Sinopsis Lakorn : Game Sanaeha Episode 14 - part 1


Network : Channel 3


Vi dan Wat sama sekali tidak percaya bahwa Nai telah membawa pergi Non (nama bayi Nok dan Nai). Tapi Nok hanya diam saja dan bersikap biasa. Sehingga itu membuat Vi dan Wat menjadi sangat heran sekali.


Nok mengingat saat sebelumnya, Nai ada datang ke kamarnya sambil menggendong bayi mereka. Nai mengatakan kepadanya bahwa dia mau mengucapkan selamat tinggal. Dan tanpa memandang ke arah Nai, Nok pun membalas bahwa sebaiknya Nai cepat pergi, sebelum Ibu dan Ayah nya datang.

“Jika itu apa yang kamu inginkan, maka terserah padamu,” kata Nai sambil mencoba untuk menahan kesedihannya. “Apa kamu ingin mengucapkan selamat tinggal kepada Non? Untuk terakhir kalinya,” tanya Nai. Tapi Nok hanya diam saja.


Lalu karena itu, Nai pun akhirnya menyerah. Dia mengucapkan terima kasih, karena Nok telah menepati janji nya dan setuju memberikan Non kepadanya. Kemudian saat Nok masih saja diam, maka Nai pun pergi sambil membawa Non.

Dan ketika akhirnya Nai telah keluar dari kamar, Nok mulai menangis.


Dirumah. Wat menanyakan kepada Nok, mengapa Nok tidak memberitahu kepada mereka mengenai masalah sebesar ini. Tentang perceraian dan memberikan Non kepada Nai. Serta dengan heran, Wat menanyakan bagaimana bisa Nai dan Nok memutuskan hal itu.

“Tapi itu lebih baik daripada hidup bersama- sama tapi tidak bahagia. Kamu yang memberitahuku bahwa orang yang tidak saling mencintai, bila tinggal bersama, rasanya tidak berbeda daripada neraka,” kata Nok.


Vi memotong perkataan Nok. Namun Nok tetap melanjutkan, Nok mengatakan bahwa Vi juga sama, Vi pernah mengatakan bahwa perceraian adalah hal yang normal. Lalu Nok menanyakan, apa salahnya jika dia melakukan hal yang sama.

“Kesalahan kamu harusnya menjadi pelajaran untukmu. Bukan alasan untuk mu mengikuti jejak kami. Ibu mu dan aku bercerai karena kami tidak saling mencintai lagi. Tapi kamu dan Nai tidak seperti itu,” kata Wat berusaha untuk menasehati Nok.


“Kamu dan Ibu tidak lagi saling mencintai. Tapi Nai dan aku mungkin tidak pernah saling mencintai,” balas Nok dengan kesedihan yang ditahan.

“Itu tidak benar. Nai sangat mencintai mu. Kamu yakin itu. Atau kami tidak akan membiarkan Nai untuk menikahi kamu. Nok. Kamu akan membiarkan seseorang yang mencintai mu sebanyak ini pergi?” tanya Vi.

“Dia mungkin mencintai ku. Tapi tidak sekarang. Karena jika iya, maka dia tidak akan menyerah semudah ini. Benar kan? Aku tidak bisa membuat apa yang pergi kembali. Jadi bisakah kamu menghormati keputusan ku?” balas Nok.

Mendengar serta melihat betapa sedih nya Nok. Maka Wat dan Vi pun terdiam, karena mereka  tidak tahu harus mengatakan apapun.


Khae memberitahu kepada Wat, dia mengatakan kalau dia tidak percaya bahwa Nai serta Nok tidak lagi saling mencintai. Dan Wat pun setuju, dia berpikiran bahwa sebenar nya Nok tidak ingin kehilangan Nai dan Non.


“Aku pikir, aku mengerti Khun Nok dengan baik. Penolakan adalah bentuk pertahanan diri. Sejak dia tidak yakin bahwa dia akan mendapatkan apa yang diinginkannya. Maka lebih baik dia tidak menginginkannya. Dia berpikir bahwa memilih jalan ini akan sedikit sakit saja. Tapi dia lupa bahwa pada akhirnya, jalan ini lebih sakit,” jelas Khae. Dan Wat pun menjadi mengerti.

Dirumah. Nai menaruh foto Non yang telah dibingkainya. Kemudian lama dia diam dan menatap foto tersebut. Lalu karena Non menangis, maka Nai pun langsung mendekati Non dan mengendongnya agar bisa tenang.



Hari selanjutnya. Nai menggantikan popok yang digunakan oleh Non. Nai membuatkan susu untuk Non. Nai terus menggendong Non selama siang sampai sore, hingga akhirnya Non mulai tenang dan tertidur.


Dirumah kecil. Beberapa barang yang ada disana, mulai dipindahkan. Dan seperti tanpa semangat, Nok hanya terus duduk merenung saja.

Ketika sedang berada dikamar mandi dan menggosok gigi. Tiba- tiba saja Non mulai menangis kembali. Jadi Nai pun segera keluar dari kamar mandi. Dan sambil menghibur Non, Nai menggosok giginya dan mengeringkan dirinya dengan sangat cepat. Kemudian setelah itu dia pun menggendong Non dan memberikannya minum susu.


Nai terus menggendong Non agar tidak menangis. Hingga sampai tengah malam, Nai mulai mengantuk, tapi dia menahannya. Dan ketika akhirnya Non telah benar- benar tertidur. Barulah Nai bisa tidur.


Dikamar. Nok sama sekali tidak bisa tertidur. Dia berbaring dengan mata terbuka, sambil terus menatap pada tempat kosong disisinya.


Hari selanjutnya. Dengan penuh kerinduan. Nai menatap foto nya bersama dengan Nok yang berada diatas meja disamping tempat tidurnya.


Begitu juga dengan Nok. Karena tidak bisa tidur, maka Nok pergi ke gudang. Dan lama dia berada disana, sambil melihat semua barang- barang kenangannya bersama dengan Nai. Lalu saat dia melihat alat Monitor jantung bayi. Nok memakai barang tersebut diperutnya. Dan setelah itu dengan penuh kesedihan di dalam hatinya, Nok menangis.


Hari selanjutnya. Vi dan Wat mengunjungin rumah Nai untuk bertemu dengan Non. Disana Vi mengomentari Nai yang tidak pernah menghubungin mereka. Dan Wat menambahkan, jika mereka tidak mencari tahu, maka mereka tidak akan tahu dimana Nai serta Non.


“Aku minta maaf. Tidak terhitung permintaan maaf yang cukup,” kata Nai sambil berlutut sampai wajahnya berada dilantai.

“Aku tidak setuju, kamu dan Nok memutuskan sesuatu seperti ini. Tapi pada akhirnya, jika memang benar berakhir seperti ini, maka tolong jangan hindari kamu, itu sudah cukup. Karena bagaimanapun kamu selalu menjadi keponakan kami,” kata Wat.

“Baiklah,” balas Nai.


“Kami tidak akan menyetujuinya. Bagaimana pun kamu harus membawa Non untuk sering menemui kami. Jangan menghilang dari kami dengan Non,” tambah Vi. Dan Nai mengiyakan, karena bagaimanapun Vi dan Wat adalah kakek- nenek untuk Non.

Vi dan Wat sama- sama tersenyum. Lalu Vi pun menanyakan bagaimana jika Nok ingin melihat Non. Dan Nai pun terdiam sesaat. Kemudian setelah itu, Nai menjawab bahwa dia tidak akan membiarkan Non mengganggu Nok. Dan lalu Nai mengambil kembali Non dari gendongan Vi serta Wat.

Lalu tanpa tahu harus mengatakan apa lagi, maka Vi serta Wat pun hanya bisa terdiam sambil saling memandang satu sama lain, karena bingung.

Keluar dari rumah Nai. Vi mulai menggerutu. Dia mengomentari bahwa kakek- nenek boleh melihat Non, tapi Ibu tidak boleh melihat Non. Dan Wat pun membalas bahwa tidak ada yang bisa mereka lakukan, jika Ibu tidak muncul. Lalu Vi berpikiran bahwa mungkin itu karena hormon setelah melahirkan.


“Jika kamu benar ingin tahu, maka tanyakan saja pada Dokter Wes,” kata Wat.

“Oh! Mengapa aku harus tanya pada Dokter Wes?” balas Vi dengan heran.

“Karena dia dokter dan kamu dekat dengannya.”

“Dekat bagaimana? Kamu tidak dekat!” bantah Vi.

“Bagaimana tidak? Segalanya terus Wes. Satu atau dua kata tentang Wes.”

“Hey, Khun! Jangan katakan itu padaku lagi. Mengerti?” kata Vi dengan kesal.

“Dan mengapa kamu malah jadi marah?” tanya Wat tidak mengerti.


“Itu karena kamu duluan! Ingat bahwa Wes dan aku tidak dekat. Dia hanya anak temanku. Tidak lebih! Dan aku pergi memanjat dengannya karena tidak ada orang lain yang menemanin ku. Dan acara juga! Makan juga! Dan nonton juga … dan menonton film juga. Mengerti?” jelas Vi dengan panjang lebar. Dan Wat pun tersenyum.

“Awalnya aku tidak mengerti. Tapi sekarang, aku pikir aku mengerti. Sangat jelas,” balas Wat.

“Bagus,” balas Vi. Lalu dia berbalik dan memasang wajah malu. Dan menyadari hal itu, Wat tersenyum.


Dirumah besar. Nok mendengar suara bayi Khae menangis. Dan karena tidak ada siapapun disekitar, maka Nok pun berusaha untuk menenangkannya. Lalu Khae yang baru kembalikan dari belakang sambil membawa peralatan bayi, saat dia melihat itu, dia tersenyum.

“Nu Nit ingin mendapat perhatian. Segera saat dia melihat kamu, maka dia tersenyum,” jelas Khae. Lalu dia mengendong Nit dan menciumnnya dengan sayang.


“Bayi bagus dalam mencari perhatian. Barusan aku melihat putriku melihat padamu. Sepertinya dia sudah menyukai kamu. Jadi apa itu baik- baik saja, jika aku memintamu untuk mengendongnya sebentar?” tanya Khae. Tapi Nok menolak.

Namun Khae memaksa Nok untuk mencoba. Jadi akhirnya Nok pun mau mencoba untuk menggendong Nit. Lalu setelah itu, Nok tersenyum sendiri sambil mencium Nit yang sangat harum. Dan kemudian, tiba- tiba saja Nok menjadi sedih, ketika dia mengingat tentang bayinya sendiri.


“Akankah Non tercium seperti Nu Nit?” tanya Nok sambil meneteskan air matanya.

“Jika aku menjadi kamu, sekarang aku sudah mati. Bagaimana bisa kamu menahannya selama beberapa bulan ini? Kamu tidak merindukannya sama sekali?” tanya Khae.

“Merindukan dia, tidak ada gunannya. Sejak aku tidak akan pernah mendapatkannya kembali. Bahkan jika aku ingin mengendongnya dan menjadi dekat seperti 9 bulan yang lalu. Tapi seroang Ibu seperti ku tidak bisa melakukan apapun,” balas Nok sambil menangis.


Dan mendengar cerita Nok, maka Khae pun jadi bersimpati. Dia duduk disebelah Nok dan mengatakan bahwa Nok pasti bisa mendapatkannya kembali, asalkan Nok melakukan hal yang sama seperti saat Nok ingin mendapatkan Wat kembali darinya.

Tapi Nok tidak yakin itu akan sukses. Dan Khae menjelaskan bahwa Nok pasti bisa, karena tempat di dalam hati Wat, itu masih Nok dan dia bahkan tidak bisa menggantikannya. Begitu juga dengan di dalam hati Non, tidak ada yang bisa menggantikan Nok sebagai seorang Ibu. Dan mendengar itu, Nok mulai menangis lagi.

“Kamu tidak bisa membiarkan itu berlalu tanpa melakukan apapun. Kamu tidak bisa membiarkan segalanya menjadi seperti ini,” jelas Khae, berusaha untuk menyakinkan Nok. Dan dengan sedih, Nok hanya bisa terus menangis saja.

Vi dan Wat yang melihat itu dari jauh. Mereka juga jadi ikut sedih, saat melihat betapa sedihnya Nok. Sementara Khae, dia terus memberikan semangat kepada Nok bahwa Nok pasti bisa melakukan nya.

“Khun Wat. Akankah kamu membiarkan anak kita menjadi seperti ini?” tanya Vi sambil menangis.


Diruang tamu. Vi menanyakan apakah kini Nok sudah mengakui bahwa sebenarnya Nok tidak bisa hidup tanpa Non. Dan tanpa bisa menjawab, Nok menangis. Lalu Vi pun menyarankan agar Nok melakukan apa yang ingin Nok lakukan dan Nok bisa memberitahu kan segalanya dengan jujur kepada mereka. Karena mereka pasti akan menolong Nok.

“Jika kamu mengatakannya. Maka tidak ada yang tidak bisa bisa kami lakukan untukmu. Ibu bukah hanya kamu yang tidak bisa hidup tanpa Non. Kami juga tidak bisa hidup tanpa kamu Nok,” kata Wat.

“Ayah dan Ibu. Aku minta maaf untuk membuat kalian menderita karena aku. Sekarang aku punya anak, aku tahu betapa baiknya cinta orang tua. Seorang anak adalah segalanya. Aku begitu mencintainya hingga aku tidak bisa menjelaskannya. Di masa lalu aku tidak pernah mengerti dan tidak pernah berpikiran untuk mengerti siapapun dan selalu menyebabkan masalah untuk mendapatkan perhatian kalian. Dan kalian selalu memperbaiki masalah ku. Aku anak yang buruk,” kata Nok sambil menangis.

Dengan sedih, Vi mengatakan agar Nok tidak menyalahkan diri sendiri. Namun Nok tetap menyalahkan dirinya sendiri, dia merasa menyesal telah menjadi egois dan hanya memikirkan dirinya sendiri, hingga akhirnya dia kehilangan. Tapi karena itu, maka Nok akhirnya bisa mengerti kedua orang tuanya.

“Kamu masih mencintaiku. Seperti aku masih mencintai Non. Bahkan jika Ayahnya berubah dan membenci ku sekarang,” kata Nok sambil menangis dibahu Wat.


Vi menyuruh Nok untuk melihat kearahnya. Lalu Vi menjelaskan bahwa Nai tidak membenci Nok. Tapi Nai melakukan itu, karena Nai ingin melindungin Nok, karena dia takut bahwa Non akan terluka seperti apa yang terjadi kepadanya dulu.

“Sekarang kamu tahu apa yang hidupmu perlukan. Percayai aku. Jangan kehilangan itu,” kata Vi menyakin kan Nok.

“Akankah dia memaafkan ku?” tanya Nok sambil tetap menangis.


“Tidak ada yang bisa menjawab itu. Kecuali Nai. Kamu juga tidak pernah meminta maaf padanya kan? Lakukan lah itu dan aku percaya, kamu bisa melakukannya. Dan aku percaya bahwa cinta antara kalian berdua tidak akan pergi kemana pun. Itu hanya tersesat. Dan itu menunggu kamu untuk membawa nya kembali,” balas Wat.

“Nok,” kata Vi sambil menlap air matanya sendiri dan juga air mata Nok. “Apa yang kamu tunggu? Kembalilah menjadi Muenchanok ku yang kuat. Bagaimana pun kamu memiliki kami yang mendukung mu. Baik, sayang? Jangan menangis ya,” kata Vi sambil kembali menlap air mata Nok.


“Ingatlah. Bahkan jika itu tidak seperti yang kamu inginkan. Tapi percayalah, Ibumu dan Aku akan ada disini. Kami tidak akan pernah pergi kemana pun. Karena hati kami masih disini,” tambah Wat sambil mengenggam tangan Nok. Begitu juga dengan Vi.


Dan mendapat begitu banyak kekuatan serta penghiburan dari kedua orang tuanya. Maka akhirnya Nok pun menjadi sedikit lebih tenang.

29 Comments

  1. Makasi kakak...selalu suka sama sinopsis nya... Semangat : )

    ReplyDelete
  2. semangat.. semangat... ..

    next kak..

    ReplyDelete
  3. Jedi termehek mehek bca sinopsisnya... Semangat min... D tunggu part selanjutnya jgn lma2 yaaaa

    ReplyDelete
  4. Masih ada lg ga keoanjutan cerita ny.. pengen tau selanjut ny lg dong.

    ReplyDelete
  5. Baik kalai kakak ni, makasih ya kak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yah.. sbntar lagi udah selesai aja.. sinopsisnya... ttp smngt yaaa..
      Abis ini sinopsis padiwaradda jg dongg..

      Delete
    2. iya kak bikin sinopsis padiwaradda ya... 🙏 please...

      Delete
  6. Ceeitanya tambah sedih semangat nok,makin nggak sabar nunggu kelanjutannya

    ReplyDelete
  7. Hiks hiks hiks . mkasih kakak mimin..aqu nangis baca crtanya

    ReplyDelete
  8. Ayo donk kak lanjutin lagi, seru banget..

    ReplyDelete
  9. Di tunggu part selanjutnya...Suka bgt ma critanya...kk request por pla lai donk...

    ReplyDelete
  10. Nangis gw bacanya.. 😢😢😢

    ReplyDelete
  11. G terasa jatuh air mataku...😢😢😢 nyesek bgt...

    ReplyDelete
  12. Kak di lanjutin atuh, penasaran banget aku nya

    ReplyDelete
  13. Terima kasih kak sinopnya. Semangat ya.

    ReplyDelete
  14. Setelah ini sinopsis raknakara yah kak di tunggu plisss

    ReplyDelete
  15. d tunggu nextnya.....'alnya liat d youtube masih ada dan loom selesai

    ReplyDelete
  16. Klnjutanya kpn kk,,udah gk sbar,jangan lma2 ya 😀

    ReplyDelete
Previous Post Next Post