Sinopsis Lakorn : Trabab See Chompo (Pink Sin)
Episode 09 – 1
Images : Channel 3
Kris dan Peat sudah hendak saling meninju lagi.
Katha benar-benar kesal dan menyuruh mereka untuk bertengkar di luar saja,
pukul hingga salah satu dari mereka meninggal. Lupakan saja pertemanan mereka
selama ini.
Tapi, karena teriakan Katha itu, Kris dan Peat
tidak jadi saling meninju. Katha menyuruh mereka untuk minum segelas jika
mereka masih teman. Katha minum segelas. Kris juga minum segelas baru keluar.
Peat minum segelas dan menyusul Kriss. Katha mengikuti mereka.
Pa keluar dari kamar mandi saat mereka sudah
pergi keluar, jadi dia tidak melihat hal tadi.
“Apa?”
“Aku tahu kau dengar aku. Jawab!”
“Ya! Aku suka pada Kiew! Kau bertanya padaku
sudah sampai tahap mana kami kan? Aku akan menjawabnya, jadi dengarkan baik-baik.
Aku sekarang sedang mendekati Kiew dan Kiew juga kelihatannya tidak akan
menolakku. Jika kau masih menganggapku sebagai teman, jangan mengganggu! Kau
sudah dapat jawabannya kan? Sekarang kau bisa berhenti menghinaku dan Kiew.
Jika kau membenci Kiew, maka kau tidak perlu ikut campur. Kita hidup dengan
cara masing-masing, jadi tidak akan ada masalah.”
Peat emosi lagi (sering banget emosi) dan
hendak meninju Kris. Pas sekali, Kiew tiba dan menyapa Kris. Dia bertanya apa
mereka ada masalah?
“Tidak ada,” jawab Kris. “Hmm… kau datang
untuk bermain?”
“Ya, temanku menunggu di dalam.”
Kris kemudian menawarkan untuk mengantarkan Kiew ke dalam. Dia menggenggam tangan Kiew dan hal itu membuat Peat sangat-sangat cemburu. Katha memintanya untuk tenang, tapi Peat menepis tangan Katha dengan kasar dan pergi.
Pa heran melihat Kiew datang bersama dengan
Kris. Kiew memberitahu kalau dia bertemu dengan Kris di depan tadi. Kris pamit
undur diri. Dan saat dia melihat Katha, Kris memperingati Katha untuk tidak
memberitahu masalah tadi pada Kiew kalau dia dan Peat bertengkar karena Kiew.
“Kau ingin temanmu aman kan? Jika mau, maka
lakukan saja! Atau kau akan menjadi orang lain yang bermasalah denganku.”
“Baiklah. Aku tidak akan beritahu. Puas?”
Kris langsung pergi. Dan Katha melihat ke arah
meja Kiew dan Pa dengan pandangan marah. Pa sepertinya melihat tatapan Katha
tersebut.
--
Kiew sudah pulang ke rumah. Pikirannya tidak tenang. Dia memikirkan perkataan Chaya kalau Kris dan Peat bertengkar karenanya. Peat juga berdiri di depan kamar Kiew, dia ingin mengetuk pintu kamar Kiew. Tapi, mengurungkan niatnya. Kiew juga ingin menemui Peat, tapi dia ingat perkataan Chaya yang menyuruhnya menjauhi Peat. Peat ragu untuk menemui Kiew karena ingat perkataan Kriss kalau dia menyukai Kiew.
--
Peat sudah siap duluan di meja makan. Dia
memerintahkan Taeng untuk mengambilkan nasinya, Taeng bertanya, apa tidak mau
menunggu Khun Nai dan Kiew? Peat langsung melotot, Taeng langsung ngerti dan
ngambilkan sup untuk Peat.
Peat memakan sup itu dan rasanya enak.
“Enak atau tidak?”
“Mm!”
Taeng tertawa senang, “Bukan aku yang
membuatnya. Khun Kiew yang buat. Sekarang ini, semua makanan di rumah ini, Khun
Kiew orang yang bertanggung jawab membuatnya. Setiap makanan jadi enak setiap
hari!”
Pas sekali, Kiew dan Khun Nai tiba di meja
makan. Peat jadi tidak mau makan lagi dan mengatakan kalau makanan itu tidak
enak. Saat Khun Nai dan Kiew duduk untuk makan, Peat langsung pergi. Khun Nai
mengajak Peat untuk berangkat kerja bersama, tapi Peat tidak mau.
--
Dan entah karena angin apa, dia pergi ke depan ruangan Kiew dan melihat-lihat. Kiew tidak suka melihatnya dan langsung menulis kertas post-it dan menempelnya di cermin : Mencuri ide.
Peat juga ngambil kertas post-it dan membalas pesan Kiew. Mereka saling beradu argumen di cermin pintu itu. Terakhir, KIew menggambarkan wajah kucing berkumis dengan telinga iblis. Dia mengejek Peat sebagai sosok itu. Peat kesal dan balik ke ruangannya.
--
Kiew pergi ke restoran Kris dan Kris menghidangkan
makanan untuk Kiew. Dia memuji makanan Kris yang sangat enak. Kris kemudian
melihat presentasi yang Kiew buat dan memberikan beberapa saran. Kiew suka
dengan ide Kriss dan langsung menambahkan dan memperbaiki presentasinya.
Mereka bekerja sama sampai malam. Kris sudah
menyukai presentasi Kiew dan menyuruh Kiew untuk melanjutkan detailnya. Kiew
berterimakasih.
“Kau percaya padaku? Kau tidak takut kalau aku
menjebakmu dan membuatmu kalah?” tanya Kris.
“Kau adalah orang yang punya alasan. Dan
segala yang kau rekomendasikan, aku juga setuju. Aku tidak hanya percaya
membabi buta padamu. Dan satu lagi, kau adalah orang baik dan juga berbakat.
Lebih penting lagi, jika aku kalah, aku tidak lihat kau akan dapat keuntungan
apapun dari ini. Kecuali…”
“Apa?”
“Kau mendapat pekerja lama kembali bekerja
untukmu.”
Kris mengerti kalau Kiew percaya padanya dan
karena itu dia akan memberikan dukungan moral pada Kiew. Kiew berterimakasih
dan berjanji akan mentraktir Kris jika dia menang nantinya.
--
Kiew sangat gugup. Sementara Peat, tampak
sangat percaya diri. Khun Nai yang menyadari kegugupan Kiew, memegang tangan
Kiew untuk memberikan dukungan. Sayangnya, hal itu terlihat oleh Peat dan
membuatnya marah.
Presentasi di mulai. Kiew dan Peat masing-masing menyampaikan ide yang menarik. Presentasi selesai. Para peserta rapat memuji Kiew dan Peat yang sama-sama hebat.
Akhirnya hasil vote keluar. Hasilnya seimbang,
karena kedua – duanya merupakan ide yang menarik. Kiew dan Khun Nai senang
karena tidak ada yang kalah maupun menang. Tapi, Peat tidak tampak menyukainya.
Khun Nai meminta agar Kiew dan Peat bekerja sama untuk mengerjakan project itu.
Saat peserta rapat sudah keluar semua, Peat langsung marah pada Khun Nai dan menuduhnya yang sudah mengatur hasil vote tersebut!
“Peat, aku tidak bisa memaksa siapapun. Kau
juga lihat mereka melakukan vote sendiri saat rapat. Aku tidak ikut campur sama
sekali.”
“Kau tidak melakukannya di dalam ruangan ini.
Tapi mungkin kau melakukannya sebelum mereka datang ke rapat ini,” tuduh Peat.
“Hey, tadi kau kan juga lihat sebaik apa
presentasiku. Aku tidak perlu ayah untuk membantuku,” jelas Kiew.
“Ayah tidak membantumu, lalu siapa yang
membantumu?”
“Aku tidak akan memberitahumu. Kau bilang
tidak boleh membiarkan ayah membantuku, dan aku sudah melaukannya.”
“Licik!”
“Kau juga sama. Bersaing dalam hal yang kau di
untungkan! Kenapa tidak bersaing memasak denganku dan lihat hasilnya? Aku juga
mau lihat apa kau bisa melakukannya atau tidak.”
Peat kesal dan memilih keluar dari ruang
rapat. Setelah Peat keluar, Khun Nai memuji Kiew yang sangat hebat. Kiew
tersenyum mendengar pujian Khun Nai.
--
Kiew membahas lebih lanjut mengenai presentasi
itu dengan Khun Nai. Dan Khun Nai berkali-kali menggerakan kepalanya karena
pegal. Kiew menyadari hal itu dan menawarkan untuk mengurut Khun Nai.
Peat lewat di depan ruangan Khun Nai. Dan dari kaca buram yang terpasang, terlihat kalau Kiew sangat dekat dengan Khun Nai. Hal itu membuat Peat jadi berpikiran negatif. Dia langsung berlari masuk dan membuka pintu tanpa mengetuk. Tapi, yang di lihatnya Kiew sedang mengurut khun Nai sambil berbincang-bincang. Malu, Peat langsung lari ke ruangannya.
Tapi, pikiran negatif Peat makin menjadi. Dia
menduga ada sesuatu antara Kiew dan ayahnya mengingat Khun Nai memegang tangan
Kiew saat di ruang rapat tadi.
--
Khun Nai hendak pergi ke pesta salah seorang
customer. Kiew mengantarnya ke depan pintu sambil memeluk Khun Nai. Tapi, Peat
melihatnya dan salah paham pada kedekatan mereka.
--
Khun Nai tidak ada di rumah. Dan Peat langsung
mencerca Kiew dengan pertanyaan, apa hubunganmu sebenarnya dengan ayahku?
“Kami ayah dan anak!”
“Bohong! Aku tahu kalau kau merayu ayahku. Kau
ingin menjadi istri ayahku mengikuti jejak ibumu kan?” tuduh Peat.
Khun Nai dalam perjalanan ke pesta. Dan dia
baru sadar kalau ponselnya tertinggal, jadi dia meminta Tee untuk putar balik
ke rumah.
Kiew marah karena pikiran kotor Peat. Kiew menegaskan kalau dia mencintai Khun Nai seperti ayahnya. Tapi, Peat tetap pada pemikiran negatifnya. Dia terus menerus menuduh Kiew yang mengincar pria kaya.
“Kau seperti ibumu! Bersedia menggunakan
tubuhmu untuk mendapatkan sesuatu! Hanya memikirkan uang hingga tidak punya
harga diri!”
Plak! Kiew menamparnya. Dengan marah, Kiew
menyuruh Peat untuk tidak pernah menjelekkan ibunya! Dia benar-benar benci pada
Peat!
Khun Nai pulang bersama Tee dan melihat hal
itu.
“Benci. Aku benci karena kau dan ayah
berbohong. Berbohong pada semua orang di dunia ini.”
“Bohong mengenai apa?”
“Sebenarnya kau adalah istri ayahku! Tapi kau
menipu semuanya dengan menjadi putri adopsi! Kau tidak berbeda dari ibumu!”
Khun Nai marah mendengar dugaan Peat. Dia
masuk dan memarahi Peat karena berpikiran seburuk itu padanya. Peat tetap pada
pemikirannya.
Tags:
Pink Sin