Sinopsis K- Drama : The Tale Of Nokdu Episode 7 - part 2


Sinopsis The Tale Of Nokdu Episode 7 – part 2
Network : KBS2
Dong Ju tiduran di dalam kamar bersama dengan anak- anak ayam nya. Dia bergumam betapa menyenangkan dan nyaman nya sendirian. “Ini sangat nyaman,” gumam nya. Tapi ketika tiba- tiba pintu terbuka, dia langsung duduk dan tersenyum.

Namun ternyata, pintu itu terbuka karena angin. Dan melihat itu, Dong Ju pun langsung tampak kecewa dan murung.

Ditempat rahasia. Dong Ju tidak bisa fokus belajar,  karena dia terus saja memikirkan tentang Nok Du. Lalu dia membuat alasan untuk dirinya sendiri.
“Aku butuh engsel untuk menyatukan semua ini,” gumamnya. “Ah, benar. Hanyang memiliki besi terbaik di negri ini. Tempat itu punya teknisi terbaik. Ya, tentu saja. Aku tidak mau pergi. Tapi aku tidak punya pilihan,” katanya pada diri sendiri sambil tersenyum. (Dong Ju ingin membuat sebuah anak panah).
Dong Ju kemudian mulai mengambil tas dan barang- barangnya. Dan bersiap untuk pergi. “Ah, aku tidak mau pergi,” katanya sambil tersenyum dengan bersemangat.
Malam hari. Dong Ju sampai di penginapan yang di sebutkan oleh Nok Du. disana dia menanyakan, kepada pemilik penginapan tentang Nok Du.
“Boleh aku bertanya? Apa kamu melihat seseorang dengan mata kecil, hidung mancung, dan bibir tebal? Maksudku seorang pria ..” jelas Dong Ju, pelan sambil memperhatikan reaksi pemilik penginapan. “Maksudku, apa ada Janda datang sendirian tanpa seorang Pria?” tanyanya.

“Ah, dia membongkar barang di kamar itu, dan keluar beberapa saat lalu,” jawab Pemilik penginapan. Lalu dia menanyakan, siapa Dong Ju.
“Dia adalah kakak ku,” jawab Dong Ju.

Didalam kamar. Dong Ju menyusun semua barangnya, dan bertukar pakaian mengenakan pakaian wanita kembali. Kemudian saat melihat- lihat barang Nok Du, dia pun mulai bertanya- tanya, kemana Nok Du sebenarnya. Dan dengan kesal, dia menendang barang milik Nok Du, karena menurut nya Nok Du pasti sedang bersenang- senang bertemu dengan kekasih nya.
“Apa dia sudah bertemu dengannya?” gumam Dong Ju, bertanya. “Lalu kenapa? Tidak ada hubungannya dengan ku,” kata Dong Ju, saat tersadar bahwa sikap nya tampak seperti sedang cemburu.

Dong Ju kemudian memandangin pemandangan diluar jendela. Dia memperhatikan pohon buah yang ada di halaman penginapan.

Dengan berpakaian serba hitam, Nok Du memanjat ke atas genteng, dan memperhatikan keadaan didalam rumah Jong Chil.

Flash back
Ketiga Pasukan Muweol menugas kan Nok Du untuk mencuri sesuatu yang berharga di rumah Jong Chil. Yaitu seekor gajah yang terbuat dari besi, dan di simpan oleh Jong Chil di bawah lengannya setiap kali Jong Chil tidur. Kalau menurut kabar, gajah besi tersebut berasal dari Ming. Dan Nok Du menjawab bahwa dia tahu, dan sangat mengetahui nya.

“Kami akan memberimu tiga hari. Bawa itu pada kami. Caramu melakukannya terserah kepadamu,” jelas Rekan no. 1.
“Jika gagal, kamu akan mati di rumah itu. Jika kamu kabur, kami akan menemukan mu dan membunuh mu. Keluargamu yang tinggal di Jinhae juga tidak akan aman,” ancam Rekan no. 2 dengan nada menakuti.

Nok Du diam dan berpikir, lalu dia bertanya, jika dia gagal dan harus mati di sana, apakah ada seseorang yang akan mengabari mereka soal kematiannya. Dan dengan sikap perhatian, Rekan no. 3 menjawab bahwa ada tempat bernama Aseowon di Jalan Yookjo. Jika Nok Du mati, orang- orang disana akan mengambil jasad Nok Du. Sehingga Nok Du tidak perlu khawatir.
Mendengar itu, Nok Du tersenyum takut. “Para wanita ini sangat gigih.”

Flash back end
Nok Du melompat masuk ke dalam rumah Jong Chil. “Mengambil jasadku, omong kosong. Aku tidak akan mati,” katanya dengan penuh tekad.  Lalu dia memperhatikan keadaan sekeliling nya yang kosong dan gelap. “Tapi adakah yang tinggal di tempat ini?”

Dong Ju tepat berada di luar rumah Jong Chil. Dengan gugup, dia berniat untuk membuka pintu gerbang dan masuk ke dalamnya. Tapi dia tidak berani, “Hanya mengintip. Aku akan mengintip sejenak,” gumam nya untuk menyakinkan diri sendiri. Lalu dia memegang pengangan pintu gerbang.

Tapi sebelum dia membuka pintu, tiba- tiba saja dia melihat beberapa pengawal berlari ke arahnya sambil membawa obor yang terang. Melihat itu, Dong Ju merasa terkejut, dan terduduk di tempat pintu.

Lalu seorang pengawal yang melihat Dong Ju disana, dia mengeluarkan pedang nya. Dan mengarahkan itu kepada Dong Ju.

Flash back
Saat seorang pengawal mengarahkan pedang nya kepada Dong Ju. Seorang pria datang dan menahan pedang pengawal itu dengan pedang nya. Lalu Ibu datang dan menarik tangan Dong Ju untuk segera berlari bersamanya. Dan saat mereka berlari, pria itu terbunuh oleh pedang si pengawal.
Melihat itu, Dong Ju merasa sangat terkejut dan ketakutan.

Ibu memegang tangan Dong Ju dan terus membawanya untuk berlari menjauh darisana. “Kamu harus tetap waspada, Eun Seo. Tetap waspada, Eun Seo!” teriak Ibu. Dan mendengar itu, Dong Ju pun tersadar dari pikiran kosong nya.

Beberapa orang tersandung, dan terjatuh di depan mereka. Melihat itu, Dong Ju kehilangan fokus, dan tersandung batu, lalu dia pun terjatuh. Dengan cemas, Ibu pun berniat untuk menarik Dong Ju berteriak. Tapi sialnya, sebuah anak panah melesat, dan mengenai kaki Ibu, sehingga Ibu pun terluka.
Melihat itu, Dong Ju merasa takut. Tapi Ibu menenangkan nya. Lalu dia berdiri kembali, tapi dia malah di tembak oleh beberapa anak panah lagi dari belakang.



“Ibu,” panggil Dong Ju, cemas.
Ibu berusaha untuk mencabut anak panah yang menusuk dirinya sendiri, tapi dia tidak bisa. Karena itu dia pun memeriksa apakah Dong Ju ada terluka. Kemudian dia menarik Dong Ju ke dalam pelukannya, dan melindungin Dong Ju dari bahaya.

Saat terbangun, Dong Ju kaget melihat Ibunya sudah meninggal di sebelah nya, karena melindungin nya. Lalu dia melihat, para pengawal tersebut melemparkan semua orang yang sudah meninggal ke dalam lubang besar.
Flash back end
Dong Ju bernafas dengan terengah- rengah, karena ketakutan. Sepertinya para pengawal yang membawa obor barusan, itu cumalah bayangan nya saja. Dan rumah itu, mungkin rumah keluarga nya dulu. Lalu ketika tiba- tiba pintu rumah Jong Chil terbuka, Dong Ju pun langsung berbalik untuk kabur.

Tapi ternyata yang keluar darisana adalah Nok Du. Dan dia menahan Dong Ju supaya tidak kabur darinya. “Dong Ju?” panggilnya. “Hei, sedang apa kamu disini?” tanyanya, heran.
Dong Ju menangis pelan, dan menjawab bahwa dia tidak mengikuti Nok Du kemari. Dia hanya sedang punya urusan sendiri.
“Maksudku, kenapa kamu menangis?” tanya Nok Du sambil menghapus air mata Dong Ju yang menetes di pipi.
Dan dengan kasar, Dong Ju menlap air matanya sendiri. Lalu dia berteriak,”Aku tidak menangis!” katanya. Lalu dia pun berjalan pergi darisana.
“Kamu menangis. Kenapa?” tanya Nok Du. “Hei, apa terjadi sesuatu?” panggil Nok Du sambil berlari mengejar Dong Ju.

Didalam penginapan. Nok Du menanyakan, apakah Dong Ju yakin tidak sedang mengikuti nya. Karena kenapa bisa Dong Ju kebetulan datang ke penginapan nya. Dan Dong Ju menjawab bahwa dia memang tidak sedang mengikuti Nok Du, dia datang karena harus membeli sesuatu di bengkel pandai besi. Serta dia tidak tahu, kalau ini adalah penginapan yang Nok Du sebutkan. Juga dia tidak tertarik pada Nok Du.

“Baiklah. Lalu apa yang kamu katakan kepada Ny. Chun?”
“Aku hanya ..”
“Aku bisa memahami mu. Kamu bilang kepadanya akan pergi untuk menyapa keluarga ku, bukan?” tanya Nok Du, mengerti Dong Ju sangat baik. Dan Dong Ju langsung berpura- pura mengorok sebagai tanda dia sudah tidur. Mendengar itu, Nok Du pun mendengus.

Dong Ju kemudian bangun lagi, dan menanyakan hal yang sama, kenapa Nok Du berada dirumah itu. Dan sama seperti Dong Ju barusan, Nok Du langsung berpura- pura mengorok sebagai tanda dia sudah tidur.
“Kamu tidak akan memberitahuku?” protes Dong Ju.
“Rumah itu kosong, dan tidak ada yang tinggal disana. Aku masuk untuk meminta segelas air,” jawab Nok Du.
“Kosong?” gumam Dong Ju. Dan Nok Du mengiyakan.

Kemudian Nok Du mengatakan bahwa dia tidak mengerti, kenapa barusan Dong Ju menangis disana. Dan Dong Ju menyuruhnya untuk tidur.
“Anak nakal. Beraninya kamu menyala Ibumu saat dia berbicara,” keluh Nok Du. Dan Dong Ju langsung melemparkan bantal kepada nya.

Dengan senang hati, Nok Du pun menggunakan bantal tersebut, dan bukannya mengembalikan nya. Melihat itu, Dong Ju pun meminta Nok Du untuk mengembalikan bantalnya. Tapi Nok Du tidak mau.
Dengan pelan, Dong Ju mengetuk kepala Nok Du, lalu dia merebut kembali bantalnya. “Tidur saja,” tegasnya.

“Beraninya kamu memukul dahi Ibumu. Astaga,” keluh Nok Du.
Mendengar itu, Dong Ju tersenyum.

Post a Comment

Previous Post Next Post