Sinopsis Lakorn : Game Sanaeha Episode 14 - part 2



Network : Channel 3


Di depan rumah Nai. Wat serta Vi tersenyum menunggu Nai keluar. Dan ketika Nai keluar, dengan sopan dia langsung memberikan salam kepada Wat serta Vi yang telah menunggu. Namun saat Nai melihat kedatangan Nok, dia berubah menjadi sedikit ketus.

“Kita sudah setuju, kan?” tanya Nai.



“Ya. Kita sudah setuju. Kamu menyuruh kami untuk tidak membiarkan bayi itu mengganggu Ibunya,” jelas Wat. Lalu dia bertanya kepada Nok, apa bayi tersebut mengganggu Nok. Dan Nok pun langsung menjawab bahwa itu tidak sama sekali.

“Ibu tidak terganggu dengan bayinya. Jadi peraturan itu tidak berlaku, kan? Benar kan?” tambah Vi kepada Nai. Lalu Vi memberikan tanda agar Nok lebih mendekat kepada Nai.

“Aku membawa ini juga,” kata Nok sambil menunjukan sesuatu kepada Nai.

“Asi Ibu. Sejak dia keluar dari rumah sakit. Nok telah memompak Asi nya untuk bayinya sepanjang waktu,” jelas Vi, membantu Nok.

“Aku ingin melakukan sesuatu untuk Non. Bisakah kamu menyetujui ku untuk masuk ke dalam dan melihat Non?” tanya Nok dengan sedikit ragu. Karena Nai hanya diam saja.

“Kami tidak mengundang nya. Dia ingin datang sendiri. Biarkan lah seorang Ibu untuk melihat bayi nya, ya?” kata Wat kepada Nai, membantu Nok.

Jadi akhirnya Nai pun menerima Asi yang Nok bawa. Lalu dia mengizinkan Nok untuk bertemu dengan Non.


Didalam rumah. Saat Vi menggendong Non dan memperlihatkan kepadanya, Nok sangat senang sekali. dan melihat itu, Nai tersenyum kecil. Namun saat Nok ingin menggendong Non, maka Nai pun menjadi khawatir.

“Aku akan berhati- hati,” janji Nok, menyadari itu.


Dengan penuh sayang, Nok menggendong Non dan menanyakan apa Non mengingatnya. Dan tiba- tiba saja, Non menangis, sehingga Nok menjadi kebingungan. Lalu Nai pun meminta Non dari gendongan Nok. Dan dengan lembut, Nai menghibur Non, sehingga Non berhenti menangis.


Tapi melihat itu, Nok tampak sedikit sedih. Mungkin karena dia merasa tidak mampu untuk menenangkan Non. Dan menyadari hal itu, Wat memegang bahu Nok, untuk memberikan kekuatan kepada Nok.

Didapur. Saat melihat Nai ingin membuatkan minuman untuk mereka. Nok segera mendekat dan menawarkan diri untuk membantu Nai. Dan Nai pun membiarkan Nok untuk membantunya. Lalu Nai pun membuka suara, dia menanyakan apa Nok datang ke sini karena kedua orang tua Nok, karena sebelum nya Nok sama sekali tidak tampak seperti menginginkan Non.

“Dan jika aku mengatakan bahwa aku menginginkan bayi itu sekarang?” tanya Nok.


“Itu lucu. Pertama kamu tidak mau, tapi kemudian kamu mau. Dan besok akan seperti apa mood mu?” balas Nai, tidak percaya dengan Nok.

“Kamu begitu kejam….”

“Ya. Aku kejam. Aku ingin memastikan bahwa kamu disini, karena kamu benar- benar ingin melihat Non. Atau apa ada alasan lain,” potong Nai.

Mendengar pembicaraan mereka berdua. Wat dan Vi pun mendekat. Wat menjelaskan bahwa alasan Nok kesini adalah karena Nok sendiri yang meminta untuk melihat Non, bukan karena paksaan dari mereka.

“Nai, kamu tahu aku tidak akan berbohong kan. Nok sangat merindukan Non. Sejak kamu mengambil bayinya, Nok mengalami masa yang sulit,” jelas Wat. Dan karena masih sulit untuk percaya, maka Nai pun diam.


“Aku sangat merindukan dia. Jadi bisakah kamu tolong memberikan kesempatan padaku untuk melakukan kewajiban seorang Ibu,” jelas Nok.

“Aku tahu bahwa kamu masih marah. Tapi aku ingin kamu memikirkan nya, bukan kah lebih baik bila Non memiliki Ibu dan Ayah?” kata Vi membantu menyakin kan Nai.

“Jika kamu tidak mempercayai Nok. Maka berilah dia kesempatan untuk membuktikan dirinya. Aku mohon padamu,” tambah Wat.

Diluar rumah. Nok mulai mengomel dan mengeluhkan tentang Nai yang sama sekali tidak percaya bahwa dia juga mencintai Non, bayi mereka. Dan Vi pun menjelaskan bahwa Nai tidak salah, melainkan Nok.


“Jika kamu adalah Nai. Dan itu dilakukan padamu, akankah kamu melupakan nya dengan mudah? Tidak mungkin” kata Vi, membicarakan tentang sikap kasar Nok kepada Nai dulu. Namun Nok tetap mengeluh, karena tidak terima.

“Lihatlah kamu. Baru lampu merah pertama saja. Dan kamu sudah menyerah,” kata Vi lagi.

“Ayo. Aku akan berlatih menggendong Non. Jadi aku bisa menggendong Non dengan baik. Selanjutnya, Ayahnya itu tidak akan perlu menatap tajam padaku lagi,” kata Nok dengan penuh tekad. Dan Vi serta Wat pun tersenyum senang melihat sikap Nok.


Dirumah. Nok menggendong Nit, bayi Khae. Dan dengan heran, Nok menanyakan mengapa Nit tidak menangis di dalam gendongannya seperti Non. Lalu Khae pun menjelaskan bahwa itu karena Nit telah terbiasa dengan banyak orang. Dan Wat menambahkan bahwa itu benar, karena Nai yang telah membesarkan Non sendirian, sehingga Non tidak terbiasa dengan yang lain.

Begini saja. Coba perhatikan bagaimana Nai menjaga Non. Dan ingat itu. Dan lakukan seperti apa yang dia lakukan. Aku jamin kamu akan bisa berbaikan dengan Non pastinya,” kata Wat, memberikan saran. Dan Nok pun tersenyum.


Hari selanjutnya. Nok datang sambil membawakan susu untuk hari ini kepada Nai. Dan Nai menjelaskan bahwa selanjutnya, Nok tidak perlu membawakan nya terlalu sering, karena bayi banyak yang tersisa.

“Tapi aku ingin Non meminum susu segar setiap hari nya,” kata Nok, bersikeras. Jadi Nai pun menerima susu yang Nok bawakan.


Kemudian dengan gugup Nok mulai menanyakan tentang berapa kali Non minum susu ketika bangun dan berbagai pertanyaan lainnya. Lalu setelah itu, Nok menanyakan apa Nai capek membesarkan bayi sendirian.

“Dia anak ku. Aku rela jadi capek. Aku akan pergi menghangatkan ini dulu untuk Non. Apa ada yang lain?” tanya Nai.

“Kemudian kamu harus pergi mempersiapkannya. Aku tidak akan mengganggu mu,” jawab Nok. Dan tanpa mengatakan apapun, Nai berbalik. Lalu melihat itu, Nok pun langsung memanggil Nai.

Dengan alasan bahwa dia harus membalas e-mail sebelum siang. Dan mengetik didalam mobil membuatnya pusing serta melelahkan matannya. Maka Nok meminta izin, apa dia bisa membalas e- mailnya disini.

“Kamu tidak akan menjadi kejam untuk mengusir ku kan?” tanya Nok sambil tersenyum manis.

Diruang tamu. Nok mulai mengetik. Dan dengan tajam Nai berdiri serta memperhatikannya, sehingga hal itu membuat Nok menjadi sedikit gugup. Lalu saat Non terbangun, maka Nai pun langsung mengalihkan perhatiannya kepada Non.


Nai menggendong Non dan menimang nya. Dan melihat itu, Nok segera mengambil sebuah  boneka kelinci yang dibawanya, lalu dia menirukan sikap Nai dalam menggendong Non. Tapi ketika Nai melihat ke arahnya, dengan segera Non melemparkan boneka tersebut ke samping dan berpura- pura kembali fokus ke tab nya.



Namun saat Nai kembali sibuk merawat Non, yaitu dia sedang memberikan Non minum susu. Maka Nok pun kembali menirukan nya sambil menggendong tab nya. Tapi saat Nai mulai menyandung, Nok menjadi keheranan dengan apa yang sedang Nai lakukan. Dan dalam diam, dia hanya memperhatikan saja sambil tersenyum sendiri melihat itu.


Ketika akhirnya, Non telah tertidur, maka Nai pun meletakan Non di dalam box bayi. Dan saat mendengar suara Nok yang sedang menyandung sambil tertidur, maka Nai pun tersenyum. Lalu ketika kepala Nok akan terjatuh ke sofa, dengan segera Nai menahan kepala Nok.



Kemudian saat Nok terbangun dan akan bersuara, Nai langsung meletakan jari telunjuknya di bibir Nok dan memberitahu bahwa itu akan membuat Non terbangun. Jadi Nok pun langsung diam. Dan selama beberapa saat, mereka berdua saling berpandangan. Lalu dengan sikap  canggung, Nai pun menjauh sedikit.


Sebelum pulang. Nok mengucapkan terima kasih kepada Nai yang telah mengizinkannya tinggal sebentar. Lalu saat Nai hanya diam saja, maka Nok pun pamit. Tapi saat akan menurunin tangga, tanpa sengaja Nok hampir saja terjatuh. Dan dengan sikap malu, Nok pun mengeluh kan sepatunya.


“Heels yang buruk. Kelihatannya aku perlu membeli satu yang baru,” kata Nok. Lalu dia berjalan dengan cepat dan pergi. Sementara Nai yang berada di belakang, dia tampak tersenyum melihat itu.


Dirumah. Wat sibuk merawat bayi nya dan Vi ikut membantu. Lalu Vi mulai membahas mengenai Nok, dia merasa frustasi untuk Nok, karena Nai bermain sulit.

Dan Wat membalas bahwa itu tidak ada hubungan dengan nya, karena selama ini Vi lah yang telah membesarkan Nai, jadi Vi seharus nya yang lebih tahu. Kemudian Wat mulai bermain- main dengan Nit. Dan melihat itu, Vi tersenyum.


“Ini membuatku memikir kan Nok ketika masih bayi. Kita sangat beruntung, karena kita memiliki kesempatan yang lain seperti itu,” kata Vi.

“Kesempatan itu dibuat. Hanya tergantung kamu akan menciptakan nya atau tidak,” balas Wat.

“Bagaimana membuat nya? Sekarang punya ku sudah expired,” balas Vi sambil menghela nafas.


“Aku bukan membicarakan tentang mempunyai bayi. Aku membicarakan tentang cinta. Dengan dokter Wes,” balas Wat.

“Bagaimana ini melibatkan Dokter Wes? Mengapa kamu membicarakan tentang dia? Aku tidak….”

“Jangan membuat alasan. Aku bisa tahu. Seperti kamu bisa tahu ketika itu datang kepadaku.”

“Kemudian tolong bertingkah seperti kamu tidak tahu dan tidak melihat. Itu tidak mungkin bagaimana pun.”

“Seperti yang kamu bilang padaku. Cinta adalah antara dua orang. Jika mereka saling mengerti, maka itu cukup. Yang lain hanya orang luar saja.”

“Dan jika orang luar itu adalah teman baikku?” tanya Vi sambil menghelas nafas.


Wat datang menemui Wes dirumah sakit. Disana Wes merasa sedikit heran saat membaca laporan keluhan sakit Wat yang terlalu banyak. Dan Wat menjelaskan bahwa itu hanyalah alasan nya agar dapat menemui Wes, karena sebenarnya yang ingin dibicarakannya adalah tentang Vi.

Wat mengatakan bahwa dia tahu tentang bagaimana perasaan Vi dan Wes. Namun Vi dan Ibu Wes adalah teman baik, jadi pasti sulit untuk Vi menghadapi hal itu. “Jika kamu mencintai dia. Tidak akan kah kamu membuat Ibumu menerima dia?” tanya Wat setelah memberikan saran dan pengertian kepada Wes. Lalu setelah itu, Wat pun pamit pulang.


Saat Phai sedang sibuk memotong sayuran, dengan manja Pen yang baru pulang ke rumah hari ini, dia memeluknya dari belakang. Dan dengan senang, Phai tersenyum lembut. Lalu sambil membantu Phai memotong sayuran, Pen menceritakan tentang pekerjaan nya di China.

Dengan riang, Pen menceritakan bahwa kini dia telah fasih berbahasa China. Dan kini dia sedang sangat ‘hot’ nya (terkenal) disana. Tapi Pen yakin kalau Phai pasti tidak tahu, karena Phai kan tidak mempunyai media sosial.

“Hei, mom. Sekarang aku sudah punya mobil dan apatermen disana,” kata Pen dengan nada yang sangat senang. Dan Phai membalas, hmmm.



“Aku punya segalanya sekarang. Apa itu mungkin, jika kamu pindah dengan ku, mom?” tanya Pen dengan penuh harap. Dan karena bingung, maka Phai pun hanya diam saja. “Tinggalah dengan ku ya, mom. Yaa,” pinta Pen.

“Aku tidak bisa meninggalkan Khun Nok sekarang,” balas Phai. Dan mendengar itu, Pen tampak terkejut. “Masalah Khun Nok dan Khun Nai belum selesai. Aku masih ingin tinggal disini untuk mendukung dia,” jelas Phai.


Dengan mata berair dan nada kecewa, Pen menanyakan bagaimana bila masalah Nok tidak selesai dan Nai meninggalkannya, apakan Phai akan tetap tinggal disini sampai Nok mati. Dan Nok yang kebetulan melewati dapur, dia mendengar semua pembicaraan Phai serta Pen.

“Pen,” kata Phai, mengingatkan Pen.

“Apa kamu pernah menanyai ku, sebelum aku bisa mendorong diriku sendiri untuk mencapai titik ini. Titik dimana aku bisa menjaga mu. Berapa banyak aku menderita? Berapa banyak hal buruk yang harus aku lalui! Apa kamu pernah menanyaiku? Huh? Semua yang kamu pedulikan adalah Nok. Dan kamu ingin tinggal untuk menjaga dia. Tapi apa pernah kamu memikirkan bahwa Putri mu ini juga memerlukan itu?”  teriak Pen dengan nada kecewa dan marah.

Lalu setelah mengatakan semua itu, Pen membalikan papan potongan yang ada dihadapannya dan pergi keluar dari dapur. Dan mendengar serta melihat semua itu, Nok tampak bersalah. Sedangkan Phai, dia tampak sedih dan dilema.


Nok mendekati Pen yang sedang menangis sendirian di taman. Nok menjelaskan bahwa dia telah mendengar semua pembicaraan Pen serta Phai tadi.


“Tertawalah! Tertawa kan lah putri bodoh seperti ku! Aku capek melakukan segalanya, tapi tidak pernah bisa mengalahkan kamu. Aku pengecut. Bodoh! Bahkan walau aku tahu, aku tidak pernah bisa mengalahkanmu. Apa kamu puas? Huh? Kamu berhasil mencuri Ibuku,” kata Pen dengan kesal dan perasaan sedih yang meluap- luap.

Nok berjalan lebih mendekati Pen. Dia menjelaskan bahwa dia tidak pernah berpikiran seperti itu dan dia menyadari bahwa masalah antara Pen serta Phai itu adalah karenanya. Lalu dengan sinis, Pen mengganggap bahwa Nok berkata seperti itu adalah karena Nok merasa kasihan kepada nya.

“Bukan kamu yang menyedihkan. Kamu melakukan segalanya untuk mendapatkan cinta. Tapi aku tidak pernah melakukan apapun. Sampai aku kehilangan segalanya. Aku lah orang yang menyedihkan itu,” jelas Nok.

“Kamu merendahkan dirimu sendiri? Bahkan walau aku melukai mu berkali- kali sekarang?” tanya Pen tidak percaya dengan apa yang dikatakan Nok.

“Kamu tidak akan melakukan itu. Jika aku tidak melakukan itu kepadamu duluan. Kamu mencuri dariku karena aku mencuri darimu duluan,” balas Nok.


Ketika Nok melihat betapa sedih Pen. Dengan tulus, Nok meminta maaf kepada Phai. Dan saat Pen hanya diam saja sambil mnenangis, Nok memegang bahu Pen. Lalu Nok menjelaskan bahwa alasan Phai bersikap demikian padanya adalah karena dia Putri dari bosnya.

“Bahkan jika dia memanja kan aku, tapi dia tidak akan pernah mencintai aku seperti caranya mencintai kamu. Tidak ada seorang pun yang bisa menggantikan anak mereka sendiri. Hati Ibumu sangat baik,” jelas Nok.

“Itu tidak benar. Aku tidak percaya,” balas Pen.

“Jika kamu tidak percaya, kemudian tanyalah padanya,” balas Nok.


Pas disaat Nok mengatakan hal itu. Phai muncul dari belakang. Lalu melihat kedatangan Phai, maka Nok pun segera berjalan mendekati nya. Sedangkan Pen, dengan kesal serta sedih, dia bertanya mengapa kepada Phai, lalu dia mengatakan bahwa Phai lebih mencintai orang lain dari pada dia, bahkan sekarang Phai masih melindungin Nok.

“Aku tidak pernah melindungin siapapun. Kecuali putri ku,” kata Phai dengan tegas sambil berjalan mendekati Pen.

Lalu setelah berada di dekat Pen, Phai pun memegang wajah Pen dan menatapnya. “Penny. Aku melindungin mu dengan cara ku. Berbelas kasih kepada orang, sehingga mereka juga akan berbelas kasih pada anak ku. Tapi aku tidak menyangka bahwa pada akhirnya, itu akan menyakiti putriku sendiri. Dengan tangan ku sendiri. Aku seorang Ibu yang buruk,” jelas Phai


Phai menyalahkan dirinya sendiri karena telah melupakan perasaan Pen dan tidak pernah bertanya kepada Pen, bagaimana keadaan serta perasaan Pen. Dan dengan sedih, Phai mengatakan bahwa dia tidak pantas menjadi seorang Ibu. Lalu dia mau berlutut untuk meminta maaf kepada Pen.

Namun dengan segera Pen menggelengkan kepalanya. Lalu dia menahan serta ikut berlutut dilantai bersama dengan Phai.


“Aku lah yang tidak pernah membuat mu bangga. Dan selalu menyebabkan kamu sakit. Aku yang perlu untuk meminta maaf padamu. Aku minta maaf, mom. Dari sekarang aku akan berubah dan menjadi orang yang lebih baik. Aku ingin membuat kamu bangga. Aku mencintai mu,” kata Pen.




“Aku juga mencintai mu. Aku tidak pernah tidak mencintaimu. Aku mencintai mu lebih dari pada hidup ku sendiri,” balas Phai sambil memeluk Pen. Lalu Phai menanyakan apa mereka bisa memulai dari awal lagi. Dan Pen mengganguk kan kepalanya.


Melihat semua itu, Nok berdiam diri disana. Dan ikut menangis, karena terharu.

6 Comments

Previous Post Next Post