Aku sangat merekomendasikan movie
ini, ceritanya sangat bagus dan menyentuh sekali. Dijamin kalian tidak akan
kecewa membaca sinopsisnya ini. Tapi jika kalian mau menontonnya langsung, cari
aja di Youtube, disana ada subtitle englishya. Tapi jika tidak mau nonton, baca
aja disini ya guys. Happy Reading!
Peng Xiaocheng, 43 tahun, dikenal sebagai
pembuat tahu. Liu Chuntao, 41 tahun, perajin bambu. Diusia tua, mereka berdua
menikah.
Xiaocheng sangat tulus mencintai Chuntao,
walaupun Chuntao tidak bisa berjalan dan harus menggunakan kursi roda, serta
walaupun Chuntao tidak bisa mengandung anak, Xiaocheng tetap bersedia untuk
menerima dia apa adanya. Dan merasakan ketulusan Xiaocheng kepadanya, Chuntao
sangat tersentuh dan bahagia.
Lalu suatu saat, dimalam yang sunyi, seorang
Ibu muda datang ke rumah mereka berdua dan meninggalkan bayinya disana.
Saat Chuntao mendengar tangisan anak bayi,
dia terbangun dan langsung membangunkan Xiaocheng juga. Dan ketika Xiaocheng
keluar serta memeriksa, dia menemukan si bayi.
Bagi Xiaocheng dan Chuntao, si bayi merupakan
hadiah terbesar dari Tuhan untuk mereka, dan mereka percaya bahwa kehadiran si
bayi dirumah mereka adalah takdir. Jadi mereka berdua ingin mengadopsi si bayi.
Dan saat Paman kedua mengetahui itu, dia menawarkan diri untuk membantu mereka
berdua mengurus prosedur adopsi.
Mulai darisaat itu, Xiaocheng dan Chuntao
merawat si bayi. Karena si bayi memakai gelang batu ditangannya, jadi awalnya
Chuntao ingin menamai si bayi, Caishi. Tapi Xiaocheng tidak setuju, karena nama
Caishi kurang bagus untuk anak perempuan, jadi akhirnya mereka berdua menamai
si bayi, Caijin, yang berarti warna emas.
Mereka berdua merawat Caijin dengan penuh
kasih sayang dan ketulusan. Bahkan disaat mereka berdua sibuk dengan pekerjaan
mereka masing- masing, mereka berdua tidak meninggalkan Caijin sendirian.
Kemudian suatu hari, Paman kedua datang dan
membawa kabar baik untuk mereka berdua. Surat adopsi Caijin sudah disetujui,
jadi mulai dari hari itu, Caijin resmi menjadi anak mereka berdua. Dan
Xiaocheng serta Chuntao sangat bahagia sekali.
Lalu suatu saat, ketika langit sedang mendung
dan hujan turun lebat, tubuh Caijin sangat panas sekali. Jadi Xiaocheng
mengendong Caijin dipunggungnya, mengenakan mantel, dan berlari untuk
membawanya ke rumah sakit. Namun karena hujan, jalan menjadi licin, sehingga
tanpa sengaja Xiaocheng terjatuh. Tapi walaupun begitu, Xiaocheng langsung
berdiri dan berlari lagi.
Untungnya, Caijin dibawa tepat waktu ke rumah
sakit, sehingga Caijin baik- baik saja dan tidak terjadi apa- apa padanya.
Tahun berlalu. Caijin tumbuh dewasa.
Xiaocheng mengajari Caijin cara membuat tahu. Chuntao membuatkan baju baru
untuk Caijin. Dan Caijin sangat bahagia sekali.
“Aku punya baju baru! Aku punya baju baru!”
seru Caijin sambil bermain baling- baling dan berputar- putar dihalaman.
Melihat itu, Xiaocheng dan Chuntao tertawa.
Kemudian Caijin mulai bersekolah, dan
Xiaocheng mengantarnya menggunakan sepeda. Sepanjang perjalanan, mereka berdua
tertawa penuh semangat. Lalu sesampainya disekolah, Xiaocheng memperhatikan
Caijin sampai masuk ke dalam kelas dan duduk, barulah setelah itu dia bisa
pergi dengan tenang.
Saat jam istirahat. Seorang murid bernama Luo
Xiaohu menggosipsi Caijin dibelakang dan menertawainya bersama murid- murid
yang lainnya. Xiaohu mengatai bahwa hari ini ketika dia melihat Ayah Caijin,
dia merasa Ayah Caijin tampak sangat tua sekali, dan awalnya dia berpikir itu
adalah Kakek Caijin.
Ketika Caijin mendengar itu, dia langsung
memarahi Xiaohu. Tapi Xiaohu tidak peduli dan pergi mengabaikannya.
Lalu saat Caijin dan Xu Lingli (teman
sebangkunya) pergi bermain ke halaman, Xiaohu dan teman- temanya datang
mengerubungi mereka berdua. Dengan sikap sombong, Xiaohu menantang Caijin untuk
berlomba lari melawannya. Dan tanpa takut, Caijin menyetujui.
Kemudian lomba lari pun dimulai. Beberapa
murid mendukung Caijin dan beberapa mendukung Xiaohu. Namun akhirnya sangat
mengecewakan, Caijin kalah.
Langit sudah gelap, tapi Caijin belum pulang
juga dan Xiaocheng serta Chuntao merasa khawatir. Lalu saat Caijin pulang,
Chuntao menanyai, kenapa pulang telat. Dan Caijin menjelaskan bahwa dia barusan
berlari melawan temannya, Lingli, saat disekolah. Mengetahui kalau Caijin
pulang telat, hanya karena bermain, Xiaocheng dan Chuntao merasa lega.
“Baiklah. Ayo makan,” ajak Chuntao. Lalu
mereka bertiga makan bersama- sama.
Selesai makan, Xiaocheng dan Chuntao
menghitung uang keluar dan masuk hari ini. Sedangkan Caijin mengerjakan PR nya.
“Ma, Pa, aku punya permintaan. Ketika kita
punya uang, belikan aku MP3 ya,” pinta Caijin dengan sikap manja. Dan Xiaocheng
serta Chuntao merasa bingung, apa itu MP3. “Aiyoo, bagaimana kalian tidak tahu
itu? Itu pendengar musik,” kata Caijin, menjelaskan. Dia menginginkan itu,
karena melihat Lingli memakai MP3 di kelas hari ini.
“Baiklah. Baiklah,” kata Xiaocheng dan Chuntao, setuju sambil
tertawa.
Hari- hari berlalu dengan tenang. Tapi tiba-
tiba suatu saat, terjadi kecelakaan. Xiaocheng terjatuh dari gunung, ketika dia
sedang dalam perjalanan untuk berjualan tahu. Xiaocheng memang berhasil selamat, namun saraf tulang
belakangnya rusak, jadi ada kemungkinan Xiaocheng akan lumpuh.
Dirumah sakit. Saat Xiaocheng terbangun dan
melihat Caijin, dengan menyesal, dia memberitahu bahwa dia sebenarnya ingin
membelikan Caijin MP3, tapi sayangnya dia jatuh dan itu rusak.
“Pa, aku tidak mau itu. Aku hanya berharap
kamu segera baikan,” kata Caijin, perhatian. Lalu dia mau
mengambil air.
“Pa ingin pipis,” panggil
Xiaocheng.
“Ya,” kata
Caijin, membantu Xiaocheng.
Saat Xiaocheng sudah agak baikan, Paman kedua
membantu mengendongnya pulang ke rumah. Dan Caijin yang membawakan barang-
barang Xiaochen. Lalu karena saking kelelahannya, sesampainya dirumah, Caijin
langsung jatuh tertidur dimeja.
Melihat itu, Xiaocheng dan Chuntao merasa
bersalah serta tidak tega.