Images by : TVn
Part
3 : Arth, The Prelude to All Legends
Jubinol
Seorang wanita muda yang masih cantik, bernama Tapien, sedang di bujuk oleh wanita cantik berkarisma lainnya yaitu Karika (yang di panggil Xabara) untuk kembali ke Suku Momo. Karika membujuk Tapien untuk melupakan mengenai Sateunik. Mereka adalah suku Momo yang berasal dari air dan mati di dalamnya, jadi untuk apa mereka di gunung seperti ini? Tapien menolak pergi, karena jika dia pergi, dia tidak akan bisa bertemu dengan Sateunik saat Sateunik kembali.
“Kami sepakat bertemu di sini. Jadi,
aku akan tunggu di sini. Jadi, Xabara, jangan kemari membahayakan kesehatanmu. Terlebih,
jangan bawa Tuan Hotau (bayi Karika) lagi.”
Di saat itu, dari luar, terdengar
suara ribut-ribut. Itu karena kedatangan Ipsaeng dan Eunseom. Ipsaeng berusaha
berkomunikasi dengan penjaga suku Momo, tapi dia kesulitan karena hanya tahu
beberapa kata. Pedang semakin di arahkan kepada mereka, dalam keadaan terdesak,
Eunseom menyembutkan nama Sateunik.
Untungnya, Tapien mendengar nama
Sateunik di sebut dan untungnya lagi, dia bisa mengerti bahasa Saram.
Eunseom memberikan ikat kepala Sateunik kepada Tapien. Dia memberitahu kematian Sateunik. Tapien menangis histeris.
--
Tapien berbicara dengan Karika. Dia
berterimakasih karena penantian panjangny berakhir sebah dia di berkahi dengan
kehadiran Karika. Karika menghibur Tapien untuk tidak berduka. Ini kehendak
dewa. Dewa akan menerima Sateunik dalam pelukannya.
--
Ipsaeng dan Eunseom di hidangkan
makanan enak. Mereka makan dengan nikmat dan kenyang. Ipsaeng kemudian
menyadari kehadiran bayi yang ada di sana, bayi itu bernama Hotau. Ipsaeng
yakin kalau ibu bayi itu pasti adalah wanita yang memakin mantel bulu (Karika).
Dia teringat kalau Karika di panggil dengan panggilan “Xabara.” Sepertinya, dia
ingat arti Xabara, tapi mendadak dia lupa.
Eunseom bertanya kenapa Ipsaeng
memberitahu kalau Sateunik tewas saat bekerja karena wabah? Ipsaeng menjawab
dengan bijak, kalau dia memberitahu yang sebenarnya terjadi, istri Sateunik
harus pergi membalas dendam. Dan malah akan mati.
--
Yeonbal dan pasukannya juga hampir
tiba di Jubinol. Dia membagi tim menjadi dua grup untuk melewati jalan yang
berbeda.
--
Ipsaeng dan Eunseom asyik bermain dengan Hotau. Karika masuk saat itu bersama anak buahnya. Dia bertanya apakah mereka dari Arthdal? Ipsaeng menjawab kalau Arthdal bukanlah kota asal kami, tapi mereka berasal dari sana. Karika melihat bibir Eunseom yang ungu dan tahu kalau Eunseom adalah Igutu. Eunseom sudah tampak khawatir, tapi Karika dengan ramah berkata kalau mereka tidak masalah dengan Igutu. Sebaliknya, mereka sangat berhutang budi pada mereka. Karika memberikan mereka upah.
Melihat Karika yang bicara bahasa
Saram, maka Eunseom juga bicara dengan cepat kalau Sateunik juga baik pada
mereka. Karika sulit mengerti yang Eunseom katakan karena terlalu cepat. Tapien
mengartikan yang Eunseom katakan pada Karika.
Karika memberikan hadiah sebagai
bentuk balas budi mereka. Ipsaeng senang melihat sebuah emas yang suku Momo
berikan.
--
Ipsaeng dan Eunseom di berikan tempat
tinggal. Ipsaeng senang karena benar Suku Momo sangat tahu balas budi. Mereka
memberikan makanan, akomodasi bahkan pakaian. Dan juga, sebuah emas.
“Ini menunjukkan Suku Momo berutang
budi padamu. Siapa pun dari Suku Momo akan baik padamu jika melihat ini. Ini berharga,” jelas Ipsaeng.
“Benarkah? Omong-omong, kulihat semua
orang bawa botol air di pinggangnya,” tanya Eunseom.
“Itu bukan botol air, Bodoh,” jawab
Ipsaeng dan tidak menjelaskan botol apa itu.
Ipsaeng malah mencoba bernegosiasi
dengan Eunseom untuk menjual emas suku Momo itu dan hasilnya di bagi dua. Eunseom
menolak karena dia ingin menggunakan uangnya untuk mengobati orang yang cedera
dan di bagikan ke semua yang kabur dari Doldambul. Kan Ipsaeng yang bilang,
kalau tanpa emas dan permata, tidak ada bedanya dengan Gitbadak. Ipsaen protes,
mereka yang bekerja, kenapa di bagikan ke orang lain. Dia heran karena Eunseom
tidak berubah setelah semua yang di alaminya.
Kenapa
dunia ajari kita hal yang berbeda? Kenapa dunia menyatukan kita? Tanya Eunseom di dalam hatinya.
“Aku sangat kesal,” gerutu Ipsaeng.
--
Dan di saat yang sama, Ipsaeng juga
bangkit dari tidurnya. Dia hendak kabur dari sana dengan mencuri emas Eunseom. Dia
tidak setuju dengan pemikiran Eunseom. Dia yakin kalau Eunseom akan mati karena
pendiriannya itu.
Saat hendak kabur, Ipsaeng malah melihat para pengawal yang berkhianat dan membunuh sesama rekan mereka. Para pengawal itu hendak membunuh Karika. Melihat hal tersebut, bukannya berteriak ataupun melapor, Ipsaeng memilih kabur. Dia sempat memikirkan Eunseom, tapi rasa ingin hidupnya lebih kuat.
Karika berhasil kabur dengan membawa anaknya, Hotau. Tapien terluka. Eunseom terbangun di tengah kekacauan itu dan menolong Tapien. Tapien menyuruh Eunseom untuk menyelamatkan Karika.
Ipsaeng sudah sampai di tengah hutang.
Dia menatap emas yang di curinya dari Eunseom dan melihat ke belakang. Dia
ragu. Tapi, memaksakan dirinya untuk tetap kabur.
Di tengah hutan, Karika terkepung. Dia
tahu kalau Guika pasti yang menyuruh mereka melakukan hal ini. Pengawal itu
meminta maaf, dan menyerang karika. Walau wanita dan sendirian, Karika berhasil
melawan. Tapi, dia kalah jumlah dan terluka. Anaknya dalam bahaya.
Untungnya, Eunseom tiba di saat yang
tepat. Dia menolong Karika dan membawa Hotau juga untuk kabur.
Mereka selamat. Eunseom melihat lengan Karika yang terluka. Dia mengoyak bagian bawah bajunya dan mengikatkannya ke lengan Karika yang terluka agar pendarahannya berhenti. Karika tampak tersentuh dengan yang Eunseom lakukan. Eunseom meletakan tuan Hotau ke pelukan Karika. Kemudian dengan perlahan, Eunseom menjelaskan pada Karika kalau dia akan memancing mereka menjauh dari sana, dan kemudian, Karika lari ke arah sebaliknya. Lari yang jauh.
Eunseom berbalik. Dan saat itu, Karika melihat punggung Eunseom yang memiliki tanda Igutu (tanda Neanthal juga). Eunseom menarik perhatian mereka dan berlari kabur dari sana. Karena target mereka adalah Hotau, maka Eunseom kabur dengan menggulung sobekan bajunya menjadi seperti gulungan bayi. Dia berhasil mengecoh mereka.
--
--
Ipsaeng lagi asyik makan di tengah hutan dan di temukan oleh Eunseom. Ipsaeng kaget karena Eunseom masih hidup. Eunseom kesal karena Ipsaeng tidak hanya mencuri keping emas tapi pasti juga tahu kalau mereka di serang. Ipsaeng dengan gugup menjelaskan kalau dia tidak berniat seperti itu. Dia punya alasan.
Eunseom mendekat. Ipsaeng sudah ketakutan duluan dan memberikan keping emas tersebut agar Eunseom mengampuninya.
--
--
Ipsaeng berjalan bersama Eunseom. Dia
memberitahu Eunseom kalau dia akhirnya ingat, Xabara. Wanita bermantel bulu
(Karika) yang di panggil Xabara. Dia ingat artinya Xabara.
--
Ternyata, yang di tunjuk oleh pasukan
Daekan adalah sekumpulan suku Momo yang datang bersama dengan Karika. Pasukan
itu juga memberitahu Yeonbal kalau wanita itu Xabara.
--
Ipsaeng memberitahu kalau Xabara
artinya adalah yang terbaik. Artinya, dia adalah pemimpin dari Suku Momo.
--
Yeonbal gugup melihat pasukan suku
Momo. Dengan sopan dan menggunakan bahasa suku Momo, dia berkata kalau dia
datang untuk mencari seseorang. Dia tidak mau melawan suku Momo.
Tanpa memberi perlawanan sedikitpun,
Yeonbal dan para pasukan pergi.
Setelah para pasukan pergi, Karika
memulai eksekusi kepada orang-orang yang menyerangnya. Kepala mereka di tebas!
“Para kesatriaku yang lahir dan dibesarkan oleh air! Aku, Karika, Xabara Suku Momo, berutang budi pada seseorang. Dia menyelamatkanku dan garis keturunan Suku Momo. Namun, aku dengan malu mengakui, tak tahu apa pun tentangnya, termasuk namanya. Aku hanya tahu dia punya bibir ungu dan punggungnya tampak seperti ini (Karika menunjukan kain berwarna ungu yang tergambar pola yang ada di punggung Eunseom). Ayo, para kesatria airku! Kita akan lakukan segalanya untuk menemukan dia sampai anak cucu kita mati agar kita bisa balas budinya!” umumkan Karika.
Karika mengeluarkan pedangnya dan begitu juga semua rakyat Momo. Dia menggengam pedang itu dengan tangannya, membuat darah menetes dari telapak tangannya, “kita bersumpah demi darah kita akan membalas kebaikan pemuda berbibir ungu ini! Jika kita mati, anak kita melanjutkan! Kita balas kebaikannya! Selama beberapa waktu nanti, sampai kita bisa membalas budinya, ini akan menjadi bendera kita! (kain ungu dengan motif yang ada di punggung Eunseom)!” teriak Karika.
--
Ipsaeng bertanya mengenai pakaian
Eunseom yang robek. Eunseom menyuruhnya untuk diam sebelum dia memukulinya.
Tags:
Arthdal Chronicles
karika mirip sama amanda manopo gak sih ? apa aku doang yg ngerasa mereka mirip wkwkwk
ReplyDeleteKarika..cuantikk bgttt..dy palingg cuantikk di artdal
ReplyDelete