Minato : Katanya, di dunia ini setidaknya ada
3 manusia yang persis dengan dirinya sendiri. Apa kalian pernah dengar
perkataan seperti itu?
Kurasa itu suatu hal yang tidak mungkin.
Sampai saat ini.
Aku Takatsuki Minato, 20 tahun. Kalau mau
tahu apa penyebab aku tersungkur di Shibuya dengan pakaian seperti cewek SMA …
Ini dimulai dari beberapa jam yang lalu.
Beberapa jam yang lalu …
Tik… tik… tik… *suara jam alarm
berbunyi*
“Ah, sebentar lagi!” gerutu Minato,
mematikan jam alarm disampingnya. Lalu dia kembali tidur lagi.
“Minato!” panggil Ibu Takatsuki.
“Katanya mau membantu paruh waktunya Maki- chan?” katanya, mengingatkan.
“Gawat!” seru Minato, langsung
bangun.
Dikamar mandi. Minato merapikan
dirinya. Lalu saat dia menatap ke cermin, dia melihat ada beberapa tetes- tetes
air disana, dan dia merasa agak terganggu. Jadi dia segera mengambil tissue dan
membersihkan cermin dengan sangat bersih.
“Ne, sebelum pergi, bisa
bangunkan Toru?” pinta Ibu Takatsuki. Dan Minato menolak sambil menggerutu
malas. “Jangan ‘eh’. Kamu kakaknya, ‘kan?”
“Ck… meski dibilang kakak,
umurnya sama!” gerutu Minato, kesal.
Walaupun Minato merasa malas dan
menggerutu, tapi dia tetap naik ke lantai atas, menuju ke kamar Toru untuk
membangunkannya. Namun pada saat dia baru saja
mau mengetuk pintu, tiba- tiba Toru membuka pintu kamar dan mengenai
jidatnya. Dengan sakit, dia mundur dan memegang jidatnya.
“Kau menghalangi,” kata Toru,
tanpa rasa bersalah. Lalu dia berjalan pergi begitu saja. Dan hal ini membuat
Minator sangat kesal sekali.
Minato : Dia Takatsuki Toru, 20 tahun. Kalau
saja kami sedarah, kurasa dia akan tampak lebih manis.
“Eh? Adik tirimu itu manis kok,”
komentar Noguchi Maki. “Mungkin lebih tepatnya keren?” katanya sambil tersenyum.
“Apa kamu tahu apa yang kualami
selama ini karena dia?” keluh Minato.
“Iya, iya. Aku paham,” kata Maki,
menanggapi dengan agak malas.
“Waktu SMP dan SMA, aku selalu
bermasalah dengan para cewek karena dia. Aku selalu, selalu, dipanggil oleh
para cewek,” kata Minato, menceritakan kenangan buruknya.
@@@
SMP. Minato diganggu oleh para
cewek, hanya karena hal sepele saja. Para cewek cemburu karena Minato dekat dan
bahkan tinggal serumah dengan Toru.
SMA. Minato juga diganggu oleh
para cewek. Kali ini karena Toru bersikap playboy, dia berpacaran dengan banyak
cewek dan bahkan suka bergonti- ganti pacar. Lalu para cewek yang dipermainkan
oleh Toru itu menghampiri Minato dan mengganggu nya, sebab menurut mereka,
karena Minato adalah kakak Toru, maka Minato harusnya melakukan sesuatu.
Sebenarnya Minato sama sekali
tidak mengerti, bagaimana cowok yang nggak bersahabat seperti Toru bisa
memiliki banyak cewek. Lalu, kepadahal dia dan Minato sama sekali enggak
sedarah, tapi dia malah jadi target protes para cewek. Dan gara- gara itu, dia
jadi tidak bisa punya pacar. Dan dia merasa sangat depresi.
@@@
Maki menghentikan Minato
bercerita dan memberikan seragam sekolah SMA nya pada Minato. Dia menyuruh
Minato untuk memakai itu. Karena pihak majalah bilang bahwa mereka mau membuat
koleksi khusus cewek berseragam SMA zaman sekarang.
“Mustahil, mustahil, mustahil,”
tolak Minato, panik. Tapi Maki tidak menerima penolakan dan langsung memakaikan
wig rambut pirang di kepala Minato.
@@@
“Rilesk. Senyum, senyum,” kata
Maki, memberikan pengarahan sambil terus menekan kameranya untuk memotret.
“Bukankah ini sudah cukup?” tanya
Minato, merasa agak malu dan tidak nyaman.
“Tunggu, akan kucek,” balas Maki,
berhenti memotret. Lalu dia memeriksa hasil fotonya. “Mmm… sepertinya butuh aksesoris.
Maaf, Minato. Tunggu sebentar ya,” katanya. Lalu dia langsung berjalan pergi
dengan cepat untuk mengambil sesuatu.
Minato merasa panik, ketika Maki
berjalan pergi. Dan dia ingin menyusulnya, tapi tanpa sengaja dia malah
menabrak seseorang dan kemudian terjatuh. Paling parahnya, orang yang
ditabraknya adalah Toru.
Minato : Oleh karena itulah, aku berakhir
disini.
Ini gawat, ‘kan. Dia akan mengira kakaknya
pnya hobi cosplay!
Minato merasa gugup dan bingung
harus bagaimana saat melihat Toru. Lalu sebuah ide muncul didalam pikirannya.
Dengan berani, dia berdiri dan menatap Toru. “Oi… kenapa sok akrab?” tanyanya.
Dan Toru merasa bingung. “Siapa kau?” tanya Minato, berpura- pura tidak kenal
dengan Toru.
“Maaf, sepertinya aku salah
orang,” kata Toru dengan pelan. “Tapi kau sangat mirip dengan orang yang
kukenal,” jelasnya.
“Katanya, setidaknya ada 3 orang
yang persis dengan kita didunia ini. Rupanya memang ada, ya,” kata Minato,
berbicara omong kosong dengan lancar.
“Ah, boleh kufoto?” tanya Toru,
meminta izin. Lalu dia mengeluarkan ponselnya. Dan tanpa sadar, Minato langsung
berpose.
Setelah Toru memotret dirinya,
Minato baru tersadar, apa yang dilakukannya. Kemudian Toru tiba- tiba meminta
nomor dan id Line nya. Dan Minato menolak dengan alasan dia tidak punya ponsel,
karena kalau dia memberikan itu, maka dirinya akan langsung ketahuan berbohong.
“Kalau ‘gitu…” kata Toru,
mengeluarkan kertas dan menulis nomor ponselnya. “Kalau pengin, hubunginlah
aku,” katanya, menawarkan. Dan dengan ragu- ragu, Minato menerima kertas itu.
Dicafe. Maki tertawa, karena
Minato berhasil menipu Toru. Dan dia merasa bangga, karena ternyata teknik
meriasnya luar biasa. Lalu dia menanyakan, bagaimana rencana Minato
selanjutnya, setelah menerima nomor telpon dari Toru. Dan Minato sama sekali
tidak punya rencana untuk menghubungi Toru.
“Apes sekali sampai digoda
adikku. Saking parahnya lelucon itu, aku kagak sanggup bilang ke ortu!” keluh
Minato. Dan Maki tertawa.
Malam hari. Saat makan, Minato
merasa agak gugup dan terus melirik Toru yang duduk disampingnya. Tapi Toru
malah tampak biasa saja. “Apaan, sih?
Padahal dia yang menggodaku, tapi kok sikapnya begitu?!”
“Kamu bilang jadi model
pemotretan, ‘kan? Di Shibuya,” kata Ibu Takatsuki, tiba- tiba membahas tentang
kerja sambilan yang Minato lakukan hari ini. Dan mendengar itu, Minato langsung
panik dan kemudian tanpa sengaja, dia
menyenggol mangkuk sup dan menumpahkannya.
Dengan buru- buru, Minato
mengambil lap dan mengelap meja. Lalu dia mengambil tissue untuk membersihkan
dengan lebih bersih lagi.
“Tak perlu dilap seperti itu,”
komentar Ayah Takatsuki.
“Itu benar,” tambah Ibu
Takatsuki, setuju. “Toru- kun juga pasti kesulitan, ya. Punya kakak yang rapian
kayak begini!” candanya.
“Yah, pikirku itu tabiatnya. Apa
boleh buat, kan?” balas Toru dengan sikap acuh.
“Haah?! Kenapa alurnya jadi kayak ‘aku korban
kakakku yang merepotkan’?! Lagian, apa maksudnya tabiat?!” pikir Minato, tidak senang.
Selesai makan malam dan masuk ke
kamar, Minato langsung membongkar kantong sampahnya untuk mencari nomor telpon
Toru.
“Ubah rencananya,” gumam Minato,
berniat untuk mempermainkan Toru.
Dikamar. Toru menatap foto Minato
berpakaian SMA dengan tatapan terpesona. Lalu ketika tiba- tiba ada telpon
masuk dari nomor tidak dikenal, dia merasa agak gugup. “Halo?” sapanya dengan
lembut.
Ditelpon umum. “Halo. Ini aku.
Orang yang mirip kenalanmu,” sapa Minato dengan bersemangat. “Eh? Kamu lupa?”
tanyanya, saat Toru hanya diam saja.
“Tidak. Aku hanya sangat senang
kamu menelponku. Aku enggak tahu harus bagaimana jika enggak ditelpon. Terima
kasih,” kata Toru dengan sangat tulus.
“Orang yang berlebihan banget. Lagian, kau
pasti bilang itu ke siapapun’ kan, dasar maniak cewek!” keluh Minato didalam hati. “Kalau gitu, lain
kali ayo main di Shibuya,” ajakanya.
“Iya, Boleh saja. aku luang kalau
hari jumat,” jawab Toru.
“Oke. Kalau begitu, kita bertemu
di Shibuya jam 4 sore ya.”
Minato : Pada awalnya, ini hanyalah
kebohongan.
Tak disangka, kebohongan ini mengubah takdir
kami berdua.
@@@
Pembohong x Pendusta
Minato menceritakan rencananya
kepada Maki, dia ingin membuat Toru kapok dan juga membuat Toru membayar semua
yang telah dialaminya selama ini. Dan karena alasan inilah, dia sama sekali
tidak merasa bersalah untuk menipu Toru dengan berpakaian sebagai anak SMA.
Pada hari janjian. Minato sengaja
datang terlambat ke tempat janjian, karena dia ingin melihat berapa lama Toru
akan menunggunya.
10 menit. Minato melihat Toru
masih berdiri menunggunya dengan sabar.
30 menit. Minato melihat seorang
wanita mendekati Toru, dan Toru langsung menolak wanita tersebut.
1 jam. Minato melihat Toru masih
berdiri menunggunya dengan sangat sabar. Dan ketika Toru lagi- lagi digoda oleh
cewek, Toru langsung menolak cewek- cewek itu juga.
“Sampai kapan dia mau menunggu?”
keluh Minato, tidak menyangka. “Kesannya,
aku jadi kasihan,” pikirnya, mulai tidak tega.
Kemudian Minato pun mendekati
Toru dan meminta maaf, karena sudah terlambat, lalu sebelum dia sempat membuat
alasan kenapa dia terlambat. Dengan sikap baik, Toru menjawab tidak apa- apa, karena
dia juga cukup terlambat.
“Kebohongan lembut apa itu?” pikir Minato, tidak menyangka dan bingung.
Dicafe. Minato ingin mengaku
kepada Toru bahwa dia adalah Minato. Tapi melihat sikap baik Toru dan juga dia
sudah membohongi Toru sampai sejauh ini, dia jadi sulit untuk mengatakannya.
Lalu akhirnya, diapun membuat alasan supaya mereka tidak perlu ketemuan lagi ke
depannya. Dia mengatakan kepada Toru bahwa akan sangat repot bagi mereka untuk
ketemuan, karena dia tidak punya ponsel. Dan tanpa disangka, Toru memberikan
sebuah ponsel baru kepadanya.
“Eh? Untukku?” tanya Minato
sambil menunjuk dirinya sendiri.
“Iya,” jawab Toru. “Ah, tenang
saja. Aku yang membeli ponselnya,” jelasnya. Dan Minato menolak dengan halus.
“Kita main bareng, terus kalau kamu merasa enggak cocok, tinggal kembalikan
saja,” kata Toru, tidak membiarkan Minato untuk menolak. Lalu dia mendorong
ponsel baru itu ke dekat Minato.
“Tunggu sebentar. Perkembangan macam apa
ini?” pikir Minato, tiba- tiba merasa
bingung dengan situasi sekarang.
“Jadilah temanku,” pinta Toru
dengan tulus. Dan sebelum Minato sempat menolak, dia langsung bertanya, “Ah,
aku tak tahu namamu. Siapa?” tanyanya, ingin tahu.
“Gawat. Aku ‘nggak kepikiran sama sekali,” pikir Minato, merasa pusing. “Eto… Mina,”
katanya, menjawab asal-asalan.
“Mina? Noguchi Mina?” tanya Toru.
“Noguchi?” gumam Minato, bingung.
“Tertulis di situ,” jawab Toru
sambil menunjuk ke nama yang tertulis di tas sekolah Minato.
“Ah, iya, benar. Noguchi Mina,”
jawab Minato dengan cepat sambil tersenyum kaku. “Maki- chan, aku menggunakan namamu.”
“Sudah disimpan,” kata Toru,
langsung menyimpan kontak Minato diponselnya. “Dengan ini, kita bisa kontakan
kapan pun, ya,” katanya sambil tersenyum menawan.
Melihat senyum itu, Minato tidak
bisa memikirkan apapun dan langsung mengangguk kan kepalanya tanpa sadar.
@@@
Maki tertawa dengan keras, saat
mengetahui Toru memberikan ponsel kepada Minato. Dan dia menganalisa bahwa
tampaknya Toru benar- benar kepincut dengan Noguchi Mina serta Toru menyukai
cewek gaul. Soalnya meskipun Minato dan Mina mempunyai wajah yang sama, tapi
Toru sama sekali tidak memiliki minat pada Minato yang biasa saja, melainkan
Mina yang lebih gaul.
“Aku ‘nggak tahu sama sekali.
Tapi mungkin begitu,” kata Minato dengan serius, setuju dengan analisa Maki.
Karena selama ini Toru sering
mempermainkan cewek dan menyakiti mereka, maka Maki menyarankan Minato untuk
tetap menjadi Mina. Dan perbaiki kebiasaan Toru yang suka mempermainkan cewek
sekarang. Mendengar itu, Minato agak bingung dan ragu, karena ini kedengaran
bakal rumit.
“Gak apa- apa! Ayo! Noguchi
Mina!” kata Maki, menyemangati dengan suara keras.
“Baik!” jawab Minato sambil
berdiri dan memberikan hormat. “Ah. Gimana caranya?” tanyanya, baru tersadar.
Maki : Buat dia kepincut sama Noguchi Mina.
Saat dia teramat sangat menyukaimu, beri dia pelajaran dengan menolaknya
mentah- mentah.
Ditempat karaoke. Mina bernyanyi
dengan bersemangat, lalu setelah dia selesai, Toru memberikan tepuk tangan
meriah untuknya.
“Aku terus yang nyanyi. Gak apa-
apa?” tanya Mina, merasa tidak enak.
“Gak apa- apa. Mendengarmu
bernyanyi itu menyenangkan,” jawab Toru, perhatian.
Merasakan betapa perhatiannya
Toru, Mina menjadi bertanya- tanya, seberapa jauh Toru akan serius. Lalu diapun
mencoba mengetes Toru, dia bertanya kepada Toru, apa yang Toru pikirkan tentang
dirinya. Dan mendengar itu, Toru meneguk minumannya dengan gugup dan diam.
“Terdiam. Ternyata memang cuma main- main?” pikir Mina, agak kecewa.
“Kalau kubilang aku suka, apa
kamu keberatan?” tanya Toru dengan sikap yang sangat serius secara tiba- tiba,
membuat Mina terkejut. Dan Mina menjawab ‘enggak keberatan’. “Kalau ‘gitu,
kalau kuajak pacaran, boleh enggak?” tanya Toru dengan sikap tampak agak gugup.
“Ah, e- ekspresi cintanya terlalu tiba- tiba.
Aku sulit mengikutinya!” keluh Mina, didalam hati. “Gimana
ya bilangnya. Kamu tampak cuma mau main- main.”
“Eh, aku enggak begitu,” balas
Toru. Dan Mina tidak percaya serta menolak Toru. “Kalau kuputusin semuanya,
maukah kamu berpacaran?” tanyanya, serius.
“Yah, kalau kamu putusin
semuanya, ya,” jawab Mina, tidak menganggap perkataan Toru dengan serius. Tapi
tiba- tiba saja, Toru mulai menghitung jumlah pacarnya dengan sangat serius. “Terlalu banyak, ‘kan? Ini penyakit serius,”
keluh Mina, didalam hati, sambil menggelengkan kepalanya.
@@@
“Yah, pasti mustahil baginya memutuskan
hubungannya dengan banyak cewek,” pikir
Minato dengan sangat yakin.
Tapi barusaja Minato berpikir
begitu, dia melihat Toru pulang dengan wajah ada bekas tamparan yang sangat
merah sekali dipipinya.
“Ja… jangan- jangan dia …” pikir Minato, menebak, tapi tidak terlalu
yakin.
Keesokan harinya. Toru pulang
dengan wajah penuh luka. Dan Minato merasa sangat terkejut. “Dia serius!”
Keesokan harinya lagi. Toru
pulang dengan wajah penuh luka yang lebih serius lagi. “Dia serius memutuskan hubungannya!” pikir Minato, tidak menyangka
dan mulai merasa gugup.
Dikamar. Minato merasa sangat
panik sekali harus bagaimana. Lalu diapun mulai membersihkan kamarnya sambil
berpikir keras. Tiba- tiba saja, ponsel Mina berbunyi.
“Halo?” jawab Mina.
“Mina. Maaf, sudah tidur?” tanya
Toru dengan lembut.
“Enggak. Ada apa?”
“Apa kita bisa bertemu besok?”
tanya Toru.
“Iya, tak masalah,” jawab Mina,
menyanggupi.
“Terima kasih,” kata Toru dengan
serius.
@@@
Dicafe. Toru menatap Mina dengan
tatapan yang sangat serius dan sikap yang tampak gugup- gugup. Dan hal ini,
membuat Mina juga ikut merasa gugup.
“Aku… telah memutuskannya,” kata
Toru, memberitahu Mina. “Aku juga telah menghapus semua kontaknya,” jelasnnya
sambil menunjukkan kontak di ponselnya. “Dengan ini, kita bisa pacaran, ‘kan?”
tanyanya.
@@@
Dikantin. Maki mengatai Minato
bodoh, sebab situasi sudah rumit, tapi Minato malah makin membuat rumit dengan
menerima pernyataan cinta dari Toru dan berpacaran dengan Toru. Dan Minato
menjelaskan bahwa dia juga tidak tahu harus bagaimana, karena saat itu, Toru
sangat tulus.
Ketika itu, Mina sebenarnya hanya
menundukkan kepalanya saja, tapi Toru malah menganggap dia mengangguk dan
setuju untuk berpacaran. Lalu Toru memegang tangannya dan berterima kasih
sambil tersenyum lebar. Jadi Mina tidak bisa berkata apapun. Juga dia tidak
tega menolak, karena melihat sikap tulus, ketika Toru memutuskan semua cewek-
ceweknya.
“Dari dulu kamu enggak tegaan,
atau juga terlalu baik. Yah, itu termasuk sisi bagusmu, sih,” komentar Maki
sambil menghela nafas. Lalu dia berpikir, “Tapi, dari segi hasil, tujuanmu
mengurangi teman ngeseks adikmu itu tercapai, kan? Jadi sisanya tinggal
tentukan kapan mau menjauh. Kenapa ‘gak kabur dan menghilang langsung saja?
Sebelum dia tahu faktanya,” kata Maki, menyarankan.
“Menjauh?” gumam Minato,
berpikir.
“Mana mungkin kamu terus
berbohong dan berpacaran dengannya, ‘kan? Kalau begitu, putuslah. Temukan cinta
secara normal,” kata Makin, menasehati.
“Aku paham itu,” jawab Minato
sambil menundukkan kepalanya.
Toru kemudian muncul dikantin
untuk makan siang. Saat dia melihat Minato, dia langsung berjalan dan duduk
ditempat yang jauh. Hal ini, karena Minato pernah bilang kepada Toru untuk
jangan dekat 10 meter dengannya saat di kampus.
“Kalau dia sangat membencimu,
kenapa dia masuk kampus yang sama denganmu?” tanya Maki, agak heran.
“Kebetulan saja kemampuan kami
sama,” jawab Minato.
Tiba- tiba beberapa orang datang
dan memanggil Minato. “Takatsuki- san, Tolong untuk malam ini, ya,” kata
mereka.
“Eh? Malam ini?”
“Hei, hei. Bakal jadi masalah
kalau lupa. Bukankah program pertukaran dengan universitas Touo?” kata Ketua
Klub, mengingatkan dengan bersemangat.
Mendengar itu, Minato
menganggukkan kepalanya dan mengiyakan.
@@@
Pada acara makan malam, pertemuan
pertukaran antara Klub Studi Jepang
Universitas Minami Aoyama dan Klub Studi Sejarah & Budaya Univesitas
Touo, Ketua Klub mengajak supaya setiap orang memperkenalkan diri masing-
masing terlebih dahulu. Dimulai dari yang duduk paling ujung, yaitu Minato.
“Eto… namaku Takatsuki Minato.
Aku suka mengunjungi kastel di Jepang,” kata Minato, memperkenalkan dirinya.
“Eh? Takatsuki- san jangan- jangan
sebelumnya adalah Ue?” tanya seorang mahasiswa Touo, bertanya.
“Iya. Itu benar,” jawab Minato.
“Apa kamu tak ingat?” tanya si
mahasiswa sambil menunjuk dirinya sendiri.
“Eh?” pikir Minato, memperhatikan
si mahasiswa. Lalu diapun teringat, “Ah! Karasuma- kun?!” tanyanya, terkejut.
“Benar. Lama tak jumpa,” sapa
Karasuma sambil tersenyum.
Melihat Minato dan Karasuma
ternyata saling mengenal, yang lain jadi penasaran. Dan Minato menjelaskan
kepada semuanya bahwa dia dan Karasuma adalah teman satu tempat les sewaktu SD
dulu, dan mereka sering pulang bersama.
“Wah, teman masa kecil!” puji
Ketua Klub.
Ketika acara pengenalan diri
sendiri, Minato dan Karasuma duduk bersama sambil mengobrolkan masa- masa dulu,
karena sudah sekitar 8 tahun mereka tidak bertemu. Kemudian mereka mulai
mengobrolkan hal yang lainnya juga.
“Aku tertarik dengan arsitektur.
Ambisiku kelak membangun rumah kayu sendiri,” kata Karasuma, bercerita.
“Itu keren,” puji Minato, kagum.
“Kalau kamu membuatnya, izinkan aku bersih- bersih. Karena aku suka bersih-
bersih. Mimpiku adalah membersihkan kastel. Kayu yang di atap kastel itu
ditumpuk seperti ini, lalu menopang atap dengan rumit, ‘kan? Itu pasti berdebu.
Aku jadi ingin membersihkan bagian itu,” kata Minato, bercerita dengan penuh
semangat.
Mendengar itu, Karasuma tertawa
dan merasa Minato sangat lucu. Dan Minato merasa sedikit agak malu- malu.
Saat acara sudah selesai,
Karasuma mengantarkan Minato pulang. Lalu sesampainya di depan rumah Minato,
dengan gugup Karasuma bertanya, apakah Minato mau minum berdua lain kali
dengannya. Dan Minato mengiyakan dengan pelan sambil tersenyum.
Ketika suasana sedang romantis-
romantisnya, Toru pulang dan merusak suasana. Lalu saat Toru masuk ke dalam
rumah, Minato pun pamit kepada Karasuma.
Dengan senang, Minato tersenyum
dan masuk ke dalam rumah. Tapi dia dikagetkan oleh Toru yang ternyata berdiri
di belakang pintu.
“Apa yang kamu lakukan? Cepatlah
masuk!” keluh Minato.
“Yang barusan itu pacarmu?” tanya
Toru, tiba- tiba. Dan Minato merasa aneh. “Pikirku kau ‘nggak minat sama
cowok. Kukira cuma maniak kastel,”
komentarnya dengan sikap menyebalkan.
“Hah! Aku ‘nggak begitu! Lagian,
‘gak ada hubungannya denganmu, ‘kan!” teriak Minato, kesal. “Kenapa rasa bersalahku ini, seperti habis
kepergok selingkuh? Dasar! Padahal ngajak bicara aku juga jarang, tapi kok
sikapnya begitu?!” pikir Minato, tidak senang.
Tiba- tiba Minato menerima pesan
masuk dari Karusma. “Aku senang hari ini
kita bertemu.” Membaca pesan itu, Minato tersenyum sendiri. Melihat itu,
Ibu Takatsuki merasa jijik.
Lalu kemudian datang telpon masuk
di ponsel Mina. Dan dengan gugup, Minato langsung mengangkatnya dan ke kamar
mandi untuk berbicara.
“Anu… kapan kita bisa bertemu?”
tanya Toru, penuh harap. “Aku ingin cepat bertemu,” katanya dengan malu- malu.
“Soalnya, kita sudah berpacaran.”
“Benar juga, ya,” balas Mina
sambil tertawa kering.
“Besok luang? Aku ingin membawamu
ke suatu tempat,” ajak Toru.
“Baiklah. Kalau ‘gitu, LINE lagi
soal jamnya,” balas Mina, setuju. “Selamat malam,” katanya dengan buru- buru.
Lalu dia mematikan telpon Toru.
Setelah selesai bertelponan,
Minato ingin keluar dari kamar mandi. Tapi tiba- tiba Ibu Takatsuki muncul dan
mengejutkannya.
“Minato. Kamu ini… tidak kerja
paruh waktu yang aneh- aneh, ‘kan?” tanya Ibu Takatsuki, curiga dan khawatir,
saat melihat dua ponsel ditangan Minato.
“Enggak kok. Mana mungkin begitu,
‘kan?” jawab Minato. Lalu dia pergi.
@@@
Kencan diakurium. Mina hampir
saja salah berbicara, saat dia menceritakan tentang masa kecilnya dulu. Untung
saja, dia langsung tersadar dan berhenti tepat sebelum mulutnya hampir
keceplosan. Karena kan mereka sekeluarga sejak kecil, jadi dalam kenangan masa
kecil Mina, Toru juga ada terlibat. Tanpa menyadari ada yang aneh, Toru
menanggapi Minato dengan bersemangat. Serta selama berbicara, Toru selalu
tersenyum.
“Jarang sekali dia bersemangat. Dia sangat
suka umang- umang, ya. Lagian, Toru bisa berekspresi seperti ini. Dia seperti
orang polos dan baik pada umumnya,” pikir
Mina, memperhatikan Toru.
Setelah mengunjungi akurium. Toru
dan Mina duduk ditaman. Mina berpura- pura bercanda, dia mengatakan bahwa Toru
palingan hanya main- main berpacaran dengan dirinya. Dan dengan serius, Toru
menjawab tidak. Lalu Toru memberitahu Mina bahwa selama ini dia belum pernah
berpacaran dengan orang yang benar- benar disukainya. Dan Mina adalah yang
pertama, orang yang dia pacari dengan rasa suka dari dalam hati. Makanya dia
benar- benar senang, karena Mina mau berpacaran dengannya.
“A-Apa-apaan senyumnya itu?” pikir Mina, merasa deg- degan saat melihat
senyum diwajah Toru. “Spontan aku jadi
cenat- cenut, ‘kan?” keluhnya didalam hati.
“Ayo pergi,” ajak Toru, berdiri
dan membuangkan sampah minuman Mina.
Melihat punggung Toru dari
belakang, Mina teringat akan perkataan Maki untuk segera memutuskan Toru dan
mencari cinta yang normal.
“Hei Toru,” panggil Mina. Lalu
dia menghampiri Toru. “Begini, loh… kita…”
Sebelum Mina selesai berbicara,
Toru tiba- tiba memeluk dirinya. Lalu Toru mengangkat serta memutar- mutarnya
sambil tertawa.
“Sekarang, aku sangat bahagia,”
kata Toru dengan sungguh- sungguh.
Melihat senyum Toru, Mina jadi
lupa dengan apa yang ingin dikatakannya. Dan dia membiarkan Toru memegang
tangannya serta menariknya.
@@@
Malam hari. Minato membersihkan
kamar mandi untuk meluapkan perasaan aneh didalam hatinya. “Apa- apaan ini? Rasa galau yang tidak bisa larut dengan air. Aku
merasa bersalah karena terus berbohong pada Toru,” pikirnya. Lalu dia
teringat akan senyum Toru. “Atau mungkin,
karena itu ditujukan pada seseorang yang bukan diriku. Apa itu cemburu? Enggak,
enggak, enggak.”
@@@