Original
Network : Hunan Tv, iQiyi, Mango TV
Demi mengambil hati mertua, Tang Can
melakukan banyak hal baik. Dia menemani Ibu Zhuang bermain mahjong dan juga
memberikan hadiah kalung kepada Ibu Zhuang. Dan Ibu Zhuang merasa sangat senang
dengan Tang Can. Lalu dia penasaran dan bertanya, Tang Can begitu cantik dan
baik hati, tapi kenapa Tang Can tidak melakukan pekerjaan lain saja daripada
pekerjaan ini. Dan Tang Can pun menjelaskan bahwa dulu sewaktu kecil, dia adalah
artis dan dia suka berakting. Jadi dia melakukan pekerjaan ini, karena dia
ingin bisa memerankan banyak karakter yang berbeda- beda seperti dulu.
Ketika mendengar film- film yang Tang Can
ceritakan, Ibu Zhuang tahu dan memuji Tang Can dengan tulus. Dan Tang Can
merasa senang.
Saat Tang Can sedang menunggu taksi, Zhuang
Bei berhenti didepannya dan menawarkan diri untuk mengantarkan nya pulang. Dan
Tang Can merasa sangat senang.
Ketika toko sudah mau ditutup, He Mei datang
menemui Ziqiu.
Dengan canggung, Ziqiu duduk dihadapan He
Mei. Lalu dia diam dan menatap He Mei. Melihat itu, He Mei pun memulai
pembicaraan duluan. Dia menanyai, apakah Zhao Huaguang baik kepada Ziqiu, dan
kenapa Huaguang bisa setuju dan membiarkan Ziqiu, kepadahal setahunya Huaguang sangat
membutuhkan penerus.
“Dia tidak
bisa menahanku,” jelas Ziqiu dengan singkat.
“Meski dia
tidak ada sedikitpun kebaikan, tapi uangnya suda cukup banyak,” komentar He Mei.
“Aku bukan karena uang,” tegas Ziqiu. “Aku berbeda denganmu.”
He Mei kemudian berhenti membahas tentang
Huaguang, dan menanyai, kenapa Ziqiu ingin bertemu dengannya, karena dia yakin
kalau Li Haichao seharusnya sudah menceritakan yang sebenarnya kepada Ziqiu.
Dan Ziqiu mebenarkan, tapi ada hal yang ingin dia tanyakan dengan jelas supaya
ini bisa selesai.
“Sejak aku
meninggalkanmu, diantara kita sudah selesai,” kata He
Mei.
“Itu
bagimu, bukan bagiku,” balas
Ziqiu, merasa terluka, tapi dia tidak menunjukkan lukanya itu. “Aku ingin tahu… selama
ini, aku selalu tidak bisa menerima.”
“Tanyakan
saja,” kata He Mei, dengan tenang.
“Saat kamu
pergi ke Shenzhen, kamu bilang setelah stabil akan menjemputku. Mengapa
kemudian menulis surat, tidak menginginkan ku lagi,” tanya Ziqiu dengan sedih.
“Saat aku ke sana, aku pikir
Zhenshen terlalu indah. Setelah sampai disana, aku kira akan ada jalan keluar.
Tapi aku tidak sekolah tinggi, bekerja disana, puluhan orang tinggal bersama
dalam satu kamar. Aku bahkan tidak bisa bertahan. Bagaimana bisa membesarkan
anak?” balas He
Mei, menjelaskan.
“Jadi, aku adalah beban?” tanya
Ziqiu, sedih. “Atau kamu
demi kebaikanku, jadi meninggalkan ku pada Ayah Li?” tanyanya,
ingin tahu.
Dengan jujur, He Mei menjawab. Saat itu dia
merasa tidak bisa dan tidak sanggup lagi menjaga Ziqiu, jadi dia tidak
menginginkan Ziqiu. Intinya ini demi kebaikan mereka berdua. Dengan besar hati,
Ziqiu menerima jawaban He Mei. Kemudian dia menegaskan bahwa sekarang He Mei
sudah punya keluarga sendiri dan dia juga tidak membutuhkan He Mei, lalu dulu
He Mei tidak mau menjaganya, jadi kelak, dia juga tidak akan menjaga He Mei.
“Tenang
saja. Aku punya anak, aku tidak perlu kamu jaga,” kata He
Mei.
Mendengar itu, Ziqiu mengembalikan foto He
Mei yang ada padanya. “Kamu
melahirkanku, aku berterima kasih. Kelaku bertemu dijalan, anggap tidak kenal,” katanya sambil tersenyum sedih. Lalu dia
berniat untuk pergi.
“Ziqiu,” panggil He Mei. Dan Ziqiu berhenti berbicara serta
mendengarkannya. “Aku
melahirkanmu, tidak membesarkanmu. Aku bersalah padamu. Jika kelak kamu ada
masalah, kamu bisa minta bantuanku,” katanya, memberitahu.
“Tidak perlu,” balas Ziqiu. Lalu dia pergi.
Setelah
Ziqiu pergi, He Mei memegang cermin yang Ziqiu kembalikan kepadanya dengan
perasaan sedih.
Sambil
mengendarai motornya, Ziqiu menangis sedih.
Ketika
Mingyue pulang dan melihat Jian Jian sedang berjongkok didepan rumah nya. Dia
berniat untuk mengabaikannya saja. Tapi ketika Jian Jian terjatuh dan menjerit
kesakitan, dia langsung kembali dan membantu Jian Jian.
“Tidak bisa berdiri. Kaki ku kebas. Aku
menunggumu satu jam lebih, aku lelah,” kata Jian Jian, menjelaskan.
“Siapa minta kamu berdiri disini?” balas
Mingyue, tidak mau peduli.
“Kamu tidak menerima telpon dan tidak balas
WeChatku. Aku hanya bisa menunggu mu didepan rumahmu,” jelas Jian
Jian sambil bersandar ditubuh Mingyue untuk menyanggahnya. Dan Mingyue berusaha
melepaskannya. “Jangan
bergerak. Kakiku kebas, aku tidak tahan,” pinta Jian Jian.
“Berdiri,” paksa Mingyue, kesal.
Tepat disaat
itu, seorang tetangga lewat. Jadi Mingyue pun menyeret Jian Jian untuk pergi ke
taman dan duduk disana.
Ditaman.
Dengan perhatian, Mingyue mengobati kaki Jian Jian. Dan dengan gugup, Jian Jian
meminta agar Mingyue jangan pindah. Dia tahu, karena dia melihat pesan Mingyue
di Wechat Ling Xiao. Mengetahui itu, Mingyue merasa kesal, kenapa Jian
Jian bisa melihat pesan tersebut. Dan
Jian Jian langsung menjelaskan bahwa ponsel Ling Xiao rusak dan lalu ketika dia
menginstalkan aplikasi diponsel baru Ling Xiao, dia tidak sengaja melihat pesan
tersebut. Mendengar penjelasan itu, Mingyue hanya diam saja sambil menatap Jian
Jian dengan tajam, dia menunggu Jian Jian untuk berbicara jujur.
“Mm… Ling Xiao yang memperlihatkanya padaku,” kata Jian
Jian, jujur.
“Apa maksud kalian? Dulu aku begitu membantu,
ingin kalia baikan. Sekarang kalian melihatku terlalu percaya diri, tidak
beritahu aku!” terik
Mingyue, menuduh. “Sengaja
mempermainkanku? Merasa aku sangat konyol?” tanyanya sambil tertawa dan menangis.
Jian Jian
mencoba untuk menenangkan Mingyue dan menjelaskan padanya. Mereka berdua sudah
berteman begitu lama dan dia tidak mungkin melakukan hal konyol itu kepada
Mingyue. Dan Mingyue membalas bahwa selama dua hari ini dia telah berpikir, dan
dia merasa diri nya sangat bodoh sekali, karena mereka berdua mempermainkan
nya. Dan Jian Jian membela diri bahwa dia juga baru tahu dan dia tidak
menyangka kalau kedua kakak nya menyukainya.
“Ziqiu juga menyukaimu?” tanya
Mingyue. Dan Jian Jian mengiyakan. “Kamu hari ini datang untuk pamer padaku. Kamu
jelas- jelas tahu, saat SMA, aku pernah menyukai Ziqiu, kamu datang pamer
padaku?” tanyanya,
marah.
Jian Jian merasa sangat frustasi sekali. Dan dia terus mencoba untuk menjelaskan. Tapi Mingyue sama sekali tidak peduli dengan penjelasan nya, menurutnya Jian Jian, Ling Xiao, dan Ziqiu, mereka sekeluarga terlalu menindas orang. Dan dengan kesal, Jian Jian berteriak bahwa dia tidak ingin berbicara dengan Mingyue lagi.
“Kamu kira aku ingin?” bentak
Mingyue, marah. Lalu dia menghapus air matanya dan menunjuk Jian Jian. “Kamu yang
mencariku. Siapa yang mencari duluan, dialah yang seperti anjing.”
Mendengar
itu, Jian Jian merasa sangat sedih dan terluka. Tanpa mengatakan appaun lagi,
diapun langsung berlari pergi. Dan dengan kesal, Mingyue mengentakkan kakinya,
lalu dia duduk dan menangis keras.
Zhuang Bei dan
Tang Can berjalan pulang bersama sambil mengobrol. Mereka mengobrolkan banyak
hal tentang Ibu mereka. Lalu Tang Can mengundang Zhuang Bei untuk minum teh
yang Mingyue beli. Dan Zhuang Bei setuju. Namun ketika dia tahu, kalau Mingyue
sedang tidak berada dirumah, diapun pamit kepada Tang Can, dengan alasan dia
masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan nya dan karena ini juga sudah cukup
malam. Dan Tang Can mengerti. Lalu dia pulang dengan senang.
Ketika Tang
Can pulang, dia menemukan Jian Jian sedang menangis. Dan dia merasa sangat
khawatir serta bertanya. Tapi Jian Jian tidak mau menjawab. Jadi diapun berlari
ke apatermen didepan.
“Siapa yang didalam? Cepat keluar! Cepat
keluar!” teriak Tang
Can sambil mengedor- ngedor pintu. Lalu ketika Ling Xiao membukakan pintu, dia
langsung memarahi Ling Xiao. “Adikmu menangis begitu keras, kamu tidak
dengar? Sudah mati? Cepat pergi,” perintahnya.
Mendengar
itu, Ling Xiao pun mengikutinya.
Dengan
lembut, Ling Xiao menanyai Jian Jian ada apa, lalu dia melepaskan selimut yang
Jian Jian gunakan untuk menutup dirinya sendiri.
“Yueliang. Yueliang bilang, aku seperti
anjing,” kata Jian
Jian, menangis sedih. Lalu dia memukul Ling Xiao dengan marah. “Semua
salahmu,” katanya.
Lalu dia mengigit bahu Ling Xiao.
Setelah itu,
Ling Xiao membawa Jian Jian untuk ke tempatnya.
Ling Xiao
mengambil handuk dingin dan memberikannya kepada Jian Jian supaya matanya tidak
terlalu bengkak besok. “Setelah menangis lebih baik?” tanyanya.
Dan Jian Jian tidak menjawab. “Qi Mingyue pasti merasa sangat malu. Setelah
dia tenang, aku akan meminta maaf,” jelasnya.
“Kamu tidak menyukainya, apa gunanya minta
maaf?” balas Jian
Jian.
Ling Xiao
mencoba mengalihkan pembicaraan dengan memperlihatkan bahu nya yang barusan
digigit oleh Jian Jian. Dan melihat itu, Jian Jian merasa agak bersalah dan dia
mengobati nya dengan menggosok bahunya supaya bekas gigitan barusan bisa
hilang.
“Tanganmu dingin sekali,” komentar
Ling Xiao sambil memegang tangan Jian Jian. Dan Jian Jian langsung menarik
tangannya.
“Tadi aku memegang ini,” jelas Jian
Jian sambil menunjukkan handuk barusan. “Jangan asal bergerak. Mau diusap atau tidak?” keluhnya.
“Mau,” jawab Ling Xiao, merasa senang.
Tepat disaat
itu, Ziqiu pulang. Dia menceritakan kepada mereka berdua barusan dia bertemu
dengan He Mei. Mendengar itu, Jian Jian merasa bingung.
“Ayah Li hari ini memberitahu ku bahwa dia
sudah menemukan Bibi He,” kata Ling Xiao, membantu Ziqiu untuk
menjelaskan.
“Dia
baik- baik saja? Dia bilang apa?” tanya Jian Jian, perhatian.
“Cukup baik, sudah dua tahun buka salon
kecantikan. Menikah lagi, anaknya sudah 4 tahun,” jawab Ziqiu dengan sedih, tapi dia berusaha
untuk tampak tegar. “Jika Ayah tidak cari tahu, dia mungkin tidak akan
mencariku. Hari ini aku berbincang dengannya untuk menjelaskan semuanya. Aku
sangat baik, dia juga sudah menikah. Kami lewati hidup masing- masing, anggap
tidak saling kenal,” jelasnya dengan santai. Lalu dia masuk ke
dalam kamar.
Mendengar
itu, Jian Jian dan Ling Xiao diam. Mereka tidak tahu harus bagaimana dan
berkomentar apa.
Ziqiu
menutup dirinya sendiri didalam selimut. Dan kemudian Jian Jian datang serta
memberikan coklat kepadanya. Lalu dia pamit. Disaat itu, Ziqiu mengulurkan
tangannya lagi.
“Aku hanya bawa satu,” jelas Jian
Jian. Lalu dia mengenggam tangan Ziqiu dan duduk disampingnya untuk menemani
nya.
Flash back
Sewaktu
masih kecil, Ling Xiao, Jian Jian, dan Ziqiu, mereka bertiga sering diejek oleh
anak- anak lain. Karena mereka bertiga tidak punya Ibu. Dan diantara mereka
bertiga, yang paling sedih adalah Ziqiu, karena dia juga diejek menumpang hidup
dirumah orang lain.
Malam- malam
Ziqiu sering menangis sendirian dibawah selimutnya karena hal itu. Dan disaat
itu, Jian Jian datang dan memberikan permen kepadanya. Lalu dia berbaring
disamping Ziqiu dan menemaninya untuk tidur sambil memegang tangan nya dengan
erat,
“Jangan dengarkan mereka. Kamu bukan hidup
menumpang,” kata Jian
Jian. Mendengar itu, Ziqiu merasa tersentuh dan senang.
Flash back
end
Ling Xiao
datang dan melihat Jian Jian tidur didekat Ziqiu sambil mengenggam tangannya.
Dan dia mengerti itu. Lalu diapun menutupkan pintu kamar.
Du Juan
stress memikirkan siapa orang yang pandai berbahasa inggris. Dan Zhou Miao
mengingatkan tentang Ziqiu, kakak Jian Jian. Dan Du Juan mengiyakan.
“Jian Jian,” kata Du Juan, menghampiri Jian Jian yang
baru datang. “Penerjemah
kita hari ini tidak bisa datang, cepat telpon kakakmu yang kuliah diluar negri.
Minta dia jadi penerjemah kita,” pintanya.
“Itu tidak perlu. Klien kita pasti bawa
penerjemah juga,” kata Jian
Jian dengan yakin.
“Hei. Penerjemahnya pasti membantunya bicara.
Jika dia lihat kita tidak paham, lalu menipu kita, itu semua uang. Berbisnis,
harus saling tahu,” jelas Du
Juan dengan tegas dan serius.
Akhirnya
Jian Jian pun mencoba menghubungi Ziqiu agar datang dan membantunya.
Dengan
berpakaian rapi dan sikap keren, Ziqiu datang ke studio kerja Jian Jian. Dan
melihat gayanya, Jian Jian, Du Juan, serta Zhou Miao merasa terkesima. Lalu Du
Juan mengajak Ziqiu untuk berfoto bersama. Dan melihat itu, Zhou Miao merasa
agak cemburu.
Dengan
serius, Du Juan menjelaskan kepada Ziqiu tentang hal yang harus dibicarakan
nantinya. Dan dia memperlihatkan proposal yang sudah dibuatnya. Dan Ziqiu
mengiyakan serta mengerti.
Lalu Jian
Jian memuji Ziqiu. Dan Ziqiu merasa sangat senang.
Kemudian
dengan agak jail, Ziqiu mendekatkan kepalanya kepada Jian Jian, dan menyuruh
Jian Jian untuk mencium rambutnya. Dan Jian Jian pun melakukan nya dua kali
serta mengatakan bahwa rambutnya wangi.
“Aku tiga hari tidak cuci rambut,” kata Ziqiu
sambil tertawa keras. Dan dengan kesal, Jian Jian memukuli nya.
Ziqiu
kemudian melihat- lihat meja kerja Jian Jian dan menemukan buku komiknya.
Melihat itu, Jian Jian langsung merasa panik. Dia merebut buku komik tersebut
serta menjelaskan bahwa Ziqiu dilarang melihat buku komik milik Du Juan ini.
“Kenapa aku tidak boleh lihat?” tanya
Ziqiu, heran.
“Tentu tidak boleh, kamu bukan wanita,” balas Jian
Jian.
Melihat itu,
Du Juan langsung menghentikan mereka berdua untuk jangan bertengkar. Karena
klien mereka sudah datang.
Hasil
kerjasama dengan klien berjalan sangat baik. Ziqiu menjelaskan dan
memperkenalkan studio mereka dengan bahasa inggris yang lancar.
Untuk
merayakan keberhasilan hari ini, mereka berempat pergi makan- makan bersama.
Selama makan, Zhou Miao dan Du Juan banyak sekali berbicara. Sedangkan Jian
Jian dan Ziqiu fokus makan.
“Dengar, senior Yufei dan Jian Jian sama- sama
murid dari Guru Peng Yu,. Mereka adalah saudara seperguruan, hubungan mereka
baik,” kata Du Juan, memberitahu Zhou Miao.
“Dia dosen terkenal dikampus kita, kan?” tanya Zhou
Miao. Dan Du Juan membenarkan. “Aku baca dikoran, satu karyanya dilelang
sampai 4 juta yuan. Bos Li, ada guru seperti ini, masih khawatir tidak bisa
bertahan? Minta dia rekomendasikan mu masuk ke dalam dunia para seniman,
kenalan dengan orang hebat. Karyamu pasti akan terjual lebih mahal,” jelasnya,
menyarankan. Dia tampak seperti orang yang hanya memikirkan tentang, uang,
uang, uang, dan uang, saja.
Mendengar
itu, Jian Jian merasa kurang senang. “Hanya mengandalkan orang, kamu tidak perlu
bekerja?” tanyanya.
Mengerti
kalau Jian Jian merasa tidak senang, Du Juan pun menengahi dan menghentikan
Zhou Miao untuk terus berbicara. Tapi Zhou Miao tidak mengerti kode darinya dan
terus saja berbicara.
Akhirnya,
Ziqiu pun berbicara. Dia menyindir Zhuo Miao. Dia menyuruh Zhou Miao untuk
bekerja ditempat lain saja, bekerja dengan bos yang satu pemikiran, dan tidak
perlu lagi bekerja distudio sekarang. Karena dia melihat bahwa Zhou Miao adalah
orang yang ingin sukses dengan hanya memuji orang- orang hebat saja. Sedangkan
Jian Jian adalah orang jujur, yang suka memahat sampai tangannya terluka.
Mendengar
itu, Zhou Miao merasa tidak senang dan diam. Menyadari itu, Du Juan pun
mengambilkan makanan untuk Ziqiu dan untuk Zhou Miao. Supaya mereka berdua
jangan bertengkar lagi dan makan saja.
Saat pulang,
Ziqiu bertanya heran, kenapa Du Juan mau berpacara dengan orang seperti Zhou
Miao.
“Seniorku suka mencari pacar ditong sampah,” kata Jian
Jian sambil tertawa.
“Kamu tidak menasehati dia?”
“Begitu semangat pacaran, seperti kuda liar, tidak bisa ditahan. Tapi selain otak pacaran, sisanya cukup bagus. Aku perkirakan tidak akan bertahan lama. Biarkan saja dia, biarkan dia bermimpi,” jelas Jian Jian. Dan Ziqiu mengerti.
Lanjut💞💞💞 semangat🔛🔥
ReplyDelete