Sinopsis K-Drama : Squid Game Episode 06
Semua
pemain dikumpulkan dan diperintahkan untuk berbaris rapi, sementara pengawas
menggeledah seluruh ruangan. 001 berbaris di depan Gi Hun sehingga Gi Hun
melihat celananya yang basah. Karena merasa kasihan, Gi Hun mengikatkan
jaketnya ke pinggang 001 sehingga orang-orang tidak bisa melihat celananya yang
basah itu. 001 tersenyum dan berterimakasih atas bantuannya.
Sementara
itu, topeng hitam memerintahkan agar permainan terus berjalan. Speaker pun
berbunyi dan menyiarkan kalau permainan keempat akan dimulai dan semua pemain
diharuskan bergerak mengikuti instruksi staff. Saat mereka keluar dari ruangan
dan menuju arena permainan, pemandangan mengejutkan terlihat. Byeong Ki dan 3
orang pengawas yang sudah meninggal, digantung. Suara dari speaker menjelaskan
kalau mereka yang digantung adalah orang-orang yang telah melanggar aturan yang
berlaku untuk kepentingan sendiri dan menodai ideologi murni yaitu semua orang
setara disini dan mendapatkan kesempatan yang sama tanpa diskriminasi. Mereka
juga meminta maaf atas yang sudah terjadi dan berjanji kalau kejadian ini tidak
akan terulang lagi.
Episode 06
GGANBU
Jun Ho memotret semua dokumen penting yang ada
di tempat itu, seperti daftar pemenang, perjanjian kerahasiaan dan beberapa
tape video. Perhatiannya kemudian teralih ketika dering telepon terdengar
berulang kali. Si topeng hitam mengangkat telepon itu dan menyebut dirinya
‘Front Man’ kepada si penelpon dalam bahasa Inggris. Kepada si penelpon, dia
mengakui kalau terjadi masalah kecil, tapi dia sudah menanganinya dan
memastikan tidak ada bekas yang tersisa saat para VIP tiba. Pertandingan akan
dimulai tepat waktu, sesuai jadwal.
Dari
ruangannya bersembunyi, Jun Ho bisa mendengar jelas semua pembicaraannya. Dan
tentu saja, dia menjadi penasaran mengenai para VIP yang dibicarakan.
--
Mi Nyeo mengejek
Deok Soo yang kelihatan cemas karena sudah kehilangan koneksi. Semakin Mi Nyeo
bertingkah seperti itu, semakin Deok Soo jengkel dan marah padanya. Tapi, Mi
Nyeo juga udah nggak peduli dan dendam setengah mati karna sudah dikhianati.
Permainan
kali ini adalah permainan yang dimainkan berpasangan. Jadi, mereka harus
mencari rekan. Jika keduanya setuju bermain bersama dan berjabat tangan, mereka
akan menjadi satu tim. Mereka mempunyai waktu 10 menit untuk membentuk tim.
Waktu
sudah dimulai dan Mi Nyeo mulai sibuk memohon pada orang-orang agar mau setim
denganya. Jumlah mereka sekarang hanya 39 orang, jadi akan ada 1 orang yang
tidak mempunyai pasangan. Dia berusaha membujuk rekan setim sebelumnya agar
menjadi pasangannya, tapi Sae Byeok menyuruhnya untuk berhenti. Dia menegaskan
kalau tidak ada yang akan mau bermain dengannya. Dia menyuruh mereka untuk
jujur saja. Pasti tidak ada diantara mereka yang mau main dengan wanita dan
pria tua.
Ucapannya
benar. Rekan setim mereka tidak mau mengambil resiko berpasangan dengan wanita
dan pria tua yang dianggap ‘lemah.’ Gi Hun awalnya kelihatan ingin mengajak
Sang Woo bermain bersama, tapi Sang Woo sudah mengajak Ali duluan. Alasannya
karena Ali mempunyai kekuatan dan dia mempunyai otak. Jika mereka bermain bersama,
apapun permainannya, mereka akan bisa mengalahkan sebagian besarnya. Ali
kelihatan segan dan melirik ke Gi Hun. Gi Hun menyadari itu sehingga kalau dia
tidak apa-apa dan bisa mencari rekan tim lain. Dengan begitu, Ali dan Sang Woo
resmi menjadi tim. Dua orang pria lain di tim mereka juga menjadi satu tim.
001
tampaknya tahu kalau tidak akan ada yang mau menjadi timnya. Maka, dia
mendekati Gi Hun dan memberikan jaketnya. Dia menyuruh Gi Hun mengenakannya
karena jika dia tidak memakainya, orang-orang akan merendahkannya. 001
kelihatan sudah menyerah mencari tim dan hanya pasrah jika tereliminasi.
Waktu
sudah tidak tersisa banyak. Satu persatu sudah membentuk tim. Ji Yeong juga
mengajak Sae Byeok bermain dengannya dan bilang akan membuat Sae Byeok menang,
apapun caranya. Jadilah mereka satu tim. Seorang pria lain juga mendakti Gi Hun
dan mengajaknya setim. Pria itu bilang kalau dia guru Matematika dan staminanya
juga bagus. Sudah banyak yang mengajaknya setim, tapi dia menolak dan memilih
Gi Hun. Pria itu juga bilang kalau Gi Hun tidak segera membentuk tim, dia bisa
tereliminasi secara otomatis karena jumlah mereka sekarang ganjil.
Mendengar
ucapan pria itu, Gi Hun jadi semakin berat. Berat untuk meninggalkan 001. Pada
akhirnya, dia menolak ajakan pria itu dan malah mengajak 001 untuk setim
dengannya. Orang yang dianggap paling lama.
Waktu
pembentukan tim sudah berakhir. Semua pemain yang sudah mempunyai tim,
diperintahkan untuk masuk ke arena bermain. Dan orang yang tidak mendapatkan
pasangan adalah Ha Mi Nyeo. Mi Nyeo mulai panik dan memohon pada mereka untuk
menjadi tim-nya. Tentu saja, tidak ada yang mau berganti tim. Karena dia terus
saja memohon dan bahkan mengatai Deok Soo, Deok Soo jadi kesal dan
mendorongnya. Dorongan itu membuatnya pingsann untuk sesaat dan saat dia sadar,
pintu memasuki arena permainan sudah ditutup. Para pengawas yang ada disana,
mendekat dan menyeretnya pergi. Mi Nyeo hanya bisa berteriak-teriak, tapi tidak
ada yang bisa dilakukannya.
Suara
teriakannya sampai kedengaran hingga ke dalam arena permainan. Deok Soo
kelihatan puas, soalnya dia berharap kalau Mi Nyeo akan tereliminasi dan dia
tidak perlu melihatnya lagi. Sekarang, mereka hanya perlu bermain. Setiap tim
dibawa oleh pengawas ke tempat yang berbeda. Tempat mereka akan bermain kali
ini dibentuk menjadi seperti pemukiman penduduk.
Melihat
tempat itu, 001 jadi teringat akan masa lalunya saat bermain bersama
teman-temannya di gang rumah. Nostalgianya harus terhenti sesaat karena speaker
sudah menjelaskan aturan permainan. Setiap pemain akan mendapatkan 1 kantong
yang berisi 10 kelereng. Gi Hun langsung menduga kalau mereka akan bermain
kelereng. 001 menjadi lebih bersemangat karena dia sangat mahir bermain
kelereng. Saking senangnya, dia mengajak Gi Hun untuk menjadi gganbu. Gganbu adalah istilah untuk
teman sepermainan yang sama sekali tidak perhitungan untuk berbagi kelereng dan
ddakji bersama.
Sayangnya,
tebakan Gi Hun salah. Awalnya, semua orang mengira mereka membentuk tim dan
akan melawan tim lain. Tapi tidak! Yang akan mereka lawan adalah rekan setim.
Dengan sepuluh kelereng yang dimiliki, mereka harus bermain dan mendapatkan 10
kelereng milik pasangan mereka. Tidak boleh menggunakan kekerasan. Yang
berhasil mendapatkan 10 kelereng pasangannya adalah pemenang. Waktu yang
diberikan adalah 30 menit.
Permainan
itu terdengar seperti mimpi buruk bagi para pemain. Semua yang membentuk tim,
pasti memilih orang yang dekat dengan mereka ataupun yang mereka bisa percayai.
Seperti Sang Woo dengan Ali dan 069 bersama istrinya. Gi Hun juga terkejut
karna ini sangat berbeda dengan apa yang sudah dibayangkannya.
Waktu
terus berjalan. Sang Woo tidak ingin mereka membuang waktu dan mengajak Ali
untuk segera bermain. Ali masih shock dengan peraturan yang ada karena itu
artinya, salah satu diantara mereka akan mati. Tapi, permainan harus tetap
berjalan.
Sae
Byeok juga sudah mau langsung bermain, tapi Ji Yeong malah terus mengulur waktu
dan mengajaknya berbincang. Dia ingin tahu apakah Sae Byeok sungguh mata-mata
dari Korea Utara seperti yang Deok Soo bilang? Tentu saja, jawabannya tidak.
Dia memang dari Utara tapi bukan mata-mata. Ji Yeong beneran santai tanpa
beban.
Disisi
lain, Gi Hun mengalami kesulitan menghadapi 001. Penyakit 001 kambuh dan dia
malah mengira ini adalah lingkungan masa kecilnya dan mulai sibuk mencari-cari
rumahnya.
Sang Woo
dan Ali sudah mulai bermain. Sang Woo mengajanya bermain tebak kelereng. Jadi,
mereka akan menyembunyikan kelereng di balik kepalan tangan dan lawan akan
menebak apakah jumlahnya ganjil atau genap. Jika benar, lawan akan mengambil
kelereng sejumlah yang dipertaruhkannya.
Deok Soo juga memainkan permainan yang sama seperti Sang Woo dan Ali. Sialnya, dia terus menerus kalah dan kehilangan kelereng.
Ji Yeong
akhirnya mau bermain. Dia menyarankan agar mereka bermain satu putaran dengan
mempertaruhkan semua kelereng yang dimiliki. Sae Byeok setuju. Ji Yeong mau
bermain di menit terakhir dan untuk menghabiskan waktu, dia mengajak Sae Byeok
agar mereka saling bercerita. Ceritakan mengenai sesuatu yang tidak bisa mereka
ceritakan pada orang lain. Toh, nantinya salah satu dari mereka akan mati.
Jadi, tidak perlu merasa malu jika sudah menceritakannya karena takkan bertemu
lagi.
Setiap
tim mempunyai kesulitan masing-masing. Seperti Gi Hun yang tidak bisa bermain
dengan 001 karena 001 terus saja menolak bermain dan hanya mau mencari
rumahnya. Sang Woo yang terus menerus kalah dari Ali. Deok Soo yang juga terus
menerus kalah dan akhirnya mau mengubah permainan.
Sang Woo
yang biasanya tenang, mulai menunjukkan amarahnya. Dia seperti itu karena sisa
kelerengnya hanya 1 buah. Jadi, dia menuduh Ali bermain curang makanya bisa
terus menerus menang. Ali yang sangat menghormatinya, shock dan ketakutan
melihat emosi Sang Woo yang membludak seperti ini. Sang Woo mungkin saja akan
memukuli Ali jika tidak ada pengawas disana yang siap sedia menembaknya jika
dia memakai kekerasan.
Hm,
sepertinya dari semua tim yang ada, tim Sae Byeok dan Ji Yeong yang terlihat
paling tenang. Sae Byeok mau menceritakan kisah hidupnya pada Ji Yeong. Dia
kira pergi dari Utara dan datang ke negara ini akan lebih baik. Dan keluarganya
sekarang hanyalah adiknya, di panti asuhan. Ayahnya sudah meninggal tertembak
saat menyeberangi sungai, lalu hanyut. Sedangkan Ibunya tertangkap oleh petugas
di Tiongkok, lalu dipulangkan.
Akhirnya,
setelah perjuangan panjang, 001 mau bermain. Permainan ganjil-genap. Dari awal
bermain, 001 sudah mempertaruhkan jumlah besar dan menang.
Sementara
Deok Soo meminta permainan di ubah menjadi lembar kelereng. Jadi, dia sudah
membuat lubang dan mereka akan bergantian melemparkan kelereng ke lubang itu.
Orang yang berhasil melemparkan kelerengnya ke dalam lubang, akan mendapatkan
semua kelereng yang ada ditanah. Ini caranya untuk membalikkan keadaan.
Ji Yeong
masih terus mendengarkan cerita Sae Byeok. Dia mau tahu, jika Sae Byeok
berhasil menang dan mendapatkan semua uang hadiah, dia akan menggunakannya
untuk apa? Jawabannya, dia akan membeli rumah untuknya dan adiknya lalu membawa
Ibunya dari Korea Utara. Kemudian, dia juga ingin ke Pulau Jeju. Saat mendengar
Sae Byeok mau ke Jeju, Ji Yeong menertertawainya karna hanya mau ke Jeju.
Seharusnya dia bermimpi ke tempat yang jauh seperti Hawaii atau Maldives. Jika
mereka berhasil keluar dari sini, dia akan mengajarinya cara menghabiskan uang
di Korea Selatan.
“Ah, rupanya
kita tak bisa keluar bersama,” ujar Ji Yeong, teringat aturan permainan ini.
Salah satu diantara mereka akan mati.
Sang Woo
sudah putus asa. Dia berlutut dan memohon pada Ali untuk tidak membiarkannya
mati. Jika dia mati disini, keluarganya juga akan mati. Ali juga tidak tega,
tapi dia juga tidak bisa berbuat apa-apa. Dia juga mempunyai keluarga.
“Hei,
Ali. Jika kau membantuku, ada cara kita berdua bisa hidup. Kau bisa sampai
sejauh ini berkat aku. Aku memberimu ongkos pulang, rencanaku menyelamatkanmu di
Tarik Tambang, kita berjaga malam bersama, dan tadi, kita berjanji keluar dari
sini bersama. Bukankah begitu? Jadi, kumohon… Kumohon percaya kepadaku sekali
ini saja dan bantu aku.”
“Apa
rencanamu?”
Gi Hun
sudah mau mati. Kelerengnya hanya tersisa 1.
Deok Soo
dan 278 masih bermain lempar kelereng. Deok Soo benar-benar berhasil membalik
keadaan. Dia yang tadinya hampir kalah, bisa mendapatkan beberapa kelereng
kembali.
Sementara
itu, Sang Woo memberitahu rencananya pada Ali, “Menurutku, ada beberapa tim yang
tak bisa menentukan pemenang. Apa peraturan permainan ini? Dinyatakan lulus
jika berhasil mendapat sepuluh kelereng pasangan dalam 30 menit. Pikirkanlah. Artinya
tak harus mendapat semua kelereng dalam 30 menit. Jika terus terulang menang
dan kalah, pasti ada tim yang tak memiliki pemenang. Apa yang akan terjadi? Apa
mereka semua akan dieliminasi? Itu tak masuk akal. Pemenang belum ditentukan,
'kan?”
“Ya.”
“Jika
itu terjadi, pasti akan menjadi persaingan antar tim. Setiap tim akan
menggabungkan kelereng dan melawan tim lain dengan 20 kelereng. Sesuai rencana
kita di awal, kita bisa menang sebagai tim. Kita bisa keluar dari sini bersama.”
Penjelasan
Sang Woo terdengar masuk akal. Tapi, ketika sedang menjelaskan, terdengar suara
tembaka. Pemain di dekat mereka, kalah dan ditembak langsung oleh pengawasnya.
Sudah ada beberapa tim yang berhasil menentukan pemenang.
Ji Yeong
masih penasaran dengan kehidupan Sae Byeok. Melihat Sae Byeok yang tidak
kelihatan takut melihat mayat-mayat berjatuhan, dia jadi penasaran, apakah Sae
Byeok pernah melihat orang mati sebelum datang ke permainan ini? Sae Byeok
menjawab kalau ada wabah menyebar di kotanya saat dia kecil. Saat itu,
orang-orang mati setiap harinya dan para tentara mengumpulkan mayat mereka dan
membakarnya. Kakeknya, neneknya dan kakaknya juga dibakar waktu itu. Ji Yeong
jadi merasa kasihan dengan hidup Sae Byeok yang penuh kisah menyedihkan.
Sekarang,
giliran Sae Byeok yang bertanya. Ji Yeong menjawab kalau mayat pertama yang
pernah dilihatnya adalah Ibunya. Waktu dia pulang dari sekolah, dia melihat
ibunya terbaring tidak bernyawa di lantai dan disebelahnya ada pria yang
disebut ayahnya berdiri memegang pisau.
Mayat selanjutnya yang dilihatnya adalah ayahnya dan orang yang berdiri
disampingnya memegang pisau adalah dirinya. Ayahnya adalah seorang pendeta. Dan
setiap kali memukuli ibunya dan melakukan tindakan asusila padanya, dia selalu
berdoa agar dosa-dosa mereka diampuni. Namun, dia nggak berdoa di hari dia
membunuh ibunya. Mungkin dia tahu kalau dosanya nggak bisa diampuni.
Gi Hun
sudah kalah. Dia salah menebak yang ada digenggaman tangan 001 adalah ganjil.
Tapi, 001 entah kenapa, bertingkah seperti dia nggak mendengar ucapan Gi Hun
tadi, sehingga Gi Hun bisa mengubah ucapannya tadi menjadi ‘genap.’
Ali
sangat mempercayai Sang Woo. Dia mau mengikuti rencana Sang Woo. Rencananya,
Sang Woo menyarankan agar mereka berpencar mencari, apakah masih ada tim lain
yang bermain atau tidak. Dia juga dengan baiknya, merobek kain bajunya dan
membuatnya menjadi tali gantungan kantong kelereng Ali, agar bisa Ali gantung
dilehernya. Menurutnya, bahaya jika Ali memegang kelereng itu sambil
berjalan-jalan.
Sae
Byeok ingin tahu rencana Ji Yeong setelah mendapatkan uang hadiah. Ji Yeong
juga masih belum tahu. Hanya saja, ada seseorang yang menunggunya di depan
penjara saat dia bebas. Dia kira itu adalah kreditor yang datang untuk menagih
hutang ayahnya, tapi orang itu malah memberikannya kartu nama. Dan akhirnya dia
datang ke sini karena tidak memiliki tujuan. Dia juga belum memikirkan apa yang
akan dilakukannya setelah keluar nanti.
Deok Soo
masih terus bermain. Kelerengnya hanya tersisa 1. Kelereng lawan juga tersisa
1. Sekarang, hanya takdir yang menentukan, apakah dia bisa menang atau tidak.
Kelereng yang dilemparnya tidak masuk ke dalam lubang. Sementara kelereng yang
dilempar lawan, malah mengenai kelerengnya dan membuat kelerengnya masuk ke
dalam lubang. Damn! Dia menang dengan
keberuntungan!!
Dor!!!
278 yang berusaha kabur, ditembak secara beruntun di tempat. Suara tembakan itu
membuat perhatian Ali teralih sesaat sehingga dia nggak menyadari saat Sang Woo
menyabotase kelereng yang ada di dalam kantongnya.
Gi Hun
dan 001 juga masih belum menyelesaikan permainan. Tapi kini, dia mulai
memanfaatkan keadaan 001. Saat 001 menebak benar, dia akan bertanya ulang
mengenai jawabannya sehingga 001 yang linglung, lupa mengenai ucapannya dan
mempercayai ucapan Gi Hun yang bilang tebakannya salah.
Ali
sangat jujur. Dia mengikuti semua sesuai apa yang Sang Woo katakan. Sayang, dia
di tipu. Sang Woo mengambil semua kelerengnya dan menyerahkannya ke pengawas.
Dia menegaskan pada pengawas kalau dia mendapatkan kelereng itu tanpa
kekerasan, jadi metodenya tidak salah. Sang Woo dinyatakan menang. Dan jika dia
menang, maka Ali harus mati.
Waktu
hanya 3 menit. Sae Byeok mengajak Ji Yeong untuk bermain sekarang. Permainan
mereka adalah melempar kelereng ke dinding. Yang paling dekat dengan dinding
adalah pemenangnya. Sebelum mulai, Kang Sae Byeok memberitahu namanya. Ji Yeong
juga memberitahu namanya : Ji Yeong, tanpa marga. Ji Yeong menyuruh agar Sae
Byeok yang mulai duluan.
Dengan
metode curangnya, Gi Hun berhasil membalik keadaan. Tapi, dia tidak kelihatan
bahagia. Dia mengira dirinya sudah menang, tapi ternyata 001 masih mempunyai 1
kelereng. Dan dalam keadaan linglung, 001 mulai lagi mencari-cari rumahnya dan
tidak mau bermain.
Permainan
Sae Byeok dan Ji Yeong dimulai. Sae Byeok melempar kelerengnya. Hampir dekat dinding,
tapi tidak sampai ke ujungnya. Giliran Ji Yeong. Ji Yeong melempar kelerengnya,
tepat di bawah kakinya. Dia kalah. Sae Byeok jelas marah karena Ji Yeong
sengaja kalah. Tapi Ji Yeong beralasan kalau kelerengnya tergelincir.
“Ini
yang kau maksud dengan membuatku menang? Kau pikir aku akan berterima kasih? Lempar
lagi.”
“Meskipun
begitu, aku tak akan bisa menang. Biarkan aku kalah dengan keren.”
“Berhenti
berlagak dan lempar lagi!” teriak Sae Byeok.
“Aku tak
punya apa pun. Kau punya alasan untuk keluar dari sini, tapi aku tak punya. Sejak
kau bertanya, aku terus memikirkan apa yang akan aku lakukan setelah keluar
dari sini. Meski kucoba memikirkannya, tak terpikir sama sekali. Orang yang
memiliki alasan yang harus keluar. Seharusnya begitu. Kau harus meninggalkan tempat
ini hidup-hidup. Dan… bertemu dengan ibumu, menjemput adikmu, dan pergi ke
Pulau Jeju,” ujar Ji Yeong, tulus dan terus dengan tersenyum. Senyuman yang
indah.
Ali
sudah berkeliling setelah memeriksa semua tim dan kembali ke tempat awal. Sayangnya,
mau dia teriak bagaimanapun, Sang Woo tidak muncul. Sang Woo sudah keluar dari
arena permainan. Saat itulah, Ali mulai menyadari kalau dirinya di tipu. Dia
memeriksa kantong kelerengnya dan isinya hanyalah batu kerikil. Air matanya
menetes. Orang yang dianggapnya sebagai kakak, mengkhianatinya. Dor!!!
Suara
tembakan itu terdengar jelas hingga ke telinga Sang Woo termasuk pengumuman
tereliminasinya.
Sae
Byeok dibawa pergi oleh pengawas karena sudah pergi.
“Kang
Sae Byeok! Terimakasih sudah bermain denganku,” ujar Ji Yeong, tetap tersenyum.
Dor! Suara tembakan menyusul
segeranya. Sae Byeok tidak bisa menahan tangisnya lagi.
Gi Hun
sudah sangat frustasi karna 001 malah pikun disaat begini. Waktu mereka tidak
tersisa banyak. Saat pikirannya sudah sadar, 001 malah meminta mereka bermain
dengan mempertaruhkan semua kelereng mereka. Gi Hun mana mau. Dia berteriak
kalau itu nggak masuk akal. Tidak mungkin dia mempertaruhkan 19 kelerengnya
demi 1 kelereng!
“Lalu… apa
membodohiku dan mengambil kelerengku adalah hal yang masuk akal?” tanya 001.
Dia hanya berpura-pura sedari tadi dan membiarkan Gi Hun yang memiliki 1
kelereng untuk mengambil 9 kelerengnya.
Gi Hun
terdiam. Dia nggak bisa menjawab pertanyaan itu. Tapi, di saat itu, 001
memberikan kelerengnya ke tangan Gi Hun.
“Ambil. Ini
milikmu. Kita adalah gganbu. Apa kau
lupa? Kita sudah berjanji untuk menjadi gganbu
bagi satu sama lain. Dan ketika menjadi gganbu,
kita berbagi segalanya. Terima kasih atas segalanya. Berkat kau, aku bisa
bersenang-senang sebelum pergi.”
Ucapannya
itu membuat penyesalan Gi Hun semakin besar. Dia menangis terisak-isak. Demi
permainan ini, dia harus mengorbankan orang yang sudah seperti ayahnya. Tapi,
001 tetap menenangkan dan bilang kalau dia baik-baik saja. Dan di saat terakhirnya,
dia memberitahukan namanya : Oh Il Nam.
Setelah
mendengar itu, Gi Hun pergi. Dari arah belakang, dia bisa mendengar suara
tembakan pistol dan pengumuman tereliminasinya 001.