Original Network : jTBC Netfix
AGUSTUS 2017
Gadis yang memungut pamflet di
episode sebelumnya, Kang Byeol. Dia berdiri diluar toko buku dan mengintip ke
dalam melalui kaca pintu toko.
Didalam toko buku. Kang Sol A
menjual bukunya dan berdebat dengan si pemilik. Si pemilik hanya mau membayar
Kang Sol A sebesar 30.0000 won saja untuk semua bukunya. Namun Kang Sol A tidak
terima dan meminta lebih, karena dulu dia membeli buku itu semuanya hampir
sekitar 300.000 won.
Joon Hwi berada ditoko buku yang
sama. Ketika dia sedang melihat- lihat buku, tiba- tiba berita di tv melaporkan
tentang kasus mantan kepala jaksa, Byung Ju.
Joon Hwi pun mengambil remote tv
dan memperbesar suaranya. Lalu dia menyuruh Kang Sol A untuk diam sebentar.
Kang Sol A tidak mau diam dan
terus bicara, tapi suara tv menutupi suaranya. Dengan kesal, dia merebut remote
tv yang Joon Hwi pegang dan mematikan tv. Kang Sol A menjelaskan kepada si
pemilik bahwa buku nya ini adalah catatan sempurna, siapapun yang pakai, pasti
bisa lulus masuk ke Falkutas Hukum Hankuk.
“Jadi, 50.000 won. Sepakat?”
tanya Kang Sol A sambil tersenyum manis.
“Tawaran terbaikku 30.000 won,
tapi kutambah 5.000 untuk murid Fakultas Hukum Hankuk, jadi, 35.000 won,” kata
si pemilik.
Joon Hwi berusaha merebut remote
tv yang Kang Sol A pegang, tapi Kang Sol A sama sekali tidak mau melepaskannya.
Dengan kesal, Joon Hwi pun mengatakan bahwa dia bersedia untuk membayar 50.000
won kepada Kang Sol A. Mendengar itu, Kang Sol A pun melepaskan remote yang
dipegang nya.
Berita : “Putusan atas banding final dalam kasus
mantan kepala jaksa Seo Byung-ju sudah keluar. Para hakim mengubah putusan pada
sidang awal dan menyatakannya bersalah terkait kasus suap. Banyak yang menduga
jika Seo akan ajukan banding ke Mahkamah Agung dan menanti putusannya.”
Sebelum berita selesai, Kang Sol
A kembali mengganggu Joon Hwi. Dia memberikan semua bukunya kepada Joon Hwi dan
meminta bayarannya sekarang. Dan sambil masih mendengarkan berita, Joon Hwi pun
mengeluarkan uang nya dan memberikannya kepada Kang Sol A.
“Kau yakin aku akan lulus dalam
sekali coba, Nn. Senior?” tanya Joon Hwi.
“Nn. Senior?” gumam Kang Sol A,
bingung.
“Aku akan masuk Fakultas Hukum
Hankuk juga. Aku bisa lolos tanpa ini, tapi tampaknya, kau butuh uangnya,”
jelas Joon Hwi.
Mendengar itu, Kang Sol A merasa
gugup, tapi dia tetap mengambil uang Joon Hwi. Disaat itu, Byeol masuk ke dalam
toko. “Hei, kakakku tidak akan jual buku itu kepada…”
Sebelum Byeol selesai bicara,
Kang Sol A langsung menutupi mulutnya dan menyeretnya pergi.
Dihalte bus. Kang Sol A sangat
senang sekali, karena sebentar lagi akan ada enam angka nol direkening nya. Dan
dia mengajak Byeol untuk tos tangan. Tapi Byeol tidak mau dan dia menyebut Kang
Sol A sebagai penipu.
“Soal Fakultas Hukum Hankuk? Kau
masih kecil, tak paham penipuan,” kata Kang Sol A, tidak menganggap Byeol
serius.
“Tindak kriminal saat seseorang
menipu orang lain dan merampas hak orang tersebut. Pasal 347 Hukum Pidana,”
balas Byeol sambil menunjukkan kartu identitas nya seperti orang dewasa.
“Lalu? Aku penipu sekarang?’
tanya Kang Sol A, kesal.
“Jika bukan, seharusnya kau
masuk,” balas Byeol. “Fakultas Hukum Hankuk,” tegasnya.
“Aku?” tanya Kang Sol A sambil
tertawa. “Hei, Byeol. Kau kira fakultas hukum itu pusat kebudayaan?” ejek nya.
“Fakultas Hukum Hankuk? Itu khusus murid pilihan,” jelasnya dengan serius.
Ketika Kang Sol A dan Byeol
sedang mengobrolkan tentang itu, Joon Hwi kebetulan lewat. Dia berhenti dan
mendengarkan pembicaraan mereka berdua. Byeol yang pertama sadar, tapi Joon Hwi
memintanya untuk diam, jadi diapun tidak memberitahu Kang Sol A. Namun dia
berusaha membuat agar Kang Sol A tidak terlihat buruk. Tapi Kang Sol A malah
tidak mengerti kode darinya dan tidak mendengarkan bujukannya.
“Kalau begitu, kau pasti merasa
bersalah padanya,” kata Byeol.
“Apa dia buat aku merasa
bersalah? Dia berlagak hebat. Katanya dia bisa lolos tanpa buku itu,” balas
Kang Sol A.
“Tapi tetap saja,” kata Byeol,
sebagai kode.
“Dia yang menawariku uang.
Seharusnya kubuat dia bayar dua kali lipat,” balas Kang Sol A, tanpa rasa
bersalah sama sekali.
Tidak tahan mendengar itu lagi,
Joon Hwi membanting buku yang dipegang nya. Dan disaat itu, Kang Sol A pun baru
menyadari keberadaan Joon Hwi dan langsung menutup mulut nya. Dengan kesal,
Joon Hwi mengeluhkan sikap Kang Sol A yang menjelek- jelekkan orang dibelakang
tanpa rasa bersalah.
“Kau tak bisa membuatnya malu.
Dia akan masuk Fakultas Hukum Hankuk,” kata Byeol, menghentikan Joon Hwi. Lalu
dia mengembalikan uang Joon Hwi dan mengambil kembali semua buku yang Kang Sol
A jual sebelumnya, kemudian masuk ke dalam bus yang datang.
Dengan panik, Kang Sol A langsung
mengikuti Byeol ke dalam bus juga. Tapi
mereka tidak sengaja meninggalkan satu buku disana. Dan Joon Hwi mengambil buku
tersebut dan membaca nya.
Para wartawan mengerubungi Jong
Hoon dan mengajukan banyak pertanyaan. Dan Jong Hoon menjawab semua pertanyaan
mereka dengan singkat.
“Kau bahkan berhenti agar dia
dihukum. Bagaimana perasaanmu?” tanya wartawan 1.
“Sangat tidak enak.”
“Katamu Seo ajukan permintaan
saat kau masih menjabat,” tanya wartawan 2.
“Pernyataan diterima dan
bandingnya dibatalkan. Tapi kita tetap harus menunggu putusan Mahkamah Agung.”
-
Kebenaran dan Keadilan
Hanya oleh Hukum -
Tahanan 2023, ini hari sidangmu.
Jong Hoon dibawa keluar dari
penjara dan di pasangkan borgol di kedua tangannya. Lalu dia dibawa menuju
universitas untuk melakukan reka adegan.
Didalam mobil. Jong Hoon bersikap
tenang. Pengacara Park tidur dengan lelap. Jaksa Jin bertelponan dengan
seseorang. “Hei, Kim… Menunda pendakwaan? … Katanya dia akan mengaku jika kita
adakan inspeksi langsung…” katanya. Lalu dengan pelan, “Mantan jaksa membunuh
mantan kepala jaksa… Benar-benar mencoreng kejaksaan…”
“Kau membocorkan kasus
tersangka?” tanya Jong Hoon. Dan Jaksa Jin pun berhenti bertelponan. “Katamu
aku membunuhnya atas kesepakatannya dengan Lee Man-ho demi menutupi kasus
tabrak lari.”
“Itu bukan cerita yang buruk,
'kan?” balas Jaksa Jin. “Makin ricuh media, makin banyak yang membenci Seo
Byung-ju. Dengan begitu, hukumanmu akan diringankan,” jelasnya. “Meski sekarang
kau begini, kau tetaplah seniorku. Sudah kuatur segalanya untukmu,” katanya
seolah perbuat baik.
“Pasal 126 Hukum Pidana,” tegas
Jong Hoon.
“Mempublikasikan tersangka? Hukum
itu tak berguna,” balas Jaksa Jin. “Tidak pernah ada jaksa yang didakwa untuk
itu,” jelasnya, penuh percaya diri.
“Media terus berbicara tentang
seorang mantan jaksa yang bekerja sama dengan seorang pemerkosa keji. Masyarakat
bilang mereka lebih membenci korban daripada pembunuh nya,” kata Pengacara Park
yang sudah bangun, dia setuju dengan cara Jaksa Jin.
Mendengar pembicaraan mereka
berdua, Jong Hoon pun hanya diam saja.
Ditempat kejadian. Jong Hoon
meminta Det. Dong Su untuk berhenti mengarang cerita. Lalu dia mencontohkan
reka adegan sambil menjelaskannya.
Setelah Jong Hoon membuang sabu-
sabu ke wastafel, Byung Ju mengalami serangan hipoglisemia. Lalu ketika Jong
Hoon sedang mencari gula, dia menemukan sebungkus gula di bawah meja. Mendengar
itu, Ye Seul memberikan kolagen untuk kulit yang biasa diminumnya sebagai
pengganti gula di tkp. Dan Det. Dong Su menerima itu serta menaruhnya dilantai.
Lalu Jong Hoon melanjutkan reka adegan nya.
Jong Hoon menaruh gula ke dalam
kopi dan meminumkan itu secara paksa kepada Byung Ju. Disaat itu, Byung Ju
menjambak rambut nya.
“Dia pingsan akibat hipoglisemia,
maka kuberi kopi dan gula,” jelas Jong Hoon, setelah selesai memperagakan reka
adegan. “Tapi benda itu tak ada di TKP. Kemasan gulanya,” jelasnya. Dia telah
memeriksa seluruh ruangan dengan teliti, tapi dia tidak bisa menemukan kemasan
gula tersebut.
“Berhenti mencoba menipu kami.
Itu tak akan… Itu tak pernah ada … Hentikan omong kosongmu,” gertak Det. Dong
Su, sama sekali tidak percaya.
“Kenapa kau menggertaknya?” kata
Eun Suk, membela Jong Hoon. Lalu ketika Pengacara Park masuk ke dalam ruangan,
dia langsung memerintahnya. “Suruh dia mendengarkan klienmu.”
“Tolong dengarkan klienku…” kata
Pengacara Park dengan patuh.
Det. Dong Su sama sekali tidak
percaya dengan pernyataan Jong Hoon. Dan Jong Hoon diam serta berpikir dengan
keras, lalu tiba- tiba dia teringat sesuatu. Dia keluar dari ruangan dan
memeriksa di dekat anak tangga. Dan disana dia menemukan pecahan kacamata milik
Byung Ju, yang berarti itu menandakan bahwa Byung Ju ada terjatuh di tangga.
“Detektif Oh, periksa kacamata
Seo,” perintah Det. Dong Su.
Jong Hoon memperhatikan pecahan
kacamata itu, lalu dia menatap ke arah Joon Hwi. “Kau pelakunya?” tanyanya,
tidak menyangka. “Han Joon-hwi.”
Flash back. PUKUL 11.10, 5 OKTOBER 2020, HARI
TERJADINYA INSIDEN
Pagi hari. Jong Hoon sudah
berpakaian dengan rapi. Lalu dia duduk di mejanya sambil bermain puzzle.
Kemudian tiba- tiba, dia mendapatkan email masuk dari Byung Ju. Email yang
berisikan tentang KASUS TABRAK LARI JURAE-DONG. Melihat isinya, Jong Hoon
merasa sangat terkejut dan menjatuhkan puzzle yang di pegang nya.
Jong Hoon mengambil sebuah foto
lama. Dia mencocokkan plat nomor mobil yang ada di video dan plat nomor mobil Byung
Ju. Dan hasilnya sama.
Jong Hoon lalu langsung
menghubungi Byung Ju. Disaat dia menghubungi nya, dia mendengarkan sesuatu yang
tidak terduga.
Byung Ju
: “Karena Joon-hwi sudah tahu, Jong-hoon pun
akan segera tahu.”
Jong
Hoon pergi ke tempat kejadian untuk memastikan ke aslian video tersebut.
Didaerah itu, ada sebuah kantor real estat bernama hongim. Dan Jong Hoon pun
bertanya ke sana.
“Ya,
itu agensi real estatku. Dulu suamiku yang mengurusnya,” kata si pemilik. “Ada
orang lain yang datang mengecek beberapa hari lalu,” jelasnya, memberitahu.
“Pria
paruh baya berkacamata?” tanya Jong Hoon.
“Bukan,
seorang pemuda tanpa kacamata. Dia memakai jaket bertudung,” kata si pemilik,
menjelaskan dengan rinci.
Jong
Hoon lalu menunjukkan foto Joon Hwi. Dan si pemilik membenarkan bahwa pemuda
itu yang datang beberapa hari lalu ke tempatnya.
Flash back
end
Jong Hoon sangat yakin bahwa Joon
Hwi yang telah mengirimkan email tabrak lari itu kepadanya. Dan Joon Hwi tidak
menyangkal.
Istri Byung Ju datang ke tempat
kejadian. Tapi dia tidak diizinkan masuk, jadi dia berdiri diluar garis polisi
dan menunggu.
“Kau jaksa pengurus kasus itu.
Seseorang harus mengungkap kebenarannya,” kata Joon Hwi, menjelaskan dengan
tenang.
“Kau bertemu dengan pamanmu pada
hari itu. Benar?” tanya Jong Hoon.
Joon Hwi tidak menjawab
pertanyaan tersebut dan berjalan pergi begitu saja. Kemudian saat dia bertemu
dengan Istri Byung Ju, dia berniat untuk mengabaikannya. Tapi Istri Byung Ju
menghentikannya.
Dikantin. Istri Byung Ju sangat
yakin kalau Joon Hwi lah yang telah membunuh Byung Ju dan menjadikan Jong Hoon
sebagai kambing hitam, itu karena Jong Hoon mengucilkan Joon Hwi. Dan alasan
Joon Hwi membunuh adalah karena Byung Ju akan mewariskan harta melimpah kepada
Joon Hwi, bahkan walaupun Joon Hwi bukanlah anaknya. Setelah mengatakan itu,
dia menyerahkan surat ‘persetujuan oleh ahli waris’, dan dia menyuruh Byung Ju
untuk menanda tangani nya, kecuali bila Byung Ju ingin menjadi tersangka.
Joon Hwi merasa sangat malas
mendengarkan itu. Dia berdiri dari tempatnya dan berniat untuk pergi saja. Tapi
Istri Byung Ju langsung menghentikannya.
“Kau mengkhianati pamanmu. Dia
lebih peduli padamu dibanding putri-putrinya sendiri, dan kau menusuknya dari
belakang!” bentak Istri Byung Ju, emosi.
Dengan tenang, Joon Hwi kembali
duduk ditempatnya. “Kau tak berhak berkata begitu. Kau jadikan anak-anakmu
alasan untuk menetap di Amerika, bahkan mencari kekasih baru,” sindir nya,
mengingatkan.
“Aku berhak mengetahui pembunuh
suamiku,” ancam Istri Byung Ju.
“Dengan menuduhku? Silakan
berpikir sesukamu,” balas Joon Hwi, tidak peduli. Lalu dia berdiri dan berniat
untuk pergi.
“Duduk!” bentak Istri Byung Ju.
“Kau tak berhak begini. Jangan
lagi mendatangiku dengan semua ini,” balas Joon Hwi dengan tegas. Lalu dia
beneran pergi.
Tidak terlalu jauh, Ye Beom yang
kebetulan lewat mendengar pembicaraan mereka.
Jong Hoon mengajukan autopsi
ulang. Mendengar itu, Jaksa Jin mulai emosi, dia merasa Jong Hoon hanya
berusaha menunda dakwaan dengan memanfaatkan inspeksi dan autopsi ulang saja.
Lalu Det. Oh datang kembali dengan membawa foto Byung Ju ketika dia ditemukan
meninggal. Difoto itu, kacamata yang Byung Ju kenakan baik- baik saja.
“Lihat? Ada lagi yang mau kau
katakan?” tanya Jaksa Jin dengan tidak sabaran.
“Itu ditukar. Tn. Seo memakai
kacamata tanpa bingkai saat itu. Tapi setelah kuberi dia kopi dan pergi,
kacamatanya berganti menjadi kacamata warna hitam itu,” jawab Jong Hoon.
“Dia benar. Dia pakai kacamata tanpa bingkai saat kami mengobrol di jam istirahat,” kata Eun Suk, membenarkan.
Jong Hoon kemudian membahas bahwa
dia ada meminta foto autopsi sebagai bukti untuk dilampirkan, tapi kenapa tidak
ada. Dan Det. Dong Su menjawab bahwa pada saat itu kamera mati. Dan Jong Hoon
menegaskan bahwa Det. Dong Su bisa di curigai juga.
“Tak bisa ada autopsi ulang,”
kata Jaksa Jin, menolak. “Selain barang buktimu lemah, jasad harus dikeluarkan
dari dalam kubur, pihak keluarga akan menentangnya.”
Tepat disaat itu, Istri Byung Ju
datang. “Aku ingin tahu siapa pembunuh suamiku. Silakan lakukan autopsi ulang,”
katanya, memberikan izin.
Mendengar itu, Jaksa Jin tidak
bisa berkata apa- apa lagi. Dan dia tampak sangat stress. Begitu juga dengan
Det. Dong Su.
Para murid membahas apa yang
terjadi barusan. Hari itu, ketika mereka ada ke ruangan Byung Ju, mereka sama
sekali tidak ada melihat kemasan gula disana. Jika apa yang dikatakan oleh Jong
Hoon benar, maka pasti kemasan gula itu diambil oleh pelakunya. Dan ini bisa
jadi adalah pembunuhan berencana.
Mendengar pembicaraan mereka,
Kang Sol B hanya diam saja dan tidak ada berkomentar atau mengatakan apapun.
“Profesor Yang tampaknya
mencurigai Joon-hwi,” kata Ye Seul, teringat.
“Dia curigai Joon-hwi? Tidak
mungkin,” balas Kang Sol A, tidak percaya.
“Kenapa tidak? Dia menulis petisi
itu,” komentar Seung Jae.
“Dia sudah dianggap anak, tapi
tetap menolak kehadiran pamannya. Jadi, kenapa tidak?” komentar Ji Ho, juga.
Ye Seul tiba- tiba mendapatkan
telpon dari pacarnya. Dan dengan panik, dia melihat ke sekeliling nya. Lalu dia
menjawab telpon dari pacar nya itu dan pergi.
Para wartawan mengerubungi Jong
Hoon yang di bawa keluar oleh polisi. Melihat itu, Kang Sol A mendekati mereka
dan berteriak dengan keras dari belakang. “Profesor Yang meminta autopsi
ulang?” teriaknya.
Mendengar itu, para wartawan
menjadi heboh. Dan lalu Kang Sol A mendorong Pengacara Park untuk maju. “Bela
dia dan katakan itu untuk membuktikan dia tak bersalah!”
“Kau kenapa?” tanya Pengacara
Park, heran.
Eun Suk meminta izin Wakil Dean
Ju untuk mengizinkannya menjadi pembela umum Jong Hoon. Tapi Wakil Dean Ju
menolak, karena mereka bisa dianggap membantu orang dalam. Dan Eun Suk merasa
tidak ada yang salah dengan itu, menurutnya mereka harus melindungi Jong Hoon,
jika Jong Hoon di fitnah.
“Jika kubilang tidak, artinya kau
tak bisa! Atau keluar saja dan bela dia!” bentak Wakil Dean Ju, kesal.
“Profesor Kim! Aku tahu kalian berdua dekat sejak masa pelatihan… “
“Bukan karena kami dekat,” sela
Eun Suk dengan tegas. “Ya, kami memang dekat. Tapi akan kulakukan yang sama
jika kau difitnah.”
“Takkan terjadi, kembali
bekerja,” balas Wakil Dean Ju. “Tak perlu kunjungi dekan terkait hal ini. Kami
sudah memecatnya begitu dakwaan dijatuhkan,” tegas nya.
“Kau terdengar antusias soal itu. Kau dekat dengan Prof. Jung Dae-hyeon, yang incar jabatan Prof. Yang,” balas Eun Suk, kesal. Lalu diapun pergi sambil membanting pintu.