Sinopsis J- Movie : Liar x Liar (2021) Part 1

 


Minato : Katanya, di dunia ini setidaknya ada 3 manusia yang persis dengan dirinya sendiri. Apa kalian pernah dengar perkataan seperti itu?

Kurasa itu suatu hal yang tidak mungkin.

Sampai saat ini.

Aku Takatsuki Minato, 20 tahun. Kalau mau tahu apa penyebab aku tersungkur di Shibuya dengan pakaian seperti cewek SMA … Ini dimulai dari beberapa jam yang lalu.

Beberapa jam yang lalu …

Tik… tik… tik… *suara jam alarm berbunyi*

“Ah, sebentar lagi!” gerutu Minato, mematikan jam alarm disampingnya. Lalu dia kembali tidur lagi.

“Minato!” panggil Ibu Takatsuki. “Katanya mau membantu paruh waktunya Maki- chan?” katanya, mengingatkan.

“Gawat!” seru Minato, langsung bangun.

Dikamar mandi. Minato merapikan dirinya. Lalu saat dia menatap ke cermin, dia melihat ada beberapa tetes- tetes air disana, dan dia merasa agak terganggu. Jadi dia segera mengambil tissue dan membersihkan cermin dengan sangat bersih.


“Ne, sebelum pergi, bisa bangunkan Toru?” pinta Ibu Takatsuki. Dan Minato menolak sambil menggerutu malas. “Jangan ‘eh’. Kamu kakaknya, ‘kan?”

“Ck… meski dibilang kakak, umurnya sama!” gerutu Minato, kesal.


Walaupun Minato merasa malas dan menggerutu, tapi dia tetap naik ke lantai atas, menuju ke kamar Toru untuk membangunkannya. Namun pada saat dia baru saja  mau mengetuk pintu, tiba- tiba Toru membuka pintu kamar dan mengenai jidatnya. Dengan sakit, dia mundur dan memegang jidatnya.

“Kau menghalangi,” kata Toru, tanpa rasa bersalah. Lalu dia berjalan pergi begitu saja. Dan hal ini membuat Minator sangat kesal sekali.

Minato : Dia Takatsuki Toru, 20 tahun. Kalau saja kami sedarah, kurasa dia akan tampak lebih manis.


“Eh? Adik tirimu itu manis kok,” komentar Noguchi Maki. “Mungkin lebih tepatnya keren?” katanya sambil tersenyum.

“Apa kamu tahu apa yang kualami selama ini karena dia?” keluh Minato.

“Iya, iya. Aku paham,” kata Maki, menanggapi dengan agak malas.

“Waktu SMP dan SMA, aku selalu bermasalah dengan para cewek karena dia. Aku selalu, selalu, dipanggil oleh para cewek,” kata Minato, menceritakan kenangan buruknya.

@@@

SMP. Minato diganggu oleh para cewek, hanya karena hal sepele saja. Para cewek cemburu karena Minato dekat dan bahkan tinggal serumah dengan Toru.

SMA. Minato juga diganggu oleh para cewek. Kali ini karena Toru bersikap playboy, dia berpacaran dengan banyak cewek dan bahkan suka bergonti- ganti pacar. Lalu para cewek yang dipermainkan oleh Toru itu menghampiri Minato dan mengganggu nya, sebab menurut mereka, karena Minato adalah kakak Toru, maka Minato harusnya melakukan sesuatu.


Sebenarnya Minato sama sekali tidak mengerti, bagaimana cowok yang nggak bersahabat seperti Toru bisa memiliki banyak cewek. Lalu, kepadahal dia dan Minato sama sekali enggak sedarah, tapi dia malah jadi target protes para cewek. Dan gara- gara itu, dia jadi tidak bisa punya pacar. Dan dia merasa sangat depresi.

@@@


Maki menghentikan Minato bercerita dan memberikan seragam sekolah SMA nya pada Minato. Dia menyuruh Minato untuk memakai itu. Karena pihak majalah bilang bahwa mereka mau membuat koleksi khusus cewek berseragam SMA zaman sekarang.

“Mustahil, mustahil, mustahil,” tolak Minato, panik. Tapi Maki tidak menerima penolakan dan langsung memakaikan wig rambut pirang di kepala Minato.

@@@


“Rilesk. Senyum, senyum,” kata Maki, memberikan pengarahan sambil terus menekan kameranya untuk memotret.

“Bukankah ini sudah cukup?” tanya Minato, merasa agak malu dan tidak nyaman.


“Tunggu, akan kucek,” balas Maki, berhenti memotret. Lalu dia memeriksa hasil fotonya. “Mmm… sepertinya butuh aksesoris. Maaf, Minato. Tunggu sebentar ya,” katanya. Lalu dia langsung berjalan pergi dengan cepat untuk mengambil sesuatu.

Minato merasa panik, ketika Maki berjalan pergi. Dan dia ingin menyusulnya, tapi tanpa sengaja dia malah menabrak seseorang dan kemudian terjatuh. Paling parahnya, orang yang ditabraknya adalah Toru.

Minato : Oleh karena itulah, aku berakhir disini.

Ini gawat, ‘kan. Dia akan mengira kakaknya pnya hobi cosplay!


Minato merasa gugup dan bingung harus bagaimana saat melihat Toru. Lalu sebuah ide muncul didalam pikirannya. Dengan berani, dia berdiri dan menatap Toru. “Oi… kenapa sok akrab?” tanyanya. Dan Toru merasa bingung. “Siapa kau?” tanya Minato, berpura- pura tidak kenal dengan Toru.

“Maaf, sepertinya aku salah orang,” kata Toru dengan pelan. “Tapi kau sangat mirip dengan orang yang kukenal,” jelasnya.

“Katanya, setidaknya ada 3 orang yang persis dengan kita didunia ini. Rupanya memang ada, ya,” kata Minato, berbicara omong kosong dengan lancar.


“Ah, boleh kufoto?” tanya Toru, meminta izin. Lalu dia mengeluarkan ponselnya. Dan tanpa sadar, Minato langsung berpose.

Setelah Toru memotret dirinya, Minato baru tersadar, apa yang dilakukannya. Kemudian Toru tiba- tiba meminta nomor dan id Line nya. Dan Minato menolak dengan alasan dia tidak punya ponsel, karena kalau dia memberikan itu, maka dirinya akan langsung ketahuan berbohong.

“Kalau ‘gitu…” kata Toru, mengeluarkan kertas dan menulis nomor ponselnya. “Kalau pengin, hubunginlah aku,” katanya, menawarkan. Dan dengan ragu- ragu, Minato menerima kertas itu.


Dicafe. Maki tertawa, karena Minato berhasil menipu Toru. Dan dia merasa bangga, karena ternyata teknik meriasnya luar biasa. Lalu dia menanyakan, bagaimana rencana Minato selanjutnya, setelah menerima nomor telpon dari Toru. Dan Minato sama sekali tidak punya rencana untuk menghubungi Toru.

“Apes sekali sampai digoda adikku. Saking parahnya lelucon itu, aku kagak sanggup bilang ke ortu!” keluh Minato. Dan Maki tertawa.

Malam hari. Saat makan, Minato merasa agak gugup dan terus melirik Toru yang duduk disampingnya. Tapi Toru malah tampak biasa saja. “Apaan, sih? Padahal dia yang menggodaku, tapi kok sikapnya begitu?!”

“Kamu bilang jadi model pemotretan, ‘kan? Di Shibuya,” kata Ibu Takatsuki, tiba- tiba membahas tentang kerja sambilan yang Minato lakukan hari ini. Dan mendengar itu, Minato langsung panik dan kemudian tanpa sengaja, dia  menyenggol mangkuk sup dan menumpahkannya.



Dengan buru- buru, Minato mengambil lap dan mengelap meja. Lalu dia mengambil tissue untuk membersihkan dengan lebih bersih lagi.

“Tak perlu dilap seperti itu,” komentar Ayah Takatsuki.

“Itu benar,” tambah Ibu Takatsuki, setuju. “Toru- kun juga pasti kesulitan, ya. Punya kakak yang rapian kayak begini!” candanya.

“Yah, pikirku itu tabiatnya. Apa boleh buat, kan?” balas Toru dengan sikap acuh.

“Haah?! Kenapa alurnya jadi kayak ‘aku korban kakakku yang merepotkan’?! Lagian, apa maksudnya tabiat?!” pikir Minato, tidak senang.


Selesai makan malam dan masuk ke kamar, Minato langsung membongkar kantong sampahnya untuk mencari nomor telpon Toru.

“Ubah rencananya,” gumam Minato, berniat untuk mempermainkan Toru.

Dikamar. Toru menatap foto Minato berpakaian SMA dengan tatapan terpesona. Lalu ketika tiba- tiba ada telpon masuk dari nomor tidak dikenal, dia merasa agak gugup. “Halo?” sapanya dengan lembut.


Ditelpon umum. “Halo. Ini aku. Orang yang mirip kenalanmu,” sapa Minato dengan bersemangat. “Eh? Kamu lupa?” tanyanya, saat Toru hanya diam saja.

“Tidak. Aku hanya sangat senang kamu menelponku. Aku enggak tahu harus bagaimana jika enggak ditelpon. Terima kasih,” kata Toru dengan sangat tulus.

“Orang yang berlebihan banget. Lagian, kau pasti bilang itu ke siapapun’ kan, dasar maniak cewek!” keluh Minato didalam hati. “Kalau gitu, lain kali ayo main di Shibuya,” ajakanya.

“Iya, Boleh saja. aku luang kalau hari jumat,” jawab Toru.

“Oke. Kalau begitu, kita bertemu di Shibuya jam 4 sore ya.”

Minato : Pada awalnya, ini hanyalah kebohongan.

Tak disangka, kebohongan ini mengubah takdir kami berdua.

@@@

Pembohong x Pendusta


Minato menceritakan rencananya kepada Maki, dia ingin membuat Toru kapok dan juga membuat Toru membayar semua yang telah dialaminya selama ini. Dan karena alasan inilah, dia sama sekali tidak merasa bersalah untuk menipu Toru dengan berpakaian sebagai anak SMA.

Pada hari janjian. Minato sengaja datang terlambat ke tempat janjian, karena dia ingin melihat berapa lama Toru akan menunggunya.

10 menit. Minato melihat Toru masih berdiri menunggunya dengan sabar.

30 menit. Minato melihat seorang wanita mendekati Toru, dan Toru langsung menolak wanita tersebut.


1 jam. Minato melihat Toru masih berdiri menunggunya dengan sangat sabar. Dan ketika Toru lagi- lagi digoda oleh cewek, Toru langsung menolak cewek- cewek itu juga.

“Sampai kapan dia mau menunggu?” keluh Minato, tidak menyangka. “Kesannya, aku jadi kasihan,” pikirnya, mulai tidak tega.


Kemudian Minato pun mendekati Toru dan meminta maaf, karena sudah terlambat, lalu sebelum dia sempat membuat alasan kenapa dia terlambat. Dengan sikap baik, Toru menjawab tidak apa- apa, karena dia juga cukup terlambat.

“Kebohongan lembut apa itu?” pikir Minato, tidak menyangka dan bingung.


Dicafe. Minato ingin mengaku kepada Toru bahwa dia adalah Minato. Tapi melihat sikap baik Toru dan juga dia sudah membohongi Toru sampai sejauh ini, dia jadi sulit untuk mengatakannya. Lalu akhirnya, diapun membuat alasan supaya mereka tidak perlu ketemuan lagi ke depannya. Dia mengatakan kepada Toru bahwa akan sangat repot bagi mereka untuk ketemuan, karena dia tidak punya ponsel. Dan tanpa disangka, Toru memberikan sebuah ponsel baru kepadanya.

“Eh? Untukku?” tanya Minato sambil menunjuk dirinya sendiri.

“Iya,” jawab Toru. “Ah, tenang saja. Aku yang membeli ponselnya,” jelasnya. Dan Minato menolak dengan halus. “Kita main bareng, terus kalau kamu merasa enggak cocok, tinggal kembalikan saja,” kata Toru, tidak membiarkan Minato untuk menolak. Lalu dia mendorong ponsel baru itu ke dekat Minato.


“Tunggu sebentar. Perkembangan macam apa ini?” pikir Minato, tiba- tiba merasa bingung dengan situasi sekarang.

“Jadilah temanku,” pinta Toru dengan tulus. Dan sebelum Minato sempat menolak, dia langsung bertanya, “Ah, aku tak tahu namamu. Siapa?” tanyanya, ingin tahu.

“Gawat. Aku ‘nggak kepikiran sama sekali,” pikir Minato, merasa pusing. “Eto… Mina,” katanya, menjawab asal-asalan.


“Mina? Noguchi Mina?” tanya Toru.

“Noguchi?” gumam Minato, bingung.

“Tertulis di situ,” jawab Toru sambil menunjuk ke nama yang tertulis di tas sekolah Minato.

“Ah, iya, benar. Noguchi Mina,” jawab Minato dengan cepat sambil tersenyum kaku. “Maki- chan, aku menggunakan namamu.”

“Sudah disimpan,” kata Toru, langsung menyimpan kontak Minato diponselnya. “Dengan ini, kita bisa kontakan kapan pun, ya,” katanya sambil tersenyum menawan.

Melihat senyum itu, Minato tidak bisa memikirkan apapun dan langsung mengangguk kan kepalanya tanpa sadar.

@@@

Maki tertawa dengan keras, saat mengetahui Toru memberikan ponsel kepada Minato. Dan dia menganalisa bahwa tampaknya Toru benar- benar kepincut dengan Noguchi Mina serta Toru menyukai cewek gaul. Soalnya meskipun Minato dan Mina mempunyai wajah yang sama, tapi Toru sama sekali tidak memiliki minat pada Minato yang biasa saja, melainkan Mina yang lebih gaul.

“Aku ‘nggak tahu sama sekali. Tapi mungkin begitu,” kata Minato dengan serius, setuju dengan analisa Maki.


Karena selama ini Toru sering mempermainkan cewek dan menyakiti mereka, maka Maki menyarankan Minato untuk tetap menjadi Mina. Dan perbaiki kebiasaan Toru yang suka mempermainkan cewek sekarang. Mendengar itu, Minato agak bingung dan ragu, karena ini kedengaran bakal rumit.

“Gak apa- apa! Ayo! Noguchi Mina!” kata Maki, menyemangati dengan suara keras.

“Baik!” jawab Minato sambil berdiri dan memberikan hormat. “Ah. Gimana caranya?” tanyanya, baru tersadar.


Maki : Buat dia kepincut sama Noguchi Mina. Saat dia teramat sangat menyukaimu, beri dia pelajaran dengan menolaknya mentah- mentah.

Ditempat karaoke. Mina bernyanyi dengan bersemangat, lalu setelah dia selesai, Toru memberikan tepuk tangan meriah untuknya.

“Aku terus yang nyanyi. Gak apa- apa?” tanya Mina, merasa tidak enak.

“Gak apa- apa. Mendengarmu bernyanyi itu menyenangkan,” jawab Toru, perhatian.

Merasakan betapa perhatiannya Toru, Mina menjadi bertanya- tanya, seberapa jauh Toru akan serius. Lalu diapun mencoba mengetes Toru, dia bertanya kepada Toru, apa yang Toru pikirkan tentang dirinya. Dan mendengar itu, Toru meneguk minumannya dengan gugup dan diam.


“Terdiam. Ternyata memang cuma main- main?” pikir Mina, agak kecewa.

“Kalau kubilang aku suka, apa kamu keberatan?” tanya Toru dengan sikap yang sangat serius secara tiba- tiba, membuat Mina terkejut. Dan Mina menjawab ‘enggak keberatan’. “Kalau ‘gitu, kalau kuajak pacaran, boleh enggak?” tanya Toru dengan sikap tampak agak gugup.


“Ah, e- ekspresi cintanya terlalu tiba- tiba. Aku sulit mengikutinya!” keluh Mina, didalam hati. “Gimana ya bilangnya. Kamu tampak cuma mau main- main.”

“Eh, aku enggak begitu,” balas Toru. Dan Mina tidak percaya serta menolak Toru. “Kalau kuputusin semuanya, maukah kamu berpacaran?” tanyanya, serius.

“Yah, kalau kamu putusin semuanya, ya,” jawab Mina, tidak menganggap perkataan Toru dengan serius. Tapi tiba- tiba saja, Toru mulai menghitung jumlah pacarnya dengan sangat serius. “Terlalu banyak, ‘kan? Ini penyakit serius,” keluh Mina, didalam hati, sambil menggelengkan kepalanya.

@@@


“Yah, pasti mustahil baginya memutuskan hubungannya dengan banyak cewek,” pikir Minato dengan sangat yakin.

Tapi barusaja Minato berpikir begitu, dia melihat Toru pulang dengan wajah ada bekas tamparan yang sangat merah sekali dipipinya.

“Ja… jangan- jangan dia …” pikir Minato, menebak, tapi tidak terlalu yakin.


Keesokan harinya. Toru pulang dengan wajah penuh luka. Dan Minato merasa sangat terkejut. “Dia serius!”


Keesokan harinya lagi. Toru pulang dengan wajah penuh luka yang lebih serius lagi. “Dia serius memutuskan hubungannya!” pikir Minato, tidak menyangka dan mulai merasa gugup.

Dikamar. Minato merasa sangat panik sekali harus bagaimana. Lalu diapun mulai membersihkan kamarnya sambil berpikir keras. Tiba- tiba saja, ponsel Mina berbunyi.

“Halo?” jawab Mina.


“Mina. Maaf, sudah tidur?” tanya Toru dengan lembut.

“Enggak. Ada apa?”

“Apa kita bisa bertemu besok?” tanya Toru.

“Iya, tak masalah,” jawab Mina, menyanggupi.

“Terima kasih,” kata Toru dengan serius.

@@@


Dicafe. Toru menatap Mina dengan tatapan yang sangat serius dan sikap yang tampak gugup- gugup. Dan hal ini, membuat Mina juga ikut merasa gugup.

“Aku… telah memutuskannya,” kata Toru, memberitahu Mina. “Aku juga telah menghapus semua kontaknya,” jelasnnya sambil menunjukkan kontak di ponselnya. “Dengan ini, kita bisa pacaran, ‘kan?” tanyanya.

@@@

Dikantin. Maki mengatai Minato bodoh, sebab situasi sudah rumit, tapi Minato malah makin membuat rumit dengan menerima pernyataan cinta dari Toru dan berpacaran dengan Toru. Dan Minato menjelaskan bahwa dia juga tidak tahu harus bagaimana, karena saat itu, Toru sangat tulus.


Ketika itu, Mina sebenarnya hanya menundukkan kepalanya saja, tapi Toru malah menganggap dia mengangguk dan setuju untuk berpacaran. Lalu Toru memegang tangannya dan berterima kasih sambil tersenyum lebar. Jadi Mina tidak bisa berkata apapun. Juga dia tidak tega menolak, karena melihat sikap tulus, ketika Toru memutuskan semua cewek- ceweknya.


“Dari dulu kamu enggak tegaan, atau juga terlalu baik. Yah, itu termasuk sisi bagusmu, sih,” komentar Maki sambil menghela nafas. Lalu dia berpikir, “Tapi, dari segi hasil, tujuanmu mengurangi teman ngeseks adikmu itu tercapai, kan? Jadi sisanya tinggal tentukan kapan mau menjauh. Kenapa ‘gak kabur dan menghilang langsung saja? Sebelum dia tahu faktanya,” kata Maki, menyarankan.

“Menjauh?” gumam Minato, berpikir.

“Mana mungkin kamu terus berbohong dan berpacaran dengannya, ‘kan? Kalau begitu, putuslah. Temukan cinta secara normal,” kata Makin, menasehati.

“Aku paham itu,” jawab Minato sambil menundukkan kepalanya.


Toru kemudian muncul dikantin untuk makan siang. Saat dia melihat Minato, dia langsung berjalan dan duduk ditempat yang jauh. Hal ini, karena Minato pernah bilang kepada Toru untuk jangan dekat 10 meter dengannya saat di kampus.

“Kalau dia sangat membencimu, kenapa dia masuk kampus yang sama denganmu?” tanya Maki, agak heran.

“Kebetulan saja kemampuan kami sama,” jawab Minato.

Tiba- tiba beberapa orang datang dan memanggil Minato. “Takatsuki- san, Tolong untuk malam ini, ya,” kata mereka.

“Eh? Malam ini?”

“Hei, hei. Bakal jadi masalah kalau lupa. Bukankah program pertukaran dengan universitas Touo?” kata Ketua Klub, mengingatkan dengan bersemangat.

Mendengar itu, Minato menganggukkan kepalanya dan mengiyakan.

@@@

Pada acara makan malam, pertemuan pertukaran antara Klub Studi Jepang  Universitas Minami Aoyama dan Klub Studi Sejarah & Budaya Univesitas Touo, Ketua Klub mengajak supaya setiap orang memperkenalkan diri masing- masing terlebih dahulu. Dimulai dari yang duduk paling ujung, yaitu Minato.


“Eto… namaku Takatsuki Minato. Aku suka mengunjungi kastel di Jepang,” kata Minato, memperkenalkan dirinya.

“Eh? Takatsuki- san jangan- jangan sebelumnya adalah Ue?” tanya seorang mahasiswa Touo, bertanya.

“Iya. Itu benar,” jawab Minato.

“Apa kamu tak ingat?” tanya si mahasiswa sambil menunjuk dirinya sendiri.


“Eh?” pikir Minato, memperhatikan si mahasiswa. Lalu diapun teringat, “Ah! Karasuma- kun?!” tanyanya, terkejut.

“Benar. Lama tak jumpa,” sapa Karasuma sambil tersenyum.

Melihat Minato dan Karasuma ternyata saling mengenal, yang lain jadi penasaran. Dan Minato menjelaskan kepada semuanya bahwa dia dan Karasuma adalah teman satu tempat les sewaktu SD dulu, dan mereka sering pulang bersama.

“Wah, teman masa kecil!” puji Ketua Klub.



Ketika acara pengenalan diri sendiri, Minato dan Karasuma duduk bersama sambil mengobrolkan masa- masa dulu, karena sudah sekitar 8 tahun mereka tidak bertemu. Kemudian mereka mulai mengobrolkan hal yang lainnya juga.

“Aku tertarik dengan arsitektur. Ambisiku kelak membangun rumah kayu sendiri,” kata Karasuma, bercerita.

“Itu keren,” puji Minato, kagum. “Kalau kamu membuatnya, izinkan aku bersih- bersih. Karena aku suka bersih- bersih. Mimpiku adalah membersihkan kastel. Kayu yang di atap kastel itu ditumpuk seperti ini, lalu menopang atap dengan rumit, ‘kan? Itu pasti berdebu. Aku jadi ingin membersihkan bagian itu,” kata Minato, bercerita dengan penuh semangat.

Mendengar itu, Karasuma tertawa dan merasa Minato sangat lucu. Dan Minato merasa sedikit agak malu- malu.

Saat acara sudah selesai, Karasuma mengantarkan Minato pulang. Lalu sesampainya di depan rumah Minato, dengan gugup Karasuma bertanya, apakah Minato mau minum berdua lain kali dengannya. Dan Minato mengiyakan dengan pelan sambil tersenyum.

Ketika suasana sedang romantis- romantisnya, Toru pulang dan merusak suasana. Lalu saat Toru masuk ke dalam rumah, Minato pun pamit kepada Karasuma.

Dengan senang, Minato tersenyum dan masuk ke dalam rumah. Tapi dia dikagetkan oleh Toru yang ternyata berdiri di belakang pintu.

“Apa yang kamu lakukan? Cepatlah masuk!” keluh Minato.

“Yang barusan itu pacarmu?” tanya Toru, tiba- tiba. Dan Minato merasa aneh. “Pikirku kau ‘nggak minat sama cowok.  Kukira cuma maniak kastel,” komentarnya dengan sikap menyebalkan.

“Hah! Aku ‘nggak begitu! Lagian, ‘gak ada hubungannya denganmu, ‘kan!” teriak Minato, kesal. “Kenapa rasa bersalahku ini, seperti habis kepergok selingkuh? Dasar! Padahal ngajak bicara aku juga jarang, tapi kok sikapnya begitu?!” pikir Minato, tidak senang.

Tiba- tiba Minato menerima pesan masuk dari Karusma. “Aku senang hari ini kita bertemu.” Membaca pesan itu, Minato tersenyum sendiri. Melihat itu, Ibu Takatsuki merasa jijik.


Lalu kemudian datang telpon masuk di ponsel Mina. Dan dengan gugup, Minato langsung mengangkatnya dan ke kamar mandi untuk berbicara.

“Anu… kapan kita bisa bertemu?” tanya Toru, penuh harap. “Aku ingin cepat bertemu,” katanya dengan malu- malu. “Soalnya, kita sudah berpacaran.”

“Benar juga, ya,” balas Mina sambil tertawa kering.

“Besok luang? Aku ingin membawamu ke suatu tempat,” ajak Toru.

“Baiklah. Kalau ‘gitu, LINE lagi soal jamnya,” balas Mina, setuju. “Selamat malam,” katanya dengan buru- buru. Lalu dia mematikan telpon Toru.


Setelah selesai bertelponan, Minato ingin keluar dari kamar mandi. Tapi tiba- tiba Ibu Takatsuki muncul dan mengejutkannya.

“Minato. Kamu ini… tidak kerja paruh waktu yang aneh- aneh, ‘kan?” tanya Ibu Takatsuki, curiga dan khawatir, saat melihat dua ponsel ditangan Minato.

“Enggak kok. Mana mungkin begitu, ‘kan?” jawab Minato. Lalu dia pergi.

@@@


Kencan diakurium. Mina hampir saja salah berbicara, saat dia menceritakan tentang masa kecilnya dulu. Untung saja, dia langsung tersadar dan berhenti tepat sebelum mulutnya hampir keceplosan. Karena kan mereka sekeluarga sejak kecil, jadi dalam kenangan masa kecil Mina, Toru juga ada terlibat. Tanpa menyadari ada yang aneh, Toru menanggapi Minato dengan bersemangat. Serta selama berbicara, Toru selalu tersenyum.


“Jarang sekali dia bersemangat. Dia sangat suka umang- umang, ya. Lagian, Toru bisa berekspresi seperti ini. Dia seperti orang polos dan baik pada umumnya,” pikir Mina, memperhatikan Toru.



Setelah mengunjungi akurium. Toru dan Mina duduk ditaman. Mina berpura- pura bercanda, dia mengatakan bahwa Toru palingan hanya main- main berpacaran dengan dirinya. Dan dengan serius, Toru menjawab tidak. Lalu Toru memberitahu Mina bahwa selama ini dia belum pernah berpacaran dengan orang yang benar- benar disukainya. Dan Mina adalah yang pertama, orang yang dia pacari dengan rasa suka dari dalam hati. Makanya dia benar- benar senang, karena Mina mau berpacaran dengannya.

“A-Apa-apaan senyumnya itu?” pikir Mina, merasa deg- degan saat melihat senyum diwajah Toru. “Spontan aku jadi cenat- cenut, ‘kan?” keluhnya didalam hati.

“Ayo pergi,” ajak Toru, berdiri dan membuangkan sampah minuman Mina.


Melihat punggung Toru dari belakang, Mina teringat akan perkataan Maki untuk segera memutuskan Toru dan mencari cinta yang normal.

“Hei Toru,” panggil Mina. Lalu dia menghampiri Toru. “Begini, loh… kita…”



Sebelum Mina selesai berbicara, Toru tiba- tiba memeluk dirinya. Lalu Toru mengangkat serta memutar- mutarnya sambil tertawa.

“Sekarang, aku sangat bahagia,” kata Toru dengan sungguh- sungguh.

Melihat senyum Toru, Mina jadi lupa dengan apa yang ingin dikatakannya. Dan dia membiarkan Toru memegang tangannya serta menariknya.

@@@


Malam hari. Minato membersihkan kamar mandi untuk meluapkan perasaan aneh didalam hatinya. “Apa- apaan ini? Rasa galau yang tidak bisa larut dengan air. Aku merasa bersalah karena terus berbohong pada Toru,” pikirnya. Lalu dia teringat akan senyum Toru. “Atau mungkin, karena itu ditujukan pada seseorang yang bukan diriku. Apa itu cemburu? Enggak, enggak, enggak.”

@@@

Post a Comment

Previous Post Next Post