Original
Network : tvN
"Semua
karakter, organisasi, tempat, dan peristiwa adalah fiktif”
Kyung Tan menceramahi Dong Baek, sebab sudah
bersikap tidak sabaran. Seandainya Dong Baek bisa bersikap sopan dan sabar,
maka Dong Baek bisa bekerja sama dalam kasus ini dan ini akan menjadi nilai
yang bagus untuk sidang Dong Baek nantinya. Tapi Dong Baek sama sekali tidak
peduli. Sebab ini bukanlah salah nya.
“Apa yang kamu teliti?” tanya Se Hoong, sebab
sedari tadi Dong Baek terus melihat hp saja. Dan Dong Baek menjawab artikel
berita. “Berita apa?”
“Pelakunya menulis itu agar kita teliti. Ada
angka tertulis di koran dengan darah,” jelas Dong Baek. Tapi Kyung Tan dan Se
Hoong sama sekali tidak mengerti maksud nya. “Yeom Hwa Ran membaca koran bahasa
Inggris. Tapi di samping tubuhnya ada koran acak. Kenapa? Karena itu umpan yang
ditinggalkan pelakunya untuk kita.”
Jadi maksudnya, orang yang menulis angka di
atas koran. Orang itu bukanlah Hwa Ran. Tapi Pembunuh nya. Itu adalah nomor
penerbitan. Koran Harian Kyung Han yang sekarang adalah terbitan ke 22.000-an.
Jadi 16.669 adalah koran terbirtan 20 tahun yang lalu, 6 Oktober 2000. Angka 19
itu adalah nomor halaman nya.
Judul Artikel 6 Oktober 2000 hal. 19 "Wawancara Khusus dengan Profesor Nam
Young Moon", "Sistem dukungan nasional diperlukan untuk korban
kejahatan."
Setelah menjelaskan itu, Dong Baek tersenyum
bangga dan masuk ke dalam mobil. Kyung Tan dan Se Hoong merasa kagum kepadanya.
Sun Mi dan Inspektur A mengujungi tim
forensik. Penyebab kematian Hwa Ran adalah karena keracunan metanol, tapi ada
sesuatu di dalam perut Hwa Ran yang berat nya lebih dari 300 gram. Itu adalah
beton.
“Kenapa dia diberi makan ini?” tanya
Inspektur A.
“Kamu yang harus mencari tahu itu,” jawab
Ahli Forensik.
Dengan malu. “Aku penasaran apakah beton bisa
mempercepat keracunan metanol?” kata Inspektur A, membenarkan pertanyaannya.
“Kurasa tidak. Dia dipaksa memakan ini. Itu
pasti dendam. Mereka menyiksanya.”
Sun Mi hanya diam saja sedari tadi. Jadi
Inspektur A pun bertanya, ada apa, sebab Sun Mi tampak tidak nyaman. Dan Sun Mi
tetap diam. Inspektur B kemudian datang, dia memberitahu mereka bahwa tes darah
korban sudah keluar. Dan Sun Mi melihat datanya.
“Angka di koran ada di darah korban, tapi
darah yang disemprot di ruangan milik pihak ketiga,” jelas Inspektur A.
“Pihak ketiga? Bukan darah Park Ki Dan?” tanya
Inpektur A, heran.
“Itu disemprot sebelum Park Ki Dan tewas.”
“Kumpulkan semua orang pukul 8.00 besok. Aku
akan pulang,” perintah Sun Mi dengan singkat. Kemudian dia langsung pergi
begitu saja.
Didalam mobil. Kyung Tan memuji Dong Baek,
sebab walaupun Dong Baek tampak bodoh, tapi Dong Baek bias memikirkan hal- hal
acak. Dan Se Hoong menebak, apakah Dong Baek mempunyai sindrom savant. Yaitu
seseorang yang menguasai bidang tertentu.
“Kamu menyebutku genius langka, bukan?” tanya
Dong Baek, sangat bangga.
“Humph. Sayang sekali kamu sangat aneh,”
balas Se Hoong. “Kamu tidak sosial. Newton juga sama. Dia mengabaikan orang
lain selain dirinya dan dia selalu mengajak berkelahi,” jelasnya, sengaja
mengejek Dong Baek.
“Menjadi genius itu sulit. Kita dikelilingi orang-orang
tidak berguna yang tidak bisa melihat kebenaran di mana-mana. Ini sulit bagi
kita,” balas Dong Baek. Dan Se Hoong merasa kagum kepadanya.
Kyung Tan menebak kalau pembunuhan ini adalah
jebakan dari Pembunuh. Sebab yang meninggalkan bukti bukanlah korban, melainkan
Pembunuh itu sendiri. Jadi dia bertanya- tanya, apakah ada akhir di teka- teki
ini. Apakah si Pembunuh akan duduk dengan sabar selagi menunggu di tangkap. Dan
Dong Baek menjawab tidak, dia menyebut Pembunuh sebagai Penyihir. Dan Se Hoong
tidak mengerti, ‘Penyihir?’.
“Yang memancing dengan remah-remah,” jelas
Dong Baek.
“Aku tahu jawabannya. "Hansel dan
Gretel",” tebak Se Hoong.
“Kita lihat saja nanti. Akankah kita dimakan
atau penyihir itu akan terbakar?” balas Dong Baek. Dan Kyung Tan tampak
sependapat dengan nya.
Se Hoong menemukan video wawancara di
Internet. Itu adalah video dokumenter yang ditayangkan saat artikel koran di
terbitkan.
Tidak ada dukungan sedikitpun untuk korban
kejahatan. Jadi Prof. Nam menekankan penting nya sistem dukungan. Artinya,
pemerintah harus menyediakan dukungan.
Prof. Nam memberikan contoh korban: “Ini anak
yang kehilangan ayahnya karena kejahatan. Ini contoh sempurna yang menunjukkan
bahwa bukan hanya korban yang dipengaruhi oleh kejahatan. Untuk anak-anak,
mereka menderita efek samping yang parah. Ini bukan sesuatu yang bisa diatasi
seseorang sendirian.”
Dong Baek, Kyung Tan, dan Se Hoong. Mereka
mengunjungi rumah sakit untuk menemui Prof. Nam. Perawat yang berjaga di meja
resepsionis, dia memuji kalau ini adalah hari yang baik, sebab sudah selarut
ini, Dong Baek datang dan bertanya kepadanya. Dia adalah fans Dong Baek dan dia
mendukung Dong Baek, dia percaya Dong Baek tidak bersalah, tapi Anggota Kongres
yang bersalah.
Mendengar itu, Dong Baek tersenyum pada si
Perawat. Dan Kyung Tan serta Se Hoong merasa senang untuk Dong Baek.
Si Perawat membawa Dong Baek dan yang lainnya
untuk menemui Prof. Nam. Tapi keadaan Prof. Nam tampak seperti orang linglung.
Sehingga mereka agak ragu untuk bertanya.
Sun Mi pulang ke rumah dan membuka kulkasnya.
Tapi isinya hanya ada air saja.
Sun Mi kemudian duduk diruang tamu dan minum
obat. Lalu dia membaca laporan data Hwa Ran, foto gambar Dong Baek, dan angka
diatas koran. Dia berpikir keras.
Sun Mi akhirnya mengerti maksud angka 16669-
19. Dia segera menghubungi rekannya untuk mencari tahu. Kemudian dia
memperhatikan lukisan Hwa Ran. Itu adalah lukisan yang sama dengan latar
belakang Hwa Ran saat berfoto di media sosial. Tapi lukisan tersebut dtempatkan
di arah yang berbeda. Seperti sudah di putar.
Kyung Tan dan Se Hoong mencoba bertanya
kepada Prof. Nam tentang wawancara 20 tahun yang lalu. Tapi Prof. Nam hanya
diam saja, seperti orang linglung. Dan Dong Baek pun mencoba mencari kesempatan
untuk dapat menyentuh Prof. Nam. Dia berpura- pura menyuruh si Perawat untuk
pergi mencarikan informasi anak- anak Prof. Nam. Mengerti dengan maksud Dong
Baek, maka Se Hoong pun segera mengajak si Perawat untuk keluar dari ruangan
dan mencari data itu, dengan alasan ini adalah hal yang mendesak. Dengan
bingung, si Perawat pun mengiyakan.
“Kami akan menanyai dia sekali lagi. Detektif
Oh, tolong temani dia,” kata Dong Baek. Dan Se Hoong mengiyakan sambil menarik
si Perawat.
“Tapi aku harus tetap menemaninya… “ kata si
Perawat.
“Jika kamu berfoto dengan Detektif Dong nanti
untuk diunggah di internet, itu akan viral,” bujuk Se Hoong. Dan si Perawat
langsung tergoda oleh bujukannya.
Sesudah si Perawat keluar dari ruangan, Dong
Baek menyentuh tangan Prof. Nam. Tapi dia tidak bisa menemukan apapun didalam
ingatannya. Jadi untuk memancing ingatan Prof. Nam yang dulu, maka Dong Baek
memperlihatkan video wawancara Prof. Nam 20 tahun yang lalu.
Prof. Nam menonton video wawancara tersebut
dan tampak sedikit bereaksi dari ekspresinya. “Parah …” gumam nya.
Memperhatikan ekspresi itu, Dong Baek
menyentuh kembali tangan Prof. Nam dan mencoba untuk melihat ke dalam
ingatannya.
Dalam wawancara. Prof. Nam memperlihatkan
contoh salah satu anak korban yang sedang menggambar didalam ruangannya, “Ini
anak yang kehilangan ayahnya karena kejahatan. Ini contoh sempurna yang
menunjukkan bahwa bukan hanya korban yang dipengaruhi oleh kejahatan.”
Anak Korban menggambar kunci lubang pintu dan
didalamnya ada dua orang. Lalu setelah
itu, dia menutup telinga nya dan bersembunyi di dekat sudut ruangan. “Tidak!
Aku belum selesai menggambar…” katanya seperti sangat ketakutan.
Setelah melihat ingatan tersebut, Dong Baek
tampak seperti sangat terkejut. “Sebuah gambar. Aku melihat sketsa dari TKP.
Gadis di dokumenter itu membuat gambar yang sama,” jelas nya.“Tepinya terlihat
mirip. Semua sketsa dari TKP pembunuhan digambar dalam batas tepi. Dan gadis
itu menggambar hal yang sama. Itu bentuk vas.”
“Gadis dari 20 tahun lalu adalah
pembunuhnya?” tanya Kyung Tan. Dan Dong Baek juga tidak tahu.
“Aku melihat hal mengerikan. So Mi…” kata
Prof. Nam, mulai berbicara. “Kim So Mi. Dia ada di sana saat ayahnya dibunuh.”
“Apa yang terjadi padanya?” tanya Dong Baek.
“Saat serangan paniknya kumat, tubuhnya
bergetar parah dan dia mengulangi doa yang sama. Doa malaikat pelindung.
"Malaikat pelindung suci yang selalu melindungiku.", "Tuhan
telah mengirimmu kepadaku.",” jelas nya.
Anak Korban yang bernama Kim So Mi. Saat
ketakutan dia akan mengucapkan doa. “Tuhan telah telah mengirimmu kepadaku.
Tolong lindungi tubuhku dari mata pisau kejahatan dan tuntun aku keluar dari
kegelapan mendalam dengan cahayamu dan membimbingku ke dalam kebaikan. Amin!”
Mendengar itu, Dong Baek dan Kyung Tan saling
bertatapan.
Dong Baek dan Kyung Tan keluar dari ruangan.
Mereka mengajak Se Hoong untuk segera pergi. Dan si Perawat merasa heran,
karena keluarga Prof. Nam belum ada yang menjawab. Dengan santai, Dong Baek
memberitahu bahwa penyelidikan mereka sudah selesai dan dia berterima kasih
atas kerjasama nya. Setelah mengatakan itu, Dong Baek langsung pergi.
“Boleh aku berfoto?” tanya si Perawat,
berharap. Tapi sayangnya, Dong Baek sudah keburu pergi.
Lim dan Woon Jang memperhatikan Dong Baek
dari kejauhan secara diam- diam. Dan Dong Baek merasakan keberadaan mereka
berdua, tapi dia hanya diam saja.
Dong Baek meminta kunci mobil kepada Se Hoong
dan Se Hoong merasa heran, karena kuncinya ada pada Dong Baek. Tapi anehnya,
saat dia mengatakan itu dan memasukkan tangannya ke dalam saku, dia menemukan
kunci mobil memang ada padanya.
Saat akan membuka pintu mobil. Dong Baek
terdiam. Dia memperhatikan lubang kunci pada mobil. “Sebuah lubang kunci. Garis
tepi vas itu adalah lubang kunci,” gumamnya.
“Apa maksudmu?” tanya Kyung Tan, tidak
mengerti.
“Dia melihat ayahnya tewas lewat sebuah
lubang kunci,” jelas Dong Baek. “Aku juga melihat lubang kunci itu,” gumamnya,
tapi dia tidak ingat dimana.
“Di mana?” tanya Kyung Tan.
“Entahlah. Dari ingatan seseorang yang
kubaca. Bawa dia dan pergilah ke RIU,” jelas Dong Baek dengan terburu- buru.
Kemudian dia pergi.
“Setidaknya beri tahu siapa dia!” teriak
Kyung Tan, memanggil.
“Kamu mau pergi ke mana sekarang tanpa
mobil?” tanya Se Hoong, berteriak.
“Aku punya mobil!” balas Dong Baek, berteriak.
Kyung Tan merasa kesal dan tidak puas. Sebab
Dong Baek selalu meninggalkan bagian penting.
Lim menjelaskan kepada Woon Jang bahwa dia
akan mengikuti Dong Baek dan yang lainnya. Sementara Woon Jang harus masuk ke
dalam dan mencari tahu apa yang Dong Baek serta yang lainnya lakukan. Namun
disaat dia sedang menjelaskan itu, Dong Baek datang berlari ke arah mereka. Dan
tanpa mengatakan apapun, dia masuk ke dalam mobil mereka.
“Hei, Berandal!” bentak Lim. Tapi Dong Baek
tidak peduli dan langsung pergi. Dengan panik, Lim dan Woon Jang segera berlari
mengejar nya.
Dong Baek menelpon seseorang, tapi tidak ada
yang mengangkat. “Tolong jawab teleponnya.”
Dong Baek menelpon Sun Mi. Tapi Sun Mi
sengaja tidak mengangkatnya. Dia datang ke vila Hwa Ran sendirian.
Dong Baek merasa kesal karena Sun Mi tidak
menjawab telponnya.
Sun Mi masuk ke dalam vila. Saat dia masuk
semakin ke dalam, dia menemukan beberapa pecahan batu kecil dilantai. Lalu dia
mendekati lukisan Hwa Ran yang berada di dinding. Dan dibelakang lukisan tersebut,
dia menemukan dinding yang dilubangi sangat besar.
Sun Mi menghubungi rekannya. “Kirim bantuan
ke vila Yeom Hwa Ran sekarang.”
Sesudah bertelponan. Sun Mi mengeser lukisan
tersebut. Dia mempersiapkan pistolnya dan masuk ke dalam ruangan di balik lubang
tersebut.
Dong Baek menghubungi dan Seul Bi yang
mengangkatnya. “Aku Detektif Dong Baek. Di mana Inspektur Senior Han?”
tanyanya.
“Senior Han?”
“Cari tahu lokasinya. Dia dalam bahaya,”
jelas Dong Baek dengan buru- buru.
“Dia ada di TKP. Vila Yeom Hwa Ran.”
“Apa? Sial,” umpat Dong Baek. Kemudian dia
langsung memutar balik mobilnya. “Kirimkan bantuan sekarang,” perintahnya.
“Aku sudah mengirim permintaan tapi divisi
terdekat masih berjarak 15 menit lagi…”
“Kirim semua orang sekarang! Itu perangkap!”
bentak Dong Baek, tidak sabaran.
Penjelasan tentang vila tetangga Hwa Ran.
“Pemilik yang pindah mengalami strok, jadi, tempat ini kosong selama lebih dari
setahun.”
“Sial. Kenapa dia bodoh sekali?” umpat Dong
Baek kesal. “Tempat itu adalah perangkap.”
Sun Mi menemukan tanda panah merah yang
mengarah ke sebuah pintu. Dan diapun mengintip ke dalam melalui lubang kunci
pintu. Disana dia melihat ada dua orang yang sama persis seperti pada gambar.
Dan melihat itu, dia merasa sangat terkejut hingga hampir mau muntah. Dia
merasa sangat mual.
Setelah berhasil untuk menenangkan dirinya,
Sun Mi membuka pintu tersebut dan masuk ke dalamnya. Dua orang yang dilihatnya
adalah dua patung. Dan patung tersebut dibuat dari mayat manusia. Melihat itu,
Sun Mi merasa sangat terkejut. Tangannya bergetar.
“Malaikat pelindung yang selalu melindungiku.
Tuhan telah mengirimmu kepadaku,” kata Sun Mi mengucapkan Doa. Itu adalah Doa
yang sama seperti So Mi ucapkan saat ketakutan. “Tolong lindungi tubuhku dari
mata pisau kejahatan dan tuntun aku keluar dari kegelapan mendalam dengan
cahayamu. Amin,” katanya.
Sun Mi berbalik ke belakang, karena merasakan
sesuatu.
Dong Baek dalam perjalanan menuju ke sana.
(Gambar kunci pintu yang digambar oleh anak
Korban tersebut. Tampak sama seperti gambar yang digambar oleh Dong Baek di
dinding rumah sakit. Coba perhatikan. Dan juga ternyata itu adalah gambar yang
sama persis dengan gambar Hwa Ran).
Tags:
Memorist