Sinopsis C- Movie : Caijin (2012) Part 2

 

Malam hari, saat Caijin sudah tidur, Chuntao bertanya- tanya kepada Xiaocheng bagaimana masa depan mereka nantinya. Dan Xiaocheng juga tidak tahu bagaimana, lalu dia menyesali bahwa seharusnya dia berhati- hati hari itu. Jika seandainya, dia tidak terjatuh, maka dia tidak akan menjadi begini.

Ini sudah terjadi, mau bagaimana lagi. Namun dia akan menderita, gumam Chuntao sambil menatap Caijin disampingnya, merasa stress.

Tidurlah dulu, balas Xiaocheng.



Keesokan paginya, Caijin sudah mulai mencuci baju disungai. Lalu sebelum itu, dia sudah membersihkan rumah juga.

Sehingga ketika Xiaocheng dan Chuntao bangun, rumah sudah bersih semua. Dan ketika Chuntao mengetahui itu, dia merasa sangat tersentuh.


Lalu sebelum Caijin berangkat ke sekolah, dia pergi ke kebun dan memetik sayuran. Jari tangannya sampai terluka, tapi karena terburu- buru, dia hanya menutupi luka dijarinya menggunakan kertas saja. Kemudian setelah itu, dia pulang dan menaruh sayuran yang barusan dipetiknya dirumah. Barulah dia berlari pergi ke sekolah.


Dikarenakan, Guru Qiuxiang sedang menerima pelatihan diluar kota, maka Guru Liang yang akan menggantikannya selama sementara. Dan saat Caijin datang telat, dia menanyai Caijin, kenapa Caijin telat. Tapi Caijin tidak menjawab, sehingga Guru Liang merasa agak tidak senang dengan Caijin, namun dia tidak terlalu memarahi Caijin dan mentoleransi ketelatannya.

Sebenarnya, ketika Guru Liang bertanya, Caijin hanya diam saja dan menundukkan kepalanya, sebab dia merasa malu untuk bercerita. Dan saat Guru Liang menyuruhnya untuk duduk, dia merasa lega dan duduk ditempatnya dengan patuh.

Jam istirahat pertama. Lingli menanyai Caijin, kenapa barusan Caijin telat, karena biasanya Caijin tidak pernah telat sama sekali. Dan Caijin malu untuk bercerita, karena dia tidak ingin yang lain tahu.

Kita ini teman baik, setidaknya kamu bisa memberitahu ku, kata Lingli, perhatian. Tapi Caijin tetap tidak mau bercerita. Caijin, jika kamu memberitahu ku, aku bisa membantu mu, bujuk Lingli.

Kamu janji tidak akan memberitahu yang lain? tanya Caijin dengan ragu- ragu.

Aku janji, jawab Lingli.



Caijin kemudian menceritakan tentang masalahnya. Setelah itu, dengan panik, dia meminta Lingli untuk jangan beritahu orang lain. Dan Lingli merasa khawatir serta heran, menurutnya Caijin lebih baik memberitahu yang lain, sehingga mereka bisa membantu Caijin. Namun Caijin tidak mau, karena dia tidak mau dipandang rendah nantinya. Dan Lingli merasa stress untuk Caijin.

Ayo, berjanji! ajak Caijin sambil mengangkat jari kelingkingnya.

Baiklah. Jika kamu membutuhkan bantuan, beritahu aku, balas Lingli sambil memegang jari kelingking Caijin menggunakan jari kelingkingnya.

Janji adalah janji. Jika kamu ingkar janji, maka kamu babi, nyanyi Caijin.

Setelah itu, Lingli memberikan MP3 nya kepada Caijin.


Jam istirahat kedua. Caijin berlari pulang ke rumah hanya untuk membuang air kencing Xiaocheng yang sudah penuh didalam tempat tampung kencing. Setelah itu, dia langsung berlari pergi ke sekolah lagi.

Aku akan pulang cepat setelah pulang sekolah, teriak Caijin, memberitahu.


Pulang sekolah. Caijin langsung berlari pulang ke rumah. Melihat itu, Xiaohu dan murid- murid yang lain merasa penasaran ada apa dengan Caijin.


Saat pulang sekolah, Caijin langsung sibuk. Mencuci sayur, memberikan makan ternak (babi), memasak, dan merebus obat untuk Xiaocheng.

Melihat itu, para tetangga memuji betapa berbaktinya Caijin dan betapa beruntungnya Xiaocheng serta Chuntao.

Lalu saat sudah malam, karena saking lelahnya, Caijin tertidur diatas meja saat sedang mengerjakan PR sekolahnya.


Disekolah. Guru Liang memarahi Caijin, sebab Caijin tidak ada mengumpulkan Lingli. Disaat itu, Lingli mengangkat tangannya dan memanggil Guru Liang, dia ingin memberitahukan tentang masalah Caijin. Tapi Caijin langsung memberikan kode agar Lingli jangan bercerita. Sehingga Lingli pun tidak jadi bercerita, dan beralasan bahwa dia mau ke kamar mandi. Mendengar itu, para murid tertawa.

Peng Caijin, pikirkan sikapmu. Duduk! kata Guru Liang, memperingatkan Caijin dengan sikap tegas. Melihat itu, Xiaohu dan teman sebangkunya menertawai Caijin.

Paman kedua membantu Chuntao menjual hasil- hasil anyaman nya, dan dia bahkan membantu Xiaocheng menemukan pembeli tahu, sehingga Xiaocheng tidak perlu pergi ke pusat kota lagi untuk berjualan. Dan untuk berterima kasih, Chuntao memberikannya uang rokok, tapi Paman kedua menolak.

Kita tetangga, tidak apa- apa, kata Paman kedua, sangat baik hati. Lalu dia pamit dan pergi. Dan Xiaocheng serta Chuntao sangat berterima kasih padanya.

Sepulang sekolah, Caijin langsung pergi mengambil kayu bakar. Lalu dia memikul kayu bakar seberat itu sendirian.


Malam harinya, Caijin mengerjakan PR. Kali ini, walaupun dia merasa ngantuk, dia bertahan untuk tetap terjaga dan menyelesaikan PR nya.

Disekolah. Saat jam istirahat pertama, Xiaohu menghampiri Caijin. Dia salah paham dan mengira kalau selama ini Caijin selalu berlari sebelum dan setelah pulang sekolah, itu karena Caijin sedang berlatih untuk mengalahkannya. Jadi dia menantang Caijin untuk bertanding lari melawannya sekali lagi.


Tanpa menjelaskan apapun, Caijin menerima tantangan Xiaohu. Dan para murid- murid tertawa dengan bersemangat.

Seperti sebelumnya, beberapa murid menyoraki Caijin dan beberapa murid lagi menyoraki Xiaohu. Dan dalam perlombaan kali ini, Caijin berhasil menang melawan Xiaohu. Lalu dengan senang, dia berlari berkeliling sambil tertawa bebas. Dan para murid- murid yang mendukungnya merayakan kemenangannya.


Jam istirahat kedua. Caijin berlari pulang ke rumah untuk memanaskan obat untuk Xiaocheng. Setelah siap, dia langsung berlari pergi ke sekolah lagi.

Hari- hari berlalu. Setiap harinya, Caijin selalu berlari. Berlari pergi ke sekolah, berlari pulang ke rumah, berlari dan berlari secepat mungkin, sehingga dia tidak telat ke sekolah dan bisa membantu kedua orang tua nya.

Suatu hari, dokter yang selalu datang untuk mengecek Xiaocheng memberitahu bahwa dia tidak bisa datang lagi besok. Jadi dia akan meninggalkan beberapa suntikan untuk Xiaocheng, sehingga Xiaocheng bisa menyuntik obat sendiri. Dan ini hanya untuk seminggu saja, kemudian dia akan datang lagi.


Ketika Caijin pulang dari sekolah dengan membawa kayu bakar, dia terkejut melihat Xiaocheng sedang menyuntik lengannya sendiri. Dan dia merasa sangat khawatir.

Mengapa kamu tidak membiarkan dokter yang melakukannya? tanya Caijin sambil menghentikan Xiaocheng agar jangan menyuntik.

Dokter bilang dia tidak bisa datang, kata Xiaocheng, menjawab.

Mengapa? Ma, apa yang Dokter katakan? tanya Caijin, panik dan khawatir.

Diklinik hanya ada sedikit Dokter, jadi dia tidak bisa datang, jawab Chuntao, menjelaskan.

Tidak apa. Dokter bilang aku hanya perlu praktek, kata Xiaocheng, menenangkan Caijin.

Pa, hentikan itu! kata Caijin, merasa stress sambil menangis.


Tengah malam, ketika Xiaocheng dan Chuntao sudah tidur. Caijin membaca buku tentang caranya menyuntik. Sesudah itu, dia mempraktekkan nya dengan menyuntik dirinya sendiri. Dan saat berlatih, dia meringis kesakitan dan air matanya sambil keluar.

Ketika Xiaocheng tidak sengaja terbangun, dia melihat suntikan yang diletakkannya didalam laci meja menghilang, jadi dia keluar dari kamar untuk memeriksa.

Caijin, panggil Xiaocheng.

Mendengar panggilan itu, Caijin langsung memandamkan lampu minyak yang dinyalakan nya. Tapi dia tetap saja ketahuan, saat Xiaocheng menyalakan lampu ruangan.

Ketika Xiaocheng melihat apa yang sedang Caijin lakukan, dia merasa panik dan terjatuh. Dan Caijin langsung mendekat untuk membantu Xiaocheng.

Caijin, kata Xiaocheng sambil menarik lengan baju Caijin untuk memeriksa lengannya, dan saat dia melihat banyaknya bekas suntikan dia lengan Caijin, dia merasa sangat bersalah dan stress.

Pa, aku tidak apa. Ini tidak sakit, hanya seperti gigitan nyamuk saja, kata Caijin, menenangkan Xiaocheng. Oh ya pa, aku sudah menemukan cara suntik yang benar. Lain kali, aku yang akan menyuntikmu. Dan kamu tidak akan merasa sakit, jelasnya, penuh perhatian.

Papa percaya padamu. Papa percaya padamu, kata Xiaocheng, merasa tersentuh. Maaf, gumamnya, sedih.

Apa yang kamu katakan, pa? keluh Caijin. Sekarang aku mengerti capeknya pekerjaan rumah. Tapi tidak apa, aku sudah bisa melakukan semuanya, jelasnya dengan bersemangat. Pa, jangan nangis, bujuknya.

Papa tidak nangis, kata Xiaocheng sambil tersenyum.


Keesokan harinya. Caijin yang menyuntikan obat ke lengan Xiaocheng. Melihat itu, para tetangga memuji- muji Caijin, dan mereka berpendapat kalau sudah besar nanti Caijin menjadi dokter, banyak orang yang akan tertolong. Mendengar semua pujian tersebut, Xiaocheng merasa senang dan bangga.




Disekolah. Guru Liang mengingatkan Caijin untuk membayar uang sekolah, sekitar 200 yuan. Karena hanya tinggal Caijin yang belum membayar. Dan Caijin mengangukkan kepalanya sebagai tanda dia mengerti.

Post a Comment

Previous Post Next Post