Sinopsis C-Drama : I Don’t Want to Be Friends with You Episode 09

 

Sinopsis C-Drama : I Don’t Want to Be Friends with You Episode 09


Qingtong dan Jinbu lagi-lagi bertengkar. Kali ini, karna Jinbu mau liburan melihat aurora. Tentu saja itu hal mustahil apalagi ini bulan Mei dan musim panas, mau lihat aurora dimana?! Jinbu bersikeras kalau tv bilang bisa melihat aurora. Dengan kesal, Qingtong menyuruhnya menonton saja di TV.


“Aku ingin pergi melihat aurora!” teriak Jinbu, keras kepala.

Episode 09

-Aku baru tahu bulan Mei tahun itu ada aurora-


 Ada syarat yang harus dipenuhi sama Qingtong kalau mau dia mengajarinya. Yaitu, Qingtong harus menghafal buku catatan yang sudah dibuatnya, khusus untuk Qingtong sebanyak 75 halaman. Isi catatan itu adalah semua mata pelajaran. Jika Qingtong bisa menghafalnya, dia akan membimbing Qingtong hingga ujian masuk universitas.



Qingtong bergumam kecil kalau 75 halaman itu terlalu banyak. Tapi, dia juga tidak mau menyerah begitu saja.

--



Dan akhirnya, buku itu sudah seperti jimat bagi Qingtong. Dia terus membawanya kemana saja, bersamanya. Dia akan menghafal semua isi buku itu.

--




Hubungan Jinbu dan Duan Xiao semakin dekat. Dia semakin sering main ke hotel Mudan dan membantu Duan Xiao membersihkan hotel. Semakin sering bersama Jinbu, semakin Duan Xiao menyukainya. Karna itu juga, dia memberanikan diri mengajak Jinbu pergi tanggal 01 Mei ke kota Mohe. Kota yang terletak paling utara dari Tiongkok.

Jinbu menolak pergi. Alasannya karna daerah di sana terlalu dingin. Duan Xiao membenarkan, tapi walau dingin, mereka bisa melihat aurora. Di Tiongkok, hanya di sana mereka bisa melihatnya.  Jinbu jadi semangat. Dari kecil, dia sangat ingin melihat aurora. Jadi, dia tidak ingin menyiakan kesempatan ini.  Dia mau pergi!

--



Karna akan pergi bersama Duan Xiao, Jinbu mulai mengemas baju-bajunya. Qingtong jadi iri karna dia juga belum pernah melihat aurora dan ingin ikut. Jinbu dengan senang hati mengizinkannya pergi. Tapi, Qingtong menolak karena dia ingin fokus belajar sekarang. Dia harus menepati janji dan menghafal buku catatan Zhixun.

Sebagai ganti tidak bisa pergi, Qingtong meminta Jinbu untuk membuat permohonan mewakilinya jika melihat aurora. Dia berharap orang tuanya sehat selalu dan panjang umur. Dia juga berharap dapat terus bersama dengan Jinbu.

--



Duan Xiao sangat antusias mau pergi ke kota Mohe. Dia bahkan sampai meminjam mantel bulu paling tebal dan sepatu bulu ibunya. Tentu saja, itu untuk Jinbu yang nggak tahan dingin.

--


Qingtong menunjukkan Jinbu, baju dress yang tidak pernah dipakainya. Dia memberikan baju itu untuk Jinbu pakai saat melihat aurora. Jinbu menolak karna dia nggak nyaman pakai rok.



Bukan hanya Qingtong yang baik, tn. Li juga baik. Dia tahu kalau Jinbu akan pergi ke Kota Mohe sama Duan Xiao, jadi dia meminjamkan Jinbu topi bulunya. Topi itu bisa membuatnya merasa hangat dari atas sampai bawah. Jinbu langsung mencobanya dan sangat menyukainya.


Bukan hanya itu, tn. Li juga memberikan uang 100 yuan untuk Jinbu. Dia bilang kalau uang itu dari Ny. Li untuk perbekalan Jinbu di sana. Jinbu tentu merasa nggak enak menerima uang itu. Dia tidak bisa menerimanya. Lagian, uang angpao-nya juga belum habis. Tiket juga sudah di belikan, jadi dia tidak membutuhkan uang sama sekali. tn. Li tetap bersikeras menyuruh Jinbu menerimanya untuk jajan di sana. Karna tn. Li sudah memaksa, maka Jinbu menerimanya.

Bukan hanya tn. Li, Qingtong pun memberikan uang tabungannya 100yuan. Keluarga Li benar-benar baik pada Jinbu.

--



Hari H,

Pagi-pagi, Duan Xiao sudah datang untuk menjemput Jinbu. Dia juga membawakan syal dan menyuruh Jinbu memakai pakaian yang tebal. Itu karna Duan Xiao tahu kalau Jinbu nggak tahan dingin, sementara kota Mohe adalah kota terdingin. Jadi, lebih baik Jinbu memakai pakaian yang tebal. Semakin teba, semakin bagus.

--



Di dalam kereta,

Duan Xiao benar-benar menikmati waktunya bersama Jinbu. Dia juga membelikan snack di kereta untuknya.

Sialnya, malah terjadi masalah. Terjadi hujan salju lebat di kota Mohe dan rel kereta tertutupi salju hingga kereta tidak bisa di perbaiki. Kalau mau tetap ke sana, harus menunggu perbaikan rel dulu. Masalahnya, pihak kereta juga tidak tahu kapan perbaikan bisa selesai.


Untuk sementara, Duan Xiao menyarankan Jinbu agar mereka meningap terlebih dahulu di sini. Dia juga sudah menelpon ayahnya yang bekerja sebagai tentara di kota Mohe dan ayahnya menyuruh mereka untuk langsung pulang besok pagi. Jinbu jadi kecewa.

Duan Xiao tiba-tiba curhat kalau sudah 3 tahun dia tidak bertemu dengan ayahnya. Setiap kali ayahnya mau pulang, selalu ada tugas mendadak. Mendengar cerita itu, Jinbu jadi berempati dan berusaha menghiburnya.




Sambil makan mie cup, Duan Xiao mengajak Jinbu berbincang. Dia mau tahu kenapa orang tua Jinbu tidak mengurus Jinbu? Jinbu menjawab kalau ibunya bahkan tidak bisa menjaga diri sendiri.

Dan yang lagi di bicarakan, Qingtong lagi belajar di perpustakaan bersama Zhixun.

--



Esok hari.

Hujan salju sudah berhenti turun. Dan yang sangat tidak di sangka, ayah Duan Xiao datang ke stasiun untuk menemui Duan Xiao. Duan Xiao tentu sangat bahagia hingga menetekan air mata.  Ayah pun bahagia bisa melihat putranya sekian lama.

Keduanya saling meluapkan rindu. Duan Xiao kemudian mengeluarkan sweater dan celana rajut dari dalam tasnya. Sweater dan celana rajut itu adalah buatan Mudan untuk suaminya. Dan sekarang, Duan Xiao menyerahkannya pada ayahnya. Bukan hanya itu, ada banyak sekali hadiah untuk ayahnya.



Jinbu juga ikut berbincang bersama ayah Duan Xiao. Duan Xiao sangat senang karna Jinbu bisa akrab dengan ayahnya.


Dan akhirnya, tiba saatnya mereka harus berpisah. Walau hanya sebentar bertemu dengan ayahnya, hal itu sudah bisa membuat rasa rindu yang selama ini Duan Xiao rasakan, terluapkan.

--



Dalam perjalanan pulang, di kereta, Jinbu menanyakan, apakah benar kalau di bulan Mei bisa melihat aurora? Duan Xiao malah menjawab : ‘mungkin’. Jinbu langsung sadar kalau dari awal Duan Xiao udah membonginya dengan bilang ada aurora.

“Aku akan menjadi auroramu. Mengabulkan seluruh permintaanmu,” ujar Duan Xiao.

Ini pertama kalinya aku naik kereta hijau.

Pertama kalinya melihat salju di bulan Mei.

Pertama kali merasakan, ternyata keluarga yang kurang kasih sayang juga bisa begitu hangat.

Sayang sekali, kita tidak melihat aurora.

Namun, setelah bertahun-tahun, aku baru tahu, bulan Mei tahun itu, beneran ada aurora di sini.

--


Begitu tiba di rumah, Jinbu menceritakan pada Qingtong mengenai pertemuannya dengan ayah Duan Xiao. Menurutnya, ayah Duan Xiao sangat keren dan dia berharap bisa mempunyai ayah seperti ayah Duan Xiao. Qingtong tidak mau kalah dan memuji kedua orangtuanya yang juga tampan dan cantik saat masih muda dulu.

Dari saling membahas tampang orang tua, mereka malah jadi saling mengejek fisik masing-masing. Wkwkw.

--



Dan waktupun berlalu tanpa terasa. Sebentar lagi, tanggal 01 Juni akan di adakan festival olahraga. Guru Wu mengumumkan kalau setiap orang setidaknya harus mendaftar satu bidang. Fan Pang bingung karna dia kan cukup gemuk, jadi tidak begitu bisa olahraga. Tidak di sangka, Guru Wu malah menyarankan agar dia ikut olahraga lempar cakram atau tolak peluru.

Eh, Ba Dan malah mau memanfaatkan kesempatan. Dia beralasan akan mengikuti 3 cabang olahraga nantinya, jadi dia akan sibuk latihan dan tidak ada waktu untuk mengerjakan tugas. Guru Wu langsung memerintahkan Da Mao untuk mengecualikan Ba Dan dari ikut serta lomba. Khusus hanya untuk Ba Dan.

--



Begitu jam istirahat, Zhixun menemui Guru Wu. Dia tidak ingin mengikuti lomba olahraga apapun. Alasannya karna dia tidak tertarik dan tidak punya waktu. Guru Wu sedikit kecewa mendengar alasannya, jadi dia memberikan sedikit nasehat. Dia tahu kalau Zhixun selalu unggul dalam mata pelajaran apapun dan hal itu membuatnya sebagai wali kelas merasa bangga. Tapi, itu pandangannya dari sisi wali kelas.


Jika dia melihat dari sisi saudara atau teman Zhixun, dia akan bertanya, bukankah masa remaja yang Zhixun lewati agak monoton? Dia juga dengar kalau ayah Zhixun adalah mahasiswa pascasarjana di universitas terkenal, kan? Zhixun membenarkan dan menambahkan kalau ayahnya hampir menjadi profesor. Guru Wu menceritakan mengenai ayahnya dan masa kecilnya. Karna ayahnya harus selalu berpindah kota karna pekerjaan, dia juga terus menerus pindah sekolah dan itu membuatnya tidak mempunyai banyak teman. jadi, melihat orang yang mempunyai teman akrab, dia merasa iri. Inti dari nasehatnya, adalah dia ingin Zhixun tidak menyia-nyiakan masa sekarang. Nikmatilah. Jangan sampai seperti dia, menyesali karna tidak menikmati masa sekolahnya.

--




Da Mao mulai melakukan tugasnya, mencatat nama semua siswa dan bidang lomba olahraga yang akan mereka ikuti nantinya. Fan Pang di daftarkannya ikut lempar cakram. Fan Pang awalnya menolak, tapi karna Da Mao memintanya bekerja sama karna tidak ada yang mendaftar di cabang itu, maka Fan Pang pun mengalah. Sementara Ba Dan, di daftarkan untuk mengikuti lompat tinggi.

Jinbu mendaftar di lomba estafet 400m. Dia merasa kalau larinya lumayan cepat. Sementara Duan Xiao ikut lomba lari gawang. Qingtong yang tidak ahli olahraga juga bingung mau mendaftar apa. Da Mao menyuruhnya ikut lomba lari 5000m, karna hanya itu yang tersisa. Qingtong ragu bisa menyelesaikan lomba itu, jadi dia nanya, kalau di tengah jalan dia menyerah, apa dia bisa menyelinap pergi? Da Mao menjawab kalau Qingtong nggak ada rasa malu, dia bisa pergi kapanpun. Qingtong langsung setuju.



Qingtong berusaha mengajak Zhixun untuk ikut lomba yang sama dengannya. Mereka tidak perlu menang dan bisa berlari-lari kecil saja. Tapi, ajakannya malah di abaikan sama Zhixun Zhixun bahkan memilih keluar kelas.

Qingtong segera mengejarnya. Dia berusaha membujuk Zhixun agar mau ikut lomba olahraga. Alasannya sederhana, hanya ingin Zhixun sedikit bahagia. Dia menyadari kalau Zhixun selalu sendirian dan pasti tidak merasa bahagia. Dia tidak ingin Zhixun selalu sendirian. Jadi, dia berharap Zhixun mau mengikuti satu perlombaan. Hanya satu lomba.


Zhixun masih terlihat ragu. Qingtong akhirnya mengajaknya bertaruh. Yang kalah, harus mentraktir BBQ.

“Kalau begitu, kau bisa juara pertama tidak?” tanya Zhixun.

“Juara pertama?” ragu Qingtong.

“Tiga terdepan. Tiga terdepan juga termasuk menang,” tambahkan Zhixun.


Qingtong menyanggupi. Zhixun tidak lagi punya alasan untuk menolak. Jadi, Qingtong segera menariknya ke kelas dan mendaftarkan Zhixun untuk ikut lomba tarik tambang.

--


Saat jam olahraga, guru olahraga memberitahu kalau semuanya akan berlatih sesuai perlombaan masing-masing yang diikuti. Xuewei segera mengangkat tangan dan memberitau kalau dia tidak bisa ikut olahraga hari ini. Guru olahraga mengerti dan menanyakan siapa lagi yang tidak bisa olahraga? Seorang siswi langsung melangkah maju. Jadi, guru olahraga mengizinkan mereka nggak olahraga dan hanya membantunya mencatat nama.

Ba Dan jadi iri. Dia penasaran dan nanya sama Fan Pang, kenapa Xuewei dan siswi itu nggak bisa olahraga?

“Bernasib sial,” jawab Fan Pang (maksudnya, Xuewei dan siswi itu sedang datang bulan).

Tapi, Ba Dan beneran nggak tahu maksudnya dan nanya ke Duan Xiao. Duan Xiao juga nggak nyaman ngejelasinnya, jadi dia menyuruh Ba Dan untuk tidak terus bertanya mengenai urusan perempuan. Ba Dan beneran nggak ngerti dan dengan pedenya, mengangkat tangan dan melapor kalau belakangan ini dia juga sial, jadi boleh nggak berlatih?

Pertanyaan itu mendapat tawa dari semua siswa dan amarah dari guru Olahraga.

--



Saat sesi istirahat, Qingtong mendekati Zhixun dan mengajaknya berbincang. Dia membicarakan mengenai idolanya, Wang Leehom, yang baru-baru ini merilis album baru. Dia juga menanyakan siapa arti kesukaan Zhixun? Dan lagi-lagi, Zhixun hanya menanggapi dengan dingin. Dia hanya menjawab singkat, “tidak ada.”

--


Jam pulang sekolah, Qingtong masih sibuk mempelajari catatan Zhixun padahal semua siswa udah pulang. Semua teman-temannya mengajaknya pulang, tapi Qingtong menyuruh mereka untuk tidak berisi. Buku itu, benar-benar udah seperti buku keramat bagi Qingtong. Dia tidak mengizinkan siapapun untuk menyentuhnya.

--



Zhixun tidak langsung pulang ke rumah. Dia mampir di toko yang menjual majalah, kaset dan alat tulis. Di saat dia menunggu bukunya di ambilkan petugas, dia pergi melihat ke stan kaset. Dia mengambil sebuah kaset Wang Leehom.

--


Hari ini, Xuewei datang ke sekolah dengan mengenakan dress. Banyak siswi yang tertarik  pada dress cantik yang di gunakannya.



Tapi, tentu saja, ada yang merasa iri. Dan itu adalah Qingtong dengan Fan Pang. Pas di toilet, mereka mengejek cara Xuewei saat menjawab pertanyaan mengenai dress-nya. Jinbu juga ikut-ikutan.

Eh, tidak di sangka, Xuewei ternyata ada di salah satu bilik toilet. Semua langsung mati kutu saat Xuewei mendadak keluar dan mengejek mereka yang tidak bisa membeli dressnya. Xuewei beneran cool dan tidak peduli walau mereka menjelek-jelekannya. Dia malah merasa kalau mereka kekanak-kanakan.

--



Demi memenuhi janji sama Zhixun, Qingtong pulang dengan berlari. Ini demi persiapannya menghadapi lomba lari 5000m. Jinbu ikut berlari bersamanbya. Dia beneran kagum dengan tekad Qingtong.

--



Hari H, 01 Juni,

Junhe tiba-tiba saja menemui Qingtong dan menanyakan lomba apa yang diikutinya. Dengan ketus, Qingtong menjawab kalau dia ikut lomba lari 5000 meter. Junhe tertawa mendengarnya. Dan yang tidak di sangka, dia malah menyodorkan minuman susu untuk Qingtong. Qingtong menerimanya tanpa ragu.


Junhe melihat cokelat yang ada di tangan Qingtong dan ingin mengambilnya. Tapi, Qingtong menghalangi dan dengan mata berbinar bilang kalau cokelat itu untuk Zhixun. Junhe beneran nggak bisa menyembunyikan rasa cemburunya. Saking cemburunya, dia merebut kembali susu yang sudah di berikannya. Sayangnya, di mata Qingtong, Junhe itu hanyalah orang bermasalah yang aneh.



Sebelum lomba di mulai, Guru Yang mengumpulkan semua siswa/I di lapangan untuk mendengarkan pidatonya. Selama guru Yang pidato, Qingtong hanya sibuk menghafal isi buku catatan Zhixun. Dia beneran bekerja keras.


Setelah pidato selesai, lomba resmi di mulai. Sebelum Zhixun ikut lomba tarik tambang, Qingtong memberikannya coklat. Zhixun menerimanya dan bahkan langsung memakannya.



Lomba pertama yang kelas Guru Wu hadapi adalah lomba tarik tambang. Dan lawan yang mereka harus hadapi adalah kelas 3-1, kelasnya Junhe. Sebelum lomba di mulai, Zhixun menyampaikan strateginya agar mereka bisa menang. Jadi, siswa pria yang tinggi akan berdiri paling depan, siswi perempuan di tengah dan siswa pria yang tingginya standar di belakang. Semua setuju tanpa protes dengan strategi yang Zhixun sampaikan.




Lomba tarik tambang dimulai dan berlangsung cukup sengit. Kelas Guru Wu hampir menang, tapi tiba-tiba saja, Da Da dan Xiaohuo yang adalah penonton, berbuat curang. Mereka ikut membantu menarik tarik tambang dan sontak membuat kelas Guru Wu jadi kalah. Zhixun yang melihat kecurangan mereka, segera berteriak pada wasit, melaporkan.



Wasit meniup peluit, menghentikan perlombaan. Zhixun melaporkan dengan emosi kalau kelas 3-1 menambah orang. Junhe tidak terima. Akhirnya, malah terjadi pertengkaran antara Zhixun dengan Junhe. Duan Xiao yang berusaha menghentikan juga terkena pukulan.

Suasana menjadi sangat kacau.

 

Post a Comment

Previous Post Next Post