Original
Network : Hunan Tv, iQiyi, Mango TV
Zhuang Bei merasa agak capek, karena
semalaman dia habis bergadang untuk menulis keluhan klien.
Tepat disaat itu, Ran datang. Dan dengan
tidak senang, Ziqiu mengeluh, kenapa Ran datang lagi. Dan Ran menjawab bahwa
dia datang untuk bertemu dengan temannya disini.
Melihat sikap Ziqiu kepada Ran, Zhuang Bei
merasa penasaran dan bertanya. Dan Ziqiu menjelaskan bahwa itu adalah pacar
Jian Jian dan orang yang paling dia benci. Mengetahui itu, Zhuang Bei
berkomentar bahwa Ran tampak seperti orang baik dan tidak mesum.
“Ini namanya lumayan?” keluh Ziqiu, tidak
senang.
“Menurutmu,
Li Jianjian harus dapat yang bagaimana, kau baru puas?” tanya Zhuang Bei, ingin
tahu.
“Li Jian
Jian cari pacar apa?” balas Ziqiu, ketus. “Maksudku, dia belum cukup umur. Dia
belum dewasa. Dia harus utamakan karir,” jelasnya.
“Maksudmu, dia tak perlu ditemani orang?” tanya Zhuang
Bei.
“Ada yang
temani dia. Kelak aku dan Ling Xiao temani dia.”
Mendengar itu,
Zhuang Bei mengajukan beberapa pertanyaan kepada Ziqiu, seperti apakah Ziqiu
ada pacar, apakah Ziqiu ada menyukai seseorang. Dan Ziqiu menjawab tidak untuk
semua itu. Dan akhirnya Zhuang Bei pun tersadar, Ziqiu pasti menyukai Jian
Jian. Dan Ziqiu menyangkal dengan keras.
“Jika kau menikah dengan Li Jian Jian, kalian
di dalam satu akta,” jelas Zhuang Bei. Dan mendengar itu, Ziqiu
tampak merasa tertarik.
“Aku hanya ingin baik padanya,” balas Ziqiu
dengan agak tergagap.
“Mereka bilang kau menantu yang dibesarkan.
Ini bukan candaan,” goda Zhuang
Bei. Dan Ziqiu menyangkal serta pergi untuk melanjutkan pekerjaannya didapur.
Ketika Ziqiu
pulang dan bertemu dengan Jian Jian, dia jadi merasa gugup, karena teringat
perkataan Zhuang Bei barusan.
“Kak. Apa Kakak mengabarimu?” tanya Jian
Jian, ingin tahu.
“Tidak ada,” jawab Ziqiu. Lalu
dia langsung masuk ke dalam rumah.
Ziqiu selalu
teringat akan perkataan Zhuang Bei. Lalu tepat disaat dia keluar dari kamar
mandi, dia tidak sengaja bertabrakan dengan Jian Jian. Dan dengan malu, dia
langsung menutupi tubuhnya.
“Kak, makan semangka?” tanya Jian
Jian, menawarkan semangkanya.
“Oh, aku pergi pakai baju dulu,” jawab Ziqiu
dengan gugup. Lalu dia hampir saja salah masuk kamar.
“Itu bukan kamar Kakak,” kata Jian
Jian, mengingatkan.
“Oh,” jawab Ziqiu sambil berbalik untuk masuk ke
dalam kamarnya.
Saat sudah
masuk ke dalam kamar, Ziqiu langsung duduk dengan lemas dilantai.
Flash back
Ketika Ziqiu
sedang berdiri diatas kursi, Jian Jian datang dari belakang dan menurunkan
celananya. Dan dia merasa sangat terkejut. Begitu juga dengan Ling Xiao yang
langsung datang dan menutup mata Jian Jian.
“Li Jianjian, kau perempuan bukan?” keluh
Ziqiu, marah. Dan Jian Jian tertawa dengan keras tanpa rasa
malu sama sekali.
Flash back
end
Jian Jian
memanggil nama Ziqiu berkali- kali, dan ketika Ziqiu akhirnya menjawab, dia
membahas tentang bagaimana kabar Ling Xiao. Dan Ziqiu menenangkan Jian Jian
untuk tidak perlu khawatir, karena Ling Xiao pasti akan pulang. Lalu alasan Ling
Xiao tidak bisa dihubungi dan tidak membalas pesan mereka, kemungkinan karena
Chen Ting dan Meiyang.
“Nah, makan semangka,” kata Jian
Jian sambil menyodorkan semangkanya. Dan Ziqiu pun langsung makan menggunakan
sendoknya. “Itu
sendokku,” keluh Jian
Jian. Lalu dia pergi untuk mengambil sendok baru.
“Keberatan padaku?” tanya
Ziqiu.
“Siapa mau makan air liurmu?” balas Jian Jian.
Mendengar
itu, Ziqiu menatap sendok ditangannya dengan serius. Lalu dia menjilat bibirnya
sedikit.
Ling Xiao
membujuk Chen Ting untuk makan. Dan Chen Ting menolak, karena dia mau mati
saja. Mendengar itu, Meiyang meletakkan nasi didepan Chen Ting. “Jika Ibu
sungguh mati, aku pergi ke rumah nenekku.”
Mendengar
itu, Chen Ting merasa kesal. Dan Meiyang tidak peduli. Dan Ling Xiao menasehati
Meiyang untuk bersikap lebih dewasa. Dan Meiyang diam sambil memakan
makanannya.
Chen Ting
dengan serius menanyai, apakah Ling Xiao memang mau pergi. Dan Ling Xiao
mengiyakan serta meminta Chen Ting untuk mengembalikan dokumennya.
“Kau tak mau kami lagi?” tanya Chen
Ting, terluka.
“Bukan. Aku hanya ingin hidup di sana,” jawab Ling Xiao dengan jujur. Dan Chen Ting
menangis.
Distudio. Du
Juan dan Zhou Miao mengajak Jian Jian untuk ke karaoke dan menyanyi bersama
nanti. Tapi Jian Jian menolak, karena dia mau menunggu Ling Xiao pulang.
“Memang akrab sejak kecil, baru pulang tidak lama, setiap berbicara selalu kak Ling Xiao, kak Ziqiu,” komentar Du Juan.
“Bukan saudara kandung, ini terlalu
berlebihan, 'kan?” sindir Zhou Miao. “Saudara yang tak ada hubungan darah, hubungan
mereka tidak murni.”
Mendengar
itu, Jian Jian merasa kesal dan memukul meja dengan kuat. Dan Du Juan pun
langsung menengahi dengan menyuruh Zhou Miao untuk pergi membeli kopi. Lalu dia
menenangkan Jian Jian untuk jangan marah.
Ketika Jian
Jian pulang, Mingyue sedang membuat pangsit. Dan Jian Jian merasa heran ada
apa.
“Aku pikir sudah lama kita tak makan pangsit,
malam makan pangsit,” jelas Mingyue, beralasan. “Ling Xiao
sudah mendarat?” tanyanya,
kemudian.
“Aku tak tahu.
Mungkin ponselnya rusak,” jawab Jian Jian, tanpa semangat. Lalu dia masuk ke dalam kamarnya.
“Jangan marah. Nanti kau marahi dia,” hibur
Mingyue.
“Kau saja, aku tak mau,” balas Jian
Jian. Dan mendengar itu, Mingyue tersenyum malu-
malu.
Didalam
kamar. Jian Jian mencoba menghubungi Ling Xiao lagi, tapi tetap tidak bisa. Dan
dia merasa kecewa.
Jian Jian
dan Mingyue merasa tidak berselera untuk makan, karena sampai sekarang belum
ada kabar dari Ling Xiao. Dan Tang Can berusaha membujuk mereka berdua untuk
makan dulu, karena Ling Xiao pasti akan pulang. Tapi mereka berdua sama sekali
tidak mendengarkan.
Lalu setelah
cukup lama, Jian Jian pun masuk ke dalam kamarnya. Dan tepat disaat itu, bel
rumah berbunyi, dan Tang Can serta Mingyue langsung membukakan pintu. Tapi
ternyata yang datang adalah Ziqiu, dan mereka berdua merasa kecewa.
“Kau tahu kata sandi, kenapa tak langsung
masuk?” keluh Tang
Can, kesal.
“Kau yang bilang memintaku belajar dari Ling
Xiao untuk menekan bel dan mengetuk?” balas Ziqiu, heran.
Ziqiu
kemudian masuk ke dalam kamar Jian Jian untuk memeriksanya. Dan Mingyue masuk
ke dalam kamarnya.
Dengan ragu,
Tang Can menatap makanan yang ada didepannya, dan berpikir keras, apakah dia
harus makan duluan atau tidak.
Ziqiu
menjelaskan kepada Jian Jian yang sedang sibuk bekerja untuk tidak perlu
khawatir mengenai Ling Xiao. Dan Jian Jian mengerti. Lalu dia menyuruh Ziqiu
untuk tidur cepat malam ini, karena besok mereka berdua harus pulang cepat
untuk sembahyang.
“Kau tak makan lagi?” tanya
Ziqiu, perhatian.
“Tak ingin makan. Sekarang, aku ingin makan
kue nanas,” balas Jian
Jian. Dan Ziqiu langsung berniat untuk membelikannya. “Tidak perlu,” kata Jian
Jian, menghentikan Ziqiu. “Kakak Ling Xiao bilang dekat universitasnya
ada kue nanas yang enak. Dia mau belikan untukku. Sekarang, aku hanya ingin
makan itu,” jelasnya. Dan Ziqiu mengerti.
Keesokan
harinya. Jian Jian dan Ziqiu menemani Li Haichao untuk sembahyang bersama
dirumah. Lalu mereka menemui para kerabat yang datang berkunjung.
Para kerabat
yang datang banyak membahas agar Li Haichao mencari pasangan lagi. Membahas
apakah Ziqiu sudah punya pacar. Dan membahas apakah Jian Jian sudah punya
pacar.
Setelah
cukup lama menemani para kerabat mengobrol, Jian Jian pergi ke atas atap dan
memakan es krim. Dan lalu Ziqiu datang serta memanggilnya.
“Kenapa kamu kabur ke sini?” tanya
Ziqiu.
“Senyumku sudah kaku. Aku cari udara segar,” jawab Jian
Jian.
Ziqiu merasa
sama capeknya dengan Jian Jian. karena banyak kerabat yang ingin
menjodohkannya, kepadahal dulu mereka selaui mengatainya bahwa dia menumpang
makan disini. Dan Jian Jian mengomentari bahwa ini karena Ziqiu seperti angsa
bertelur emas bagi mereka.
Ziqiu kemudian diam dan menatap es krim yang Jian Jian makan. Dan menyadari itu, Jian Jian pun menyondorkan es krimnya. Tapi sayangnya, dia hanya bercanda saja, ketika Ziqiu ingin memakannya, dia langsung menarik tangannya.
Selesai
makan, banyak anak- anak yang ingin bermain dengan Jian Jian. Dan Jian Jian
memeluk Ziqiu untuk meminta bantuan. Namun Ziqiu langsung menolak dan pergi
bersama dengan Li Haichao, dengan alasan masih ada pekerjaan yang harus
dikerjakan.
“Kalian!” keluh Jian Jian,
kesal.
Malam hari.
Jian Jian dan Ziqiu membakar kertas sembahyang untuk Ibu Li yang berada di
dunia sana. Dan sambil membakar itu, mereka meminum arak bersama-sama sambil
mengobrolkan tentang kehidupan.
“Ayah Ling
bilang, asam, manis, pahit, pedas. Asam manis dulu, baru pahit pedas.
Maksudnya, dalam proses pertumbuhan, asam manis akan lebih banyak di awal.
Selanjutnya pahit pedas lebih banyak,” kata Jian Jian. “Hanya orang dewasa baru
bisa minum, dan hanya orang dewasa yang tahu.”
“Tetapi
warna arak pahit pedas ini terlihat seperti air putih,” balas Ziqiu,
berkomentar.
“Inilah yang
membingungkan. Lihat, bening dan terlihat tawar seperti air putih. Tetapi saat
kau minum, bisa membuatmu menangis,” jelas Jian Jian sambil terus minum. Lalu
dia menawarkan kepada Ziqiu juga.
Setelah
selesai, Ziqiu mengendong Jian Jian pulang. Dan dia mengingatkan Jian Jian
untuk jangan muntah. Dan mendengar itu, Jian Jian mencekik leher Ziqiu sambil
tertawa.
“Kak, kamu
jangan pergi,” pinta Jian Jian, setengah sadar.
“Aku tak
pergi. Aku tak akan pergi lagi,” kata Ziqiu dengan serius. “Jika Ling Xiao tak
pulang, ada aku di sini.”
Saat sampai
dirumah, Mingyue membantu Ziqiu untuk mengurus Jian Jian yang sudah mabuk dan
tidak sadarkan diri. Dia menyuruh Ziqiu untuk pulang saja, karena sekarang Jian
Jian sudah dewasa dan Jian Jian adalah wanita, jadi dia ingin Ziqiu memberikan
privasi kepada Jian Jian.
“Oh, aku
pulang dulu,” kata Ziqiu, mengerti. Lalu diapun pergi.
Ling Heping
menemani Li Haichao minum- minum sambil bercerita dengan kesal bahwa dia
menyesal membiarkan Ling Xiao kuliah di Singapura sebelumnya.
“Ling Xiao,
tadi sore meneleponmu, dia bilang apa?” tanya Li Haichao, ingin tahu.
“Dia bilang, kemarin telat naik pesawat, pindah pesawat harus menunggu sehari. Ponselnya rusak, di bandara meminjam ponsel orang untuk meneleponku,” jawab Ling Heping. “Kudengar sudah pasti dia berbohong. Pasti Chen Ting ribut dengannya. Mungkin ponselnya dirusak olehnya,” jelasnya dengan yakin.
Tepat disaat
itu, Ling Xiao pulang. Dan mereka berdua menyambutnya dengan senang.
“Kau sudah
bilang pada ibumu?” tanya Ling Heping, perhatian.
“Sudah,”
jawab Ling Xiao, singkat.
Ling Xiao kemudian melakukan sembahyang untuk Ibu Li. Setelah itu, dia pamit kepada Ling Heping serta Li Haichao, karena dia ingin Jian Jian tahu bahwa dia sudah pulang malam ini.
Ling Xiao
memperhatikan Jian Jian yang sudah tidur. Dia menrapikan rambutnya yang
berantakan, dan mengelus wajahnya, lalu dia mencium dahi Jian Jian.
Ketika Mingyue
keluar dari kamar untuk mengambil air. Dia melihat lampu kamar Jian Jian
menyala. Dan dengan senang, dia ke sana untuk melihat, karena dia menduga kalau
Ling Xiao pasti sudah pulang. Namun apa yang dilihatnya kemudian, membuatnya
merasa sangat terkejut.
Ling Xiao
mencium wajah Jian Jian.
Ketika Ling
Xiao menciumnya, Jian Jian tersadar. Tapi kemudian dia langsung pura- pura
tidur lagi dan menghindari Ling Xiao.
Menyadari
itu, Ling Xiao tidak jadi mencium bibir Jian Jian. Lalu dia pergi dari kamar
Jian Jian.
Setelah Ling
Xiao pergi, Jian Jian membuka matanya dan pikirannya terasa kosong. Dia jadi
sama sekali tidak bisa tidur.
Keesokan
harinya. Ketika Ziqiu datang untuk membuatkan sarapan seperti biasa, dia
bertemu dengan Mingyue yang pergi dengan membawa tas cukup besar. Dan dia
merasa heran, tapi dia tidak terlalu memikirkan nya.
Jian Jian
menyentuh dahinya yang semalam dicium oleh Ling Xiao. “Aku bermimpi?” gumamnya
sambil menyentuh pipinya yang dicium oleh Ling Xiao juga semalam. “Maksudnya
bukan itu, kan?” gumamnya. Lalu dia mengingat Ling Xiao yang hampir ingin
mencium bibirnya semalam.
Dengan malu,
Jian Jian lalu menutupi wajahnya dengan selimut dan meringis.
Saat
sarapan, Tang Can menceritakan kepada Ling Xiao dan Ziqiu bahwa Mingyue disuruh
pulang oleh Ibunya selama beberapa hari.
“Benarkah?
Kenapa tadi pagi mukanya cemberut?” tanya Ziqiu, ingin tahu.
“Pantas
saja. Dia pindah karena tak ingin diusik ibunya. Begitu pulang dia pasti
diganggu. Ling Xiao kemarin malam baru pulang, tadi pagi dia sudah pergi, dia
belum tahu Ling Xiao pulang,” tebak Tang Can dengan yakin.
Ketika Jian
Jian keluar dari kamar, Ling Xiao menatapnya dengan gugup. Dan Jian Jian
mengabaikannya serta duduk dengan tenang, seolah tidak ada yang terjadi dan dia
tidak tau apa- apa.
“Selagi Yueliang
(panggilan Mingyue) tidak ada, kami tanyakan kakakmu,” kata Tang Can dengan
bersemangat. Lalu dia menwawancarai Ling Xiao. “Kau terhadap Yueliang yang
begitu cantik dan ramah, sudah menyukainya berapa lama?” tanyanya, ingin tahu.
“Menyukainya?”
tanya Ling Xiao, terkejut dan bingung.
“Meski
pendekatan sangat menarik, tetapi berpacaran lebih terus terang, 'kan? Yueliang
sudah ungkapkan padamu, kau harus segera memanfaatkannya,” jelas Tang Can,
menyarankan.
“Pendekatan?”
tanya Ling Xiao, masih bingung.
Mendengar
itu, Jian Jian hanya diam saja. Dan Ling Xiao akhirnya mengerti serta
menjelaskan dengan tegas bahwa dia sudah menyukai seseorang, dan orang yang
disukainya bukanlah Mingyue.
Menyadari
itu, Tang Can langsung menatap ke arah Jian Jian. “Jadi kau bilang, kau suka
adik kelas saat SMA,” gumamnya. “Ya ampun.”
Lanjut.... Semangat🔛🔥
ReplyDelete