Network : Channel 3
Vi dan Wat sama sekali tidak percaya bahwa Nai
telah membawa pergi Non (nama bayi Nok dan Nai). Tapi Nok hanya diam saja dan
bersikap biasa. Sehingga itu membuat Vi dan Wat menjadi sangat heran sekali.
Nok mengingat saat sebelumnya, Nai ada datang ke
kamarnya sambil menggendong bayi mereka. Nai mengatakan kepadanya bahwa dia mau
mengucapkan selamat tinggal. Dan tanpa memandang ke arah Nai, Nok pun membalas
bahwa sebaiknya Nai cepat pergi, sebelum Ibu dan Ayah nya datang.
“Jika itu apa yang kamu inginkan, maka terserah
padamu,” kata Nai sambil mencoba untuk menahan kesedihannya. “Apa kamu ingin
mengucapkan selamat tinggal kepada Non? Untuk terakhir kalinya,” tanya Nai.
Tapi Nok hanya diam saja.
Lalu karena itu, Nai pun akhirnya menyerah. Dia
mengucapkan terima kasih, karena Nok telah menepati janji nya dan setuju
memberikan Non kepadanya. Kemudian saat Nok masih saja diam, maka Nai pun pergi
sambil membawa Non.
Dan ketika akhirnya Nai telah keluar dari kamar,
Nok mulai menangis.
Dirumah. Wat menanyakan kepada Nok, mengapa Nok
tidak memberitahu kepada mereka mengenai masalah sebesar ini. Tentang
perceraian dan memberikan Non kepada Nai. Serta dengan heran, Wat menanyakan
bagaimana bisa Nai dan Nok memutuskan hal itu.
“Tapi itu lebih baik daripada hidup bersama- sama
tapi tidak bahagia. Kamu yang memberitahuku bahwa orang yang tidak saling
mencintai, bila tinggal bersama, rasanya tidak berbeda daripada neraka,” kata
Nok.
Vi memotong perkataan Nok. Namun Nok tetap
melanjutkan, Nok mengatakan bahwa Vi juga sama, Vi pernah mengatakan bahwa
perceraian adalah hal yang normal. Lalu Nok menanyakan, apa salahnya jika dia
melakukan hal yang sama.
“Kesalahan kamu harusnya menjadi pelajaran
untukmu. Bukan alasan untuk mu mengikuti jejak kami. Ibu mu dan aku bercerai
karena kami tidak saling mencintai lagi. Tapi kamu dan Nai tidak seperti itu,”
kata Wat berusaha untuk menasehati Nok.
“Kamu dan Ibu tidak lagi saling mencintai. Tapi
Nai dan aku mungkin tidak pernah saling mencintai,” balas Nok dengan kesedihan
yang ditahan.
“Itu tidak benar. Nai sangat mencintai mu. Kamu
yakin itu. Atau kami tidak akan membiarkan Nai untuk menikahi kamu. Nok. Kamu
akan membiarkan seseorang yang mencintai mu sebanyak ini pergi?” tanya Vi.
“Dia mungkin mencintai ku. Tapi tidak sekarang.
Karena jika iya, maka dia tidak akan menyerah semudah ini. Benar kan? Aku tidak
bisa membuat apa yang pergi kembali. Jadi bisakah kamu menghormati keputusan
ku?” balas Nok.
Mendengar serta melihat betapa sedih nya Nok. Maka
Wat dan Vi pun terdiam, karena mereka
tidak tahu harus mengatakan apapun.
Khae memberitahu kepada Wat, dia mengatakan kalau
dia tidak percaya bahwa Nai serta Nok tidak lagi saling mencintai. Dan Wat pun
setuju, dia berpikiran bahwa sebenar nya Nok tidak ingin kehilangan Nai dan
Non.
“Aku pikir, aku mengerti Khun Nok dengan baik.
Penolakan adalah bentuk pertahanan diri. Sejak dia tidak yakin bahwa dia akan
mendapatkan apa yang diinginkannya. Maka lebih baik dia tidak menginginkannya.
Dia berpikir bahwa memilih jalan ini akan sedikit sakit saja. Tapi dia lupa
bahwa pada akhirnya, jalan ini lebih sakit,” jelas Khae. Dan Wat pun menjadi
mengerti.
Dirumah. Nai menaruh foto Non yang telah
dibingkainya. Kemudian lama dia diam dan menatap foto tersebut. Lalu karena Non
menangis, maka Nai pun langsung mendekati Non dan mengendongnya agar bisa
tenang.
Hari selanjutnya. Nai menggantikan popok yang
digunakan oleh Non. Nai membuatkan susu untuk Non. Nai terus menggendong Non
selama siang sampai sore, hingga akhirnya Non mulai tenang dan tertidur.
Dirumah kecil. Beberapa barang yang ada disana,
mulai dipindahkan. Dan seperti tanpa semangat, Nok hanya terus duduk merenung
saja.
Ketika sedang berada dikamar mandi dan menggosok
gigi. Tiba- tiba saja Non mulai menangis kembali. Jadi Nai pun segera keluar
dari kamar mandi. Dan sambil menghibur Non, Nai menggosok giginya dan
mengeringkan dirinya dengan sangat cepat. Kemudian setelah itu dia pun
menggendong Non dan memberikannya minum susu.
Nai terus menggendong Non agar tidak menangis.
Hingga sampai tengah malam, Nai mulai mengantuk, tapi dia menahannya. Dan
ketika akhirnya Non telah benar- benar tertidur. Barulah Nai bisa tidur.
Dikamar. Nok sama sekali tidak bisa tertidur. Dia
berbaring dengan mata terbuka, sambil terus menatap pada tempat kosong
disisinya.
Hari selanjutnya. Dengan penuh kerinduan.
Nai menatap foto nya bersama dengan Nok yang berada diatas meja disamping
tempat tidurnya.
Begitu juga dengan Nok. Karena tidak bisa tidur, maka
Nok pergi ke gudang. Dan lama dia berada disana, sambil melihat semua barang-
barang kenangannya bersama dengan Nai. Lalu saat dia melihat alat Monitor jantung bayi. Nok memakai barang
tersebut diperutnya. Dan setelah itu dengan penuh kesedihan di dalam hatinya, Nok
menangis.
Hari selanjutnya. Vi dan Wat mengunjungin rumah Nai
untuk bertemu dengan Non. Disana Vi mengomentari Nai yang tidak pernah
menghubungin mereka. Dan Wat menambahkan, jika mereka tidak mencari tahu, maka
mereka tidak akan tahu dimana Nai serta Non.
“Aku minta maaf. Tidak terhitung permintaan maaf
yang cukup,” kata Nai sambil berlutut sampai wajahnya berada dilantai.
“Aku tidak setuju, kamu dan Nok memutuskan sesuatu
seperti ini. Tapi pada akhirnya, jika memang benar berakhir seperti ini, maka tolong
jangan hindari kamu, itu sudah cukup. Karena bagaimanapun kamu selalu menjadi
keponakan kami,” kata Wat.
“Baiklah,” balas Nai.
“Kami tidak akan menyetujuinya. Bagaimana pun kamu
harus membawa Non untuk sering menemui kami. Jangan menghilang dari kami dengan
Non,” tambah Vi. Dan Nai mengiyakan, karena bagaimanapun Vi dan Wat adalah
kakek- nenek untuk Non.
Vi dan Wat sama- sama tersenyum. Lalu Vi pun
menanyakan bagaimana jika Nok ingin melihat Non. Dan Nai pun terdiam sesaat. Kemudian
setelah itu, Nai menjawab bahwa dia tidak akan membiarkan Non mengganggu Nok.
Dan lalu Nai mengambil kembali Non dari gendongan Vi serta Wat.
Lalu tanpa tahu harus mengatakan apa lagi, maka Vi
serta Wat pun hanya bisa terdiam sambil saling memandang satu sama lain, karena
bingung.
Keluar dari rumah Nai. Vi mulai menggerutu. Dia
mengomentari bahwa kakek- nenek boleh melihat Non, tapi Ibu tidak boleh melihat
Non. Dan Wat pun membalas bahwa tidak ada yang bisa mereka lakukan, jika Ibu
tidak muncul. Lalu Vi berpikiran bahwa mungkin itu karena hormon setelah
melahirkan.
“Jika kamu benar ingin tahu, maka tanyakan saja
pada Dokter Wes,” kata Wat.
“Oh! Mengapa aku harus tanya pada Dokter Wes?”
balas Vi dengan heran.
“Karena dia dokter dan kamu dekat dengannya.”
“Dekat bagaimana? Kamu tidak dekat!” bantah Vi.
“Bagaimana tidak? Segalanya terus Wes. Satu atau
dua kata tentang Wes.”
“Hey, Khun! Jangan katakan itu padaku lagi.
Mengerti?” kata Vi dengan kesal.
“Dan mengapa kamu malah jadi marah?” tanya Wat
tidak mengerti.
“Itu karena kamu duluan! Ingat bahwa Wes dan aku
tidak dekat. Dia hanya anak temanku. Tidak lebih! Dan aku pergi memanjat
dengannya karena tidak ada orang lain yang menemanin ku. Dan acara juga! Makan
juga! Dan nonton juga … dan menonton film juga. Mengerti?” jelas Vi dengan
panjang lebar. Dan Wat pun tersenyum.
“Awalnya aku tidak mengerti. Tapi sekarang, aku
pikir aku mengerti. Sangat jelas,” balas Wat.
“Bagus,” balas Vi. Lalu dia berbalik dan memasang
wajah malu. Dan menyadari hal itu, Wat tersenyum.
Dirumah besar. Nok mendengar suara bayi Khae
menangis. Dan karena tidak ada siapapun disekitar, maka Nok pun berusaha untuk
menenangkannya. Lalu Khae yang baru kembalikan dari belakang sambil membawa
peralatan bayi, saat dia melihat itu, dia tersenyum.
“Nu Nit ingin mendapat perhatian. Segera saat dia
melihat kamu, maka dia tersenyum,” jelas Khae. Lalu dia mengendong Nit dan
menciumnnya dengan sayang.
“Bayi bagus dalam mencari perhatian. Barusan aku
melihat putriku melihat padamu. Sepertinya dia sudah menyukai kamu. Jadi apa itu
baik- baik saja, jika aku memintamu untuk mengendongnya sebentar?” tanya Khae.
Tapi Nok menolak.
Namun Khae memaksa Nok untuk mencoba. Jadi
akhirnya Nok pun mau mencoba untuk menggendong Nit. Lalu setelah itu, Nok
tersenyum sendiri sambil mencium Nit yang sangat harum. Dan kemudian, tiba-
tiba saja Nok menjadi sedih, ketika dia mengingat tentang bayinya sendiri.
“Akankah Non tercium seperti Nu Nit?” tanya Nok
sambil meneteskan air matanya.
“Jika aku menjadi kamu, sekarang aku sudah mati.
Bagaimana bisa kamu menahannya selama beberapa bulan ini? Kamu tidak
merindukannya sama sekali?” tanya Khae.
“Merindukan dia, tidak ada gunannya. Sejak aku
tidak akan pernah mendapatkannya kembali. Bahkan jika aku ingin mengendongnya
dan menjadi dekat seperti 9 bulan yang lalu. Tapi seroang Ibu seperti ku tidak
bisa melakukan apapun,” balas Nok sambil menangis.
Dan mendengar cerita Nok, maka Khae pun jadi
bersimpati. Dia duduk disebelah Nok dan mengatakan bahwa Nok pasti bisa
mendapatkannya kembali, asalkan Nok melakukan hal yang sama seperti saat Nok
ingin mendapatkan Wat kembali darinya.
Tapi Nok tidak yakin itu akan sukses. Dan Khae
menjelaskan bahwa Nok pasti bisa, karena tempat di dalam hati Wat, itu masih
Nok dan dia bahkan tidak bisa menggantikannya. Begitu juga dengan di dalam hati
Non, tidak ada yang bisa menggantikan Nok sebagai seorang Ibu. Dan mendengar
itu, Nok mulai menangis lagi.
“Kamu tidak bisa membiarkan itu berlalu tanpa
melakukan apapun. Kamu tidak bisa membiarkan segalanya menjadi seperti ini,”
jelas Khae, berusaha untuk menyakinkan Nok. Dan dengan sedih, Nok hanya bisa
terus menangis saja.
Vi dan Wat yang melihat itu dari jauh. Mereka juga
jadi ikut sedih, saat melihat betapa sedihnya Nok. Sementara Khae, dia terus
memberikan semangat kepada Nok bahwa Nok pasti bisa melakukan nya.
“Khun Wat. Akankah kamu membiarkan anak kita
menjadi seperti ini?” tanya Vi sambil menangis.
Diruang tamu. Vi menanyakan apakah kini Nok sudah
mengakui bahwa sebenarnya Nok tidak bisa hidup tanpa Non. Dan tanpa bisa
menjawab, Nok menangis. Lalu Vi pun menyarankan agar Nok melakukan apa yang
ingin Nok lakukan dan Nok bisa memberitahu kan segalanya dengan jujur kepada
mereka. Karena mereka pasti akan menolong Nok.
“Jika kamu mengatakannya. Maka tidak ada yang
tidak bisa bisa kami lakukan untukmu. Ibu bukah hanya kamu yang tidak bisa
hidup tanpa Non. Kami juga tidak bisa hidup tanpa kamu Nok,” kata Wat.
“Ayah dan Ibu. Aku minta maaf untuk membuat kalian
menderita karena aku. Sekarang aku punya anak, aku tahu betapa baiknya cinta
orang tua. Seorang anak adalah segalanya. Aku begitu mencintainya hingga aku
tidak bisa menjelaskannya. Di masa lalu aku tidak pernah mengerti dan tidak
pernah berpikiran untuk mengerti siapapun dan selalu menyebabkan masalah untuk
mendapatkan perhatian kalian. Dan kalian selalu memperbaiki masalah ku. Aku
anak yang buruk,” kata Nok sambil menangis.
Dengan sedih, Vi mengatakan agar Nok tidak
menyalahkan diri sendiri. Namun Nok tetap menyalahkan dirinya sendiri, dia
merasa menyesal telah menjadi egois dan hanya memikirkan dirinya sendiri,
hingga akhirnya dia kehilangan. Tapi karena itu, maka Nok akhirnya bisa
mengerti kedua orang tuanya.
“Kamu masih mencintaiku. Seperti aku masih
mencintai Non. Bahkan jika Ayahnya berubah dan membenci ku sekarang,” kata Nok
sambil menangis dibahu Wat.
Vi menyuruh Nok untuk melihat kearahnya. Lalu Vi
menjelaskan bahwa Nai tidak membenci Nok. Tapi Nai melakukan itu, karena Nai
ingin melindungin Nok, karena dia takut bahwa Non akan terluka seperti apa yang
terjadi kepadanya dulu.
“Sekarang kamu tahu apa yang hidupmu perlukan.
Percayai aku. Jangan kehilangan itu,” kata Vi menyakin kan Nok.
“Akankah dia memaafkan ku?” tanya Nok sambil tetap
menangis.
“Tidak ada yang bisa menjawab itu. Kecuali Nai.
Kamu juga tidak pernah meminta maaf padanya kan? Lakukan lah itu dan aku
percaya, kamu bisa melakukannya. Dan aku percaya bahwa cinta antara kalian
berdua tidak akan pergi kemana pun. Itu hanya tersesat. Dan itu menunggu kamu
untuk membawa nya kembali,” balas Wat.
“Nok,” kata Vi sambil menlap air matanya sendiri
dan juga air mata Nok. “Apa yang kamu tunggu? Kembalilah menjadi Muenchanok ku
yang kuat. Bagaimana pun kamu memiliki kami yang mendukung mu. Baik, sayang?
Jangan menangis ya,” kata Vi sambil kembali menlap air mata Nok.
“Ingatlah. Bahkan jika itu tidak seperti yang kamu
inginkan. Tapi percayalah, Ibumu dan Aku akan ada disini. Kami tidak akan
pernah pergi kemana pun. Karena hati kami masih disini,” tambah Wat sambil
mengenggam tangan Nok. Begitu juga dengan Vi.
Dan mendapat begitu banyak kekuatan serta
penghiburan dari kedua orang tuanya. Maka akhirnya Nok pun menjadi sedikit
lebih tenang.
Tags:
Game Sanaeha
Makasi kakak...selalu suka sama sinopsis nya... Semangat : )
ReplyDeletesemangat.. semangat... ..
ReplyDeletenext kak..
Jedi termehek mehek bca sinopsisnya... Semangat min... D tunggu part selanjutnya jgn lma2 yaaaa
ReplyDeleteTks banget.... Suka...
ReplyDeleteMasih ada lg ga keoanjutan cerita ny.. pengen tau selanjut ny lg dong.
ReplyDeleteBaik kalai kakak ni, makasih ya kak
ReplyDelete😘😘😘😘
DeleteYah.. sbntar lagi udah selesai aja.. sinopsisnya... ttp smngt yaaa..
DeleteAbis ini sinopsis padiwaradda jg dongg..
iya kak bikin sinopsis padiwaradda ya... 🙏 please...
DeleteCeeitanya tambah sedih semangat nok,makin nggak sabar nunggu kelanjutannya
ReplyDeleteHiks hiks hiks . mkasih kakak mimin..aqu nangis baca crtanya
ReplyDeleteAyo donk kak lanjutin lagi, seru banget..
ReplyDeleteMksh y kak
ReplyDeleteMksh y kak
ReplyDeleteDi tunggu part selanjutnya...Suka bgt ma critanya...kk request por pla lai donk...
ReplyDeleteSemangat.....
ReplyDeleteSedih bgt ,air mata jatuh😢
ReplyDeleteNangis gw bacanya.. 😢😢😢
ReplyDeleteG terasa jatuh air mataku...😢😢😢 nyesek bgt...
ReplyDeletemalah pengin nangis
ReplyDeleteSemangatt semangatt next min
ReplyDeleteKak di lanjutin atuh, penasaran banget aku nya
ReplyDeleteBaper banget...
ReplyDeleteJdi baper aq.hiks hiks
ReplyDeleteTerima kasih kak sinopnya. Semangat ya.
ReplyDeleteTetap semangat min,hampir tamat💪
ReplyDeleteSetelah ini sinopsis raknakara yah kak di tunggu plisss
ReplyDeleted tunggu nextnya.....'alnya liat d youtube masih ada dan loom selesai
ReplyDeleteKlnjutanya kpn kk,,udah gk sbar,jangan lma2 ya 😀
ReplyDelete