Sinopsis C- Drama : Go Ahead Episode 19



Original Network : Hunan Tv, iQiyi, Mango TV

Ziqiu mengusir Ran yang datang ke cafenya dan sibuk menggambar para wanita yang datang ke cafenya. Tapi Ran menolak untuk pergi.

Ziqiu pun kemudian mengambil gambar Ran dan menunjukkan nya kepada wanita yang Ran gambar. Halo. Disini ada orang cabul yang mencuri gambar kalian,” katanya, memberitahu.

Namun bukannya marah, mereka malah merasa kagum kepada Ran, karena gambarnya sangat bagus. Dan Ran merasa bangga. Sedangkan Ziqiu merasa sangat kesal.



Dengan tegas, Ziqiu memberitahu Ran bahwa selama masih ada dirinya, maka Ran tidak bisa masuk ke dalam keluarga Li.

Sikapmu ini tidak seperti seorang Kakak, melainkan seperti seorang suami yang sedang cemburu, komentar Ran.

Terserah kamu. Intinya aku tidak setuju, tegas Ziqiu.


Ketika Jian Jian datang, Ziqiu mengajaknya untuk melihat Ran yang sedang menggoda wanita lain. Dan dia memberitahu Jian Jian betapa buruknya sikap Ran. Namun Jian Jian sama sekali tidak merasa ada yang salah dengan sikap Ran.

Otak angsamu ini, masih saja tidak mengerti, gerutu Ziqiu sambil mengetok kepala Jian Jian beberapa kali.

Jangan menyentuh kepalaku, keluh Jian Jian.


Jian Jian dan Ziqiu kemudian mulai bertengkar. Dan melihat itu. Ran merasa bingung.

Tang Can menemani Ibu Zhuang bermain mahjong bersama- sama. Dan saat bermain, Tang Can sengaja membantu Ibu Zhuang dan membiarkannya menang.

Saat pulang, Ibu Zhuang bercerita bahwa dia sangat senang, karena Zhuang Bei memiliki sahabat seperti Tang Can yang mau menemaninya untuk bermain mahjong. Dan Tang Can membalas bahwa sebagai kakak kelas, Zhuang Bei sangat baik.

Mendengar Tang Can memuji anaknya, Ibu Zhuang semakin bertambah senang dengan Tang Can. Aku berharap putra sulungku bisa merasa senang sepanjang hidupnya.

Coba saja ibuku juga bisa berpikir seperti ini, balas Tang Can. Aku selalu salah di matanya. Kami selalu bertengkar. Mungkin karena aku tidak bisa memenuhi harapannya, katanya, bercerita.

Apa yang dia harapkan darimu? tanya Ibu Zhuang, ingin tahu. Ingin kamu menikah muda? candanya sambil tertawa. Dan Tang Can balas tertawa.


Dulu, dia berharap aku bisa syuting banyak iklan. Sekarang, dia mungkin berharap aku untuk tidak terlalu menyibukkan diri, jawab Tang Can.

Kamu tidak mengerti. Aku beritahu kamu. Seorang ibu akan menaruh perhatian penuh terhadap anaknya. Dia menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Apa yang ditakutkan seorang ibu? Dia paling takut jika anaknya memilih jalan yang salah. Oleh sebab itu, kamu harus mencoba memahami ibumu, kata Ibu Zhuang, menasehati.


Baiklah, Bibi. Kamu begitu cantik, semua yang kamu katakan benar, balas Tang Can, bermulut manis. Dan Ibu Zhuang sangat senang sekali.

Ketika taksi datang, Tang Can pun pamit kepada Ibu Zhuang. Dan Ibu Zhuang memberitahu bahwa lain kali mereka janjian bertemu lagi. Dan Tang Can mengiyakan dengan senang.


Ditaman. Jian Jian menceritakan tentang masalah Ling Xiao kepada Ran. Dia bertanya- tanya, haruskah dia memberikan sesuatu kepada Ling Xiao untuk dibawa pulang olehnya. Dan Ran menyarankan Jian Jian untuk bertanya langsung saja.

Mana mungkin menanyakan hal ini kepadanya. Jika kamu bertanya, kamu akan terlihat seperti tidak ikhlas membelikannya, keluh Jian Jian.


Ran merasa sangat heran, mereka keluar untuk berkencan. Tapi kenapa Jian Jian terus saja membahas tentang Ling Xiao dan Ziqiu. Dia merasa bosan. Dan dia mengajak Jian Jian untuk coba berciuman seperti pasangan. Dan dengan gugup, Jian Jian menjelaskan bahwa dia masih belum ada persiapan mental sama sekali.

Cinta dan ciuman akan terjadi dengan sendirinya. Bibir kita juga memiliki pemikirannya tersendiri, kata Ran, menjelaskan.

Tetapi otakku tidak mengizinkan organ tubuhku bertindak asal-asalan, balas Jian Jian.

Baiklah. Kalau begitu, berikan perintah kepada otakmu, pinta Ran sambil menutup matanya. Dan dengan gugup, Jian Jian mendekati bibir Ran secara perlahan.


Saat pulang ke rumah, Tang Can langsung meminum air sebanyak- banyaknya. Karena dia duduk selama 3 jam, tanpa bergerak sama sekali, saat bermain mahjong. Mendengar itu, Mingyue menanyai, berapa uang yang Tang Can menangkan. Dan Tang Can menjawab bahwa dia kalah 300 yuan

Kamu lagi-lagi berbuat bodoh demi seorang pria. Kamu selalu mengulang kesalahan yang sama, kata Mingyue, mengomentari sikap Tang Can. Utang mantan pacarmu sebesar 25.000 Yuan sampai sekarang belum dilunasi. Tahun lalu, dia masih ingin meminjam uang 5.000 Yuan kepadamu untuk mengaborsi kandungan pacarnya yang sekarang. Jika bukan Li Jian Jian yang memberitahumu, dia mungkin sudah berhutang genap 30.000 Yuan kepadamu, kata Mingyue, mengomeli Tang Can supaya sadar.


Mendengar omelan itu, Tang Can merasa agak malu. Dan dia menjelaskan bahwa kali ini dia sudah berubah.

Namun Mingyue tidak mudah percaya. Kemudian dia menanyai, apakah Mantan Tang Can sudah ada membayar hutang dulu. Dan dengan gugup, Tang Can menjawab bahwa Mantannya telah memblokirnya dari daftar pertemanan, jadi uang itu tidak akan mungkin kembali lagi.


Lihatlah, rupamu yang terlihat cantik dan cerdas ini, jika orang-orang tidak tahu, mereka mungkin akan mengira para pria akan menghabiskan uangnya untukmu. Menjengkelkan sekali, omel Mingyue, dengan kesal. Kelak, jangan memberitahuku jika kamu memfoya-foyakan uangmu untuk para pria lagi. Aku bisa naik pitam setiap kamu mengatakannya.

Mingyue kemudian menyibukkan diri membungkus- bungkus cemilan kecil. Itu adalah cemilan dari orang- orang untuk Ibunya. Dan dia ingin memberikan ini kepada Ling Xiao yang akan pulang ke Singapura besok.


Yo, yo, yo. Aku menghabiskan uang untuk pria, sedangkan kamu memberikan oleh-oleh yang dihadiahkan orang lain untuk mencari perhatian calon mertuanya, sindir Tang Can sambil tertawa.

Jangan asal ngomong. Karena makanan-makanan ini bisa kadaluasa, jadi aku takut mubazir, balas Mingyue, beralasan dengan malu- malu.

Tapi Tang Can tidak percaya dan tertawa semakin keras. Qi Mingyue. Kamu memakai parfum, ya? godanya.

Aku memakainya tadi pagi, balas Mingyue, semakin malu.


Tepat disaat itu, Jian Jian pulang. Sebelum Mingyue sempat bercerita mengenai kelucuan Mingyue yang menyiapkan hadiah untuk mertua. Jian Jian langsung mengambil hadiah tersebut dan pergi ke apatermen di depan.


Dasar bocah tidak peka, kata Tang Can, merasa kasihan kepada Mingyue.


Jian Jian memberikan hadiah dari Mingyue kepada Ling Xiao. Dan Ling Xiao pun menerimanya. Lalu dengan canggung, Jian Jian menawarkan bantuan untuk membantu Ling Xiao beres- beres. Dan Ling Xiao menolak sambil mengeluarkan kopernya. Dan melihat itu, Jian Jian jadi merasa panik, kenapa Ling Xiao membawa koper sebesar itu.


Aku hanya membawa sebuah tas, jelas Ling Xiao, sambil menunjukkan tas ransel yang ada didalam kopernya. Melihat itu, Jian Jian merasa lega dan tertawa.



Jian Jian kemudian ingin memeriksa tiket pulang Ling Xiao. Dan Ling Xiao pun memperlihatkannya. Melihat tanggal ditiket itu, Jian Jian semakin bertambah lega. Lalu diapun pamit dan pergi.

Melihat tingkah nya, Ling Xiao tersenyum senang.



Keesokan harinya. Mingyue menawarkan diri untuk mengantarkan Ling Xiao ke bandara. Dan Ling Xiao pun mnerimanya.


Dalam perjalanan. Mingyue merasa sangat gugup sekali. Lalu setelah sampai dibandara, dia memberitahu Ling Xiao bahwa dia akan menjaga Jian Jian dengan baik. Kemudian dia menyatakan perasaan nya dengan ambigu, karena salah paham bahwa Ling Xiao menyukainya.


Aku tidak ingin menjalin hubungan yang ambigu lagi. Ini adalah jawabanku, kata Mingyue sambil mencium pipi Ling Xiao dengan cepat.

Qi Mingyue, kata Ling Xiao, tidak paham.

Aku mengerti, kita bicarakan lagi setelah kamu pulang. Pergi, pergilah, sela Mingyue dengan malu- malu sambil mendorong Ling Xiao.

Dengan bingung, Ling Xiao pun pergi. Dan lalu Mingyue tertawa dengan keras.



Distudio. Ada satu klien yang menyusahkan, dia memesan 10.000 pahatan kuda dan menginginkan itu dalam waktu 2 bulan. Mengetahui itu, Jian Jian memutuskan untuk mengembalikan saja uang muka yang sudah diberikan kepada mereka. Kemudian dia pergi untuk mengambil paketnya yang datang.

Apa bos Li bodoh? Permintaan pelanggan selalu berubah-ubah, uang mukanya tidak bisa dikembalikan, keluh Zhou Miao.

Inilah seniman, jawab Du Juan.



Jian Jian kembali sambil membawa satu paket besar. Isinya adalah uang kertas untuk dibakar pada hari peringatan kematian Ibunya. Dan mengetahui itu, Zhou Miao berkomentar dengan sinis, karena membakar uang itu hanyalah takhayul baginya, sebab orang meninggal tidak membutuhkan uang lagi. Mendengar itu, Jian Jian merasa kesal. Dan Du Juan mengomeli Zhou Miao serta menyuruhnya untuk pergi mengambilkan kayu saja.


Saat Zhou Miao pergi, Jian Jian memperhatikan kalung yang Du Juan pakai. Dan dengan malu- malu, Du Juan mengakui hubungannya dengan Zhou Miao.



He Lan datang ke café Ziqiu. Mereka berdua duduk dan mengobrol dengan akrab. Seperti biasa, He Lan menasehati Ziqiu untuk berbakti kepada Li Haichao, dan Ziqiu mengiyakan. Lalu He Lan ingin menceritakan sesuatu, tapi tepat disaat itu Li Haichao menelpon, jadi diapun tidak jadi bercerita.

Li Haichao mempersilahkan He Lan masuk ke dalam rumah. Dan menyuruh Ziqiu untuk membantu dia membawakan barang- barang dibawah. Dan Ziqiu mengiyakan serta meninggalkan mereka berdua.



He Lan berterima kasih, karena Li Haichao telah membesarkan Ziqiu dan dia memuji betapa baiknya Li Haichao. Dan Li Haichao meminta He Lan untuk jangan membahas ini lagi dan merasa tidak enak padanya. Lalu dia menanyai, bagaimana kabar dikampung.

He Lan sama sekali tidak tahu harus bercerita bagaimana. Dan melihat ekspresi nya, Li Haichao merasa ada yang salah. Ini... apa ada masalah? tanyanya, khawatir.


Kakak Haichao. Suamiku didiagnosis menderita kanker lambung pada bulan Maret yang lalu. Bulan lalu, dia menjalani operasi. Minggu depan akan dikemoterapi, jawab He Lan sambil menangis. Ini aku tidak enak selalu merepotkan kalian.  Jujur saja, Kakak Haichao. Kedatanganku kali ini, selain untuk menjenguk Ziqiu, aku sebenanrnya ingin meminjam uang dengannya. Aku sudah meminjam uang dengan semua keluarga yang ada di kampung. Gara-gara aku meminjam uang dengan mereka, mereka sekarang mulai menghindariku. Aku tidak punya pilihan lain, katanya, menjelaskan.

Mendengar itu, Li Haichao merasa bersimpati kepada He Lan. Lalu dia menanyai, apakah He Lan sudah ada memberitahukan ini kepada Ziqiu. Dan He Lan menjawab belun. Mengetahui ini, Li Haichao merasa lega, sebab Ziqiu baru pulang dan membuka usaha sendiri, dan itu tidaklah mudah, Ziqiu juga membutuhkan banyak uang. Lalu dia menawarkan diri untuk meminjamkan uang kepada He Lan.

Diluar rumah. Ziqiu dan Jian Jian mendengar pembicaraan itu.

He Lan menolak uang pinjaman dari Li Haichao. Tapi Li Haichao terus memaksa nya supaya jangan sungkan.

20.000 Yuan. Apa kamu punya uang sebanyak itu? Kurang dari itu pun tidak apa-apa, kata He Lan, dengan agak malu.

Tidak apa-apa, aku akan menebusnya, balas Li Haichao, menyanggupi.


Tepat disaat itu, Ziqiu masuk ke dalam rumah. Dia memberitahu Li Haichao bahwa dia punya uang. Dan dia menenangkan He Lan untuk tidak perlu sungkan. Lalu dia menanyai, kapan Paman akan datang untuk kemotrapi.

Kami sudah memesan kamarnya. Kemoterapi akan dilaksanakan minggu depan, kata He Lan, memberitahu.

Baik. Nanti aku akan pergi menjenguk dan merawatnya, balas Ziqiu.

Bibi Kedua, aku juga bisa membantumu. Bibi juga tidak perlu sungkan denganku, kata Jian Jian.

Terima kasih, Jian Jian, balas He Lan, merasa tersentuh.


Kemudian mereka mulai bermain- main dan bercanda sambil tertawa dengan gembira. Melihat kebaikan mereka, He Lan merasa sangat berterima kasih.


Awalnya, Ziqiu pergi ke atm, tapi disana dia hanya bisa menarik sedikit uang saja. Jadi diapun pergi ke bank untuk bisa menarik lebih banyak uang.





Kemudian bus datang, dan He Lan pun naik ke dalam bus serta pergi.


Saat He Lan memeriksa uang yang Ziqiu berikan, dia merasa sangat tersentuh dan berterima kasih, karena uang yang diberikan cukup banyak.

Dicafe. Jian Jian menceritakan kepada Ziqiu bahwa dia sangat stress, karena dua hari lagi dia harus membayar gaji karyawannya, Zhou Miao. Masalahnya Zhou Miao itu seperti buddha besar, dia sering cuti dan datang terlambat, juga Du Juan sering lembur demi membantu Zhou Miao.

Apa otak kakak kelasmu itu bermasalah? tanya Ziqiu, menyindir.

Mmh Sedang dimabuk cinta, jawab Jian Jian.

Memangnya kamu tidak dimabuk cinta? Cepat, putus dengan Ran, balas Ziqiu. Dan Jian Jian merasa kesal, mendengar itu lagi.


Jian Jian kemudian mengalihkan pembicaraan. Dia bertanya- tanya, apakah Ling Xiao sudah sampai di Singapura. Dan Ziqiu merasa seharusnya Ling Xiao sudah sampai disana.


Ling Xiao berdiri sangat lama didepan rumah. Lalu setelah itu barulah dia mengetuk pintu rumah, dan Chen Ting langsung membukakan pintu baginya.

Chen Ting bersikap sangat ramah dan perhatian kepada Ling Xiao.


Meiyang bersikap sangat judes kepada Chen Ting, saat Chen Ting ingin masuk ke dalam kamarnya. Tapi dia bersikap cukup baik kepada Ling Xiao.


Ketika Chen Ting mengetahui kalau Ling Xiao tidak ada membawa koper pulang, dia berpikir apakah mungkin Ling Heping sakit, jadi Ling Xiao harus tinggal lebih lama disana. Dan Ling Xiao menjawab tidak, ini tidak ada hubungannya dengan Ling Heping.

Mendengar itu, Meiyang merasa sangat malas sekali dan tidak jadi makan. Dia lebih nemilih untuk masuk ke dalam kamar saja.


Apakah karena Li Jian Jian? tebak Chen Ting. Dan Ling Xiao diam. Apa kamu sudah gila? Kalian bisa membicarakan masalah kalian nantinya. Ini berkaitan dengan masa depanmu. Pekerjaan sebaik ini, kamu melepaskannya begitu saja. Sulit sekali untuk masuk ke tempat itu, kamu bahkan tidak menginginkan pekerjaanmu lagi, omel Chen Ting, marah.

Aku sudah mendapatkan pekerjaan di rumah sana, balas Ling Xiao.

Di rumah sana apanya? Memangnya ini bukan rumahmu? tanya Chen Ting. Dan Ling Xiao diam. Ibu sudah tinggal lama bersamamu. Memangnya ini bukan rumahmu? tanyanya sambil menangis.

Tepat disaat itu, Jian Jian menelpon. Dan melihat itu, Chen Ting melarang Ling Xiao untuk mengangkatnya. Lalu ponsel Ling Xiao pun jatuh dan rusak.


Meiyang keluar dari kamar, tanpa melihat ke arah mereka berdua sama sekali, karena dia tidak peduli dan sudah terbiasa. Dia pergi dari rumah untuk berangkat ke sekolah.

Ling Xiao mengambil ponselnya dan tasnya. Lalu dia masuk ke dalam kamar.

Jian Jian merasa heran, kenapa Ling Xiao tiba- tiba tidak bisa dihubungi, kepadahal sebelumnya sempat masuk. Dan Ziqiu menebak bahwa mungkin saja jaringan disana kurang bagus.


Li Haichao dan Ling Heping merasa khawatir dengan kondisi Ling Xiao, karena ponselnya sama sekali tidak bisa dihubungi.



Kemudian setelah itu, Ling Heping membahas tentang He Mei. Tidak tahu apa yang dipikirkan He Mei waktu itu. Menurutmu, dia menyuruhmu membujuk Ziqiu untuk mengakui ayahnya. Menurutmu…” katanya, lalu berhenti sambil menghela nafas. Selain itu, kamu tidak memberitahu Ziqiu, waktu itu He Mei pernah kembali, kan? tanyanya.

Mana mungkin aku memberitahunya. Sikap He Mei waktu itu bisa saja melukai anaknya, balas Li Haichao. Bagaimana jika, kamu membantuku mencari tahu keberadaan He Mei sekarang? tanyanya, meminta.

Maksudmu? goda Ling Heping.

Tidak, aku tidak bermaksud seperti itu, kata Li Haichao, menjelaskan. Aku lihat, Ziqiu selalu menyimpan cermin rias milik ibunya. Aku pikir anak ini mungkin rindu ingin bertemu dengan ibunya. Lagi pula, He Mei sudah mengembalikan uangnya kepadaku. Aku juga tidak memberitahu Ziqiu. Aku merasa tidak enak, jelasnya.


Mendengar itu, Ling Heping memuji Li Haichao dengan sinis, menurutnya Li Haichao begitu baik seperti Bunda Maria. Lalu dia menasehati, Li Haichao untuk jangan terus- menerus menjadi Bunda Maria.

Baiklah, aku akan menuruti perkataanmu, kata Li Haichao, mengerti. Aku akan mengembalikan uang makanmu. Silakan Anda numpang makan di rumah sebelah, usirnya dengan halus.

Tidak, tidak, kakak. Aku minta maaf kepadamu. Aku salah, kata Ling Heping dengan tulus. Aku akan segera membantumu mencari tahu.

Kupas kacangnya, perintah Li Haichao, dengan puas.



Dengan gugup, Mingyue menceritakan kepada Jian Jian dan Tang Can bahwa hari ini dia telah menyatakan cintanya kepada Ling Xiao. Saat dia mengantarkan Ling Xiao ke bandara. Dan mengetahui itu, mereka berdua merasa terkejut, karena tidak menyangka.

Ling Xiao adalah orang yang cuek dan pemalu. Sampai kapan aku harus menunggu dia menyatakan cinta kepadaku? Jadi aku mengungkapkannya terlebih dulu, kata Mingyue, bercerita.

Lalu apa yang dia katakan? tanya Tang Can, bersemangat.

Aku ingin dia memberiku jawaban ketika dia pulang nanti. Tetapi menurutku, aku sepertinya telah mengagetkannya, jawab Mingyue.

Mengagetkannya? Apa orang yang kamu maksud itu adalah Ling Xiao? ejek Tang Can sambil tertawa, karena sulit untuk percaya.


Mendengar itu, Jian Jian hanya diam saja. Dia tidak merasa bersemangat sama sekali, karena sampai sekarang dia masih belum bisa menghubungi Ling Xiao. Dan mengetahui itu, Tang Can mengomelinya. Dan Mingyue membela Jian Jian.

Kamu boleh menyukai siapa pun, tetapi kenapa kamu harus menyukai pria rumahan yang tergila-gila pada adiknya? Kelak, kamu harus cemburu pada bibi kecilmu setiap harinya, kutuk Tang Can, mengomeli Mingyue.

Post a Comment

Previous Post Next Post