mengambil setoples kacang dari dalam lemari dan mulai mencampurkannya ke dalam jus sayurannya.




Suaminya sudah selesai makan dan sedang menikmati sarapan buatan Hyang Hee. Dia ingin memakan salad, tapi Hyang Hee segera mencegah dan berujar kalau dia meletakkan kacang di salad itu. Suaminya menjadi marah karna dia kan sudah bilang alergi kacang. Yang aneh, Hyang Hee malah tidak mencegah suaminya meminum jus sayur yang sudah di campurnya dengan selai kacang.


“Jadi, kau benar-benar akan mati jika makan kacang?” tanya Hyang Hee, seolah penasaran.

“Hei, terkadang pertanyaanmu terdengar aneh sekali.”

“Ya, aku hanya penasaran.”

“Awalnya, aku akan batuk-batuk. Lalu, tenggorokanku akan membengkak. Lalu aku akan sulit bernapas… Kemudian aku… akan sulit… untuk bernapas…”


Selagi dia menceritakan mengenai alergi yang akan di deritanya, dia mulai mengalami alergi tersebut. Dengan panik, suami Hyang Hee segera pergi ke kamar mandi untuk mengambil obatnya. Tapi, botol obatnya kosong. Hyang Hee yang mengikuti, mulai tertawa menyeramkan dan mengejek suaminya yang akan mati karna selai kacang yang di campurkannya ke minumannya.




Suaminya tidak bisa melakukan apapun dan terjatuh ke lantai. Hyang Hee tertawa puas. Dia kemudian mengambil ponsel suaminya dan dengan sidik jari suaminya, dia membuka ponselnya. Kemudian, membuka internet banking suaminya dan mengirimkan 1.200.000.000 won ke rekeningnya.

Tidak lama kemudian, dia mendapat pesan di ponselnya kalau Ji Hyeong U (nama suaminya) mengirimkan uang 1.200.000.000 won. Hyang Hee bersorak girang. Orang gila!!

--



Cheong Sin berdiri di depan restoran dan melihat ayahnya sedang makan siang bersama keluarganya dengan bahagia. Sang Pil yang melihatnya, keluar menemuinya untuk mengambil kue dan dokumen yang di berikannya tadi. Dia memuji pekerjaan Cheong Sin, dan menyuruhnya makan di dapur baru pulang.


“Ayah. Aku berbuat salah,” ujar Cheong Sin, tiba-tiba.

Sang Pil menatapnya dari bawah ke atas. Raut wajahnya berubah menjadi marah.



Dia membawa Cheong Sin ke dapur restoran dan menendangnya hingga babak belur. Para koki dan staff dapur yang ada di sana, semua mengabaikannya seolah tidak melihat mereka berdua. Cheong Sin tidak melawan sama sekali dan menerima saja semua pukulan dan tendangan ayahnya. Dia bahkan mengelap sepatu ayahnya.


Sang Pil sangat marah karna dia tidak menyuruh Cheong Sin membunuh tn. Jeon, tapi kenapa dia melakukannya?


“Aku ingin membunuhnya,” jawab Cheong Sin, menyeramkan. Dan itu bukan suaranya, tapi pasti suara roh jahat.

--





Setelah membunuh suaminya, Hyang Hee merubah penampilannya. Dia memakai lipstick yang menor dan kuku palsu berwarna gelap. Dia tersenyum puas melihat penampilannya di cermin. Tapi, tiba-tiba saja, sebuah tangan terulur dari cermin dan mencekiknya. Hyang Hee sangat terkejut dan mundur ketakutan. Bayangan di cermin, bayangan wajahnya sendiri, tampak kagum karna Hyang Hee bisa melihatnya. Hyang Hee sangat terkejut. Bayangannya, yang pastinya adalah roh jahat, berujar kalau dia adalah teman yang mengenal Hyang Hee dengan sangat baik. Teman yang akan membuat Hyang Hee merasa mampu melakukan apapun. Dia senang karna akhirnya Hyang Hee sadar akan keberadannya karna selama ini, dia sudah sering memanggil Hyang Hee, tapi Hyang Hee selalu mengabaikannya.

“Suara di dalam kepalaku. Kukira aku berkhayal,” ujar Hyang Hee, terkejut.



“Kita membunuh bedebah itu bersama. Itulah cara kita bertemu. Bedebah menjijikkan itu. Bedebah sepertinya pantas mati. Kau setuju, bukan?” ujar roh jahat tersebut.

Hyang Hee sangat senang mendengar ucapannya dan mulai menendang mayat suaminya membabi buta.

“Dia sangat pantas mati,” ujarnya, semangat. “Sejak kapan kau di dalam diriku?”

“Sejak hari saat kau membunuh suami pertamamu.”

“Jangan tinggalkan aku,” ujar Hyang Hee, tidak lagi merasa takut.


“Kau wanita gila,” ujar si roh jahat dan kemudian tertawa.

--



So Mun bekerja menyapu depan kedai. Mae Ok yang melihatnya dari dalam, merasa kasihan padanya. Dia khawatir, entah akan bagaimana So Mun menjalani hidup jika tahu kalau orangtuanya meninggal karna di bunuh bukan kecelakaan.

Ha Na bertanya, apa sebaiknya mereka memberitahu So Mun? Mae Ok melarang. Mereka harus menunggu hingga Mo Tak menemukan sesuatu baru memberitahu So Mun. Setelah temukan pembunuhnya. Eh, Mo Tak mengingatkan kalau Mae Ok kan tadi melarangnya menyelidiki apapun. Mae Ok baru teringat. Dia benar-benar dilema.


Saat So Mun sedang menyapu, wilayah Yung tiba-tiba terbuka. So Mun sangat kagum dan mulai bermain dengan wilayah Yung yang terbuka dengan tangannya.


Hal itu terlihat oleh Ha Na. Mae Ok tidak menyadari itu karna sedang sibuk menceramahi Mo Tak untuk tidak melakukan apapun yang menentang aturan alam baka. Mo Tak tidak peduli karna dia tetap akan mencari tahu kebenarannya.




Mo Tak kemudian melihat So Mun yang sedang bermain dengan wilayah Yung. Mereka bertiga tampak terkejut melihat apa yang So Mun lakukan. Dan tidak lama kemudian, wilayah Yung menghilang. So Mun dengan riangnya, berteriak melaporkan kalau wilayah mereka tadi terbuka.



Mae Ok dan Mo Tak segera membawanya masuk. Mereka menginterogasi So Mun mengenai cara dia melakukannya tadi, menyentuh dan bermain dengan wilayah Yung. So Mun malah bingung dan nanya balik, apa dia tidak boleh melakukannya?

“Bukan tak boleh, tapi tidak bisa,” jawab Mo Tak.

“Apa itu perkara besar?” tanya So Mun, lagi.

“Jadi, ini alasannya kau dipilih secara khusus,” gumam Mae Ok.

“Kurasa dia bisa memanggil wilayah Yung,” ujar Ha Na, mengingat saat terakhir wilayah Yung muncul di pabrik.  “Apa kau panggil wilayah saat kau berkelahi?”


“Hari itu?”

“Bagaimana? Tidak masuk akal.”

“Aku juga merasa agak aneh,” ujar So Mun.

“Jadi, kau benar-benar membuka wilayah?” tanya Mae Ok, antusias.

“Aku tidak 100 persen yakin,” jawab So Mun.


Tidak mau membuang waktu, Mae Ok menutup toko dan mengajak So Mun bertukar baju dan pergi ke ruang latihan. Mereka menyuruh So Mun untuk mencoba membuka wilayah Yung. Kalau So Mun bisa melakukannya, itu akan menguntungkan mereka. Mereka tidak akan pernah cedera atau mati saat melawan roh jahat. Dan mereka bisa menangkap roh jahat seperti mesin otomatis dan mengirim semuanya ke alam baka.



So Mun mengeluh kalau mereka memberinya banyak tekanan. Mae Ok dan Mo Tak langsung menyuruhnya untuk santai saja.


So Mun pun akhirnya mencobanya. Dia menarik nafas panjang dengan mata terpenjam, kemudian berteriak sangat keras : BAAMMM!!!

Tidak ada reaksi!! So Mun nggak nyerah dan terus berteriak “BAM” kesana kemari yang membuat semuanya jadi kesal dan kecewa. So Mun jadi nggak enak karna dia beneran nggak jauh cara membuka wilayah Yung. Mae Ok menenangkannya dengan berkata tidak apa-apa.


Eh, So Mun malah teriak lagi. Refleks, Mae Ok menggeplak kepalanya.

--





Semuanya berkumpul di depan kedai menikmati ice cream.

Di saat yang sama, wilayah Yung terbuka di sebuah mall. Saat itu, Hyang Hee melewati wilayah tersebut.

So Mun yang lagi asyik makan ice cream, tampak bingung karna di kepalanya tiba-tiba muncul gambaran Hyang Hee yang berjalan-jalan di mall. Ha Na yang juga mendapatkan penglihatan tersebut segera memberitahu yang lain kalau roh jahat muncul. So Mun sangat terkejut dan kagum karna ini pertama kalinya dia mendapat penglihatan roh jahat.



So Mun masih anak baru, jadi dia nggak tahu level berapa roh jahat Hwang Hee. Ha Na memberitahu kalau roh jahatnya level tiga. Dia menyuruh So Mun untuk mengingat aura roh jahat level 3 itu lain kali.

Mae Ok menjadi cemas karna pembunuh Cheol Jung juga adalah roh jahat level tiga. So Mun menyakinkan kalau dia tidak akan mengacau dan akan bekerja dengan baik. Semua pun mulai bergegas ke Toserba Jungjin.


Di dalam mobil, So Mun bertanya, apa roh jahat level 3 mempunyai dua suara? Mae Ok membenarkan dan menjelaskan kalau roh jahat level 3, bisa berbicara dengan inangnya. Mereka bisa mendengar suara si roh jahat, tapi orang lain tidak. Level 3 juga bisa melakukan psikokinesis dan membaca pikiran. Beberapa bahkan bisa menyihir. Dulu, pernah ada level 3 yang di temukan di Prancis dan bisa berpindah inang.



Mo Tak menasehati So Mun untuk bersikap tenang seperti Ha Na. Bagai rintik hujan yang jatuh tanpa suara di atas kuil. Eh, tidak di sangka, Ha Na malah bilang kalau dia menenangkan diri dengan membayangkan daging yang di panggang dan suara letusan minyak daging yang meletup, membuatnya tenang. Mae Ok pun berkat pada So Mun kalau mereka semua juga takut setiap saatnya.

Yang lebih mengkhawatirkan, wilayah yang tadi terbuka di toserba Jungjin, sudah menghilang. Mae Ok memerintahkan semuanya kalau mereka tidak perlu menangkap roh jahat dan jaga diri jangan sampai terluka.

--



di Toserba Jungjin,

Semua berpencar ke setiap lantai untuk mencari roh jahat. Sebenarnya, mereka merasa cemas dengan So Mun yang sendirian.

--



Hyang Hee berada di toko perhiasan dan bicara dengan roh jahat di dalam dirinya, mau perhiasan yang menang? Dia bertingkah seperti orang gila dan itu tentu membuat pegawai toko bingung menghadapinya. Dan tiba-tiba saja, Hyang Hee menunjuk ke kalung si pegawai dan berkata kalau dia ingin kalung itu.



Dengan kejam, Hyang Hee menarik kalung si pegawai dengan keras hingga terlepas dan melukai leher pegawai. Hal itu terlihat oleh pegawai lainnya dan dia langsung menekan bel tanda bahaya yang terletak di bawah menja. Bel itu terhubung ke ruang security. Mereka segera bergegas untuk menangkap Hyang Hee.



So Mun berada di lantai yang sama dengan Hyang Hee. Hyang Hee berjalan melewatinya. So Mun segera berbalik arah, mengikutinya sembari melapor ke anggota lainnya. Semua bergegas menuju ke tempatnya. Mae Ok menasehatinya untuk tidak bertindak sendirian dan menunggu hingga mereka tiba.



Hyang Hee masuk ke dalam lift dan So Mun masih mengikutinya. Dengan suara kecil, dia melaporkan pada yang lain kalau dia ada di dalam lift yang menuju lantai 12. Dan juga, dia akan mematikan CCTV dengan alat yang Jang Mul berikan.

Mo Tak segera menuju lift. Sementara Mae Ok pergi berjaga di parkiran, mana tau Hyang Hee akan ke sana. Dia mengintruksikan agar Hyang Hee di pancing ke tempat sepi. Tapi, yang paling utama, mereka harus mengutamakan keselamatan.


Di dalam lift, hanya tersisa Hyang Hee dan So Mun. Begitu tinggal berdua, Hyang Hee menunjukkan kegilaannya. Dia ternyata sudah tahu kalau So Mun mengikutinya sedari tadi. Karna itu, dia menanyakan siapa So Mun? Kenapa mengikutinya?

Dan tanpa ba-bi-bu, Hyang Hee mulai memukulinya hingga pingsan. Saat itu, pintu lift terbuka dan Hyang Hee berjalan dengan senyuman. Tapi, di depan pintu lift sudah ada Ha Na yang menunggu dan langsung menyerangnya. Mereka berdua terlibat pertarungan sengit di dalam lift yang pintunya sudah tertutup kembali.





Roh jahat level 3 memang sangat kuat. Dia menjadi lawan seimbang untuk Ha Na. Liciknya, dia menggunakan kuku palsunya yang panjang untuk menyerang Ha Na. karna Ha Na berhasil menahan tangannya, dia menggunakan sepatu haknya untuk memukuli wajah dan tubuh Ha Na.



Setelah Ha Na tersungkur, dia mencekiknya dengan erat. Ketika mencekiknya, Hyang Hee melihat masa lalu Ha Na. Dari penglihatannya, dia melihat seluruh keluarga Ha Na berada di ruang tamu dan tampaknya, mereka melakukan bunuh diri. Ha Na masih sadarkan diri setelah meminum racun dan muntah-muntah (sepertinya, dia juga nggak tahu kalau makanan yang di makannya mengandung racun) dan di sampingnya, adiknya menangis karna merasa kesakitan dan meninggal.


“Bagaimana rasanya berjuang seorang diri? Ibumu mati. Ayahmu mati. Adik perempuanmu pun mati,” ujar Hyang Hee dan tertawa keras.


So Mun yang baru sadar, langsung menyerang Hyang Hee dan berteriak menyuruh Ha Na untuk tetap sadar. Hyang Hee beneran kuat dan So Mun bukan lawannya. Dengan mudah, dia menjatuhkan So Mun. Ketika perhatian Hyang Hee terfokus pada So Mun, Ha Na menekan tombol ‘berhenti darurat’ yang ada di lift.



Pintu terbuka saat itu. Mo Tak sudah berdiri di depan lift. Tanpa tedeng aling-aling lagi, Mo Tak meninju hidung Hyang Hee. Dalam sekejap, Hyang Hee langsung pingsan.


Security pun baru tiba saat itu, Mo Tak segera menyerahkan Hyang Hee yang sudah pingsan. Security ternyata datang dengan seorang detektif. Detektif itu berujar kalau benar, wanita ini adalah istri tn. Ji Hyeong U. Dan Hyang Hee harus di tahan karna penyerangan.

Agar identitas mereka tidak ketahuan, Mo Tak segera melarikan diri bersama So Mun dan Ha Na dengan lift.

Di tempat parkir, Mae Ok sudah menunggu dengan mobil. Dan begitu mereka masuk, Mae Ok membawa semuanya kabur.




So Mun merasa cemas karna mereka pergi begitu saja tanpa sempat memanggil dan mengirim roh jahat kembali ke Yung. Mae Ok menjawab kalau mereka tidak punya pilihan lain karna terlalu banyak orang tadi. Dan juga, Hyang Hee tadi sudah di tangkap polisi, jadi tidak akan terlalu membahayakan orang lain. Mo Tak menambahkan kalau terkadang, kejadian seperti ini bisa terjai, sebelum mereka sempat memanggil roh jahat, polisi sudah tiba atau pekau masuk penjara duluan.

Selama mereka membahas hal itu, Ha Na hanya diam dengan tatapan kosong.


Dan saat tiba di kedai, Ha Na langsung pergi ke ruang latihan. Mae Ok tentu merasa cemas, tapi Mo Tak mengira Ha Na hanya merasa terluka harga dirinya karna kalah melwan Hyang Hee tadi. Bukan hanya Ha Na yang langsung ke ruang latihan, tapi juga So Mun.


Ha Na marah karna perkataan Hyang Hee tadi membuka luka masa lalunya. Masa lalu yang ingin di lupakan dan di sembunyikannya dari orang lain. Saat melihat So Mun yang masuk ke ruang latihan, Ha Na memperingatinya agar tidak menceritakan pada siapapun mengenai yang Hyang Hee katakan tadi.



So Mun tidak mengatakan apapun dan hanya menyiapkan panggangan. Hal itu menarik perhatian Ha Na.

“Asal kau tahu, aku tak pandai menghibur orang. Aku hanya pernah dihibur. Tidak pernah menghibur,” ujar So Mun.

“Aku tak minta dihibur,” balas Ha Na.



So Mun masih saja sibuk menyiapkan panggangan. Ha Na sampai kesal dan memarahinya kalau mau memanggang, panggang diluar. So Mun menjawab kalau dia melakukannya agar Ha Na bisa mendengar suara minyak daging yang meletup di panggang (kan Ha Na bilang merasa tenang membayangkan suara daging yang di panggang), dan dia yang akan akan.

So Mun pun mulai memanggang daging dengan penuh gaya. Ha Na hanya duduk memperhatikan. Sembari memanggang, So Mun menceritakan pengalamannya semasa kecil.

Noona. Saat aku masih kecil, seorang bedebah melempariku dengan batu. Setelah dia lempar satu, dia lari dengan batu lainnya. Dia tahu aku tak bisa mengejarnya karena kakiku pincang. Dia simpan tumpukan batu di sakunya, lempar satu padaku, kemudian lari. Aku mengejarnya dan terjatuh. Suatu hari, aku terus berlari. Aku berniat membunuhnya. Aku akhirnya mengikutinya ke rumahnya dan menghajar bocah itu,” cerita So Mun.

“Bukan akhir yang buruk,” komentar Ha Na.

“Bukan hanya itu.”

“Kau dipukuli lagi, 'kan?”

“Anak itu, yang melempariku batu adalah Ung-min,” beritahu So Mun.

Ha Na cukup terkejut karna setaunya Ung Min adalah sahabat baik So Mun. So Mun tertawa membenarkan.


Noona. Aku juga melihat ayah dan ibuku meninggal di depan mataku. Ayah dan ibuku meninggal karena aku. Seharusnya aku tinggal di rumah Nenek sehari lagi, sebelum menemui mereka. Tapi aku tak menurut. Kubilang, "Aku merindukan kalian. Kalian harus menjemputku." Aku mengamuk. Itu hari kecelakaannya terjadi.”


Ha Na jadi bersimpati mendengar cerita So Mun. Dia menyuruh So Mun untuk tidak bercerita lagi dan makan.


Selesai makan, keduanya mulai berlatih bersama. So Mun berlatih begitu keras karna dia tidak ingin kejadian melawan Hyang Hee terulang lagi, yaitu : tidak bisa menghajar Hyang Hee.

 

Post a Comment

Previous Post Next Post