Sinopsis C- Drama : Go Ahead Episode 27



Original Network : Hunan Tv, iQiyi, Mango TV

Du Juan dan Zhou Miao menemukan sebuah post yang sangat menarik. Zhou Miao yakin jika post ini tersebar, maka pasti akan meledak. Dan Du Juan menghentikan Zhou Miao untuk jangan melakukan itu. Mendengar itu, semua orang merasa heran dan penasaran.

Apa yang kalian katakan? Bagikan pada kami. Jadi penasaran,” komentar Tang Can, tidak sabaran.

“Benar, cepatlah. Bagi untuk semuanya,’ kata Jian Jian, penasaran juga.


Du Juan berusaha menghentikan Zhou Miao dan memberikan kode kepada Jian Jian, tapi Jian Jian malah sama sekali tidak mengerti. Dan ketika akhirnya, Zhou Miao telah membagikan post tersebut kepada semuanya. Suasana menjadi sangat aneh dan tidak nyaman sekali.

Itu adalah post yang ditulis oleh Jian Jian sendiri. “Dua kakak yang dekat denganku sejak kecil menyatakan cinta padaku, harus bagaimana?”

Dengan gugup, Jian Jian melirik ke arah Ling Xiao dan Ziqiu. Lalu Ling Xiao dan Ziqiu saling bertatapan dengan tajam.

Melihat itu, Zhou Miao tertawa keras. Bos Li, kau ini menguasai dua pria?” tanyanya. Dan Zhuang Bei langsung menatap nya dengan tajam.

“Makanlah. Makanlah,” kata Du Juan, menenangkan suasana.


Ketika sudah sampai didepan apatermen, Jian Jian mengait tangan Mingyue dan Tang Can dengan erat untuk menyelamatkan dirinya. Tapi sebelum dia sempat masuk ke dalam apatermen dengan mereka berdua, Ziqiu dan Ling Xiao langsung menariknya dan membawanya masuk ke dalam apatermen mereka.

Dengan prihatin, Tang Can dan Mingyue memberikan lambaian selamat tinggal untuk Jian Jian.

Si bodoh ini, menulis begitu jelas di Weibo,” komentar Mingyue, agak bersimpati dan menyesali tindakan Jian Jian.

“Rumah buka toko mie, kakak tetangga atas, kakak yang ditinggalkan Ibu. Kombinasi ini masih ada orang lain?” komentar Tang Can, kagum.

Sudah kubilang cepat jelaskan pada kedua kakaknya. Dia terus menundanya,kata Mingyue, sambil menghela nafas. Dan mendengar itu, Tang Can merasa agak kesal.

Dia sudah bilang padamu? Memang kalian lebih dekat. Kau sudah tahu, malah tak beri tahu aku, keluh Tang Can, marah. Dan Mingyue langsung menenangkan nya supaya jangan marah dan bicarakan baik- baik.


Diapatermen seberang. Ling Xiao dan Ziqiu berdebat hebat, sedangkan Jian Jian hanya bisa diam saja. Lalu akhirnya, Ling Xiao memberitahukan sebuah kenyataan kejam dan mengejutkan kepada Ziqiu, saat Ziqiu tertawa dan mengatakan bahwa Jian Jian hanya menganggap mereka berdua sebagai saudara saja.

Hanya padamu, kata Ling Xiao. Dan Ziqiu tidak mengerti. Kami sudah bersama, belum sempat beri tahu kamu, jelasnya.


Kalian sudah bersama? tanya Ziqiu sambil tertawa keras. Apa dia berimajinasi, Li Jian Jian? tanyanya.

Dengan possessive, Ling Xiao menarik dan memeluk bahu Jian Jian. Dan Jian Jian sama sekali tidak menolak. Melihat itu, Ziqiu sangat terkejut.

Kenapa sama-sama kakak, kau pilih dia bukan aku? tanya Ziqiu, merasa terluka. Dan Jian Jian tidak berani menjawab.

Jangan menakutinya, kata Ling Xiao, memperingatkan.


Sudah begitu sayangnya? Aku bertanya, sudah jadi menakutinya? tanya Ziqiu dengan ketus. Lalu dia menarik nafas dalam. Aku tak mengerti. Kenapa semua tak menginginkanku? tanyanya. Lalu dia masuk ke dalam kamarnya. Dan Jian Jian serta Ling Xiao sama sekali tidak tahu harus merespon bagaimana.

Ziqiu diam dan merenung dengan perasaan sedih serta terluka. Dia sama sekali tidak bisa tidur.

Ling Xiao merasa stress dan tidak bisa tidur. Jadi seperti biasa, dia meminum banyak obat tidur supaya dia bisa tertidur.

Jian Jian juga tidak bisa tidur dengan nyenyak. Dia merenungkan segalanya dengan perasaan gundah.



Pagi hari. Tang Can terkejut, ketika terbangun dan melihat Jian Jian ada disebelahnya. Lalu dengan penasaran, dia menanyai, kenapa Jian Jian memilih Ling Xiao, bukan nya Ziqiu. Dan mendengar itu, Jian Jian merasa sangat stress sekali.

Jika dia memilih Ziqiu, Ling Xiao akan lebih menyedihkan. Dan kenapa Ling Xiao tak baik? kata Mingyue, membela Ling Xiao.

Ling Xiao sangat baik. Tetapi pacaran, dua keluarga akan bertemu. Jika dia memilih Ziqiu, maka tak ada masalah menantu dan mertua, jawab Tang Can.


Masuk akal juga, jawab Mingyue, setuju. Jika aku pria, aku juga akan pilih Li Jian Jian, candanya setengah serius.

Bahkan kau tak memilihku? tanya Tang Can, terluka.

Bagaimana memilihmu? Pertemuan antara ibumu dan ibuku. Hari-hari pernikahan kita paling lama tiga tahun pasti cerai. Saat itu masih harus rebut hak asuh. Ibuku tak akan mengalah, kata Mingyue dengan sangat yakin.

Hahaha Ibuku juga.

Mendengar itu, Jian Jian menghentikan obrolan aneh mereka berdua. Kalian ini wanita, katanya, mengingatkan.


Ketika mereka bertiga keluar dari kamar, mereka bertiga merasa terkejut dan canggung saat melihat Ziqiu datang dan membuatkan mereka sarapan seperti biasa. Tapi kali ini Ziqiu tidak mau ikut sarapan bersama mereka, dia cuma datang untuk membuatkan sarapan untuk mereka saja.

Kak Ziqiu, panggil Jian Jian, ketika Ziqiu akan pergi. Jangan marah, pintanya.

Aku tak marah, kenapa harus marah? balas Ziqiu dengan sikap seolah acuh. Lalu tepat disaat itu, Ling Xiao datang. Pacarmu datang, katanya, memberitahu sambil tersenyum ketus.


Mendengar itu, Jian Jian dan Ling Xiao sama- sama merasa tidak enak. Dan kemudian sambil tersenyum, Jian Jian mengajak Ling Xiao untuk sarapan bersama.

Distudio. Jian Jian sibuk menjelaskan kepada teman- temannya yang menelpon bahwa orang yang menulis status itu di Weibo bukanlah dirinya.

Begitu jelas itu aku? tanya Jian Jian kepada Du Juan, karena dia merasa agak capek harus menyangkal terus.

Persatuan khusus keluarga kalian ini, seluruh negeri masih ada yang lain? komentar Du Juan. Tetapi menurutku, jika itu aku, aku pasti sangat bingung. Dua kakak begitu baik, aku mau pilih siapa? gumamnya.


Zhou Miao kemudian datang. Dan dia berkomentar bahwa dia pasti akan pilih Ziqiu, karena keluarga Ziqiu sangat kaya. Walaupun Ling Xiao adalah dokter, tapi masih kalah dari anak kaya.

Mendengar itu, Jian Jian merasa sangat tidak senang dan mengabaikan Zhou Miao.


Tepat disaat itu, Du Juan mendapatkan pesan uang masuk dari bank. Itu adalah uang untuk hak cipta karya mereka. Dan Jian Jian serta Du Juan merasa sangat senang sekali.

Aku belikan sepatu edisi terbatas untukmu, janji Du Juan dengan bersemangat kepada Zhou Miao.

Terima kasih, Sayang. Tetapi menurutku kita harus pakai sebagian uang untuk promosi, kata Zhou Miao, menyarankan.

Kak, bagianku berikan padaku dulu. Aku butuh pakai, pinta Jian Jian.

Aku transfer sekarang, kata Du Juan, setuju. Tapi Zhou Miao merasa tidak senang dengan itu.


Kalian dengar kata-kataku tidak? Sepertinya kalian sungguh tak tahu pentingnya promosi, protes Zhou Miao.

Zhou Miao. Jika kelak aku dengar kau bahas ini lagi. Aku akan memecatmu, mengerti? ancam Jian Jian, kesal. Dan Zhou Miao pun langsung terdiam.



Dirumah sakit. Xixi juga membaca post yang Jian Jian tulis di Weibo, dan dengan bersemangat dia menanyai Ling Xiao untuk memastikan.

Jika aku jadi kamu, aku akan berlagak tak tahu, kata Ling Xiao, tidak senang. Karena Xixi tampak terlalu ingin tahu dan ikut campur.

Aku tak tahan, terlalu bersemangat, balas Xixi, tanpa rasa bersalah sama sekali. Pengalaman kalian terlalu menakjubkan, komentarnya.

Mendengar komentar Xixi tersebut, Ling Xiao merasa sangat tidak senang dan berbicara ketus dengan nya. Lalu diapun pergi.


Chen Ting menelpon Ling Xiao dan menanyai pertanyaan yang membuat Ling Xiao merasa agak aneh. Chen Ting menanyai, dimana toko yang menjual kue nanas didepan kampus Ling Xiao dulu. Dan Ling Xiao pun menjawab dengan baik.

Setelah itu, Ling Xiao menghubungi Meiyang untuk memastikan. Bagaimana kabar ibu? tanyanya.

Dia memang gila, bisa kenapa lagi? balas Meiyang. Tetapi masih termasuk normal. Sepertinya suasana hatinya baik. Kemarin traktir temannya makan. Hari ini pergi belanja, harta keluarga hampir habis, katanya, mengeluh.


Zhuang Bei datang ke café Ziqiu untuk menambah pelanggan sedikit supaya café Ziqiu tidak bangkrut. Dan mendengar itu, Ziqiu merasa tidak senang. Dia tidak mau mengakui kesusahannya. Dan dia tidak mau orang lain tahu kesusahannya.



Tepat disaat itu, Mingyue datang. Ah, Aku minta senior jadi konsultan hukum, kata Mingyue, menjelaskan kepada Ziqiu.

Baik, mau minum apa? tanya Ziqiu, mengerti.

Sudah pesan, latte dingin, jawab Mingyue.



Saat Ziqiu pergi untuk mengambilkan pesanan, Zhuang Bei menanyai pendapat Mingyue, kenapa Ziqiu tampak terlalu tenang setelah kemarin Jian Jian lebih memilih Ling Xiao. Dan Mingyue menjawab bahwa dia tidak tahu juga kenapa, karena tadi pagi saja Ziqiu masih datang dan membuatkan sarapan untuk mereka.

Tetapi mereka tumbuh bersama, kenapa ada perasaan itu? tanya Zhuang Bei, merasa agak penasaran.

Menurutku karena dari kecil tumbuh bersama, jadi di mata mereka tak ada orang lain, jawab Mingyue.



Disalon. He Mei dan Mrs. Luo duduk minum teh bersama sambil mengobrol. Lalu setelah mengobrolkan hal- hal biasa, Mrs. Luo menanyai, kenapa He Mei tidak mengakui Ziqiu kembali saja, karena dia melihat bahwa tampaknya Ziqiu sama sekali tidak ada membenci He Mei. Dan He Mei menjawab bahwa selama ini Li Haichao lah yang telah membesarkan Ziqiu, jadi jika dia mengakui Ziqiu sekarang, maka itu berarti dia adalah orang yang tidak tahu malu.

Tetapi saat itu kau juga karena terpaksa, meninggalkannya di sana. Demi kebaikannya, 'kan? kata Mrs. Luo, mengetahui kesulitan He Mei.

Siapa yang percaya? balas He Mei, tidak percaya diri.


Tepat disaat itu, He Mei mendapatkan telpon dari sekolah Dongdong. Guru memberitahu He Mei bahwa Dongdong mengigit murid lain, jadi dia ingin He Mei untuk segera datang. Dan He Mei langsung mengiyakan.


Disekolah. Guru memberitahu He Mei bahwa mereka sudah tidak bisa menerima Dongdong lagi ditempat mereka. Dan He Mei pun menjelaskan bahwa asalkan murid lain tidak ada merebut mainan Dongdong, maka Dongdong tidak akan menyerang orang lain.

Tetapi anak-anak ini masih kecil, masalah merebut mainan tak bisa dihindari, kata Guru, menjelaskan. Guru juga tak bisa menjaganya. Sekarang orang tua murid lain sudah sangat keberatan dengan kami. Kami harus menjamin keselamatan murid lain, jelasnya.

Benar, tetapi…” kata He Mei, merasa ragu.


Ibu Dongdong. Aku tulus memberi saran, kau seharusnya mengantar Dongdong ke sekolah khusus, kata Guru, menyarankan.

Dongdong autis bukan sejak lahir. Aku selalu membawanya ke psikiater, bela He Mei.

Aku mengerti. Setelah Dongdong sehat, bawa dia kembali lagi, kata Guru, mengusulkan. Dan He Mei merasa agak stress.



Ketika He Mei membawa Dongdong keluar dari taman kanak- kanak, Dongdong merasa agak enggan untuk pergi. Dan dengan lembut, He Mei pun menjelaskan kepada Dongdong bahwa mereka hanya pergi untuk istirahat selama dua hari saja, setelah itu mereka akan kembali lagi. Dan Dongdong mengganggukan kepalanya sebagai tanda bahwa dia mengerti.

Peluk Ibu, kata He Mei sambil mengulurkan kedua tangannya. Lalu dia mengendong Dongdong dan membawanya pergi darisana.



Setelah selesai rapat dengan klien, dan klien telah pergi. Zhuang Bei dan Mingyue kembali mengobrol. Mereka membicarakan banyak hal, mereka membicarakan tentang diri mereka dan tentang keluarga mereka.

Setelah hasil ujian jelek, dia juga tak berharap lagi. Hanya ingin aku di sisinya, menurutinya, cepat menikah, dan punya anak. Aku baru berusia 25 tahun, dia mencari pasangan untukku ke mana-mana, kata Mingyue, bercerita dengan agak mengeluh.

Kau pergi kencan buta? tanya Zhuang Bei, tertarik.

Benar, harus kuhadapi, 'kan? balas Mingyue, capek.


Ling Xiao datang menjemput Jian Jian, dan Jian Jian merasa sangat senang. Lalu mereka berjalan pulang bersama sambil bergandengan tangan dan mengobrol.


Jian Jian kemudian membawa Ling Xiao untuk melihat pohon yang dulu ditanam nya sewaktu zaman kuliah. Lihat pohon sekitar sini, semua ditanam bersamaan saat semester satu. Hanya pohonku ini paling bagus dan lebat, katanya dengan sangat bangga. Kampus kami ada tradisi, pohon yang ditanam bersama, yang tumbuh paling baik itu berarti dia sangat kuat dan beruntung. Jadi semua menganggap pohon ku sebagai pohon permohonan, jelasnya, bercerita.

Aku hanya tahu kau bisa jaga orang, tak sangka kau menjaga pohonmu sebaik ini, puji Ling Xiao, merasa bangga kepada Jian Jian.


Ling Xiao selama ini mengetahui apa saja yang Jian Jian lakukan dari Mingyue. Dia dengar dari Mingyue bahwa dimusim semi dan gugur, saat hujan tidak turun, Jian Jian selalu datang untuk menyiram sendiri pohon nya ini. Dan Jian Jian tertawa dengan bangga. Lalu Ling Xiao berniat untuk menuliskan permohonan nya dan menempelkan nya di pohon Jian Jian, seperti yang orang lain lakukan.

Dulu kau tak begini. Saat kita melihat meteor, kau bilang Kak Ziqiu kekanak-kanakan, komentar Jian Jian.

Manusia semakin besar, semakin percaya takhayul. Kau juga, 'kan? balas Ling Xiao. Dan Jian Jian menyangkal sambil tertawa.


Seluruh keluarga sehat selalu. Itulah permohonan yang Ling Xiao harapkan.




Ling Xiao kemudian tiba- tiba saja mengangkat Jian Jian, dan Jian Jian merasa sangat panik. Turunkan aku. Kampus ini akan ada petugas yang keliling, protesnya sambil memukul Ling Xiao dengan pelan.

Tahu seberapa pendek kamu? tanya Ling Xiao sambil tersenyum.

Aku tidak pendek. Aku 162 cm, balas Jian Jian, tidak terima.

Jujur saja, kata Ling Xiao.

Dan Jian Jian tertawa dengan malu- malu. Baik, 160 cm, katanya, mengaku. Kenapa jika 160 cm? Aku menghalangimu? tanyanya, heran.

Menghalangiku, jawab Ling Xiao. Lalu dia langsung mencium bibir Jian Jian dengan mesra. Dan awalnya Jian Jian merasa tertegun, tapi kemudian dia membalas ciuman Ling Xiao dengan lembut.


Direstoran. Jian Jian agak ngambek, karena Ling Xiao mengatainya pendek. Dan Ling Xiao menjelaskan bahwa tinggi badan Jian Jian membuat lehernya sakit. Dan Jian Jian pun menyuruh Ling Xiao untuk lain kali berlutut saja, dan biarkan dia yang gantian lehernya sakit. Tapi Ling Xiao menolak, karena dia hanya akan berlutut sekali saja, yaitu saat dia melamar Jian Jian.

Mendengar itu, Jian Jian merasa agak canggung dan mengubah topik pembicaraan. Makanan di sini lumayan enak, 'kan? Qi Mingyue paling suka. Saat kami masih kuliah, meski berbeda kampus. Tetapi kami berkumpul di sini, katanya, bercerita.

Rasanya lumayan, harganya juga murah, puji Ling Xiao.

Iya, 'kan? Kelak bawa Kak Ziqiu kemari, kata Jian Jian dengan bersemangat.


Ling Xiao merasa agak cemburu. Dan dia meminta Jian Jian untuk lebih menjaga jarak dengan Ziqiu ke depannya. Dan Jian Jian mengiyakan.

Kak, kelak kita di depan Kak Ziqiu juga jaga jarak, pinta Jian Jian juga. Aku takut dia tak bisa menerima dalam waktu dekat.

Biarkan saja dia tak menerima, dia atasi sendiri, kata Ling Xiao, tidak peduli.

Jangan begitu kejam, bujuk Jian Jian.

Atau kau mau ulang pilih? Memilih dia? tanya Ling Xiao, cemburu.

Kenapa kau seperti landak? komentar Jian Jian, heran.


Jika kasihan, lakukan sepenuhnya. Jangan lihat orang lain kasihan langsung berbalik, protes Ling Xiao, emosi.

Apanya yang kasihan? Kau meremehkan siapa? tanya Jian Jian, bingung.

Apa kau tak mengasihaniku? tanya Ling Xiao dengan sedih. Lalu dia pergi duluan meninggalkan Jian Jian.

Jian Jian segera mengejar Ling Xiao dan menghentikannya. Dia meminta Ling Xiao untuk jangan seperti ini. Dan Ling Xiao menjelaskan bahwa dia tahu alasan kenapa Jian Jian dan Ran putus, itu karena Jian Jian tidak serius dalam berpacaran dan hanya mencoba- coba saja. Jadi jika kali ini Jian Jian seperti itu lagi, maka dia akan menerima. Karena yang terpenting adalah selama mereka tetap bisa menjadi keluarga, itu sudah cukup baginya.

Jika tak menyukaimu, aku tak akan bersama denganmu, bentak Jian Jian, menjelaskan. Dia heran dengan sikap aneh Ling Xiao.


Jika aku tak memaksamu, kau akan memilihku? tanya Ling Xiao dengan emosi. Kau bisa hidup sendiri dengan baik. Kau punya banyak teman, aku tidak, aku tak punya. Aku harus ada kau, kau harus ada, katanya penuh penekanan.

Kak, di hidupmu tak hanya ada aku. Tak ada hal lain yang kau sukai? tanya Jian Jian, heran. Dan Ling Xiao diam. Saat di Singapura, selain jaga Bibi Chen Ting dan adik, dan juga kuliah. Apa yang kau lakukan? tanyanya, ingin tahu.


Memikirkanmu, merindukan rumah. Bermimpi…” jawab Ling Xiao, bercerita. berpikir pulang menemuimu, menikah denganmu, melahirkan anak. Sekeluarga hidup bahagia. Aku bahkan sudah memikirkan nama anak kita.

Mendengar itu, Jian Jian merasa sedih untuk Ling Xiao. Dengan erat, dia memeluk Ling Xiao dan menangis untuk nya.



Orang yang kucintai, aku melihatnya dari jauh. Dia di sana

tetap bersinar terang.

Begitu menyilaukan, begitu sempurna.

Tetapi di tempat yang aku tak tahu, dia sudah pernah dihancurkan.

Aku lebih tak tahu, seperti apa sakitnya dia di tengah malam. Dan bagaimana menemukan setiap bagian dirinya dan membuatnya sempurna kembali.

Sekarang aku mendekat, dan melihat tubuhnya penuh dengan luka.


Diapatermen. Jian Jian menanyai tentang masalah Ling Xiao kepada Mingyue, karena Mingyue selalu berhubungan dengan Ling Xiao selama ini, jadi dia mengira Mingyue setidaknya tahu sesuatu. Dan Mingyue menjawab bahwa dia tidak tahu juga. Dia menyarankan Jian Jian untuk lebih baik bertanya langsung kepada Ling Xiao saja.

Aku merasa mental kakakku bermasalah, kata Jian Jian, khawatir.

Mentalnya memang bermasalah, 'kan? komentar Tang Can.

Telingamu tajam juga, kata Mingyue, terkejut. Karena Tang Can duduk di ruang tamu. Sedangkan dia dan Jian Jian mengobrol diruang makan.

Dengar di zaman ini jika mentalmu tak bermasalah, kau keluar pun malu untuk berbincang dengan orang, kata Tang Can, berkomentar.



Tetapi kenapa aku merasa mental Kak Ziqiu yang lebih bermasalah? Dia pasti terpukul saat kau memilih Ling Xiao, komentar Mingyue. Tadi saat pulang, aku bertemu dengannya, seluruh badannya bau alkohol, katanya, memberitahu.

Saat kau pulang, dia baru pulang? tanya Jian Jian, ingin tahu.

Benar. Hari ini aku ke kafenya, kuajak kakak korban kekerasan rumah tangga dan senior Zhuang Bei untuk konsultasi hukum. Tetapi sore hari dia sudah tak di sana. Karyawan bilang, bisnisnya kurang baik, kata Mingyue, bercerita dengan hati- hati.


Didalam kamar. Jian Jian diam dan merenung. Lalu dia menghubungi Ayahnya untuk mengobrol.


Li Haichao heran, kenapa Jian Jian menelponnya malam- malam begini. Dan Jian Jian merasa agak ragu untuk bercerita.

Kenapa menjaga rahasia dariku? tanya Li Haichao, geli. Dia sedang sibuk memakai koyo untuk punggung nya yang sakit. Jadi, untuk apa meneleponku? tanyanya.

Aku perlu semangat untuk menghadapinya. Aku butuh semangat dari Ayah, jawab Jian Jian dengan serius.



Mendengar itu, Li Haichao tertawa. Kau masih butuh semangat dariku? Kau sendiri adalah penyemangat, 'kan? Kami semua selalu mendapat semangat darimu.

Aku sudah tak bersemangat lagi, balas Jian Jian dengan lemas.

1 Comments

  1. 💕💕💕💕terkendala sinyal e skali update byk

    ReplyDelete
Previous Post Next Post