Sinopsis C- Drama : Go Ahead Episode 24

 


Original Network : Hunan Tv, iQiyi, Mango TV

Seseorang mengetuk pintu rumah, dan Ling Xiao mengira itu adalah Jian Jian. Jadi dengan senang dia membuka kan pintu. Tapi ternyata yang mengetuk pintu adalah Chen Ting. Dan dia merasa sangat terkejut.

Ling Xiao, kamu tidak mau aku dan adikmu lagi? tanya Chen Ting sambil tersenyum.


Ketika buku ditangan Ling Xiao terjatuh, Ling Xiao pun langsung terbangun. Lalu disaat itu, terdengar suara ketukan lagi. Dan Ling Xiao pun merasa panik. Apalagi ketika dia mendengar suara Chen Ting yang memanggilnya.

Ling Xiao, buka pintu. Ling Xiao. Ling Xiao. Ling Xiao, kamu buka pintu, panggil Chen Ting.

Kemudian tiba- tiba ponsel Ling Xiao berbunyi, tanda ada pesan masuk. Dan mendengar itu, Ling Xiao merasa kepalanya sangat pening. Dia menutup kedua telinga nya dan meringkuk sambil memeluk lutut nya.

Ling Xiao! Ling Xiao! Ling Xiao! teriak Chen Ting.

Ketika Jian Jian pulang dan melihat ada kurir yang terus mengetuk- ngetuk pintu rumah Ling Xiao, dia pun menghampirinya dan mengambil paket makanan yang ada padanya. Lalu dia masuk ke dalam rumah Ling Xiao.


Kak, kamu ada dirumah, kata Jian Jian, terkejut. Tadi ada pengantar makanan mengetuk pintu, kamu tidak buka, jelasnya. Dan Ling Xiao hanya diam saja. Jadi Jian Jian berniat meletakkan makanan tersebut dan pergi saja.

Bawa kemari, panggil Ling Xiao dengan suara gemetar.



Melihat sikap aneh Ling Xiao, Jian Jian merasa khawatir dan mendekatinya. Lalu Ling Xiao langsung memeluk pinggang Jian Jian dengan erat tanpa mengatakan apapun. Dan walaupun tidak mengerti, Jian Jian balas memeluk Ling Xiao dan mengelus-ngelus kepalanya dengan lembut.


Jian Jian kemudian mengajak Ling Xiao untuk jogging bersama. Karena Jogging bisa membantu Imsonia Ling Xiao sedikit, sebab Ling Xiao selalu tidur tidak tepat waktu. Malam hari hanya tidur sebentar, pagi hari tidur bisa dimanapun. Dan kualitas tidur yang buruk bisa membuat semangat memburuk.

Aku mengerti teorimu. Tapi kamu masih bisa berlari? ejek Ling Xiao sambil tertawa. Dan Jian Jian langsung berhenti berlari dan duduk dengan lemas.



Karena capek, Ling Xiao dan Jian Jian pun berhenti berlari serta berjalan dengan pelan sambil bergadengan tangan.

Saat kamu ke Singapura, kenapa Bibi Chen Ting setuju kamu pulang? tanya Jian Jian, ingin tahu. Menurut pemahaman ku, dia tidak akan mudah setuju.

Sebenarnya, dia menahan dokumenku, kata Ling Xiao, mulai bercerita.

Flash back

Ling Xiao mencari- cari dokumennya dimana- mana, tapi tidak ketemu. Lalu Meiyang datang dan memberikan dokumen- dokumennya.

Kamu ambil darimana? tanya Ling Xiao, ingin tahu.

Ibu ingin aku berikan padamu, jawab Meiyang.

Tapi Ling Xiao tidak percaya. Ibu tidak mungkin biarkan aku pulang.

Kenapa tidak? Hatimu tidak disini, balas Meiyang sambil menahan kesedihan nya. Sekarang kamu sudah menjadi pembohong, kelak akan bisa lebih buruk. Untuk apa Ibu mau anak yang buruk? Kelak aku yang akan menjaga Ibu. Kamu tidak perlu urus. Kamu lewati hidupmu saja, jelasnya.



Mendengar itu, Ling Xiao menatap Meiyang, karena akhirnya Meiyang sudah dewasa. Lalu disaat itu, Chen Ting pulang dari pasar.


Dengan ragu, Ling Xiao menanyai, apakah Chen Ting beneran membiarkan nya untuk pulang ke sana. Dan Chen Ting membenarkan, sebab dia tahu dia tidak akan bisa menahan Ling Xiao lebih lama disini. Juga Meiyang memberitahunya bahwa mereka berdua sudah menahan hidup Ling Xiao terlalu lama, jadi mereka tidak seharusnya menahan Ling Xiao lagi.

Kenapa Ibu mengatakan ini? Cerewet, gerutu Meiyang.

Flash back end


Selesai bercerita, Ling Xiao memeluk bahu Jian Jian. Dan Jian Jian melepaskan tangan itu serta memegang nya. Lalu mereka lanjut berlari lagi.


Dirumah. Ling Xiao dan Ziqiu mengobati lutut Jian Jian yang terluka, dan Jian Jian meringis kesakitan.

Luka kemarin belum sembuh, jatuh lagi dibawah. Sayangku, belakangan ini kamu sial, kamu harus berhati- hati, komentar Tang Can, perhatian.

Ini bukan masalah besar. Saat SMA kelas 1, tangga besar yang di dekat kelas kita, aku bahkan jatuh dari atas, terguling sampai ke bawah, balas Jian Jian. Aku ingin tahu apa bisa melompati empat anak tangga sekaligus, akhirnya malah jatuh, jelas nya dengan bangga sambil tertawa.


Mendengar itu, Ziqiu tampak terkejut. Dan kemudian dengan kesal, dia mendengus. Kukira itu ulah Zhao Huaguang, keluhnya.

Dia bilang begitu padamu? tanya Jian Jian.

Aku tanya dia, dia tidak menyangkal, jelas Ziqiu.

Kenapa? Kenapa dia mau disalahkan? tanya Jian Jian, tidak mengerti.

Jadi saat itu kamu takut, dia tidak hanya mengganggu toko mie, bahkan mengusik Li Jian Jian. Jadi kamu ikut dia keluar negri? tebak Ling Xiao.



Saat itu Li Jian Jian bilang, dia tidak lihat jelas orangnya. Tempat itu tidak terlihat CCTV. Kemudian aku pikirkan teliti, orang ini tidak ada batasannya. Toko mie sampai dibuat tutup, dia bahkan bisa melukai orang, jelas Ziqiu.

Toko mie tutup adalah ulang Zhao Huaguang? tanya Jian Jian, terkejut. Ayah bilang hanya mau renovasi, keluhnya.

Akan gawat jika kamu tahu. Dengan sifatmu itu, pasti akan membalas, balas Ling Xiao, menjelaskan.

Sudah bertahun- tahun, tiba- tiba terpecahkan. Hei, masalah keluarga kalian ini, bahkan drama juga tidak seperti ini, komentar Tang Can. Dan semua diam, tidak menanggapi.

Jian Jian sama sekali tidak bisa tidur. Jadi dia menuliskan pergumulan nya disitus web. Dia menceritakan tentang kedua kakak yang tumbuh dari kecil bersama- sama dengannya, sekarang mereka berdua malah sama- sama mengungkapkan perasaan kepadanya.


Seperti biasa, Bibi Qian berusaha menjodohkan Li Haichao dengan seseorang. Dan disaat itu, He Mei tiba- tiba datang ke toko.


He Mei datang dan mengajak Li Haichao untuk mengobrol sebentar. Dan Li Haichao mengiyakan serta mengikuti nya keluar.

Kenapa orang ini terlihat begitu familiar? gumam Bibi Qian, berpikir. Pernah bertemu dimana ya. Oh. Dia itu He Mei, katanya, terkejut.



He Mei melihat- lihat kamar Ziqiu selama sebentar. Dan lalu secara langsung, tanpa berbasa- basi, dia mengatakan kepada Li Haichao bahwa ada yang ingin dia tanyakan. Menurut pemahamannya tentang Zhao Huaguang itu, Huaguang pasti tidak akan membiarkan Ziqiu pulang. Dan dia ingin tahu, apakah Ziqiu pernah mengatakan sesuatu kepada Li Haichao.

Dia bilang pulang, karena mau buka bisnis. Ziqiu sudah besar, dia mau pulang, Zhao Huaguang juga tidak bisa menahannya, kata Li Haichao, tidak merasa ada yang aneh.

Dia tidak bisa menahannya, dia bisa mencarimu, balas He Mei.


He Mei merasa khawatir, dia merasa Huaguang pasti ada bermasalah. Lalu dia menceritakan kepada Li Haichao bahwa beberapa hari lalu, dia pergi ke café Ziqiu. Menurutnya café Ziqiu ini lokasi nya kurang bagus. Dekat dengan sekolah, tapi disana tidak ada mall atau kantor, jalan sempit dan sering macet. Harga tidak cocok untuk anak sekolah, saat ada harga diskon baru anak sekolah sanggup membeli, jika tidak maka akan sepi.

Benar juga. Harga nya mahal, tapi bahan yang Ziqiu gunakan semuanya bagus, komentar Li Haichao.

Benar, modal mahal. Aku membuat perhitungan kasar. Sekarang, mungkin dia sedang merugi, balas He Mei, menjelaskan.

Mengetahui itu, Li Haichao merasa sangat khawatir kepada Ziqiu.



He Mei kemudian menyuruh Li Haichao untuk menambahkan temannya ke WeChat. Temannya ini adalah manajer café waralaba. Dan dia sudah bilang pada temannya ini serta meminta bantuan temannya ini. Jadi dia ingin Li Haichao nanti mengirimkan ini kepada Ziqiu. Tapi Li Haichao tidak boleh memberitahu Ziqiu bahwa ini darinya.

Kamu kamu ingin bantu Ziqiu, kamu langsung bilang ke dia, kenapa bertele- tele? tanya Li Haichao, tidak mengerti.

Kali ini, aku terlalu ikut campur. Anggap saja aku sedang membayar hutang ku padanya, balas He Mei. Lalu dia pamit.


Li Haichao menyuruh He Mei untuk menunggu sebentar, lalu dia mengambilkan sekotak makanan dikulkas. Anak- anak makan ikan tidak bisa memisahkan tulang. Bakso ikan ini buatanku sendiri, tulangnya sudah kucabut, dan tidak ada tambahan bahan lain, jelasnya. Bawakan ini untuk anakmu, katanya sambil menaruhnya ditangan He Mei.

Terima kasih, kata He Mei dengan pelan. Lalu diapun pamit dan pergi. Dan Li Haichao mengantarkan nya sampai keluar.


Mingyue meminta Tang Can untuk mengantarkan buku aktanya yang ada dirumah, tapi ternyata yang datang mengantar malah Jian Jian.

Dasar Tang Can. Dukun Jian Jian lagi, gerutu Mingyue, kesal.



Saat Mingyue ingin mengambil buku aktanya, Jian Jian menahannya. Dia menyuruh Mingyue untuk duduk serta mengobrol sebentar, juga dia sudah memesan kan kopi untuk Mingyue. Dan Mingyue menolak. Tapi karena Jian Jian tetap keras kepala, maka Mingyue pun duduk dan mengizinkannya untuk bicara.

Aku disukai orang, apa itu salahku? tanya Jian Jian.

Kamu dicintai orang, itu masalahku, jawab Mingyue. Dan Jian Jian tidak mengerti. Sekarang, aku memahami Tang Can. Bila tidak disukai oleh orang yang kita sukai, maka jadi sukit menyukai diri sendiri, jelasnya.


Mingyue kemudian mengakui bahwa dia mau pindah, karena dia khawatir mereka akan menertawai nya. Dan Jian Jian membalas bahwa mereka tidak akan menertawai Mingyue, karena mereka adalah sahabat. Dan mendengar itu, Mingyue hanya diam saja. Dan dengan tidak sabar, Jian Jian memukul meja untuk menarik perhatian Mingyue.

Karena sahabat, makanya aku harus jauh dari kalian, ini baik untuk semua, teriak Mingyue, emosi. Mendengar itu, Jian Jian membuang wajah nya dan menatap ke samping. Dan Mingyue jadi sulit untuk lanjut berbicara. Aku aku merasa diriku sangat memalukan. Aku marah pada diriku sendiri, katanya, pelan.

Kamu marah padaku juga. Aku merasa sangat bersalah padamu, balas Jian Jian, dengan sedih.



Jian Jian ingin agar Mingyue jangan pindah dan tinggal bersama mereka. Lagian Ling Xiao sudah mengatakan ingin meminta maaf juga kepada Mingyue. Dan mereka tidak akan menertawakan Mingyue. Jika Mingyue tetap tidak merasa nyaman, maka dia akan pindah sementara dari sana. Jadi Mingyue bisa kembali ke sana.

Mendengar itu, Mingyue menghela nafas berat. Sudahlah, berhentilah. Aku tidak pernah suka berebutan. Aku selalu menganggap, dapat karena beruntung, gagal karena takdir. Serahkan pada jodoh, jangan memaksa, ceritanya dengna sedih. Jian Jian. Sekarang aku sungguh merasa sulit menghadapi kalian. Jadi jangan memaksaku lagi, berikan aku waktu, pintanya. Dan Jian Jian mengangguk.


Lalu Mingyue meminta aktanya. Dan Jian Jian pun memberikannya. Kemudian Mingyue pamit dan pergi. Dia sama sekali tidak menyentuh kopi yang Jian Jian pesankan untuknya.

Setelah Mingyue pergi, Jian Jian menangis sedih.





Ketika Tang Can masuk ke dalam ruangan, dia tersenyum dan mengucapkan selamat ulang tahun kepada Ibu. Dia memberikan kue ulang tahun buatannya sendiri. Lalu dia juga memberikan hadiah gelang buatannya sendiri. Tapi Ibu Tang sama sekali tidak menghargai itu, malahan dia juga merasa malu dengan hadiah gelang yang Tang Can berikan.




Lihat kakakmu, dia bekerja dimuseum, kata Bibi pertama kepada anak nya, supaya belajar dari Tang Can.

Museum? tanya Tang Can sambil menatap tajam Ibu Tan.

Cancan, hari ini ulang tahun Ibumu, semua orang juga berkumpul, buatlah Ibu senang, bisik Ayah Tang, menenangkan Tang Can. Lalu dia mengajak semua orang untuk bersulang.




Setelah selesai bersulang, Paman kedua menanyai, berapa gaji Tang Can sebulan, bekerja di museum. Dan Tang Can menyuruh mereka untuk menanyai Ibu Tang saja.

Gajinya tidak banyak. Dia anak perempuan. Menurutku yang terpenting adalah lingkungan kerja yang bagus, jawab Ibu Tang sambil tertawa.

Menurutku, Cancan harus terus menjadi aktris. Dulu jadi artis sangat bagus. Saat dia kecil, dia masuk TV dan syuting iklan, dapat banyak uang. Membeli mobil dan rumah, banyak orang iri, komentar Paman kedua.

Mendengar itu, suasana menjadi agak tidak nyaman bagi Tang Can, Ayah Tang, dan Ibu Tang. Apalagi ketika yang lain juga ikut berkata hal yang sama.



Setelah selesai makan, Tang Can ingin pulang begitu saja. Dan Ibu Tang memarahinya. Jika kamu tidak mengolah toko Taobao, dan mengejar impian artismu, apa aku perlu berbohong didepan teman dan keluarga? Kamu kira aku tidak takut ketahuan? Aku tidak malu? omelnya.

Bukankah itu impian kalian? Saat kecil aku mau main drama, tidak mau syuting iklan, kalian memaksa aku pergi. Sekarang aku mau lanjutkan, itu membuatmu malu, balas Tang Can, sinis.


Ibu Tang membentak Tang Can untuk jangan hanya menyalahkannya saja. Karena dulu Tang Can yang bilang sendiri, mau memberikan hidup nya baik kepada mereka. Dan Tang Can membenarkan.

Jadi jangan selalu anggap kami memaksamu! Lagipula, apa aku tidak pernah membantumu? Film saat kamu naik SMA, terakhir sisa dua kandidat, kamu tidak lolos. Apa ini juga salahku? kata Ibu Tang dengan emosi.

Jangan bahas lagi, kata Ayah Tang, menghentikan Ibu Tang. Cancan juga sedih, jelasnya. Tapi Ibu Tang tetap tidak mau berhenti.

Lihat putrimu sudah seperti apa? Usianya sudah 26 tahun, masih saja bermimpi, gerutu Ibu Tang.



Saat Tang Can pulang, Jian Jian sedang menangis di sofa sambil memeluk kedua lutut nya dan menutupi dirinya sendiri dengan selimut. Dan Tang Can lalu duduk disampingnya dan ikut menangis.


Flash back

Dengan bantuan Jian Jian, Tang Can membuatkan kado gelang untuk Ibunya dengan perasaan yang sangat tulus dan bersungguh- sungguh.


Dengan bantuan Ziqiu, Tang Can membuatkan kue ulang tahun untuk Ibunya.

Flash back end


Selesai menangis, Jian Jian dan Tang Can sama- sama memakai sendok dingin untuk mengobati mata mereka yang bengkak.

Jian Jian mengakui bahwa dia merasa bersalah. Karena dia memberikan ide yang buruk kepada Tang Can. Dia mengira hadiah buatan sendiri lebih baik daripada gelang emas. Dan Tang Can membalas bahwa Ibunya yang salah, karena selalu menaruh harapan padanya.

Itu ulang tahun Ibumu, kamu ikuti saja, untuk menjaga hubungan kalian, kenapa malah memperburuk? Bukankah kamu sudah tidak syuting lagi? Kamu beritahu dia, kata Jian Jian.

Tidak mau, balas Tang Can sambil cemberut.

Aku juga merasa toko Taobao ini tidak untuk jangka panjang. Yang dikatakan Ayahmu tentang kerja dimuseum, kamu pikirkan lah, kata Jian Jian, menyarankan.

Tidak mau, balas Tang Can.



Jian Jian terus mencoba membujuk Tang Can agar mencoba saja terlebih dahulu untuk bekerja dimuseum. Tapi Tang Can tetap tidak mau. Lalu mereka berdua mulai bertengkar hebat.

Kamu meremehkan pekerjaan ku, kan? Sekarang kamu sudah hebat. Karya mu dijual diluar negri. Kamu lebih hebat dari kami, bahkan bisa mengajari orang, ejek Tang Can dengan sinis.

Kamu gila? gerutu Jian Jian.

Mereka berdua kemudian saling memukul menggunakan bantal sambil mengatai satu sama lain gila.

Setelah selesai, Tang Can merebut remot TV dan mengabaikan Jian Jian.



Dengan kesal, Jian Jian pun pergi ke rumah Ling Xiao dan berbaring disana. Kemudian ketika Ling Xiao bertanya, diapun bercerita dengan penuh emosi.

Kata- kata marah dari teman, jangan anggap serius, kata Ling Xiao, menenangkan Jian Jian.

Sekarang aku tidak bisa kendalikan otakku! Aku sangat marah! Jika hari ini dia tidak meminta maaf, malam ini aku pasti meledak! gerutu Jian Jian, stress.


Menurutku, jika aku melakukan sesuatu sekarang, itu bisa mengalihkan pikiran mu, kata Ling Xiao.

Tidak mungkin, malam ini tidak bisa kulalui, balas Jian Jian, yakin.


Jadi aku coba, kata Ling Xiao. Lalu dia langsung mencium bibir Jian Jian.


Merasakan itu, Jian Jian menutup matanya dan menikmati ciuman dari Ling Xiao. Lalu setelah selesai, dia langsung menyembunyikan wajah nya karena malu dan memukuli Ling Xiao.

Berguna? tanya Ling Xiao sambil memegang tangan Jian Jian yang memukuli nya. Aku mandi dulu. Nanti aku bawakan es krim, katanya sambil mengelus kepala Jian Jian dengan lembut.




Direstoran. Ketika Ibu Ming memesan makanan, Ayah Ming dan Mingyue sama- sama mengabaikannya serta bermain ponsel saja. Dan Ibu Ming merasa sangat kesal.

Apa aku pengasuh kalian? keluh Ibu Ming. Lalu dia menyuruh Mingyue untuk memesan juga.

Ibu, pesan kerang saja, kata Mingyue, menyarankan.

Baru pesan abalon dengan bihun, kamu mau kerang? tanya Ibu Ming dengan sinis. Apa kamu bisa buat rencana? Bagianmu sisa sayuran hijau.

Kalau begitu selada, kata Mingyue.


Mendengar itu, Ibu Ming menghela nafas kesal. Lalu dia memesan bok choy. Dan Mingyue sudah menduga itu, jadi diapun tidak mau berbicara lagi.

Ayahmu tidak makan selada, kamu tidak tahu itu? tanya Ibu Ming, ketus. Dan Mingyue beneran tidak tahu serta bertanya, apakah itu benar kepada Ayah Ming.

Oh benar. Ibumu benar, kata Ayah Ming.


Ayahmu ini baik dalam hal ini. Seumur hidupnya dengarkan aku. Mencari pasangan harus seperti ini. Kondisi keluarga mau  baik atau buruk, tidak lah penting. Yang penting harus mencari yang bersifat baik. Apapun tidak ribut denganmu, kata Ibu Ming, mulai berceramah.

Mendengar itu, Mingyue diam dan sibuk bermain dengan ponselnya saja. Dan dengan kesal, Ibu Ming menyuruh Mingyue untuk berhenti bermain ponsel.



Kemudian Ibu Ming mengadukan kepada Ayah Ming tentang Mingyue yang ingin pergi ke Beijing. Dan dia menjelaskan bahwa dia tidak setuju dengan itu. Juga dia tidak ingin Mingyue terus berhubungan dengan Tang Can yang bisa memberikan pengaruh buruk.

Mendengar itu, Ayah Ming tidak terlalu peduli. Dan Mingyue hanya diam saja.

1 Comments

Previous Post Next Post