Original
Network : Hunan Tv, iQiyi, Mango TV
“Ya ampun,” kata Tang Can, terkejut sambil menatap Jian
Jian. lalu dia bersikap narsis seperti biasa. “Apakah itu aku?” tanyanya.
“Siapa dia?
Kenapa aku tidak tahu?” tanya Ziqiu, penasaran. Dan Ling Xiao diam, tidak
menjawab.
Dengan malu
dan gugup, Jian Jian langsung berhenti makan dan masuk ke dalam kamar. Melihat
itu, Ziqiu dan Tang Can merasa bingung.
Jian Jian
menunggu dengan gugup sambil dia yakin bahwa Ling Xiao sudah pergi. Setelah
yakin, barulah dia keluar dari dalam kamar.
Sayangnya,
didepan lift. Jian Jian malah bertemu dengan Ling Xiao. Dan dia merasa sangat
kaget sekali serta ingin menghindari Ling Xiao. Tapi Ling Xiao tidak
mengizinkannya untuk menghindar dan menariknya untuk masuk ke dalam lift. Dan
dengan ngeri, Jian Jian memintanya untuk tenang.
“Kemarin…” kata Ling Xiao.
“Semalam aku
mabuk, aku tak ingat apa pun,” sela Jian Jian dengan cepat.
“Kemarin maaf, aku tak mengontrol diri,” kata Ling
Xiao, menjelaskan. “Tetapi kau pasti tahu maksudku. Kau
pertimbangkanlah,” pintanya
dengan serius.
“Kak, kau sadarlah. Kita kakak-adik. Kita
lebih dari saudara kandung, dari kecil makan bersama, tidur bersama, kita satu
keluarga,” protes Jian
Jian.
“Tidak cukup. Aku ingin mendirikan hubungan
keluarga yang sah denganmu dan Ayah Li di depan hukum dan di masyarakat,” balas Ling
Xiao dengan sangat serius. “Hanya dengan kita menikah barulah jadi
keluarga sesungguhnya.
“Bagaimana mungkin kita menikah?” keluh Jian
Jian, marah.
“Putuslah dengan Zheng Shuran,” perintah
Ling Xiao.
“Tak mau, aku tak mau menikah denganmu,” kata Jian
Jian, merasa kesal dan frustasi. Lalu ketika
pintu lift terbuka, dia langsung berlari kabur.
Jian Jian
menghubungi Mingyue karena perhatian dan merasa khawatir padanya. Tapi Mingyue
beralasan bahwa dia harus pergi membeli sayur, jadi telpon pun cepat dimatikan.
Dan Jian Jian mengerti.
Du Juan dan
Zhou Miao yang baru pulang belanja langsung bermesraan. Dan melihat itu, Jian
Jian merasa sangat malas sekali.
Ran datang
menemui Ziqiu yang sedang berada didapur. Dia menanyai, kenapa Ziqiu begitu
membencinya. Dan sambil mengarahkan pisaunya, Ziqiu mengomel kesal. Karena
menurutnya, Ran adalah orang mesum. Dan dia ingin Ran untuk cepat putus dengan
Jian Jian, jika tidak dia akan menghancurkan karya seni nya. Mendengar itu, Ran
merasa heran.
“Li Jian Jian tidak bilang? Kami sudah putus,” kata Ran,
memberitahu. Dan Ziqiu terkejut dan lalu tertawa. “Dia tak
menyukaiku, hanya bisa putus. Sekarang kami kembali menjadi teman. Kau bisa
mengejarnya,” jelasnya.
“Kapan aku mengejarnya bukan urusanmu,” balas
Ziqiu, keceplosan.
“Akhirnya, kau menyadarinya. Aku sudah tahu
dari awal. Sebagai Kakak sudah berumur, tak kejar wanita lain. Selalu mengikuti
adik ke mana pun itu,” kata Ran, menggoda Ran.
“Jangan asal bicara pada Li Jian Jian,” ancam
Ziqiu. Lalu dia mengusir Ran untuk pergi.
Setelah Ran pergi, Ziqiu tertawa senang.
Jian Jian
menceritakan kepada Du Juan bahwa dia sudah putus dengan Ran. Dan dia merasa
tidak bersemangat, karena begitu cepat diputuskan. Menurutnya itu, memalukan.
Alasan
mereka berdua putus adalah karena Jian Jian tidak berani mencium Ran. Jadi Ran
merasa kalau mereka ini tidak seperti pasangan yang sedang pacaran sama sekali,
melainkan lebih seperti teman yang hanya bermain bersama.
Du Juan
berkomentar bahwa dia sudah menduga kalau Jian Jian dan Ran pasti akan putus.
Karena mereka berdua sama sekali tidak punya suasana asmara. Contoh, pertama,
kalau pacaran, kita pasti ingin tampak cantik. Kedua, kita pasti ingin selalu
bersama, jadi terus saling menghubungi. Ketiga, kita pasti akan cemburu, kalau
pasangan kita bersama dengan wanita lain. Mendengar itu, Jian Jian menyadari
bahwa dia dan Ran sama sekali tidak begitu.
“Saat pacaran, saat berdekatan, meski akan
panik, tetapi juga akan sangat menantikan. Tubuh keduanya, seperti punya daya
tarik-menarik. Dengan alami mendekat. Tak akan ada rasa benci atau menghindar.
Asalkan kau di sampingnya, kau akan merasa tenang dan bahagia,” kata Du
Juan, menjelaskan apa itu pacaran kepada Jian Jian.
“Kakak-adik juga mungkin,” balas Jian
Jian.
“Yang kubilang bukan sentuhan tubuh yang
biasa. Kakakmu akan menciummu?” balas Du Juan. Dan Jian Jian langsung
terdiam dengan gugup.
Du Juan dan
Zhuo Miao kemudian membahas tentang film jepang yang bercerita tentang kakak
yang menyukai adiknya. Dan mendengar itu, Jian Jian merasa penasaran, apa judul
film itu.
Mendengar
itu, Du Juan dan Zhuo Miao saling tersenyum dan menatap Jian Jian dengan penuh
arti. Dan Jian Jian merasa sangat bingung serta terdiam, karena merasa agak
ngeri.
Ziqiu
menghubungi Ling Xiao dan memberitahukan sebuah kabar baik. Yaitu kabar bahwa
Jian Jian dan Ran sudah putus. Mengetahui itu, Ling Xiao merasa sangat senang
sekali.
Tepat disaat
itu, Xixi datang mengantarkan seragam baru untuk Ling Xiao. Dan dia berkoemtar
bahwa Ling Xiao dan Ziqiu terlalu berlebihan dalam menentang pacar Jian Jian.
Dan Ling Xiao langsung membenarkan, itu bukan pacar lagi, tapi mantan pacar.
“Mau makan bersama?” ajak Xixi
dengan gugup.
“Kak Xixi, aku sudah mengutarakan perasaanku,” kata Ling
Xiao, menolak. Dan Xixi merasa terkejut. “Dia terlalu
lama di suatu status, butuh waktu menerimauntuk berubah ke status yang lain,” jelasnya.
“Apakah dia Qi Mingyue?” tanya Xixi,
ingin tahu.
“Bukan,” jawab Ling Xiao. “Kau kenal,
kau belikan dia es krim,” jelasnya. Dan
Xixi merasa sangat terkejut sekali.
Dengan
kesal, Xixi keluar dari ruangan Ling Xiao.
Ketika Tang
Can pulang, dia menemukan Jian Jian sedang duduk sendirian di taman dengan
tampang menyedihkan. “Ya Tuhan, anak siapa yang begitu kasihan
seorang diri duduk kesepian di sini?” tanyanya.
Mendengar
itu, Jian Jian hanya diam saja dan tidak menjawab. Dan Tang Can pun
mendekatinya serta duduk disampingnya.
Dengan
stress, Jian Jian menceritakan bahwa dia tidak takut hantu, tapi takut dengan
kedua kakaknya. Lalu dia memeluk Tang Can dengan manja.
“Ayo, kubawa kau pulang,” ajak Tang
Can sambil tertawa. Dan Jian Jian mengikutinya dengan patuh.
Ziqiu
mentraktir Zhuang Bei untuk meminta pendapatnya. Dan mengetahui itu, Zhuang Bei
pun langsung memesan banyak makanan. Lalu dia menanyai, bagaiman perasaan Ziqiu
kepada Jian Jian.
“Aku merasa jika aku menikah dengan Li Jian
Jian. Kami bisa berada dalam satu akta. Aku dan Li Jian Jian punya hubungan
dekat, apakah akan lancar-lancar saja?” kata Ziqiu, menjelaskan masalahnya.
“Tetapi kenapa aku merasa hubungan kalian ini
malah jadi penghalang?” balas Zhuang Bei dengan serius. “Bagaimana
jika dia hanya anggap kau kakak?”
“Menurutmu, aku
suka Li Jian Jian, pemikiran ini seperti psikopat?” tanya
Ziqiu, meminta pendapat. Dan Zhuang Bei tertawa dengan keras.
Zhuang Bei
menjelaskan pendapatnya. Ziqiu harus membuat Jian Jian menganggap dirinya
sebagai pria normal, bukannya kakak. Jadi Ziqiu harus menunjukkan pesona
sebagai seorang pria. Dan Ziqiu harus berinisiatif.
“Inisiatif seperti apa?” tanya
Ziqiu, penasaran.
“Aku ingin makan daging,” kata Zhuang
Bei dengan sikap seperti raja.
“kau tak punya tangan?” balas
Ziqiu, menolak.
“Aku ingin makan daging,” ulang
Zhuang Bei.
Dengan
terpaksa, Ziqiu memberikan semua daging kepada Zhuang Bei langsung. Dan Zhuang
Bei langsung menghentikan Ziqiu sambil tertawa. Lalu dia melanjutkan
penjelasannya. Ziqiu harus berani melakukan tindakan yang lebih besar, misalnya
ciuman.
Mengetahui
itu, Ziqiu langsung memarahi Zhuang Bei dan mengusirnya untuk pergi. Karena itu
adalah pikiran dan tindakan kotor menurutnya.
Tang Can
menanya- nanyai Jian Jian tentang Zhuang Bei. Dia ingin tahu seperti apa tipe
Zhuang Bei, apakah seperti dirinya. Dan Jian Jian tidak terlalu yakin.
Mendengar itu, Tang Can mengeluh kesal.
Tepat disaat
itu, bel rumah berbunyi. Dan dengan ngeri, Jian Jian langsung menutupi dirinya.
Sedangkan Tang Can membukakan pintu.
Ling Xiao
masuk dan mengingatkan Jian Jian untuk ingat agar besok datang ke rumah sakit.
Dan Jian Jian menolak, karena Xixi bilang, jika tidak ada masalah, maka tidak
perlu diperiksa lagi. Lalu dia mengabaikan Ling Xiao dan sibuk menyelesaikan
gambarnya.
Dengan
canggung, Ling Xiao pun pergi. Karena tidak tahu harus mengatakan apa lagi. Dan
menyadari itu, Tang Can merasa penasaran, kenapa Ling Xiao tampak seperti
depresi. Dan Jian Jian langsung protes bahwa itu tidak ada hubunganya dengan
dirinya. Dan Tang Can pun langsung diam.
Tang Can
kemudian berniat mengirimkan pesan kepada Ibu Zhuang Bei, dia ingin mengajak
Ibu Zhuang untuk bermain mahjong bersama lagi. Tepat disaat itu, Jian Jian
berdiri dan berteriak. Dan karena terkejut, ponsel yang Tang Can pegang pun terjatuh ke lantai.
“Kehidupan lalu aku berhutang padanya,” omel Jian
Jian, kesal. Lalu dia langsung pergi ke rumah didepan.
Dengan
cepat, Tang Can memungut ponselnya. Dan dia terkejut, ketika melihat bahwa dia
salah mengetik kata- kata. Dari ‘main mahjong’ menjadi ‘bius’. Dan dengan panik, diapun langsung
mengirimkan ulang pesan nya.
Zhuang Bei
mengirimkan pesan kepada Mingyue. “Kemarin kau mencari tahu pekerjaan di Taiwan
sangat membantu. Kapan ada waktu? Aku traktir makan.”
Mingyue mengabaikan
pesan dari Zhuang Bei. Dia sedang duduk dan menangis sendirian ditaman.
Jian Jian
merasa ragu untuk masuk ke dalam apatermen Ling Xiao. Lalu secara diam- diam,
seperti pencuri, dia mengintip dan memastikan bahwa tidak ada siapapun didalam,
lalu masuk ke dalam.
Dan ketika
Jian Jian menyalakan lampu, dia terkejut, karena ternyata Ling Xiao ada di
dekatnya.
“Jadi, kenapa kau diam-diam masuk?” tanya Ling
Xiao.
“Semalam aku taruh setengah semangka di
kulkas,” jawab Jian
Jian dengan gugup. Dan Ling Xiao pun membawa Jian Jian ke dapur.
Didapur.
Jian Jian memberitahukan jawaban yang telah dia pikirkan secara baik- baik
kepada Ling Xiao. Menurutnya mereka berdua terlalu dekat, jadi Ling Xiao
mungkin salah mengartikan cinta dan persaudaraan. Dan Ling Xiao langsung
membalas bahwa dia bukan Jian Jian, jelas- jelas hanya pertemanan tapi malah
bersikeras ingin pacaran.
“Membahasmu, kenapa jadi aku?” protes Jian
Jian dengan gugup. “Coba kau pikirkan. Selama ini kau hidup
dengan ibumu,
mungkin di hatimu merasa sedikit bersalah
padaku. Dan kau pulang lagi ke Singapura. Apakah kau menerima suatu tekanan?” tanyanya,
menjelaskan.
“Saat SMA kelas 3, saat itu aku bilang aku
akan menikahimu,” tegas Ling
Xiao. Dan Jian Jian mengira itu adalah candaan saja.
Dengan
panik, Jian Jian pun ingin segera pergi dengan membawa semangkanya. Tapi Ling
Xiao tidak mengizinkan Jian Jian untuk pergi. Dia mengambil sendok dibelakang
Jian Jian dan mengambil sedikit daging semangka.
“Saat kecil kau membawaku pulang. Seumur hidup
ini aku adalah milikmu,” tegas Ling Xiao sambil menyuapi semangka itu
ke dalam mulut Jian Jian. Dan dengan susah payah, Jian Jian menelan semangka
itu.
“Aku berhutang padanya di kehidupan lalu,” keluh Jian
Jian, ketika pulang. Dan lalu dia langsung masuk ke dalam kamar.
Melihat itu,
Tang Can merasa heran. Lalu dia mengambil semangka yang Jian Jian tinggalkan di
atas meja dan memakannya.
Ling Heping
memberitahu Li Haichao bahwa dia berhasil menemukan dimana He Mei. Ternyata He
Mei sudah pulang ke sini dari dua tahun lalu, dan He Mei membuka salon
kecantikan. Setelah memberitahu itu, Ling Heping mengomel, bagaimana He Mei bisa menjadi seorang Ibu,
karena He Mei sama sekali tidak ada menemui dan menghubungi Ziqiu.
Mendengar
itu, Li Haichao diam. “Sudah pulang?” gumamnya, tidak menyangka.
Jian Jian
meninggalkan pesan didepan pintu. Hari
ini tak perlu sarapan, makan di luar. Membaca itu, Ziqiu pun tidak jadi
masuk ke dalam apatermen Jian Jian.
Saat
sarapan, dengan perhatian, Ziqiu menanyai, apakah Ling Xiao ada merasa tertekan
lagi, karena kemarin malam dia melihat lampu kamar Ling Xiao lama matinya. Dan
Ling Xiao pun bercerita. Awalnya Ibunya tidak setuju, tapi kemudian Ibunya
setuju untuk dia kembali dan tinggal disini.
“Setuju begitu saja?” tanya
Ziqiu, tidak percaya. “Begitu kau pulang, ibumu langsung bunuh diri.”
“Ibumu yang bunuh diri,” balas Ling
Xiao.
“Ibumu tidak bunuh diri, dia hidup dengan
baik,” kata Ziqiu,
memperbaiki kata- katanya dengan ketus.
“Kau sudah bertemu ibumu?” tanya Ling
Xiao, saat menyadari mood Ziqiu agak aneh. “Ibumu mungkin sudah menikah dan melahirkan
adik untukmu,” tebaknya.
Ziqiu
berharap bisa melihat Ibunya lagi. Tapi dia masih belum berhasil menemukan
dimana He Mei.
Li Haichao
datang ke alamat He Mei yang diberikan oleh Ling Heping. Dan ketika dia sampai
disalon nya, dia melihat He Mei sedang bersama dengan seorang anak kecil. Dan
dia merasa agak terkejut.
Dicafe. Li
Haichao menanyai, berapa umur anak He Mei barusan, dan He Mei menjawab empat
tahun. Mendengar itu, Li Haichao merasa bahagia untuk He Mei, kemudian dia
menanyai, kenapa He Mei tidak memberikan kabar padanya.
“Kita tak punya hubungan apa pun,” kata He Mei
dengan sikap acuh.
“Aku tahu, aku tiba-tiba mencarimu mungkin
mengganggu hidupmu,” kata Li Haichao, merasa agak canggung. “Aku ingin
datang beri tahu, Ziqiu sudah pulang dari luar negeri, tak pergi lagi. Dan
sudah buka kafe, bisnisnya sangat bagus,” jelasnya, menceritakan tentang Ziqiu.
Dengan sikap
dingin, He Mei mengucapkan selamat. Dan Li Haichao pun langsung terdiam. Lalu
dengan hati- hati, dia menanyai, apakah dia boleh memberitahu Ziqiu tentang He
Mei. Dan He Mei sama sekali tidak peduli.
“Ini saja?” tanya He Mei, merasa bosan.
“He Mei, aku tahu kau masih menyayangi Ziqiu.
Saat itu meninggalkannya pasti punya kesulitanmu sendiri. Dan Ziqiu menganggap
hal itu sebagai masalah hati. Meski dia tak bilang, aku tetap ingin membantunya
melepaskan hal ini. Atau, kau coba pertimbangkan menemui anak ini,” pinta Li
Haichao.
Dengan
ketus, He Mei mengejek bahwa Li Haichao terlalu baik, dan itu telah menjadi
seperti sebuah penyakit. Dan Li Haichao menjelaskan bahwa dia melakukan ini
demi anak, dan dia yakin He Mei juga begitu.
“Jangan berpikir orang lain sama sepertimu,
orang baik tak berguna. Aku pergi untuk diriku sendiri. Aku pulang juga untuk
diriku sendiri. Kelak bertemu di jalan, anggap tak kenal saja,” kata He Mei
dengan serius. Lalu diapun pergi.
Saat
berjalan, He Mei teringat pada malam Ziqiu berlari mengejar mobilnya. Saat itu,
dia sengaja menyuruh supir untuk melaju lebih cepat.
Lalu secara
diam- diam, He Mei sering memperhatikan kondisi Ziqiu dari jauh.
“Jangan berbalik. Jangan berbalik,” kata He Mei,
menyakikan dirinya sendiri sambil terus berjalan dengan cepat.
Dicafe. Ziqiu sibuk memperhatikan foto He Mei. Lalu tiba-
tiba listrik mati, dan diapun langsung menyuruh karyawannya untuk mengisi ulang
token listrik.
Jian Jian dan Ran makan bersama dicafe Ziqiu. Dan Jian
Jian merasa agak sedikit heran, kenapa Ziqiu tidak bersikap buruk lagi kepada
Ran. Dan Ran menjawab bahwa ini karena dia dan Jian Jian sudah putus.
“Kau beri tahu dia, kita sudah putus?” tanya Jian
Jian, terkejut.
“Kau tak bilang?” balas Ran, bingung.
“Cinta pertamaku belum satu bulan, sudah diputuskan,
sangat memalukan,” keluh Jian
Jian, kesal. “Awalnya aku
ingin cari waktu yang tepat, dan beri tahu mereka. Bilang kita tidak cocok,
atau yang lain nya.”
“Teman, kau sangat berpura-pura,” balas Ran,
menyindir. “Kita tak
melakukan apa pun saat
kita pacaran. Hubungan kita tak dianggap. Jika tidak, aku malu,” jelasnya.
Dan Jian Jian merasa bahwa itu benar juga.
Jian Jian
kemudian menemui Ziqiu didapur. Dan Ziqiu mengajarkan Jian Jian caranya
menghias kue. Dia memeluk Jian Jian dari belakang dan mengarahkan tangannya.
Dan saat berhasil, Jian Jian merasa sangat senang.
“Kakak sudah bilang padamu?” tanya Jian
Jian, penasaran. “Bagaimana
dia katakan pada ibunya?”
“Sudah, bilang awalnya tak bisa menerima, kemudian
tiba-tiba setuju,” balas
Ziqiu, menjawab.
“Tak mungkin, 'kan? Setahuku Bibi Chen Ting,
adalah orang yang harus mencapai tujuannya. Apakah Kakak menerima tekanan lagi?” tanya Jian
Jian, tidak percaya.
Jian Jian
dan Ziqiu kemudian menceritakan kenangan- kenangan lama. Dan lalu Ziqiu merasa
terpesona kepada Jian Jian. Tapi Jian Jian sama sekali tidak menyadari hal
tersebut. Akhirnya, mereka pun tidak sengaja menghancurkan kue yang mereka
hias.
“Kue ini
untuk aku bawa pulang saja. Hari ini aku pulang ke rumah Ayah,” kata Jian Jian,
memberitahu sambil tertawa.
“Pulang?
Malam ini aku juga pulang. Kebetulan ingin bahas sesuatu,” balas Ziqiu. Dan
Jian Jian mengerti.
Lanjut💞💞💞💞
ReplyDelete