Sinopsis C- Drama : Go Ahead Episode 20

 

Original Network : Hunan Tv, iQiyi, Mango TV

Zhuang Bei merasa agak capek, karena semalaman dia habis bergadang untuk menulis keluhan klien.

Tepat disaat itu, Ran datang. Dan dengan tidak senang, Ziqiu mengeluh, kenapa Ran datang lagi. Dan Ran menjawab bahwa dia datang untuk bertemu dengan temannya disini.

Melihat sikap Ziqiu kepada Ran, Zhuang Bei merasa penasaran dan bertanya. Dan Ziqiu menjelaskan bahwa itu adalah pacar Jian Jian dan orang yang paling dia benci. Mengetahui itu, Zhuang Bei berkomentar bahwa Ran tampak seperti orang baik dan tidak mesum.


Ini namanya lumayan?” keluh Ziqiu, tidak senang.

“Menurutmu, Li Jianjian harus dapat yang bagaimana, kau baru puas?” tanya Zhuang Bei, ingin tahu.

“Li Jian Jian cari pacar apa?” balas Ziqiu, ketus. “Maksudku, dia belum cukup umur. Dia belum dewasa. Dia harus utamakan karir,” jelasnya.

“Maksudmu, dia tak perlu ditemani orang?” tanya Zhuang Bei.

“Ada yang temani dia. Kelak aku dan Ling Xiao temani dia.”



Mendengar itu, Zhuang Bei mengajukan beberapa pertanyaan kepada Ziqiu, seperti apakah Ziqiu ada pacar, apakah Ziqiu ada menyukai seseorang. Dan Ziqiu menjawab tidak untuk semua itu. Dan akhirnya Zhuang Bei pun tersadar, Ziqiu pasti menyukai Jian Jian. Dan Ziqiu menyangkal dengan keras.

Jika kau menikah dengan Li Jian Jian, kalian di dalam satu akta, jelas Zhuang Bei. Dan mendengar itu, Ziqiu tampak merasa tertarik.

Aku hanya ingin baik padanya, balas Ziqiu dengan agak tergagap.

Mereka bilang kau menantu yang dibesarkan. Ini bukan candaan, goda Zhuang Bei. Dan Ziqiu menyangkal serta pergi untuk melanjutkan pekerjaannya didapur.

Ketika Ziqiu pulang dan bertemu dengan Jian Jian, dia jadi merasa gugup, karena teringat perkataan Zhuang Bei barusan.

Kak. Apa Kakak mengabarimu? tanya Jian Jian, ingin tahu.

Tidak ada, jawab Ziqiu. Lalu dia langsung masuk ke dalam rumah.

Ziqiu selalu teringat akan perkataan Zhuang Bei. Lalu tepat disaat dia keluar dari kamar mandi, dia tidak sengaja bertabrakan dengan Jian Jian. Dan dengan malu, dia langsung menutupi tubuhnya.


Kak, makan semangka? tanya Jian Jian, menawarkan semangkanya.

Oh, aku pergi pakai baju dulu, jawab Ziqiu dengan gugup. Lalu dia hampir saja salah masuk kamar.

Itu bukan kamar Kakak, kata Jian Jian, mengingatkan.

Oh, jawab Ziqiu sambil berbalik untuk masuk ke dalam kamarnya.


Saat sudah masuk ke dalam kamar, Ziqiu langsung duduk dengan lemas dilantai.



Flash back

Ketika Ziqiu sedang berdiri diatas kursi, Jian Jian datang dari belakang dan menurunkan celananya. Dan dia merasa sangat terkejut. Begitu juga dengan Ling Xiao yang langsung datang dan menutup mata Jian Jian.

Li Jianjian, kau perempuan bukan? keluh Ziqiu, marah. Dan Jian Jian tertawa dengan keras tanpa rasa malu sama sekali.

Flash back end



Jian Jian memanggil nama Ziqiu berkali- kali, dan ketika Ziqiu akhirnya menjawab, dia membahas tentang bagaimana kabar Ling Xiao. Dan Ziqiu menenangkan Jian Jian untuk tidak perlu khawatir, karena Ling Xiao pasti akan pulang. Lalu alasan Ling Xiao tidak bisa dihubungi dan tidak membalas pesan mereka, kemungkinan karena Chen Ting dan Meiyang.


Nah, makan semangka, kata Jian Jian sambil menyodorkan semangkanya. Dan Ziqiu pun langsung makan menggunakan sendoknya. Itu sendokku, keluh Jian Jian. Lalu dia pergi untuk mengambil sendok baru.

Keberatan padaku? tanya Ziqiu.

Siapa mau makan air liurmu? balas Jian Jian.

Mendengar itu, Ziqiu menatap sendok ditangannya dengan serius. Lalu dia menjilat bibirnya sedikit.


Ling Xiao membujuk Chen Ting untuk makan. Dan Chen Ting menolak, karena dia mau mati saja. Mendengar itu, Meiyang meletakkan nasi didepan Chen Ting. Jika Ibu sungguh mati, aku pergi ke rumah nenekku.

Mendengar itu, Chen Ting merasa kesal. Dan Meiyang tidak peduli. Dan Ling Xiao menasehati Meiyang untuk bersikap lebih dewasa. Dan Meiyang diam sambil memakan makanannya.



Chen Ting dengan serius menanyai, apakah Ling Xiao memang mau pergi. Dan Ling Xiao mengiyakan serta meminta Chen Ting untuk mengembalikan dokumennya.

Kau tak mau kami lagi? tanya Chen Ting, terluka.

Bukan. Aku hanya ingin hidup di sana, jawab Ling Xiao dengan jujur. Dan Chen Ting menangis.


Distudio. Du Juan dan Zhou Miao mengajak Jian Jian untuk ke karaoke dan menyanyi bersama nanti. Tapi Jian Jian menolak, karena dia mau menunggu Ling Xiao pulang.

Memang akrab sejak kecil, baru pulang tidak lama, setiap berbicara selalu kak Ling Xiao, kak Ziqiu, komentar Du Juan.

Bukan saudara kandung, ini terlalu berlebihan, 'kan? sindir Zhou Miao. Saudara yang tak ada hubungan darah, hubungan mereka tidak murni.

Mendengar itu, Jian Jian merasa kesal dan memukul meja dengan kuat. Dan Du Juan pun langsung menengahi dengan menyuruh Zhou Miao untuk pergi membeli kopi. Lalu dia menenangkan Jian Jian untuk jangan marah.


Ketika Jian Jian pulang, Mingyue sedang membuat pangsit. Dan Jian Jian merasa heran ada apa.

Aku pikir sudah lama kita tak makan pangsit, malam makan pangsit, jelas Mingyue, beralasan. Ling Xiao sudah mendarat? tanyanya, kemudian.

Aku tak tahu. Mungkin ponselnya rusak, jawab Jian Jian, tanpa semangat. Lalu dia masuk ke dalam kamarnya.

Jangan marah. Nanti kau marahi dia, hibur Mingyue.

Kau saja, aku tak mau, balas Jian Jian. Dan mendengar itu, Mingyue tersenyum malu- malu.

Didalam kamar. Jian Jian mencoba menghubungi Ling Xiao lagi, tapi tetap tidak bisa. Dan dia merasa kecewa.

Jian Jian dan Mingyue merasa tidak berselera untuk makan, karena sampai sekarang belum ada kabar dari Ling Xiao. Dan Tang Can berusaha membujuk mereka berdua untuk makan dulu, karena Ling Xiao pasti akan pulang. Tapi mereka berdua sama sekali tidak mendengarkan.


Lalu setelah cukup lama, Jian Jian pun masuk ke dalam kamarnya. Dan tepat disaat itu, bel rumah berbunyi, dan Tang Can serta Mingyue langsung membukakan pintu. Tapi ternyata yang datang adalah Ziqiu, dan mereka berdua merasa kecewa.

Kau tahu kata sandi, kenapa tak langsung masuk? keluh Tang Can, kesal.

Kau yang bilang memintaku belajar dari Ling Xiao untuk menekan bel dan mengetuk? balas Ziqiu, heran.

Ziqiu kemudian masuk ke dalam kamar Jian Jian untuk memeriksanya. Dan Mingyue masuk ke dalam kamarnya.

Dengan ragu, Tang Can menatap makanan yang ada didepannya, dan berpikir keras, apakah dia harus makan duluan atau tidak.



Ziqiu menjelaskan kepada Jian Jian yang sedang sibuk bekerja untuk tidak perlu khawatir mengenai Ling Xiao. Dan Jian Jian mengerti. Lalu dia menyuruh Ziqiu untuk tidur cepat malam ini, karena besok mereka berdua harus pulang cepat untuk sembahyang.

Kau tak makan lagi? tanya Ziqiu, perhatian.

Tak ingin makan. Sekarang, aku ingin makan kue nanas, balas Jian Jian. Dan Ziqiu langsung berniat untuk membelikannya. Tidak perlu, kata Jian Jian, menghentikan Ziqiu. Kakak Ling Xiao bilang dekat universitasnya ada kue nanas yang enak. Dia mau belikan untukku. Sekarang, aku hanya ingin makan itu, jelasnya. Dan Ziqiu mengerti.

Keesokan harinya. Jian Jian dan Ziqiu menemani Li Haichao untuk sembahyang bersama dirumah. Lalu mereka menemui para kerabat yang datang berkunjung.


Para kerabat yang datang banyak membahas agar Li Haichao mencari pasangan lagi. Membahas apakah Ziqiu sudah punya pacar. Dan membahas apakah Jian Jian sudah punya pacar.

Setelah cukup lama menemani para kerabat mengobrol, Jian Jian pergi ke atas atap dan memakan es krim. Dan lalu Ziqiu datang serta memanggilnya.

Kenapa kamu kabur ke sini? tanya Ziqiu.

Senyumku sudah kaku. Aku cari udara segar, jawab Jian Jian.

Ziqiu merasa sama capeknya dengan Jian Jian. karena banyak kerabat yang ingin menjodohkannya, kepadahal dulu mereka selaui mengatainya bahwa dia menumpang makan disini. Dan Jian Jian mengomentari bahwa ini karena Ziqiu seperti angsa bertelur emas bagi mereka.



Ziqiu kemudian diam dan menatap es krim yang Jian Jian makan. Dan menyadari itu, Jian Jian pun menyondorkan es krimnya. Tapi sayangnya, dia hanya bercanda saja, ketika Ziqiu ingin memakannya, dia langsung menarik tangannya.


Selesai makan, banyak anak- anak yang ingin bermain dengan Jian Jian. Dan Jian Jian memeluk Ziqiu untuk meminta bantuan. Namun Ziqiu langsung menolak dan pergi bersama dengan Li Haichao, dengan alasan masih ada pekerjaan yang harus dikerjakan.

Kalian! keluh Jian Jian, kesal.



Malam hari. Jian Jian dan Ziqiu membakar kertas sembahyang untuk Ibu Li yang berada di dunia sana. Dan sambil membakar itu, mereka meminum arak bersama-sama sambil mengobrolkan tentang kehidupan.

“Ayah Ling bilang, asam, manis, pahit, pedas. Asam manis dulu, baru pahit pedas. Maksudnya, dalam proses pertumbuhan, asam manis akan lebih banyak di awal. Selanjutnya pahit pedas lebih banyak,” kata Jian Jian. “Hanya orang dewasa baru bisa minum, dan hanya orang dewasa yang tahu.”

“Tetapi warna arak pahit pedas ini terlihat seperti air putih,” balas Ziqiu, berkomentar.


“Inilah yang membingungkan. Lihat, bening dan terlihat tawar seperti air putih. Tetapi saat kau minum, bisa membuatmu menangis,” jelas Jian Jian sambil terus minum. Lalu dia menawarkan kepada Ziqiu juga.


Setelah selesai, Ziqiu mengendong Jian Jian pulang. Dan dia mengingatkan Jian Jian untuk jangan muntah. Dan mendengar itu, Jian Jian mencekik leher Ziqiu sambil tertawa.

“Kak, kamu jangan pergi,” pinta Jian Jian, setengah sadar.

“Aku tak pergi. Aku tak akan pergi lagi,” kata Ziqiu dengan serius. “Jika Ling Xiao tak pulang, ada aku di sini.”


Saat sampai dirumah, Mingyue membantu Ziqiu untuk mengurus Jian Jian yang sudah mabuk dan tidak sadarkan diri. Dia menyuruh Ziqiu untuk pulang saja, karena sekarang Jian Jian sudah dewasa dan Jian Jian adalah wanita, jadi dia ingin Ziqiu memberikan privasi kepada Jian Jian.

“Oh, aku pulang dulu,” kata Ziqiu, mengerti. Lalu diapun pergi.



Ling Heping menemani Li Haichao minum- minum sambil bercerita dengan kesal bahwa dia menyesal membiarkan Ling Xiao kuliah di Singapura sebelumnya.

“Ling Xiao, tadi sore meneleponmu, dia bilang apa?” tanya Li Haichao, ingin tahu.

“Dia bilang, kemarin telat naik pesawat, pindah pesawat harus menunggu sehari. Ponselnya rusak, di bandara meminjam ponsel orang untuk meneleponku,” jawab Ling Heping. “Kudengar sudah pasti dia berbohong. Pasti Chen Ting ribut dengannya. Mungkin ponselnya dirusak olehnya,” jelasnya dengan yakin.

Tepat disaat itu, Ling Xiao pulang. Dan mereka berdua menyambutnya dengan senang.

“Kau sudah bilang pada ibumu?” tanya Ling Heping, perhatian.

“Sudah,” jawab Ling Xiao, singkat.


Ling Xiao kemudian melakukan sembahyang untuk Ibu Li. Setelah itu, dia pamit kepada Ling Heping serta Li Haichao, karena dia ingin Jian Jian tahu bahwa dia sudah pulang malam ini.


Ling Xiao memperhatikan Jian Jian yang sudah tidur. Dia menrapikan rambutnya yang berantakan, dan mengelus wajahnya, lalu dia mencium dahi Jian Jian.




Ketika Mingyue keluar dari kamar untuk mengambil air. Dia melihat lampu kamar Jian Jian menyala. Dan dengan senang, dia ke sana untuk melihat, karena dia menduga kalau Ling Xiao pasti sudah pulang. Namun apa yang dilihatnya kemudian, membuatnya merasa sangat terkejut.

Ling Xiao mencium wajah Jian Jian.

Ketika Ling Xiao menciumnya, Jian Jian tersadar. Tapi kemudian dia langsung pura- pura tidur lagi dan menghindari Ling Xiao.




Menyadari itu, Ling Xiao tidak jadi mencium bibir Jian Jian. Lalu dia pergi dari kamar Jian Jian.

Setelah Ling Xiao pergi, Jian Jian membuka matanya dan pikirannya terasa kosong. Dia jadi sama sekali tidak bisa tidur.

Keesokan harinya. Ketika Ziqiu datang untuk membuatkan sarapan seperti biasa, dia bertemu dengan Mingyue yang pergi dengan membawa tas cukup besar. Dan dia merasa heran, tapi dia tidak terlalu memikirkan nya.


Jian Jian menyentuh dahinya yang semalam dicium oleh Ling Xiao. “Aku bermimpi?” gumamnya sambil menyentuh pipinya yang dicium oleh Ling Xiao juga semalam. “Maksudnya bukan itu, kan?” gumamnya. Lalu dia mengingat Ling Xiao yang hampir ingin mencium bibirnya semalam.

Dengan malu, Jian Jian lalu menutupi wajahnya dengan selimut dan meringis.

Saat sarapan, Tang Can menceritakan kepada Ling Xiao dan Ziqiu bahwa Mingyue disuruh pulang oleh Ibunya selama beberapa hari.

“Benarkah? Kenapa tadi pagi mukanya cemberut?” tanya Ziqiu, ingin tahu.

“Pantas saja. Dia pindah karena tak ingin diusik ibunya. Begitu pulang dia pasti diganggu. Ling Xiao kemarin malam baru pulang, tadi pagi dia sudah pergi, dia belum tahu Ling Xiao pulang,” tebak Tang Can dengan yakin.



Ketika Jian Jian keluar dari kamar, Ling Xiao menatapnya dengan gugup. Dan Jian Jian mengabaikannya serta duduk dengan tenang, seolah tidak ada yang terjadi dan dia tidak tau apa- apa.

“Selagi Yueliang (panggilan Mingyue) tidak ada, kami tanyakan kakakmu,” kata Tang Can dengan bersemangat. Lalu dia menwawancarai Ling Xiao. “Kau terhadap Yueliang yang begitu cantik dan ramah, sudah menyukainya berapa lama?” tanyanya, ingin tahu.

“Menyukainya?” tanya Ling Xiao, terkejut dan bingung.



“Meski pendekatan sangat menarik, tetapi berpacaran lebih terus terang, 'kan? Yueliang sudah ungkapkan padamu, kau harus segera memanfaatkannya,” jelas Tang Can, menyarankan.

“Pendekatan?” tanya Ling Xiao, masih bingung.

Mendengar itu, Jian Jian hanya diam saja. Dan Ling Xiao akhirnya mengerti serta menjelaskan dengan tegas bahwa dia sudah menyukai seseorang, dan orang yang disukainya bukanlah Mingyue.



Menyadari itu, Tang Can langsung menatap ke arah Jian Jian. “Jadi kau bilang, kau suka adik kelas saat SMA,” gumamnya. “Ya ampun.”


1 Comments

Previous Post Next Post