Sinopsis K-Drama : Arthdal Chronicles Episode 13-3


Sinopsis K-Drama : Arthdal Chronicles Episode 13-3
Images by : TVn
Part 3 : Arth, The Prelude to All Legends
Setelah perjalanan yang sangat sulit, Eunseom dan Ipsaeng akhirnya berhasil melewati Gunung Hasi.
Jubinol

Seorang wanita muda yang masih cantik, bernama Tapien, sedang di bujuk oleh wanita cantik berkarisma lainnya yaitu Karika (yang di panggil Xabara) untuk kembali ke Suku Momo. Karika membujuk Tapien untuk melupakan mengenai Sateunik. Mereka adalah suku Momo yang berasal dari air dan mati di dalamnya, jadi untuk apa mereka di gunung seperti ini? Tapien menolak pergi, karena jika dia pergi, dia tidak akan bisa bertemu dengan Sateunik saat Sateunik kembali.
“Sudah sekian tahun. Jika kembali, dia ke Laut Suku Momo,” bujuk Karika.
“Kami sepakat bertemu di sini. Jadi, aku akan tunggu di sini. Jadi, Xabara, jangan kemari membahayakan kesehatanmu. Terlebih, jangan bawa Tuan Hotau (bayi Karika) lagi.”
Di saat itu, dari luar, terdengar suara ribut-ribut. Itu karena kedatangan Ipsaeng dan Eunseom. Ipsaeng berusaha berkomunikasi dengan penjaga suku Momo, tapi dia kesulitan karena hanya tahu beberapa kata. Pedang semakin di arahkan kepada mereka, dalam keadaan terdesak, Eunseom menyembutkan nama Sateunik.
Untungnya, Tapien mendengar nama Sateunik di sebut dan untungnya lagi, dia bisa mengerti bahasa Saram.

Eunseom memberikan ikat kepala Sateunik kepada Tapien. Dia memberitahu kematian Sateunik. Tapien menangis histeris.
--
Tapien berbicara dengan Karika. Dia berterimakasih karena penantian panjangny berakhir sebah dia di berkahi dengan kehadiran Karika. Karika menghibur Tapien untuk tidak berduka. Ini kehendak dewa. Dewa akan menerima Sateunik dalam pelukannya.
Dari jauh, dua penjaga bertingkah mencurigakan.
--
Ipsaeng dan Eunseom di hidangkan makanan enak. Mereka makan dengan nikmat dan kenyang. Ipsaeng kemudian menyadari kehadiran bayi yang ada di sana, bayi itu bernama Hotau. Ipsaeng yakin kalau ibu bayi itu pasti adalah wanita yang memakin mantel bulu (Karika). Dia teringat kalau Karika di panggil dengan panggilan “Xabara.” Sepertinya, dia ingat arti Xabara, tapi mendadak dia lupa.
Eunseom bertanya kenapa Ipsaeng memberitahu kalau Sateunik tewas saat bekerja karena wabah? Ipsaeng menjawab dengan bijak, kalau dia memberitahu yang sebenarnya terjadi, istri Sateunik harus pergi membalas dendam. Dan malah akan mati.
--
Yeonbal dan pasukannya juga hampir tiba di Jubinol. Dia membagi tim menjadi dua grup untuk melewati jalan yang berbeda.
--

Ipsaeng dan Eunseom asyik bermain dengan Hotau. Karika masuk saat itu bersama anak buahnya. Dia bertanya apakah mereka dari Arthdal? Ipsaeng menjawab kalau Arthdal bukanlah kota asal kami, tapi mereka berasal dari sana. Karika melihat bibir Eunseom yang ungu dan tahu kalau Eunseom adalah Igutu. Eunseom sudah tampak khawatir, tapi Karika dengan ramah berkata kalau mereka tidak masalah dengan Igutu. Sebaliknya, mereka sangat berhutang budi pada mereka. Karika memberikan mereka upah.
Melihat Karika yang bicara bahasa Saram, maka Eunseom juga bicara dengan cepat kalau Sateunik juga baik pada mereka. Karika sulit mengerti yang Eunseom katakan karena terlalu cepat. Tapien mengartikan yang Eunseom katakan pada Karika.
Karika memberikan hadiah sebagai bentuk balas budi mereka. Ipsaeng senang melihat sebuah emas yang suku Momo berikan.
--

Malam hari,
Ipsaeng dan Eunseom di berikan tempat tinggal. Ipsaeng senang karena benar Suku Momo sangat tahu balas budi. Mereka memberikan makanan, akomodasi bahkan pakaian. Dan juga, sebuah emas.
“Ini menunjukkan Suku Momo berutang budi padamu. Siapa pun dari Suku Momo akan baik padamu jika melihat ini.  Ini berharga,” jelas Ipsaeng.
“Benarkah? Omong-omong, kulihat semua orang bawa botol air di pinggangnya,” tanya Eunseom.
“Itu bukan botol air, Bodoh,” jawab Ipsaeng dan tidak menjelaskan botol apa itu.
Ipsaeng malah mencoba bernegosiasi dengan Eunseom untuk menjual emas suku Momo itu dan hasilnya di bagi dua. Eunseom menolak karena dia ingin menggunakan uangnya untuk mengobati orang yang cedera dan di bagikan ke semua yang kabur dari Doldambul. Kan Ipsaeng yang bilang, kalau tanpa emas dan permata, tidak ada bedanya dengan Gitbadak. Ipsaen protes, mereka yang bekerja, kenapa di bagikan ke orang lain. Dia heran karena Eunseom tidak berubah setelah semua yang di alaminya.
“Bukan begitu aku diajarkan,” ujar Eunseom dan menyimpan emas tersebut di balik bajunya.
Kenapa dunia ajari kita hal yang berbeda? Kenapa dunia menyatukan kita? Tanya Eunseom di dalam hatinya.
“Aku sangat kesal,” gerutu Ipsaeng.
--
Di tengah malam, kedua pengawal yang bertingkah mencurigakan itu, mulai beraksi.
Dan di saat yang sama, Ipsaeng juga bangkit dari tidurnya. Dia hendak kabur dari sana dengan mencuri emas Eunseom. Dia tidak setuju dengan pemikiran Eunseom. Dia yakin kalau Eunseom akan mati karena pendiriannya itu.

Saat hendak kabur, Ipsaeng malah melihat para pengawal yang berkhianat dan membunuh sesama rekan mereka. Para pengawal itu hendak membunuh Karika. Melihat hal tersebut, bukannya berteriak ataupun melapor, Ipsaeng memilih kabur. Dia sempat memikirkan Eunseom, tapi rasa ingin hidupnya lebih kuat.


Karika berhasil kabur dengan membawa anaknya, Hotau. Tapien terluka. Eunseom terbangun di tengah kekacauan itu dan menolong Tapien. Tapien menyuruh Eunseom untuk menyelamatkan Karika.
Ipsaeng sudah sampai di tengah hutang. Dia menatap emas yang di curinya dari Eunseom dan melihat ke belakang. Dia ragu. Tapi, memaksakan dirinya untuk tetap kabur.
Di tengah hutan, Karika terkepung. Dia tahu kalau Guika pasti yang menyuruh mereka melakukan hal ini. Pengawal itu meminta maaf, dan menyerang karika. Walau wanita dan sendirian, Karika berhasil melawan. Tapi, dia kalah jumlah dan terluka. Anaknya dalam bahaya.
Untungnya, Eunseom tiba di saat yang tepat. Dia menolong Karika dan membawa Hotau juga untuk kabur.

Mereka selamat. Eunseom melihat lengan Karika yang terluka. Dia mengoyak bagian bawah bajunya dan mengikatkannya ke lengan Karika yang terluka agar pendarahannya berhenti. Karika tampak tersentuh dengan yang Eunseom lakukan. Eunseom meletakan tuan Hotau ke pelukan Karika. Kemudian dengan perlahan, Eunseom menjelaskan pada Karika kalau dia akan memancing mereka menjauh dari sana, dan kemudian, Karika lari ke arah sebaliknya. Lari yang jauh.


Eunseom berbalik. Dan saat itu, Karika melihat punggung Eunseom yang memiliki tanda Igutu (tanda Neanthal juga). Eunseom menarik perhatian mereka dan berlari kabur dari sana. Karena target mereka adalah Hotau, maka Eunseom kabur dengan menggulung sobekan bajunya menjadi seperti gulungan bayi. Dia berhasil mengecoh mereka.
--
Yeonbal dan yang lain tiba di Jubinol. Mereka kaget melihat mayat yang bergelimpangan.
--

Ipsaeng lagi asyik makan di tengah hutan dan di temukan oleh Eunseom. Ipsaeng kaget karena Eunseom masih hidup. Eunseom kesal karena Ipsaeng tidak hanya mencuri keping emas tapi pasti juga tahu kalau mereka di serang. Ipsaeng dengan gugup menjelaskan kalau dia tidak berniat seperti itu. Dia punya alasan.

Eunseom mendekat. Ipsaeng sudah ketakutan duluan dan memberikan keping emas tersebut agar Eunseom mengampuninya.
--

Tapien keluar dan melihat para pasukan Yeonbal. Yeonbal bertanya, apakah dia tahu Sateunik?
Saat itu, salah seorang pasukan Daekan menunjuk ke belakang Yeonbal.
--
Ipsaeng berjalan bersama Eunseom. Dia memberitahu Eunseom kalau dia akhirnya ingat, Xabara. Wanita bermantel bulu (Karika) yang di panggil Xabara. Dia ingat artinya Xabara.
--
Ternyata, yang di tunjuk oleh pasukan Daekan adalah sekumpulan suku Momo yang datang bersama dengan Karika. Pasukan itu juga memberitahu Yeonbal kalau wanita itu Xabara.
--
Ipsaeng memberitahu kalau Xabara artinya adalah yang terbaik. Artinya, dia adalah pemimpin dari Suku Momo.
--
Dengan berwibawa, Karika bertanya apa tujuan Daekan Arthdal kemari?
Yeonbal gugup melihat pasukan suku Momo. Dengan sopan dan menggunakan bahasa suku Momo, dia berkata kalau dia datang untuk mencari seseorang. Dia tidak mau melawan suku Momo.
“Kalau begitu, pergi!” perintah Karika.
Tanpa memberi perlawanan sedikitpun, Yeonbal dan para pasukan pergi.
Setelah para pasukan pergi, Karika memulai eksekusi kepada orang-orang yang menyerangnya. Kepala mereka di tebas!


 “Para kesatriaku yang lahir dan dibesarkan oleh air! Aku, Karika, Xabara Suku Momo, berutang budi pada seseorang. Dia menyelamatkanku dan garis keturunan Suku Momo. Namun, aku dengan malu mengakui, tak tahu apa pun tentangnya, termasuk namanya. Aku hanya tahu dia punya bibir ungu dan punggungnya tampak seperti ini (Karika menunjukan kain berwarna ungu yang tergambar pola yang ada di punggung Eunseom). Ayo, para kesatria airku! Kita akan lakukan segalanya untuk menemukan dia sampai anak cucu kita mati agar kita bisa balas budinya!” umumkan Karika.

Karika mengeluarkan pedangnya dan begitu juga semua rakyat Momo. Dia menggengam pedang itu dengan tangannya, membuat darah menetes dari telapak tangannya, “kita bersumpah demi darah kita akan membalas kebaikan pemuda berbibir ungu ini! Jika kita mati, anak kita melanjutkan! Kita balas kebaikannya! Selama beberapa waktu nanti, sampai kita bisa membalas budinya, ini akan menjadi bendera kita! (kain ungu dengan motif yang ada di punggung Eunseom)!” teriak Karika.

Owh, dengan begini, sama saja seperti Eunseom menjadi pahlawan bagi suku Momo.
--
Ipsaeng bertanya mengenai pakaian Eunseom yang robek. Eunseom menyuruhnya untuk diam sebelum dia memukulinya.


2 Comments

  1. karika mirip sama amanda manopo gak sih ? apa aku doang yg ngerasa mereka mirip wkwkwk

    ReplyDelete
  2. Karika..cuantikk bgttt..dy palingg cuantikk di artdal

    ReplyDelete
Previous Post Next Post