Sinopsis Thai-Drama : Ra Rerng Fai Episode 11 - 2

 
 Company name : Citizen Kane
 

Trai datang kehadapan Krit. Dan Nee yang juga berada disana tampak khawatir tentang apa yang akan Krit lakukan. Jadi ketika Krit bangkit berdiri, Nee juga ikut bangkit berdiri sambil terus mengawasi Krit.
 
Menyadari hal itu, Krit pun menyuruh agar Nee keluar dan meninggalkan mereka sendirian. Karena ia ingin berbicara kepada Trai saja.
 

 
Pas disaat itu, Yada serta Khem datang untuk membantu Trai. Dan dengan tegas, Yada mengatakan bahwa jika ada yang harus pergi, maka itu adalah bawahan Krit. Jadi Krit pun tidak jadi menyuruh Nee pergi, melainkan bawahannya lah yang di suruh pergi.
 
 
“Dasar anak Ayah. Selalu memiliki kakak yang melindunginmu. Apakah kamu pernah berdiri sendiri, Khun Trai?” sindir Krit dengan nada sinis.
 
Yada langsung memotong perkataan sinis Krit dan menyuruh Krit untuk mengubah topik. Jadi dengan tajam, Krit pun langsung menanyakan siapa orang yang telah melakukan ini (menyebarkan foto/artikel itu).
 

 
Mendengar itu, Khem yang berdiri dibelakang, menatap Trai dengan tajam seperti ada sesuatu yang ia khawatirkan.
 
Trai tidak menjawab dengan tegas, jadi Krit pun menyindirnya lagi dan menyuruhnya untuk bicara seperti seorang pria. Jika tidak, maka Trai tidak seharusnya lahir menjadi seorang manusia.
 

 
Mendengar itu, Yada membalas sindiran Krit. Dan dengan tegas, Krit berkata bahwa apa yang sedang mereka bicarakan adalah tentang adik Yada, yaitu Trai.
Khem maju kedepan dan ikut berbicara, ia mengatakan pada Krit bahwa mereka sama sekali tidak tau apapun. Serta bila memang Krit terganggu akan hal itu, maka Krit yang harus mengurunya sendiri.
 


“Tapi itu sulit. Karenat foto ini akan tersebar di online sampai kita mati. Jika kamu ingin menyalahkan seseorang, salahkan saja Khun Nee yang membiarkan dirinya pergi dengan Trai,” kata Khem.
 
Mendengar perkataan Khem, Trai langsung memanggil namanya, memperingatinya. Tapi tanpa merasa bersalah, Khem malah berkata bahwa ia benar, karena jika tidak ada foto itu, maka tidak akan ada masalah.
 

 
Nee pun langsung menjelaskan kepada Krit bahwa tidak ada sesuatu yang terjadi antara dirinya dan Trai. Lalu ia meminta agar Trai menjelaskan kepada Krit kalau memang tidak ada apa-apa diantara mereka berdua.
 

 
Trai teringat akan perkataan Khem kemarin, yaitu jika Trai mau Yada bisa benar-benar terlepas dari Krit, maka Trai harus menuruti perkataannya. Dan karena itu, ketika Nee memintanya untuk menjelaskan, ia diam.
 
Yada juga tampak menunggu penjelasan tegas dari Trai, tapi Trai sama sekali tidak berbicara dan hanya diam.
 

 
Melihat Trai tetap diam dan tidak mau menjelaskan. Serta melihat tatapan Krit kepadanya. Nee pun menjadi tidak tahan lagi. Jadi ia pun pergi dari sana.
 
Khem sama sekali tidak sadar. Dengan percaya diri, ia berkata kepada Krit bahwa mengenai foto itu semuanya sudah jelas. Dan lalu Khem menanyakan, tentang siapa yang akan Krit percayai.


 
“Apa belum cukup?!” tanya Trai dengan nada keras kepada Khem yang langsung nampak terkejut. Dan lalu Trai pun pergi dari sana.
 
Disaat itu, Krit menatap kepergian Trai dengan pandangan yang tajam. Dan menyadari hal itu, Yada menjadi khawatir.
 
 
Trai menghampiri Nee dan menahannya agar tidak pergi. Dengan kecewa, Nee menanyakan alasan Trai, tapi Trai malah menjawab bahwa ia memang harus melakukan itu.
 
“Menolong kakak mu untuk balas dendam pada kami?” tanya Nee.
 
“Aku tidak ingin menarik mu kedalam ini,” balas Trai.
 

 
Nee sama sekali tidak peduli, karena foto itu telah tersebar dan ia memperingatkan Trai bahwa rencananya tidak akan berhasil. Mendengar itu, Trai tidak bisa membalas, ia hanya diam.
 
“Kamu yang membocorkan foto itu?” tanya Nee. Dan Trai hanya diam.
 

 
Disaat Trai melihat kedatangan Khem, ia pun menjawab iya bahwa itu benar dia yang telah membocorkan foto itu. Dan mengetahui itu, Nee langsung menampar Trai, mengatainya sebagai penipu, setelah itu ia pun pergi meninggalkan Trai.
 
Trai berdiri diam disana, syok karena tamparan serta ekspresi marah dan kecewa Nee kepadanya. Begitu juga dengan Khem yang melihat itu dari jauh.
 

 
Ketika Nee telah pergi, Khem berjalan mendekati Trai. Ia ingin menyentuh tangan Trai sebagai tanda simpatinya. Tapi Trai menolak, ia mundur selangkah. Dan menyadari itu, Khem menjadi heran.
 
“Senang sekarang?” tanya Trai kepada Khem.
 
“Aku melakukan itu untuk keluargaku,” balas Khem.
 

 
Trai lalu pergi dan meninggalkan Khem, tanpa mengatakan apapun lagi. Dan melihat itu, Khem tampak sedih, tapi ia lalu tampak seperti menguatkan dan mengeraskan dirinya.

 
Ditempat parkir. Krit serta anak buahnya mendekati Trai. Krit mengajak Trai untuk bicara, tapi Trai menolak, ia berbalik untuk pergi menjauhi Krit. Dan pada saat itu, beberapa anak buah Krit datang, menghalangin Trai untuk pergi.
 
“Apa yang kamu mau? Katakanlah,” kata Trai kepada Krit.
 
“Jangan menganggu adikku lagi!” balas Krit, memperingatkan.
  
 
 
Trai mengakui kalau dialah yang telah menyebarkan foto itu dan kali ini ia tidak melakukan pemaksaan sama sekali kepada Nee, tapi Nee lah yang mau memberikan dirinya sendiri. Trai beralasan kalau Krit bisa menyakiti kakaknya, maka ia pun bisa menyakit adik Krit juga.
 
Pada saat itu, ternyata Yada berada disana dan ia mendengar semua itu. Ia lalu memanggil nama Trai untuk memperingatkannya.
 

 
“Kamu mungkin tidak menginginkan kematian yang bagus,” kata Krit, tajam.
 
“Silahkan dan lakukan apa yang kamu mau padaku!” balas Trai.
 
Ketika para anak buah Krit mulai bergerak kearah Trai. Yada pun menjadi panik, ia berteriak menyuruh agar mereka berhenti dan dengan cepat ia berlari kearah Trai untuk melindunginnya.

 

“Tidak disini,” kata Krit kepada para anak buahnya, ketika Yada melindungin Trai.
 
“Jangan Khun Krit,” balas Yada, memperingatkan.
 
“Aku membocorkan foto itu! Kamu bisa menjadi penipu, jadi aku juga bisa! Dan aku akan lebih buruk daripada ini, jika kamu tidak berhenti mengganggu P’Da!” kata Trai, semakin memancing emosi Krit.
 
 
Dengan segera, Yada menyuruh agar Trai berhenti dan pulang kerumah. Tepat disaat itu dengan sengaja Ping melepaskan kancing jasnya dan memperlihatkan pistol yang berada di dalam jasnya.
 
Melihat hal itu, Yada menjadi tambah khawatir. Tapi Trai yang juga menyadari hal itu, tidak takut sama sekali, ia melepaskan tangan Yada yang memegangnnya dan menolak untuk pulang.
 

 
Disaat Trai berjalan pergi dari sana, Krit memberikan kode kepada para anak buahnya untuk mengikuti Trai. Dan dengan segera, Yada menahan Krit untuk tidak pergi.
 
“Jangan sakiti Trai. Aku mohon padamu,” pinta Yada.
 
“Adikmu tidak pernah belajar dari pengalamannya. Itu mengapa ia terus melakukan kesalahan!” balas Krit.
 
“Kali ini Trai tidak melakukan kesalahan apapun.”
 
“Itu karena kamu memanjakannya seperti ini, itu mengapa ia tersesat,” kata Krit.
 

 
Yada memohon agar Krit melihat baik-baik foto itu, menurutnya ada orang lain disana yang tau dan mengambil foto itu. Dan Trai tidak akan pernah menyakiti Nee. Tapi Krit tidak mau peduli, karena Trai sudah merusak hidup adiknya.
 
“Trai hanya mau membuatmu jengkel saja. Tidak bisakah kamu melihatnya?” tanya Yada, mencoba untuk membuat Krit berubah pikiran.
 
“Jangan begitu optimis. Lagian, siapa yang bilang, dia yang akan membayar apa yang dikatakannya itu,” balas Krit.
 

 
Yada memegang tangan Krit, ia menahan Krit lagi dan memohon kepada Krit agar jangan menyakiti adiknya. Ia meminta agar Krit berjanji kepadanya, kalau dia tidak akan melakukan apapun kepada Trai.


 
 
“Kata – kata dari seorang pembohong sepertiku, apakah masih layak dipercayai?” tanya Krit dengan pandangan yang tampak terluka kepada Yada.
 
Mendengar itu, Yada melepaskan pegangangnya pada tangan Krit. Ia hanya diam, tidak bisa menjawab. Dan Krit pun lalu pergi meninggalkannya. Setelah itu dengan sedih Yada memandang Krit yang pergi dari sana.
 

 
Diruangan kantornya. Nee memandangin boneka dari Trai dulu untuknya. Dan ia mengingat semua perkataan Trai dulu, yang mengatakan bahwa ia ingin menjadi lebih dari seorang teman.
 

 
 
Dengan sangat sedih. Nee menangisi semua itu. Ia membuang boneka tersebut, merobek surat yang pernah ditulis Trai. Setelah itu ia mengambil tabletnya dan melihat artikel tentang foto dirinya dan Trai.
 
Nee duduk dilantai, memeluk lututnya sendiri dan mulai menangis. Krit yang masuk kedalam sana, ketika ia melihat Nee yang menangis seperti itu. Ia tampak tidak tega sama sekali, lalu ia pun pergi.
 

 
Khem menghapus semua foto Trai dan Nee dari hpnya. Ia tampak seperti ketakutan sendiri. Dan pada saat itu, Yada pulang, bertanya dengan nada panik kepadanya.
 

 
“Khem! Apa Trai sudah pulang?” tanya Yada.
 
“Belum,” jawab Khem, lalu ia mengambil hpnya. Tapi dengan segera Yada memberitahu bahwa Trai mematikan hpnya.
 
Yada takut bahwa kali ini Krit akan benar-benar membunuh Trai. Dan mengetahui itu, Khem menjadi takut juga, ia lalu ingin menghubungin polisi.
 
 
“Temukan Trai dulu. Kemanapun Trai suka pergi, hubungin temannya dan tanyakan pada mereka. Sekarang,” kata Yada cepat, memberikan menyuruh Khem.
 

 
Yada masuk kedalam ruangan kerja Ayahnya. Ia membongkar satu persatu lemari yang ada, mencari sesuatu. Dan pada saat itu, Khem masuk, dia memberikan daftar tempat yang biasanya suka dikunjungin oleh Trai.
 
“P’Da apa yang kamu lakukan?” tanya Khem, heran.
 

 
“Mencari sesuatu untuk menolong Trai. Aku ingat itu ada didalam ruangan ini,” jawab Yada sambil terus mencari. Dan akhirnya ia pun menemukan apa yang ia cari yaitu, pistol milik Ayahnya.
 
Khem bingung dengan apa yang akan Yada lakukan dengan itu, ia meminta agar Yada memikirkannnya dulu. Tapi dengan tegas Yada berkata bahwa ia tau apa yang harus dilakukannya.
 

 
Ditempat balapan yang telah kosong. Trai berbaring disana, ia tampak sedang merenungkan segalanya serta menenangkan dirinya. Lalu para anak buah Krit datang, memukulinya. Dan Trai tidak mampu melawan, karena kalah jumlah. 1 lawan 3.
 
Setelah Trai kalah dan lemas, para anak buah Krit menarik dan menyeretnya, membawanya pergi.
 

 
Tepat disaat itu, Yada tiba disana, tapi ketika ia berteriak memanggil Trai, tidak ada jawaban sama sekali. Dan seorang satpam datang memberitahunya bahwa tempat ini telah ditutup serta tidak ada siapapun lagi disini. Satpam tersebut meminta agar Yada juga segera pergi.
 
“Jika dia tidak datang kesini, kemudian kemana dia pergi?” tanya Yada, kebingungan.
 

 
Melihat kedatangan Krit, Trai tersenyum dan berterima kasih. Bahkan ia memanggil Krit dengan sebutan kakak ipar. Tapi Krit tampak tidak peduli, ia menendang wajah Trai.
 
“Yeah! Bunuh saja aku!” kata Trai, tanpa tidak takut sama sekali.
 

 
Sambil tersenyum kepada Trai. Krit mengambil pistol miliknya yang berada pada Ping. Dan melihat itu, Trai mulai tampak takut.
 
“Kali ini, kamu akan mati seperti yang kamu inginkan,” kata Krit dengan dingin. Lalu ia mengarahkan pistolnya kepada Trai dan menembaknya.
 


Yada yang baru saja akan masuk kedalam mobil, berhenti, ketika ia mendengar suara tembakan. Ia balik lagi sambil memanggil nama Trai. Dan dengan cepat, Yada segera berlari menuju kearah asal suara.
 

 
Dengan sengaja, Krit menembak dua kali kearah Trai, tapi tidak mengenai Trai. Karena menurutnya, mati cepat tidak akan menyenangkan. Mati lambat-lambat akan lebih menyenangkan.
 
Krit lalu memberikan pilihan kepada Trai, yaitu jika Trai tidak mau mati, maka Trai harus memberitahukan dimana Ayahnya (Dilok) bersembunyi. Dan Trai menjawab bahwa ia benar- benar tidak tau.
 

 
Krit lalu menembak kearah Trai, tapi sengaja tidak mengenainya lagi. Dan karena Trai masih berkata bahwa ia benar- benar tidak tau, maka kali ini dengan serius, Krit mengarahkan pistol nya tepat kepada Trai.
 
 
Tepat sebelum Krit menembak Trai. Yada datang sambil memegang pistol, mengarahkannya kepada Krit, dan berteriak menyuruh Krit untuk menurunkan senjatanya. Jadi Krit pun menurunkan senjatanya, ia menatap kearah Yada, tampak kaget.
 
“Biarkan Trai pergi!” tegas Yada.
 
“Bawa dia pergi,” perintah Krit pada para anak buahnya.
 

 
Yada menjadi panik serta ketakutan, ketika para anak buah Krit, menarik Trai dengan paksa dan membawanya pergi dari sana. Tapi sayangnya, Yada tidak mampu berbuat apapun. Jadi ia tetap mengarahkan pistolnya kepada Krit.
 
“Jika kamu membunuh Trai, maka aku akan membunuhmu!” ancam Yada kepada Krit. Tapi Krit tidak membalas, ia pergi begitu saja meninggalkan Yada disana.
 

 
Yada berlari dan mengejar Krit, ia terus berteriak memanggil-manggil Krit, memanggilnya akan berhenti. Tapi Krit terus berjalan, tidak mau berhenti dan bahkan ia tidak mau menjawab pertanyaan Yada.
 
“Khun Krit, kemana kamu membawa Trai?! Khun Krit! Aku tanya kemana kamu membawa Trai?!” tanya Yada terus kepada Krit.
 
 
Karena Krit tidak mau berhenti atau menjawab, maka Yada pun berteriak kepada Krit sambil mengarahkan pistolnya kepada Krit. Ia berkata apakah Krit mengira, dia tidak akan berani menembaknya.
 
Dan mendengar itu, Krit pun berhenti, lalu ia berbalik. “Kamu bahkan tidak tau bagaimana memegang pistol,” komentar Krit.
 
 
Krit berjalan dengan perlahan, mendekat kearah Yada. Ia menarik tangan Yada yang memegang pistol. Lalu berdiri dibelakang Yada, memeluknya. Dan tangannya memegangin tangan Yada.
 
“Pistol. Kamu harus memegangnya seperti ini, sayang. Dan jika kamu ingin menembak, kamu harus meluncurkan ini dulu,” kata Krit dengan lembut, menjelaskan sambil memperlihatkan pada Yada cara yang benar.
 

 
 
Yada memberontak dan meminta agar Krit melepaskannya, tapi Krit tidak mau. Dan pada saat itu, wajah mereka menjadi berdekatan, serta mata mereka saling bertatapan. Lama.
 
Dan berdua mereka diam, mengingat semua kenangan bahagia dan kemesraan mereka dulu. Kenangan mereka selama mereka berbulan madu dulu.
 


 
“Mengapa kita harus menyakiti perasaan satu sama lain?” tanya Krit, memecahkan keheningan.
 
“Karena kamu tidak akan berhenti,” jawab Yada dengan mata yang tampak berkaca- kaca. Menatap Krit.
 
“Karena kamu tidak akan mendengarkanku,” balas Krit dengan pandangan yang tampak sedih juga. Menatap Yada.
 

 
Saat perlahan Krit makin mendekatkan wajahnya, dengan lebih kuat Yada memberontak dan melepaskan dirinya. Lalu ia pun mengarahkan pistol kearah Krit, menekan pelatuknya.
 
Untung saja, pistol tersebut tidak memiliki peluru sama sekali. Tapi Krit yang melihat hal itu, menjadi tampak sangat syok.
 
 
 
“Ak… aku tidak bermaksud untuk,” kata Yada, syok dengan dilakukannya juga.
 
“Aku tau.. pistol itu tidak memiliki peluru. Tapi aku tidak tau, kalau kamu akan berani menembakku,” balas Krit dengan pandangan yang tampak sedih. Lalu ia pun pergi meninggalkan Yada.
 


 
Yada berdiri diam disana. Ia menurunkan tangannya dan menjatuhkan pistol ditangannya. Dan ia menangis sambil menatap Krit yang berjalan semakin menjauh, pergi meninggalkannya.

2 Comments

Previous Post Next Post