Original
Network : Channel 7
Singkorn mengingat saat pertama kali dia
melihat Net.
Flash back
Dulu Singkorn hanyalah seorang karyawan biasa
saja. Disaat itu, dia tanpa sengaja melihat Paramee dan Net yang sedang
bermesraan.
Melihat kecantikan Net, Singkorn merasa
terpesona dan jatuh cinta pada pandangan pertama padanya.
Seorang rekan memergoki Singkorn yang sedang
menatap secara diam- diam ke arah Net. “Oh. Khun
Net benar- benar cantik. Aku cemburu pada president. Kamu setuju kan?” komentarnya. Tapi Singkorn hanya diam saja.
Dengan heran, si rekan melambaikan tangannya
didepan wajah Singkorn. Tapi Singkorn tetap diam dan tidak bereaksi. Karena dia
terlalu terpesona kepada kecantikan Net.
“Bangun,
kawan. Karyawan seperti kita, untuk dekat dengan president saja sudah sulit.
Hanya pikirkan tentang bonus akhir tahun saja, itu cukup. Ingat it, kawan,” kata si rekan, menasehati Singkorn sambil
tertawa.
Flash back end
“Segera,
orang yang didekati Khun Net adalah aku,” gumam
Singkorn, sangat terobsesi untuk mendapatkan Net.
Seorang kenalan Singkorn yang kebetulan
datang ke bar, ketika dia melihat Singkorn, dia langsung mendekatinya.
“Bagaimana
kabarmu?” tanya si kenalan. “Jika kamu
punya kerjaan untukku, biarkan aku tahu,” katanya penuh harap.
“Ya. Jika aku punya pekerjaan, kamu akan
menjadi orang pertama yang aku pikirkan,” balas Singkorn, mengiyakan.
“Dengan senang hati, Singkorn,” kata si kenalan. Lalu diapun pamit dan pergi.
Dr. Kashane
datang dan memeriksa kondisi tubuh Paramee. Hasilnya semuanya baik- baik saja,
juga Paramee sudah boleh bekerja lagi. Mengetahui itu, Nai merasa senang
sekali. Sedangkan Net berpura- pura senang. Lalu disaat itu, Singkorn datang.
“Kamu akan kembali bekerja?” tanya
Singkorn, terkejut. Tapi dia tidak terlalu menunjukkan rasa terkejutnya.
“Benar. Kamu senang kan? Aku akhirnya bisa
kembali bekerja. Juga aku pikir, aku sudah terlalu lama beristirahat,” jawab
Paramee, membenarkan.
“Haha… para karyawan akan sangat senang,” kata
Singkorn sambil tersenyum terpaksa.
Keesokan
harinya. Melihat Gina tumben datang pagi, para karyawan menyindirnya. Dan
sambil sibuk berdandan, Gina memberitahu bahwa hari ini Paramee akan kembali
bekerja, jadi sebagai karyawan yang baik dia harus datang tepat waktu.
Didekat
lift. Paramee dan Paul bertemu. Dengan ramah, Paramee menyapa Paul, karena dia
masih ingat kalau Paul yang telah menyelamatkannya hari itu. Dan dengan rendah
hati, Paul mengiyakan, lalu dia mengucapkan selamat karena Paramee sudah bisa
kembali bekerja.
“Kamu adalah orang pertama yang aku pikirkan,
karena tanpamu, aku tidak akan bisa hidup untuk mengenali saat- saat bahagia,” kata
Paramee dengan tulus. Lalu dia menyentuh bahu Paul. “Kamu bisa
dianggap sebagai orang yang penting didalam hidupku juga.”
Mendengar
itu, Paul tersenyum senang.
Tiba- tiba
para wartawan datang dan memaksa masuk ke dalam perusahaan. Melihat itu,
Paramee menanyai Singkorn, apa yang terjadi. Dan Singkorn menjawab bahwa dia juga
tidak tahu.
“Khun Paramee, menurut seseorang yang
mengambil bukti dari kecelakaan di tambang, perbaruan kontrak tidak transparan,
apa itu benar?” tanya
wartawan 1.
“Dan cabang bisnis diluar negri, investasinya
dibatalkan, apa itu benar?” tanya wartawan 2.
“Tunggu, tenang dulu,” pinta
Paramee. “Itu hanya
rumor saja. Aku tegaskan disini bahwa itu tidak benar,” jelas nya.
Disamping.
Singkorn memberikan kode kepada salah satu wartawan. Lalu wartawan iu pun
berbicara. “Copy-an
dokumennya ada dikirim kepada kami.”
Mendengar
itu, Paramee merasa terkejut dan heran.
Ternyata
beberapa dokumen dalam perusahaan telah tersebar di Internet. Mengetahui itu,
Paramee merasa pusing.
Paul menarik
Patcharee yang berada didekatnya ke arah Nai dan Paramee. “Khun Nai,
bawa Ayahmu ke atas,” katanya, menyarankan. Lalu dia mendorong
Patcharee ke hadapan para wartawan. “Permisi, tidak akan ada perntanyaan yang akan
dijawab hari ini. Tapi jika kamu ingin tahu tentang perusahaan, tanya orang
ini,” katanya.
Setelah
mengatakan itu, Paul langsung ingin mengikuti Nai dan Paramee. Tapi Singkorn
menghentikannya.
Singkorn
tidak senang, karena Paul muncul serta tiba- tiba ikut campur. Dan Paul
membalas bahwa dia hanya melakukan apa yang harus dia lakukan.
“Menurutku kamu mencoba mengambil keuntungan,” komentar
Singkorn, ketus.
Paul merasa
geli dan tertawa. “Tampaknya
otakmu hanya bisa berpikir begitu,” sindir nya.
Dengan
kesal, Singkorn ingin memukul Paul. Tapi mengingat masih ada para wartawan disekitar,
diapun menahan dirinya.
Paramee merasa
stress dan kesal dengan orang yang telah membocorkan masalah perusahaan ke
media. Dengan khawatir, Nai menanyai, kenapa Paramee tidak memberitahu nya
bahwa ada banyak masalah di perusahaan. Dia baru tahu, katena masalah ini
tersebar di Internet. Dan Paramee menyarankan Nai untuk tidak perlu
mengkhawatirkan ini.
Kemudian
disaat itu, Paul datang. “Para wartawan sudah pergi,” lapornya.
“Terima kasih banyak Paul,” balas
Paramee. “Mari tunggu
sampai ini selesai, lalu kita akan bicarakan tentang kamu secara resmi
membantuku. Kita akan membicarakan detailnya lain kali,” jelas nya.
Mendengar
itu, Nai merasa terkejut. Begitu juga dengan Paul, karena dia sama sekali tidak
menyangka kalau Paramee akan mempromosikannya.
“Kamu akan membiarkan Paul membantumu?” tanya Nai,
setelah Paul pergi.
“Iya. Sekarang aku memerlukan seseorang yang
berbakat dan setia seperti Paul untuk membantu kita,” jawab
Paramee, menjelaskan.
Patcharee
datang ke rumah Paul dengan perasaan dipenuhi rasa emosi. Dan Dr. Kashane merasa
sangat heran sekali ada apa.
“Untuk menemukan bukti jika dia orang yang
membocorkan berita ke media untuk membahayakan perusahaan atau tidak!” kata
Patcharee, menjelaskan alasan kedatangannya.
“Aku pikir kamu salah paham,” balas Dr.
Kashane, menenangkan Patcharee.
“Salah paham? Dokter, kamu begitu naif dan
bodoh! Kamu tidak tahu apapun tentang temanmu. Tapi aku tahu dan sudah melihat
banyak hal yang berhubungan dengan temanmu!” balas Patcahree. Lalu dia mendorong Dr.
Kashane yang menghalangi jalannya.
Ketika
Patcahree baru menaruh kakinya ke anak tangga untuk naik ke atas. Dr.Kashane
langsung menariknya. Tanpa sengaja Patcharee pun tergelincir dan terjatuh ke
dalam pelukan Dr. Kashane. Lalu dengan sama- sama terkejut mereka terdiam serta
saling menatap satu sama lain.
Tepat disaat itu, Paul pulang. Dan dengan panik, Patcharee dan Dr. Kashane langsung saling berjauhan.
Lalu dengan
ketus, Patcharee langsung menuduh Paul. Dan Paul menasehati Patcharee untuk
jangan sembarangan menuduh. Sebelum Pactharee meluap emosinya, Dr. Kashane
langsung menghentikan dan menenangkannya.
“Tentang membahayakan nama perusahaan, tunggu
sampai aku menemukan lebih banyak bukti. Aku tidak akan mengampuni mu,” kata
Patcharee, memperingatkan Paul. Lalu dia pergi.
Dr. Kashane
mengikuti Paul sampai ke dalam kamar. “Kamu tidak terlibat dalam berita yang
tersebar itu kan?” tanyanya.
“Kamu kira aku berbohong padamu?” balas Paul.
“Aku tidak tahu. Kamu punya terlalu banyak
rahasia,” gumam Dr.
Kashane.
“Kamu punya rahasia juga,” balas Paul.
Dengan
polos, Dr. Kashane menjelaskan bahwa dia sudah berjanji kepada Patcharee. Dan
Paul menyarankan Dr. Kashane untuk jangan terlibat. Lalu dia berjanji bahwa
suatu hari dia akan memberitahu Dr. Kashane.
Paramee
menerima rencana dari Singkorn, dan lalu dia menunjukkannya kepada Net. Dia
menjelaskan bahwa dia sedang mempertimbangkan ide Singkorn untuk menerima
investor, tapi dia baru akan memutuskannya pada saat sidang dewan direksi
nantinya.
Net sama
sekali tidak terlalu peduli dengan itu, jadi dia mengiyakan begitu saja. Lalu
dia menanyai tentang Paul. “Nai bilang kamu akan membiarkan Paul untuk
membantumu?” tanyanya.
“Benar. Aku akan memanggil dia hari ini untuk
mendiskusikan itu. Bagaimana menurutmu?” balas Paramee, menanyai pendapat Net.
“Terserah kamu,” jawab Net dengan sikap acuh, kepadahal
sebenarnya dia merasa senang. “Jika kamu memiliki orang berbakat yang bisa
membantumu, bukankah itu hal bagus?”
Tepat disaat
itu, Singkorn datang untuk melaporkan hal penting kepada Paramee. Dan melihat
wajah panik Singkorn, Paramee merasa heran ada apa.
Gina
mendekati Paul dan memanggilnya. “President ingin bertemu denganmu secara
pribadi,” katanya,
memberitahu.
Mendengar
itu, para karyawan mengira Paul dipanggil untuk menerima kabar baik. Jadi
mereka semua memberikan selamat padanya.
Dengan
senang, Paul menemui Paramee. Dia mengira Paramee ingin membicarakan tentang
promosinya. Tapi ternyata Paramee malah ingin memukulnya. Dan dia merasa sangat
terkejut serta tidak mengerti ada apa.
“Aku tidak ingin mempercayai bahwa kamu akan
berani melakukan ini! Kamu benar- benar berwajah dua Paul!” teriak
Paramee.
“Demi uang, kamu menghancurkan image Crown
Diamond?” ejek
Singkorn.
“Jangan fitnah,” balas Paul.
“Aku tidak pernah menfitnah siapapun,” kata
Singkorn, penuh percaya diri.
Paramee
mengambil bukti yang Singkorn berikan padanya. Dan dia melemparkan itu kepada
Paul. Dengan bingung, Paul membaca kertas yang di lemparkan padanya.
Flash back
“Apa kamu sudah lihat bukti yang disebarkan
dimedia dan membahayakan perusahaan, itu semua menunjuk Paul,”kata orang
ditelpon.
“Kerja bagus,” puji Singkorn, puas.
Flash back
end
Mendengar
itu, Paul teringat bahwa baru- baru ini Bagian IT ada mengupdate sofware baru
di komputer semuanya.
“Aku juga menemukan bahwa kamu ada
memperkerjakan beberapa wartawan untuk memperbesar masalah. Dan wartawan itu
sudah mengaku,” kata
Singkorn.
“Paul,” kata Net, tidak berpihak kepada Paul.
“Aku tidak pernah menyangka bahwa aku akan
begitu bodoh. Bodoh untuk tidak bisa mengenali orang seperti ini. Semuanya
dulu, itu hanya akting kan? Kamu beritahu aku, untuk siapa kamu bekerja?” tanya
Paramee.
“Aku tidak perlu bekerja untuk siapapun,” balas Paul,
sangat kecewa dan emosi kepada Paramee.
Berita tentang
Paul dipecat ditempel di dinding perusahaan. Membaca itu, Nai langsung berlari
untuk menemui Paul.
Polisi datang dan menangkap Paul. Dengan kecewa, Paul menatap Paramee. Lalu dia mengikuti para polisi.
Paul
berjalan lurus dan menatap lurus ke depan dengan ekspresi keras kepala,
mengabaikan Nai yang datang ke arahnya.
Ketika Paul
berjalan melewatinya begitu saja, Nai menatapnya dengan perasaan berkecamuk.
“Semua bukti sudah jelas. Tidak ada salah
orang. Semua yang terjadi dulu, itu pasti karena Paul,” kata
Patcharee dengan sangat yakin kalau Paul adalah orang yang jahat dan bersalah. “Penipu seperti
Paul memang harus ditangani seperti ini.”
“Tapi aku masih ingin mendengar dari mulutnya, apa dia benar- benar melakukan itu atau tidak,” balas Nai.
Didalam
penjara. Paul duduk merenung. Lalu Paman datang menemuinya. “Bagaimana
ini bisa menjadi seperti ini Paul?” tanyanya.
“Aku minta maaf Paman,” balas Paul,
merasa malu.
“Kita perlu bicara.”
Ketika Nai
datang ke penjara, dia terkejut karena ternyata seseorang sudah datang untuk
membebaskan Paul.
“Apa Khun Paramee sudah membuat keputusan,
Khun Singkorn?” tanya Pong.
“Tunggu saja kabar baiknya Khun Pong. Khun
Paramee sekarang sedang mencari perusahaan untuk join bisnis bersama. Aku akan
membuat dia memilih bos perusahaan mu,” jawab Singkorn dengan yakin. “Oh ya,
bagaimana kesepakatan kita?” tanyanya.
“Jangan khawatir. Jika Boss ku bisa memegang
saham Crown Diamond, dia hanya memperdulikan keuntungan saja. Untuk masalah
kekuasaan management, dia akan memberikan itu kepada orang lain. Seperti kamu,” balas Pong.
Mendengar itu, Singkorn merasa sangat puas.
Ketika Net
menelpon Singkorn dan mengajak nya untuk bertemu, Singkorn langsung datang menemuinya.
“Berita yang tersebar yang membahayakan
perusahaan, itu kamu yang lakukan kan. Mengapa? Kamu takut bahwa Khun Paramee
tidak akan banyak menjual sahamnya?” tanya Net secara to the point.
“Iya,” jawab Singkorn, mengakui.
“Mengapa kamu membuat Paul menjadi kambing
hitamnya?” tanya Net,
tidak senang.
“Kamu marah karena Paul ditangkap seperti ini?” balas
Singkorn, cemburu. “Kamu mungkin kehilangan dia, tapi yang kamu
dapatkan sebagai gantinya lebih daripada itu. Jika Khun Paramee menjual
sahamnya, kekuasaan akan menjadi milikku. Dan aku akan mendorongmu untuk
menjadi president perusahaan,” jelasnya, memberikan sesuatu yang menggoda
kepada Net.
“Apa?”
“Mimpi kita akan menjadi kenyataaan. Aku akan
memiliki kekuasaan. Segala yang Suriyakan miliki akan menjadi milikmu. Segera,
kita akan bisa bersama,” jelas Singkorn. Dan Net merasa tergoda. “Untuk Paul,
lupakan dia. Terserah dia mati atau hidup, jangan pedulikan dia,” tegasnya.
Mendengar
itu, Net pun berhenti membela Paul.
Nai datang
menemui Dr. Kashane untuk mencari tahu dimana dia bisa mencari Paul. Dan Dr.
Kashane pun memberitahu Nai.
Dr. Kashane
marah kepada Patcharee, karena Patcharee telah melanggar janji. Patcharee
berjanji bahwa Patcahree tidak akan memberitahu Nai tentang hubungannya dengan
Paul. Tapi Patcahree malah memberitahu Nai.
“Gimana lagi.
Temanmu menyebabkan masalah besar. Aku hanya mengingatkan Khun Nai betapa
liciknya temanmu!” kata Patcharee,
membela diri.
Dengan
bingung, Dr. Kashane menanyai, apa yang sebenarnya terjadi.
Nai datang
menemui Paul. Dan Paul tidak senang melihatnya. “Apa kamu datang untuk memasukkan ku ke
penjara lagi?” tanyanya,
ketus.
“Jika kamu benar- benar melakukannya, aku akan
melakukan itu. Tapi jika kamu tidak melakukannya…”
Sebelum Nai
selesai berbicara, Paul menyelanya. “Terserah kamu. Apakah aku melakukannya atau
tidak, itu tidak penting. Karena Ayahmu sudah membuat keputusan bahwa aku yang
melakukannya.”
“Tapi jika kamu tidak melakukannya, mari cari bukti untuk ditunjukkan kepada Ayah,” ajak Nai.
Mendengar
itu, Paul mendengus. “Ada apa dengamu? Kamu akan membantuku?”
“Aku hanya ingin melihat kamu mendapatkan
keadilan.”
“Keadilan?”tanya Paul sambil mendekati Nai. “Itu tidak
ada dihidupku. Karena jika ada, orang yang aku benci
akan menerima karmanya sekarang.”
“Siapa yang kamu maksud?” tanya Nai,
bingung.
Dengan kuat,
Paul mencengkram tangan Nai. “Kamu yakin, kamu mengikuti ku kesini karena
kamu ingin mendapatkan keadilan untukku?” tanyanya, menarik Nai mendekat.
Dengan
serius, Nai membalas, “Aku tidak suka melihat orang difitnah,” tegasnya.
Lalu dia mencoba melepaskan tangannya dari Paul.
“Kamu yakin itu alasan kamu mengikuti ku ke
sini? Hanya itu?” tanya Paul.
“Itu saja yang aku bisa lakukan,” balas Nai.
“Aku ingin melihat juga, jika tunanganmu
mengetahui bahwa kamu mengejar pria lain, apa yang akan dia pikirkan?” balas Paul.
Lalu dia mendekat untuk mencium Nai.
Dan Nai
merasa sangat gugup sambil menatap Paul dengan panik. “Apa yang
kamu lakukan?” tanyanya.
Nai lalu
mendorong Paul dengan kuat. Dan kemudian Paul memegang kepala nya sambil
meringis kesakitan.
“Paul! Ada apa?!” tanya Nai, heran dan panik.
lanjuut teruss...
ReplyDelete