Tolong bantu follow/like/share/shopping akun ig aku di atas (kalau bersedia). Apapun bentuknya, sangat berterimakasih. Apalagi selama follow, like dan share masihlah gratis.
Terimakasih banyak sebelumnya. Kamsahamnida. XieXie. Arigatou. Thank u very much.
Terimakasih juga karena masih tetap membaca di blog ini. Dan untuk yang meninggalkan komentar, thank you very much. Tanpa kalian, para pembaca, blog ini tidak akan bisa bertahan.
Sinopsis Lakorn : Endless Love Episode
2 - Part 1
Network : GMM 25
Min
merasa sangat bersalah, sehingga dia pun tidak nafsu untuk makan. Menyadari
itu, Ayah menanyakan, apakah Min sedang bertengkar dengan Phon. Dan Min
menjawab tidak, hanya saja dia ada sedikit bertengkar dengan teman sekolah nya.
“Apa
kamu ingin memberitahuku tentang apa itu? Mungkin itu akan membuat kamu merasa
lebih baik,” kata Ayah dengan perhatian.
“Itu
.. aku baru menyadari bahwa aku menempatkan dia dalam situasi yang sulit. Tapi
itu bukan niat ku,” jelas Min, bercerita.
Ayah
mengerti masalah Min. menurutnya setiap orang pasti pernah berbuat salah, baik
sengaja maupun tidak disengaja. Tapi jika Min merasa bersalah, maka Min bisa
meminta maaf kepada orang tersebut.
“Bagaimana
jika dia tidak memaafkan ku?” tanya Min, cemas. “Apa yang ku lakukan benar-
benar buruk.”
“Apa?
Bukan kah kamu barusan bilang cuma bertengkar kecil?” balas Ayah dengan sedikit
geli. “Baiklah. Jika kamu masih peduli dan ingin dia memaafkan mu. Kamu harus
menunjukan itu kepadanya, bahwa kamu tidak pernah berniat itu terjadi dan kamu
merasa sangat bersalah untuk itu,” kata Ayah, memberi saran.
“Itu
berarti, jika aku melakukan nya, akankah dia memafkan ku. Benar?” tanya Min.
Dan Ayah mengiyakan.
Min
datang ke rumah Day. Dari jauh dia memperhatikan Day serta Cue yang sedang
menggosok dinding rumah.
Cue
menanyakan, kenapa Day tidak membeli cat saja dan mencat ulang dinding rumah
yang menghitam karena kebakaran semalam. Dan Day menjawab, darimana dia punya
uang untuk membeli cat, untuk makan saja dia tidak punya uang yang tersisa.
“Untungnya,
api cuma membakar kamar ini saja. Jika seluruh rumah terbakar, kamu harus
membangun gubuk untuk tidur,” komentar Cue.
Mendengar
pembicaraan mereka, Min merasa semakin bersalah. Dia memperhatikan uang yang
dibawanya untuk di kembalikan kepada Day.
Theep
datang membawa air dan menyiram Day. “Hari Songkran. Yeah!” katanya.
Dengan
lembut, Day meminta Ayahnya untuk berhenti menyiram air padanya, karena dia
sedang membersihkan dinding rumah mereka. Tapi Ayah tidak mau berhenti, dan
semakin menyiramkan banyak air kepada Day.
“Berikan
padaku,” pinta Day. “Kamu membuat nya makin kacau, yah,” jelas Day. Tapi Ayah
sama sekali tidak mau mendengarkan.
“Cue,
perhatikan dia untukku sebentar,” pinta Day dengan kesal. Lalu dia pergi dari
rumah. Melihat itu, Min langsung bersembunyi.
Day
berlari cepat.
Min
keluar dari tempat persembunyiannya. Dan memperhatikan Cue yang sedang mencoba
untuk menghentikan Theep dari menyiram air terus. Min berpikir, lalu dia
tersenyum seperti mendapatkan sebuah ide bagus.
Day
menemui Boss, dia bersedia untuk ikut dalam pertarungan. Dan mendengar itu,
Boss dengan ramah langsung menyambutnya.
Di arena pertarungan, Boss menyuruh Day untuk jangan merasa bersalah atau
menyesal, karena Day telah membuat keputusan yang tepat. Dengan cara ini,
mereka bisa mendapatkan uang dan segalanya selesai. Yang harus Day lakukan
adalah tetap berdiri sampai ronde ke 5, ketika bel ronde 5 berbunyi, maka Day
bisa mendapatkan uang.
“Ingat.
Kamu melakukan ini untuk uang,” jelas Boss. Dan Day mengiyakan.
Seorang
penonton kaya, menonton pertandingan itu. Asistennya berbisik di dekatnya, dan
memberitahukan apakah mereka harus bertaruh untuk Day, sebab Day merupakan
atlet taekwondo hebat di Universitas. Dan si penonton setuju.
Pertandingan
dimulai. Ronde pertama, Day berhasil membuat lawannya terjatuh. Melihat itu, si
penonton kaya merasa puas.
Ronde
kedua, Day membiarkan dirinya untuk dipukuli oleh lawan nya. Melihat itu,
banyak orang yang merasa kecewa.
“Dalam
ronde ini. Bertahanlah, dan kamu akan mendapatkan uangmu,” jelas Boss. Sebelum
ronde selanjut nya dimulai. Dan si penonton kaya, menunggu dengan bersemangat.
“Mengapa dunia begitu kejam? Mengapa
hidup tidak adil padaku?” pikir
Day sambil memperhatikan ke sekitarnya. Lalu saat ronde selanjutnya dimulai,
Day memukuli lawannya hingga terjatuh.
Day
mengingat pengasuh Ayahnya yang berhenti, karena dia tidak bisa membayar tepat
waktu. Dia mengingat setiap perkataan kasar Min kepadanya. Dia mengingat
rumahnya yang terbakar.
Boss
memberikan tanda agar Day jangan mengalahkan si pemenang, karena yang harus Day
lakukan hanyalah bertahan hingga ronde ke 5. Dan karena itu, maka Day pun
berhenti memukuli lawannya dan membiarkan dirinya untuk dipukuli.
Si
penonton kaya merasa kecewa dengan Day, jadi dia pun pergi darisana bersama
dengan para bawahannya. Lalu lonceng ronde ke 5 berbunyi, yang menandakan
pertandingan selesai. Dan para penonton berseru kecewa pada Day.
Day
memberikan gaji dan uang ekstra kepada pengasuh Ayahnya. Dia memohon agar si
pengasuh bisa kembali untuk menjaga Ayahnya. Dan si pengasuh mengiyakan, lalu
dia menanyakan apa yang terjadi pada wajah Day hingga banyak memar disana.
Namun Day tidak menjawab dan langsung pamit pergi.
Malam
hari. Day membersihkan wajah Ayahnya. Lalu dia memasangkan selimut kepada
Ayahnya. Dan kemudian seperti biasa, dia duduk di dekat tempat tidur Ayahnya
sambil memandangin foto Ibunya.
“Bu,
aku merindukan mu. Aku benar- benar merindukan mu,” kata Day sambil menangis
dan memeluk foto Ibu nya.
Disekolah.
Min menghampiri Day untuk mengajaknya bicara. Namun dia merasa terkejut saat
melihat wajah Day yang penuh dengan luka memar, jadi dia pun bertanya, apa yang
tejadi. Tapi Day mengabaikan Min dan berjalan pergi.
Ne
memeriksa barang- barang yang dibeli oleh Min. Ada obat sakit, salep untuk luka
memar, kapas, dan perban. Melihat itu, Ne bertanya, apakah Min yakin tidak
tertarik kepada Day sama sekali. Dan Min menjawab tidak, dia hanya melakukan
apa yang disarankan oleh Ayah nya saja supaya dia tidak merasa bersalah lagi.
Min
kemudian mengajak Ne untuk mencari Day. Dan Ne pun mengikuti saja.
Dilapangan.
Seorang wanita memberikan hadiah coklat untuk
Day, yang itu berarti dia menyukai Day. Melihat itu, orang- orang mengomentari
si wanita yang sama sekali tidak ada tahu malu dengan menembak Day di depan
orang banyak.
“Terima
kasih banyak. Tapi aku tidak bisa menerimanya. Kita belum saling mengenal. Jadi
bagaimana mungkin kamu menyukai ku?” kata Day, menolak dengan halus.
“Ayolah,
P’Day. Tidak seorang pun yang saling mengenal, sejak mereka lahir. Namun mereka
bisa saling mengenal sekarang,” jawab si wanita, berani. “Aku benarkan,
semuanya?” tanyanya. Dan semua orang mengiyakan.
Lalu
semua orang bertepuk tangan dan berseru agar Day menerima si wanita.
Day
memuji betapa cantik dan manisnya si wanita. Mendengar itu si wanita tersenyum
senang. Namun saat Day mulai menceritakan tentang dirinya sendiri, si wanita
berhenti tersenyum dan diam saja.
Day
mengakui bahwa dirinya benar- benar miskin, tidak punya mobil, ataupun rumah
mewah, dan hape yang mahal. Bahkan dia tidak memiliki uang untuk membuka
Facebook. Lalu seusai kelas, dia harus berjualan di jalanan. Serta Ayahnya
mengalamin kepikunan, sehingga Ayahnya tidak bisa menjaga diri sendiri dan
membutuhkan orang lain untuk merawatnya.
“Sekarang
kamu sudah tahu semuanya. Jika kamu masih ingin berkencan denganku, aku akan
menerima nya dengan senang hati. Jadi?” tanya Day.
“Kalau
begitu, tolong lupakan saja. Aku pikir kamu mungkin butuh waktu untuk mengurus
Ayahmu. Aku akan mendukung mu dari jauh,” kata si wanita. Lalu dia pergi dengan
cepat. Begitu juga dengan semua orang.
Min
meminta Ne untuk menunggu nya. Lalu dia berjalan menghampiri Day. Dia memanggil
Day dan bertanya, apakah Day harus bicara sampai seperti itu kepada wanita,
karena tindakan Day cuma membuat wanita itu malu.
“Aku
tidak mengatakan apapun yang salah. Itu semua kenyataan,” jelas Day.
“Aku
tahu. Tapi dia telah memberanikan diri untuk menembak, Setidaknya kamu bisa
bilang bahwa kamu sudah punya pacar, atau dia bukan tipe mu. Karena kamu hanya
melukai perasaan nya dengan menolak seperti ini,” balas Min.
“Terluka?
Menurutmu siapa yang lebih terluka? Apa yang barusan aku katakan padanya, apa
kamu pikir aku hanya bercanda? Aku mungkin tersenyum, tapi di dalam aku sakit,
kamu tahu? Tapi aku harus menahannya, karena ini hidup ku. Kamu tahu, jika aku
tidak menyuruh diriku sendiri untuk terus tersenyum, aku mungkin sudah mati
sejak lama!” jelas Day dengan emosi. Lalu dia pergi.
Dan
Min pun terdiam disana.
Saat
berjualan, Cue menanyakan apakah Day baik- baik saja, sebab Day tampak masih
kesakitan sambil memegang memar di wajahnya. Jika Day tidak baik- baik saja,
maka dia menyarankan agar Day pulang saja. Dan Day menjawab bahwa dia tidak mau
pulang, karena dia tidak mau merepotkan Cue.
Day
kemudian berteriak menawarkan pakaian dagangan nya. Dan tidak mau kalah, Cue
ikut berteriak menawarkan barang dagangannya. Lalu mereka berdua tertawa.
“Tidak.
Dengar. Tidak!” kata Day, menolak. Tapi Min memaksa.
“Jangan
bergerak. Jika tidak, kamu tidak boleh menyalahkanku, jika jariku menusuk
matamu. Diam ya,” kata Min. Dia memakaikan obat itu di dekat mata Day.
Day meringis kesakitan, saat Min melakukan itu. Jadi Min pun memberikan sisa obat yang ada dan menyuruh Day untuk memakainya sendiri. Dan Day pun menerima obat itu. Lalu Min pun berbalik untuk pergi, tapi Day memanggilnya.
“Tidak
perlu berterima kasih. Aku melakukannya dengan niat baik,” kata Min dengan
bangga. Lalu dia berbalik lagi.
“Bisa
aku minta tutupnya?” pinta Day. Dan mendengar itu, Min dengan malu- malu
menyerahkan tutup obat nya, lalu dia berjalan pergi dengan cepat.
Cue
memanggil Day, dan bertanya siapa itu. Dan Day menjawab teman. Tapi Cue tidak
percaya, sebab mana ada teman yang seperhatian itu memakai kan obat di dekat
bibir Day. Dan Day membalas bahwa itu benar temannya, lagian Min hanya
memakaikan obat di dekat mata nya saja.
Malam hari. Min datang ke rumah Day dengan membawa kan buah- buahan. Tapi ketika dia mengetok pintu dan memanggil, tidak ada seorang pun yang menjawab nya. Sehingga Min pun membuka pintu rumah Day yang di kunci menggunakan sendok.
“Permisi.
Apa ada orang di dalam?” teriak Min, memanggil lagi. Tapi tetap tidak ada
jawaban, jadi dia pun masuk begitu saja ke dalam rumah Day.
Didalam rumah. Min memperhatikan seluruh rumah Day, dan saat dia melihat foto keluarga Day, dia tersenyum. Tapi tiba- tiba Theep mengetuk kepalanya menggunakan spatula, sehingga dia pun terkejut.
“Tidak.
Namaku Min,” jelas Min dengan cepat. “Aku membawa sekeranjang buah untukmu,” kata Min sambil menunjukan
buah yang dibawanya.
“Tidak.
Tidak. Aku tidak boleh makan buah sebelum makan malam,” jelas Theep. Lalu
perutnya berbunyi. Dan Min tersenyum mendengar itu.
Min memesankan pizza dan mempersilahkan Theep untuk memakan semuanya. Kemudian tepat disaat itu, si pengasuh kembali sambil membawa kan makan malam. Dan Min pun langsung menyapa nya dengan sopan.
“Siapa
kamu? Bagaimana kamu bisa masuk ke sini?” tanya si pengasuh. Lalu dia melihat
banyak nya pizza mahal yang di pesankan oleh Min.
“Dia
teman ku,” kata Theep. Dan Min mengiyakan bahwa benar dia adalah teman Theep.
Mendengar itu, si pengasuh merasa heran.
“Tidak
baik menyalahkan semuanya pada dia. Jika aku tidak merobek bajunya, maka semua
ini tidak akan terjadi,” balas Day, membela Min.
Mendengar
itu, Cue menanyakan apakah barusan Day membela Min, kepadahal rumah Day baru
saja kebakaran dan Ayah Day hampir mati, jadi bagaimana bisa Day masih begitu
optimis dan bersikap sebagai pria baik.
“Kalau
sebelumnya aku tahu, aku pasti akan meneriaki nya di depan semua orang,” balas
Cue. Dan Day tampak tidak mendengarkan nya.
Melihat
Day yang tersenyum- senyum sendirian, Cue pun menanyakan apakah Day menyukai
Min. Dan dengan gugup, Day langsung menyangkali nya, dia beralasan bahwa dia
tersenyum, karena dia sedang berjualan. Lalu dia menyuruh Cue untuk mengurus
pelanggan yang datang.
Cue
sebenarnya tidak percaya, tapi karena harus mengurus para pelanggan, maka dia
pun berhenti membahas topik itu dan mengurus para pelanggannya. Sementara Day,
dia kembali lanjut tersenyum- senyum sendirian.
“Kamu merasa bersalah pada Day, tapi kamu tidak punya keberanian untuk meminta maaf kepadanya. Jadi kamu datang ke sini langsung?” tanya si pengasuh. Dan Min mengiyakan. “Apa kamu benar- benar ingin aku mempercayai itu? Sebenarnya, aku berpikir kamu memiliki rasa pada Day,” goda si pengasuh.
“Tidak.
Aku tidak memiliki agenda tersembunyi. Percaya padaku,” kata Min, menyakali itu
dengan cepat. Dan si pengasuh kembali menggoda Min, yang menurutnya tampak
memerah, ketika mereka membicarakan tentang Day.
Mendengar itu, Min langsung menyentuh wajahnya dan bercemin. Lalu dia menjelaskan bahwa tampaknya pagi ini dia terlalu banyak memakai blush on, jadi karena itulah wajahnya memerah. Dan si pengasuh tersenyum tidak percaya.
Tags:
Endless Love