Sinopsis Lakorn : Trabab See Chompo (Pink Sin)
Episode 09 – 2
Images : Channel 3
Khun Nai akhirnya mengakui semuanya. Dia adalah
ayah kandung dari Kiew. Ibu Peat, Panee dan Sa hamil di saat yang bersamaan.
Jadi, Kiew adalah adik tiri Peat. Peat tidak bisa mempercayai hal itu. Tapi,
Tee menyatakan kalau semua itu benar. Kiew benar-benar terkejut.
“Khun Sa memutuskan hubungan denganku karena
dia tidak ingin ibumu sedih. Tidak ingin menghancurkan keluarga orang lain. Itu
adalah stigma yang Khun Sa jaga di dalam hatinya. Tidak bisa mengatakan
kebenarannya pada siapapun. Tapi, aku harus memberitahumu. Karena aku tidak
ingin kau berpikiran buruk! Dan menggunakan hal itu sebagai alasan untuk
menyakiti adikmu. Lebih penting lagi, itu akan menyakiti dirimu sendiri. Aku
tidak ingin kau… hidup dalam kebencian. Kemarahan. Itu lebih menderita daripada
hidup di neraka.”
“Terlambat, ayah! Kau sudah membuatku
menderita!” ujar Peat penuh kemarahan dan berlari masuk ke dalam kamarnya.
Khun Nai hendak menghampiri Kiew, tapi Kiew
meminta waktu untuk sendiri. Kiew juga masuk dalam kamarnya.
Di dalam kamarnya, Peat membanting semua
barang yang bisa di banting. Dia menangis. Begitu pula dengan Kiew.
Peat dan Kiew mengingat saat awal mereka
bertemu. Mereka sudah saling jatuh cinta, tapi ternyata mereka adalah saudara
se-ayah. Hal itu kenyataan menyakitkan bagi mereka berdua!
Tee meminta agar Khun Nai memberikan waktu pada Peat dan Kiew. Khun Nai menangis dan merasa sangat bersalah pada Peat dan Kiew. Karena dirinya, dirinya membuat kedua anaknya harus sedih.
Khun Nai turun untuk sarapan. Tapi, tidak ada
siapapun. Taeng memberitahu kalau Peat sudah pergi dari subuh sementar Kiew
baru saja pergi. Khun Nai mengerti kalau kedua anaknya ingin menghindari untuk
bertemu dengannya.
Kiew pergi ke makam ibunya. Kini dia tahu
kenapa ibunya sangat melindunginya dan berbohong padanya karena ibunya tidak
ingin dia di panggil sebagai anak haram. Dia merasa sedih membayangkan ibunya
selama ini harus hidup dalam kesedihan dan penderitaan.
Saat
khun Nai datang ke rumah Sa dan menggedor pintu. Pada akhirnya, Khun Sa
menyerah dan membukakan pintu. Tapi, dia meminta Khun Nai untuk kembali ke sisi
penganti Khun Nai.
“Lalu
katakan padaku, kalau kau sudah melupakanku. Dan aku akan pergi,” ujar khun
Nai.
Tapi,
Khun Sa tidak bisa mengatakan hal itu. Dan terjadilah hal itu. khun Sa merasa
sangat bersalah dan meminta Khun Nai untuk tidak mencarinya lagi.
“Cinta
kita hanya menyakiti banyak orang. Aku bersedia menderita, tapi aku tidak mau
orang lain terluka.”
“Lalu,
bagaimana denganku?”
“Biarkan
aku pergi.”
Tidak
berapa lama, Khun Nai mendapat kabar kalau Khun Sa hamil. Dia sangat bahagia
dan hendak menemui Sa. Sayangnya, Sa mengusirnya pergi.
“Sa!”
“Jika
kau tidak memilih, aku jamin, aku akan mati dari hidupmu!”
End
Khun Nai meminta maaf karena tidak jujur dari
awal.
“Tidak seperti itu, Kiew. Kau terlahir karena
cinta ayah dan ibu. Tapi cinta kami adalah cinta yang mustahil. Itulah kenapa
ibumu memilih memutuskan hubungan denganku. Tapi, aku tidak bisa melupakan
ibumu. Itulah kenapa aku memerintahkan orang untuk mengawasi mu dan ibumu
selama ini.”
“Jadi, ayah tidak mencintai ibu Nai Peat sama
sekali?”
“Aku tidak pernah mencintainya. Tapi, aku
harus punya anak dengannya. Itu adalah tugas yang harus ku lakukan demi kakek
dan nenekmu.”
Kiew merasa sangat kasihan pada ibu Peat, dan
dia mengerti sekarang kenapa Peat sangat membenci ibunya sampai seperti ini.
Khun Nai bertanya, bagaimana dengan Kiew? Apa marah dan membencinya?
“Kita tidak bisa melarang cinta yang terjadi.
Tapi kita bisa melarang diri kita untuk tidak membiarkan cinta mempengaruhi hal
yang benar. Dan aku juga sudah melihat dari ayah dan ibu yang memutuskan hal
yang benar. Meski semarah apapun aku, aku mungkin hanya shock. Tapi, aku tidak
penah marah atau membencimu.”
Khun Nai senang mendengar nya. Kiew
menggenggam tangannya, “Aku lega karena Anda adalah ayah kandungku.”
“Terimakasih, dear! Untuk dapat mengerti dan memaafkanku.”
“Terimakasih karena tidak pernah mengabaikan
ibu dan aku juga!”
Mereka saling tersenyum dan berpelukan.
--
Ibunya
duduk di taman dan melihat album foto. Dan kemudian menangis. Peat yang masih
kecil saat itu, bertanya kenapa ibunya menangis. Panee hanya merasa sedih
karena teringat saat dia menikah dengan Khun Nai. Saat itu, Khun Nai
meninggalkannya untuk menemui wanita itu dan meninggalkannya di kamar
sendirian. Dia meras seperti masuk ke neraka.
End
“Ayah, kau harus bertanggung jawab atas
kesalahanmu!” ujar Peat penuh kebencian.
--
Kiew masuk ke ruangannya dan melihat kaca
pintu yang masih tertempel post it dan coretan waktu itu, saat dia berdebat
dengan Peat. Kiew langsung mencabut semua post it itu dan menghapus tulisan
yang ada. Hanya post-it dan tulisan Peat yang tidak di cabut dan di lepasnya.
Khun Nai menemui Peat. Khun Nai hendak minta maaf, tapi sebelum dia mengucapkannya, Peat sudah berteriak menyuruhnya untuk tidak usah minta maaf. Semua yang sudah terjadi, tidak bisa hilang karena kata maaf. Dan Khun Nai tidak perlu melakukan apapun karena dia tidak akan pernah memaafkannya.
Khun Nai meminta kesempatan untuk menebus
kesalahannya.
“Aku tidak mau punya adik bernama Kangsadan.
Kau bisa melakukannya? Bisa?! Jawab?!”
“Aku tidak bisa melakukannya! Bagaimanapun kau
dan Kiew adalah saudara. Itu kebenaran yang tidak bisa di ubah!”
“Sekarang jika kau tidak bisa menerimanya,
tidak masalah. Tapi aku mohon padamu, Peat, jangan sakiti Nong lagi. Nong
adalah orang baik. Kasihan. Dan tidak tahu apapun. Jika kau mau marah, marahlah
padaku.”
“Stop. Kau orang yang salah. Kau yang memulai
semuanya. Dan kau masih punya muka untuk
meminta ini dan itu? kau dan ibu Kangsadan adalah orang yang bersalah! Kalian
berdua salah karena tidak jujur dengan perasaan sendiri. Ayah masih hidup tapi
ibu dan wanita itu sudah tidak ada lagi. Karena itu, wanita itu (Kiew) yang
harusnya bertanggung jawab atas kesalahan ibunya! Lihat saja!”
Khun Nai memohon agar Peat tidak melakukan
apapun pada Kiew. Tapi, Peat tidak mau mendengarkannya.
--
Kiew sedang melakukan rapat. Peat masuk ke
dalam ruang rapat juga. Dan selama rapat, Peat terus melihat pada Kiew. Rapat
berlangsung dengan lancar. Dan begitu selesai, Peat langsung pergi keluar.
Diluar, Peat menunggu Kiew. Begitu melihat Kiew, Peat segera menarik Kiew ke tempat sepi. Dia marah karena selama rapat Kiew tidak melihat wajahnya, apa Kiew sangat membencinya? Kiew tidak mau menjawab, tapi Peat terus memaksa.
Kiew terus mundur dan tidak menyadari tangga
di belakangnya. Dia hampir terjatuh jika Peat tidak menangkapnya, sama seperti
dulu.
“Jika kau jatuh di sini, apa lehermu akan
patah?” tanya-nya.
“Kalau begitu lepaskan saja. Jadi segalanya
akan berakhir!”
“Kalau begitu lakukan! Aku tidak takut!”
Tapi, tentu saja Peat tidak melakukannya.
“Kenapa? Kau sudah mendapat kesempatan tadi.”
“Terlalu mudah. Aku akan mencari cara untuk
membuat hidupmu menderita. Hal itu akan lebih menyenangkan!”
BERSAMBUNG
Tags:
Pink Sin
Makin seru aj nggak sabar nunggu episode2 selanjutnya lanjut y min semangat trus selalu di tunggu update selanjutnya
ReplyDeleteGa sabar nunggu lanjutannya.
ReplyDeleteTrimakasih...
ReplyDelete