Content and Images by MBC
Nan Hee dan Byun Tae makan bersama. Byun Tae memberitahu Nan Hee kalau dia sudah mencoba cincin Nan Hee.
Nan Hee terdiam. Dia bingung dengan pernyataan cinta Byun Tae yang mendadak. “Aku akan menunggu. Beritahu aku setelah peragaan busana,” ujar Byun Tae.
Se Gun sedang sibuk mencocokkan baju rancangannya ke badan Mi Joo. Mi Joo bertanya pada Se Gun apakah nanti penontonnya banyak? Tetapi Se Gun tidak mendengarnya dan sibuk menilai baju tersebut di badan Mi Joo, dia merasa ada yang kurang.
Se Gun terus mengabaikan Mi Joo dan malah melihat kertas desain bajunya. Dia merasa ada yang kurang. Ponselnya tiba-tiba berbunyi. Ada sebuah pesan dan Se Gun membacanya. Raut wajahnya berubah marah dan dia melempar ponsel tersebut. Mi Joo kaget melihatnya tetapi Se Gun tidak menjelaskan apa-apa dan malah pergi.
Mereka sekarang sedang minum-minum di kedai. Mi Joo terlihat bosan melihat Se Gun yang terus-terusan minum dan mengabaikannya.
“Kamu tahu, kamu sudah seperti ini selama dua jam,” ujar Mi Joo malas sambil memainkan ponselnya. “Jika kamu tidak mau bicara, aku akan pergi.”
Mi Joo melipat tangan didepan dadanya, “Lalu?” tanyanya cuek. Se Gun kaget melihat reaksi Mi Joo. “Hanya karena itu? Kamu bersikap seperti ini karena ibumu tidak datang?”
Se Gun duduk di tangga jalan. Dia melihat fotonya bersama ibunya yang dia simpan di dompet. Dia tiba-tiba teringat perkataan Nan Hee yang pernah menyuruhnya untuk tidak menangis didepan orang lain dan datangi saja dia kalau ingin menangis.
Maskot Nan Hee tiba-tiba muncul di samping Se Gun. Dia berpura-pura menjadi botol soju dan memberikan minuman pada Se Gun. Se Gun melayaninya dan berpura-pura minum. Maskot itu kemudian mulai duduk di samping Se Gun.
Maskot Nan Hee kemudian membuka lebar kedua tangannya dan menepuk dadanya, kode kalau Se Gun boleh bersandar padanya. Se Gun menurutinya dan maskot Nan Hee menepuk lembut pundak Se Gun. Se Gun mulai menangis.
Se Gun kembali duduk. Dia mulai bercerita kalau dia tidak bisa memberikan baju yang dibelikan Nan Hee. Ibunya tidak bisa datang.
“Putranya sakit. Aku menunggu tujuh tahun. Alasanku terobsesi dengan kemenangan dan model adalah itu. Bagaimana bisa ibuku mengirim teks bahwa putranya sakit dan …,” Se Gun tidak bisa melanjutkan kata-katanya karena rasa kecewa.
Se Gun terhenyak mendengar perkataan Nan Hee. Perlahan, dia hendak membuka kepala maskot Nan Hee tetapi mengurungkannya. Dia berkata kalau seharusnya dia tidak minum karena terus kehilangan akalnya. Se Gun kemudian bangkit dan berkata dia akan pulang. Sebelum pergi dia menyemangati Nan Hee agar menang di peragaan busana itu.
Mi Joo dibawa dengan ranjang dorong dan hendak di masukkan ke ambulans. Mi Joo sadar. Dia melihat Byun Tae, Se Gun dan Nan Hee. Mi Joo bertanya apa dia pingsan lagi? Petugas ambulans bertanya apa dia menderita penyakit?
Mi Joo langsung menyalahkan Se Gun karena memaksanya. Se Gun menyesal. Mi Joo memberitahu kalau Se Gun tidak tertarik padanya dan hanya peduli pada desainnya. Padahal dia gugup, tapi terus dipaksa.
Mi Joo memegang pergelangan baju Byun Tae dan memintanya ikut. Seorang petugas lomba memberitahu kalau lomba akan dimulai 10menit lagi. Byun Tae merasa bimbang. Se Gun memutuskan kalau dia yang akan pergi dan Byun Tae harus menjadi model Nan Hee.
Se Gun masuk ke panggung. On Hwa dan Deuk Chan kaget karena model Nan Hee adalah Se Gun padahal seharusnya Byun Tae. Semua orang menganggumi ketampanan Se Gun.
On Hwa mengomentari kalau model tidak menampilkan pakaiannya karena semua orang malah lebih terfokus pada modelnya daripada pakaian yang dikenakannya. Deuk Chan setuju. Nan Hee tersenyum menatap Se Gun.
Se Gun sudah selesai tampil. Nan Hee menemuinya di belakang panggung dan mengajaknya untuk mencari model pengganti Se Gun. Se Gun tiba-tiba menghentikan Nan Hee.
On Hwa tampil. Modelnya adalah Deuk Chan. On Hwa berdoa agar bisa berhasil. Para juri menyukainya. On Hwa terkejut karena Deuk Chan tampil dengan baik.
“Kamu bilang apel yang jelek sama dengan apel yang bagus. Kamu bilang ada madu didalamnya. Jadi tunjukkan kepada mereka bahwa apel yang jelek tidak boleh dibuang.”
Deuk Chan dan On Hwa cemas karena sebentar lagi giliran Se Gun. Se Gun datang menghampiri mereka. Deuk Chan langsung bertanya apa Se Gun sudah menemukan modelnya? Se Gun menjawab sudah.
Di panggung, model Se Gun masuk. Dan dia adalah Nan Hee. Dia sangat cantik, menurut author. Semua orang terkejut melihat model Se Gun yang tidak tinggi dan tidak menarik.
Se Gun menganggukkan kepalanya. Nan Hee menutup matanya dan menarik nafas panjang. Dia maju dengan percaya diri di panggung. Dan para penonton mulai memotretnya. Mereka kagum dengan desainnya. Dan bahkan memuji model yang terlihat cantik.
Byun Tae datang tepat saat itu. Dia kagum melihat penampilan Nan Hee. On Hwa juga sangat kagum dengan pekerjaan Se Gun tetapi Deuk Chan tidak setuju.
Pengumuman pemenang diumumkan. Semua orang gugup. Dan pemenangnya adalah dari Universita Moonsong. Nan Hee dan Se Gun cemas menunggu hasilnya. Pembawa acara membacakan nama pemenang…. dan kita tidak di pendengarkan. Nan Hee dan Se Gun saling menatap dan tertawa.
“Tidak. Aku akan menemui Mi Joo lalu kembali kepadamu,” ujar Se Gun serius. Nan Hee terkejut dan menatap Se Gun, “Jadi tunggu saja aku.” Nan Hee mengangguk.
Nan Hee kemudian memanggil Byun Tae dan hendak memberitahu jawabannya mengenai perasan Byun Tae padanya.
Nan Hee menghela nafas kecewa. Tapi, tanpa sengaja matanya tertuju pada cincin pusaka yang berada dilantai. Nan Hee terkejut dan hendak memberitahu Ibunya.
Se Gun tiba-tiba datang dan meminta maaf karena dia datang terlambat. Nan Hee terkejut. Se Gun memandangnya dan pergi melihat kedelai fermentasinya. Dia memuji itu sangat cantik.
Se Gun dan Nan Hee berada di depan rumah. Se Gun berkata dia sudah kembali dan meminta cincin Nan Hee. Nan Hee memberitahu kalau dia tidak akan memakai cincin itu lagi. Se Gun tetap memintanya dan Nan Hee menolaknya. Dia sudah memutuskan kalau dia akan hidup dengan penampilannya seperti ini, walaupun demi Park Se Gun.
Se Gun kemudian mengeluarkan sebuah kotak cincin dan didalamnya adalah cincin couple. Se Gun menyuruh Nan Hee untuk melepaskan cincin pusaka dan pakai cincin darinya. Nan Hee bingun apalagi Se Gun memasang cincin tersebut ke jarinya.
“Aku mulai berpikir bahwa kamu cantik,” ujar Se Gun serius. Nan Hee terharu mendengarnya. Se Gun memeluk Nan Hee. “Maaf karena butuh waktu sangat lama,” ujar Se Gun. Mereka saling berpelukan.
Nan Hee kemudian meminta Se Gun untuk memkaikan terakhir kali cincin itu padanya dan setelah itu dia akan membuangnya. Se Gun mengalah dan memakaikannya. Cincin itu bersinar dan merubah Nan Hee.
Nan Hee mulai berpose seksi dan menggoda Se Gun. Dan Se Gun melihat Nan Hee sebagai…. Nan Hee. Tidak ada yang berubah. Dia meraih Nan Hee dan menciumnya. Mereka berciuman lama dan romantis.
Cincin menggelinding di jalanan terus dan terus hingga menabrak sebuah truk yang sedang melaju. Cincin itu hancur menjadi debu dan bertebaran.
“Setiap orang adalah pria atau wanita impian orang lain di bawah mantra. Semoga mantra itu tidak terputus untuk waktu yang sangat lama.”
Nan Hee dan Byun Tae makan bersama. Byun Tae memberitahu Nan Hee kalau dia sudah mencoba cincin Nan Hee.
“Benarkan? Siapa yang kamu lihat? Orang yang punya mata Song Hye Kyo, bibir Suzy dan Kulit Han Hyo Joo?” tanya Nan Hee penasaran.
“Tidak. Seseorang yang jauh lebih jelek,” jawab Byun Tae dan menatap tajam Nan Hee.
“Hei. Saat aku bilang menyukaimu di TK, kamu bilang aku terlalu jelek dan kamu menyukai Mi Joo,” bantah Nan Hee tidak percaya.
“Kepribadia dan selera gadisku belum dewasa saat itu. Sekarang kelihatannya aku sudah cukup dewasa untuk menyadari betapa cantiknya dirimu. Bagaimana menurutmu? Bisakah kamu menambahkan ‘pria / namja’ sebelum kata ‘teman/chingu’?” tanya Byun Tae.
Nan Hee terdiam. Dia bingung dengan pernyataan cinta Byun Tae yang mendadak. “Aku akan menunggu. Beritahu aku setelah peragaan busana,” ujar Byun Tae.
Se Gun sedang sibuk mencocokkan baju rancangannya ke badan Mi Joo. Mi Joo bertanya pada Se Gun apakah nanti penontonnya banyak? Tetapi Se Gun tidak mendengarnya dan sibuk menilai baju tersebut di badan Mi Joo, dia merasa ada yang kurang.
“Apa? Kamu mengatakan sesuatu?” tanya Se Gun bingung. Dia baru menyadari Mi Joo yang bicara dari tadi padanya. Tatapan Mi Joo terlihat marah tetapi dia berusaha menahannya.
Se Gun terus mengabaikan Mi Joo dan malah melihat kertas desain bajunya. Dia merasa ada yang kurang. Ponselnya tiba-tiba berbunyi. Ada sebuah pesan dan Se Gun membacanya. Raut wajahnya berubah marah dan dia melempar ponsel tersebut. Mi Joo kaget melihatnya tetapi Se Gun tidak menjelaskan apa-apa dan malah pergi.
Mereka sekarang sedang minum-minum di kedai. Mi Joo terlihat bosan melihat Se Gun yang terus-terusan minum dan mengabaikannya.
“Kamu tahu, kamu sudah seperti ini selama dua jam,” ujar Mi Joo malas sambil memainkan ponselnya. “Jika kamu tidak mau bicara, aku akan pergi.”
Se Gun menghela nafas. “Peragaan busana itu. Ibuku merasa dia tidak bisa datang.”
Mi Joo melipat tangan didepan dadanya, “Lalu?” tanyanya cuek. Se Gun kaget melihat reaksi Mi Joo. “Hanya karena itu? Kamu bersikap seperti ini karena ibumu tidak datang?”
Se Gun hendak menjawab Mi Joo tapi dia mengurungkannya. “Lupakan saja. Itu memalukan.”
“Kasar?”
“Peragaan busana itu dua hari lagi. Aku tidak ingin melakukannya, tapi kamu memaksaku. Jadi kamu harus membuatku merasa yakin, bukannya semakin gugup.”
“Baiklah. Maafkan aku.”
“Jangan menatapku seolah-olah kamu ingin kuhibur. Aku butuh orang yang akan menghiburku, bukan butuh dihibur,” marah Mi Joo.
Maskot Nan Hee menyapa Mi Joo. Mi Joo kaget mendengar suaranya. Nan Hee membuka kepala maskot dan memberitahu kalau dia Nan Hee. Mi Joo langsung mengomel kalau Se Gun itu cengeng. Tentu, hal ini membuat Nan Hee bingung. Mi Joo hendak menjelaskan tetapi mengurungkannya dan memilih pergi.
Se Gun duduk di tangga jalan. Dia melihat fotonya bersama ibunya yang dia simpan di dompet. Dia tiba-tiba teringat perkataan Nan Hee yang pernah menyuruhnya untuk tidak menangis didepan orang lain dan datangi saja dia kalau ingin menangis.
Se Gun mengeluarkan ponselnya. Dia hendak menelpon Nan Hee tetapi nomor Nan Hee sudah terhapus dari kontaknya. Se Gun terlihat sedih dan menyimpan ponselnya kembali. Dia menelungkupkan kepalanya sedih.
Maskot Nan Hee tiba-tiba muncul di samping Se Gun. Dia berpura-pura menjadi botol soju dan memberikan minuman pada Se Gun. Se Gun melayaninya dan berpura-pura minum. Maskot itu kemudian mulai duduk di samping Se Gun.
Maskot Nan Hee kemudian membuka lebar kedua tangannya dan menepuk dadanya, kode kalau Se Gun boleh bersandar padanya. Se Gun menurutinya dan maskot Nan Hee menepuk lembut pundak Se Gun. Se Gun mulai menangis.
“Soju seharusnya berbau alkohol, bukan bunga. Sudah kubilang jangan memakai parfum yang kubelikan,” marah Se Gun dan hendak pergi.
Nan Hee menahan tangan Se Gun. “Aku bisa tetap seperti ini. Kamu tidak ingin melihat wajahku, dan aku tidak ingin menunjukkan wajahku. Aku bisa terus menyembunyikan wajahku, kamu bisa mencium parfum itu dan memikirkan Nan Hee yang cantik,” ujar Nan Hee.
Se Gun kembali duduk. Dia mulai bercerita kalau dia tidak bisa memberikan baju yang dibelikan Nan Hee. Ibunya tidak bisa datang.
Nan Hee mengenggam tangan Se Gun lembut.
“Putranya sakit. Aku menunggu tujuh tahun. Alasanku terobsesi dengan kemenangan dan model adalah itu. Bagaimana bisa ibuku mengirim teks bahwa putranya sakit dan …,” Se Gun tidak bisa melanjutkan kata-katanya karena rasa kecewa.
“Dia pasti yakin padamu. Bukan karena dia tidak terlalu menyanyangimu, tapi karena dia lebih yakin padamu,” hibur Nan Hee. Se Gun menatapnya. “Dengan kedelai fermentasi, meski kamu membuatnya di hari yang sama, sebagian punya masalah kondensasi dan membusuk, dan sebagiannya baik-baik saja. Semakin baik kedelainya, semakin jarang kamu memeriksanya. Kamu yakin, walaupun tidak memeriksanya, kedelai itu akan matang dengan baik. Aku yakin dia akan kembali padamu. Aku yakin dia hanya memeriksa kedelai fermentasi yang sedang punya masalah kondensasi sekarang.”
Se Gun terhenyak mendengar perkataan Nan Hee. Perlahan, dia hendak membuka kepala maskot Nan Hee tetapi mengurungkannya. Dia berkata kalau seharusnya dia tidak minum karena terus kehilangan akalnya. Se Gun kemudian bangkit dan berkata dia akan pulang. Sebelum pergi dia menyemangati Nan Hee agar menang di peragaan busana itu.
Mereka mulai melakukan gladi resik.
Deuk Chan dalam gladi resik ketika berjalan di panggung malah terjatuh. Semua malu melihatnya.
Nama Mi Joo di panggil dan Mi Joo dengan ragu berjalan ke panggung. Tapi, di panggung Mi Joo tidak bisa berjalan dan terlihat gugup. Dia berdiri mematung. Semua orang heran melihatnya dan tiba-tiba Mi Joo pingsan.
Mi Joo dibawa dengan ranjang dorong dan hendak di masukkan ke ambulans. Mi Joo sadar. Dia melihat Byun Tae, Se Gun dan Nan Hee. Mi Joo bertanya apa dia pingsan lagi? Petugas ambulans bertanya apa dia menderita penyakit?
Mi Joo melirik Se Gun. Byun Tae yang sudah tidak dapat menyembunyikan memberitahu kalau Mi Joo mengalami gangguan kecemasan. Semuanya kaget mendengarnya.
Mi Joo langsung menyalahkan Se Gun karena memaksanya. Se Gun menyesal. Mi Joo memberitahu kalau Se Gun tidak tertarik padanya dan hanya peduli pada desainnya. Padahal dia gugup, tapi terus dipaksa.
“Karena itulah dia kembali dari Paris. Dia terus pingsan sebelum menampilkan karyanya. Pasti sulit menyesuaikan diri dengan tempat dan orang baru,” jelas Byun Tae.
“Karena aku merasa terhina. Aku seperti pecundang menyedihkan karena kembali seperti ini,” jelas Mi Joo.
Petugas kemudian berkata kalau Mi Joo harus dibawa untuk diperiksa dan bertanya siapa walinya? Se Gun dan Byun Tae sama-sama mengangkat tangan. Mi Joo sendiri menunjuk Byun Tae. Petugas memberitahu kalau dia hanya bisa membawa satu orang.
Mi Joo memegang pergelangan baju Byun Tae dan memintanya ikut. Seorang petugas lomba memberitahu kalau lomba akan dimulai 10menit lagi. Byun Tae merasa bimbang. Se Gun memutuskan kalau dia yang akan pergi dan Byun Tae harus menjadi model Nan Hee.
Mi Joo memegang semakin kuat pergelangan baju Byun Tae dan menggelengkan kepalanya. Isyarat agar Byun Tae menolak keputusan Se Gun. Nan Hee melihatnya.
“Kamu sebaiknya pergi. Dia cemas. Dia selalu meraih lengan bajumu dan menangis setiap terjadi sesuatu. Sebaiknya kamu pergi,” ujar Nan Hee.
Semuanya terkejut. Byun Tae menyakinkan keputusannya. Se Gun menyetujui,
Nan Hee mulai memakaikan Se Gun baju rancangannya. Dia cemas dengan giliran Se Gun nanti mau pakai model siapa? Se Gun menyakinkan Nan Hee untuk fokus pada desainnya saja sekarang. Nan Hee mengusulkan kalau dia akan menanyakan model lainnya setelah dia tampir untuk Se Gun.
Se Gun masuk ke panggung. On Hwa dan Deuk Chan kaget karena model Nan Hee adalah Se Gun padahal seharusnya Byun Tae. Semua orang menganggumi ketampanan Se Gun.
On Hwa mengomentari kalau model tidak menampilkan pakaiannya karena semua orang malah lebih terfokus pada modelnya daripada pakaian yang dikenakannya. Deuk Chan setuju. Nan Hee tersenyum menatap Se Gun.
Se Gun sudah selesai tampil. Nan Hee menemuinya di belakang panggung dan mengajaknya untuk mencari model pengganti Se Gun. Se Gun tiba-tiba menghentikan Nan Hee.
On Hwa tampil. Modelnya adalah Deuk Chan. On Hwa berdoa agar bisa berhasil. Para juri menyukainya. On Hwa terkejut karena Deuk Chan tampil dengan baik.
“Kamu bercanda? Aku bukan Nan Hee yang kamu kenal. Lihat. Ini aku.”
“Lalu? Kamu tidak mau?”
“Apakah kamu sedang linglung? Bagaimana bisa aku menjadi model dan memakai pakaian untuk Mi Joo?”
“Bagaiman jika aku membuatnya untukmu? Aku juga bingung. Pada awalnya, aku pikir itu untuk Mi Joo.kamu tahu kenapa aku memilih warna hitam? Karena itu cocok denganmu, karena kamu suka hal sederhana. Aku memotong rok panjang karena rasanya itu bukan kamu, yang tidak suka sesuatu yang terlihat mewah. Aku tambahkan kancing karena ingat betapa kuatnya kamu naik sepeda. Garis leher yang rendah? Itu karena detak jantungmu yang kudengar setiap kali kamu bersamaku. Desain itu bukan untuknya, itu dibuat untukmu.”
“Meski begitu, bagaimana bisa orang sepertiku…”
“Dan apa itu ‘orang sepertimu’? orang yang jelek? Orang yang tidak cantik? Kamu sendiri mengaku jelek, jadi, kenapa memintaku berkata begitu? Kenapa kamu mebuatku menjadi orang brengsek?” marah Se Gun.
“Bagaimana jika kamu gagal karena aku?”
“Kamu bilang apel yang jelek sama dengan apel yang bagus. Kamu bilang ada madu didalamnya. Jadi tunjukkan kepada mereka bahwa apel yang jelek tidak boleh dibuang.”
Deuk Chan dan On Hwa cemas karena sebentar lagi giliran Se Gun. Se Gun datang menghampiri mereka. Deuk Chan langsung bertanya apa Se Gun sudah menemukan modelnya? Se Gun menjawab sudah.
Di panggung, model Se Gun masuk. Dan dia adalah Nan Hee. Dia sangat cantik, menurut author. Semua orang terkejut melihat model Se Gun yang tidak tinggi dan tidak menarik.
Pada penonton bahkan tertawa dan mengira ada kesalahan. Nan Hee panik melihat reaksi penonton dan tidak bisa maju. Se Gun mengangkat tangannya agar Nan Hee melihatnya.
“Ada orang sepertimu yang selalu berada di atas panggung, tapi ada orang yang selalu berada di belakang panggung sepertiku.”
“Jadi tunjukkan kepada mereka bahwa apel yang jelek tidak boleh dibuang.”
Se Gun menganggukkan kepalanya. Nan Hee menutup matanya dan menarik nafas panjang. Dia maju dengan percaya diri di panggung. Dan para penonton mulai memotretnya. Mereka kagum dengan desainnya. Dan bahkan memuji model yang terlihat cantik.
Byun Tae datang tepat saat itu. Dia kagum melihat penampilan Nan Hee. On Hwa juga sangat kagum dengan pekerjaan Se Gun tetapi Deuk Chan tidak setuju.
Juri botak membacarkan arti dari sebuah desain : “Orang akan berpikir ada sesuatu yang sedikit kurang dalam dirinya, tapi aku melihat seseorang yang dicintai tanpa akhir. Aku membuat ini dengan harapan dia akan memakainya.” Juri wanita bertanya apa mereka harus memilihnya? Juri bota mengangguk.
Pengumuman pemenang diumumkan. Semua orang gugup. Dan pemenangnya adalah dari Universita Moonsong. Nan Hee dan Se Gun cemas menunggu hasilnya. Pembawa acara membacakan nama pemenang…. dan kita tidak di pendengarkan. Nan Hee dan Se Gun saling menatap dan tertawa.
Peragaan sudah selesai. Semua sudah bubar. Dan yang tertinggal hanya Se Gun dan Nan Hee yang berteriak kalau mereka benar-benar hancur.
Dan ternyata, pemenangnya adalah Pi On Hwa. Mereka sama sekali tidak menyangka. Nan Hee mengira dunia masih belum siap menerimanya. Se Gun berkata dunia benar-benar buruk. Mereka tertawa.
Se Gun menatap Nan Hee dan memberitahu kalau dia harus menemui Mi Joo.
“Haruskah aku pergi denganmu?” tanya Nan Hee.
“Tidak. Aku akan menemui Mi Joo lalu kembali kepadamu,” ujar Se Gun serius. Nan Hee terkejut dan menatap Se Gun, “Jadi tunggu saja aku.” Nan Hee mengangguk.
Nan Hee sedang membersihkan barang-barangnya dari ruang desain bersama Byun Tae. Dia bertanya mengenai keadaan Mi Joo. Byun Tae memberitahu kalau Mi Joo seperti nya pergi ke Jeju karena Ibunya menyuruhnya ke rumah kakeknya dan istirahat untuk beberapa saat.
“Dia tidak mau menjawab panggilanku,” beritahu Nan Hee sedih.
“Biarkan saja. Dia hanya malu. Lalu dia akan berkata ‘Hei, kawan-kawan’ dan datang berlari seolah-olah tidak terjadi apapun.”
Nan Hee kemudian memanggil Byun Tae dan hendak memberitahu jawabannya mengenai perasan Byun Tae padanya.
“Kurasa kita lebih baik berteman.”
“Tapi aku tidak akan menyerah,” jawab Byun Tae. “Kamu menyukaiku di TK, jadi, siapa yang tahu? Keadaan mungkin berubah setelah 10tahun.”
“Ayolah. Itu bukan hanya kamu saja. Waktu itu, aku menyukai Woo Hyun, Kyun Bong, guru, tukang pos dan semua pria yang kulihat.”
Saatnya untuk melihat hasil fermentasi kedelai yang pernah dibuat. Nan Hee melihat kedelai buatan Se Gun.
Ayah dan Ibu Nan Hee tetap mesra seperti biasanya. Nan Hee memandang pintu masuk berharap Se Gun datang.
Nan Hee menghela nafas kecewa. Tapi, tanpa sengaja matanya tertuju pada cincin pusaka yang berada dilantai. Nan Hee terkejut dan hendak memberitahu Ibunya.
Dia melihat ke samping, tapi orangtuanya masih tetap mesra. Dia lebih terkejut lagi.
Ibu kaget melihat cincin di tangan Nan Hee, begitu pula dengan Ayah.
“Kita sudah ketahuan, sayang,” ujar Ayah.
“Kalian berbohong padaku?” marah Nan Hee.
“Nan Hee, ibu ingin memberitahumu. Sebenarnya, kami tidak bertemu karena cincin itu.”
Nan Hee lebih terkejut lagi dan bertanya bagaimana mereka bisa bertemu.
“Ayah bahkan tidak tahu dia punya cincin seperti itu. Tapi ibumu bilang kamu terus menatap gambar anak itu seharian, dan dia ingin memberikan cincin agar kamu bertemu dengannya.”
“Lalu kenapa Ayah berbohong?”
“Kami harus bilang kami berhasil agar kamu mencobanya,” jelas Ayah.
Nan Hee jadi penasaran dan bertanya pada Ibu berarti dia tidak pernah memakai cincin itu. Ibu menjawab kalau dia pernah memakai cincin itu, tetapi pria brengsek itu melarikan diri saat melihat wajah aslinya. Dan sejak saat itu, dia tidak pernah memakainya lagi.
“Apa Ibu terlihat cantik bagi Ayah walaupun tidak memakai cincin?”
“Kamu tidak berpikir ibumu cantik? Dia terlihat sangat cantik saat membuat tauco,” jawab ayah dan mereka kembali bermesraan.
Ibu mulai melakukan pengajaran lagi dan bertanya bagaimana perasaan mereka melihat kedelai hasil fermentasi buatan mereka? Semua memujinya sangat indah dan seperti emas.
Se Gun tiba-tiba datang dan meminta maaf karena dia datang terlambat. Nan Hee terkejut. Se Gun memandangnya dan pergi melihat kedelai fermentasinya. Dia memuji itu sangat cantik.
“Kalian ini membuatku bertanya-tanya. Kenapa orang berpikir taoco terlihat jelek? Semua muridku mengatakan taoco mereka terlihat sangat cantik dan indah. Jika dipikir-pikir, kalian tidak perlu menjadi cantik untuk dicintai. Saat kamu mencintai seseorang, orang itu terlihat cantik bagimu,” jelas Ibu. Semua murid setuju dengan Ibu.
Se Gun dan Nan Hee berada di depan rumah. Se Gun berkata dia sudah kembali dan meminta cincin Nan Hee. Nan Hee memberitahu kalau dia tidak akan memakai cincin itu lagi. Se Gun tetap memintanya dan Nan Hee menolaknya. Dia sudah memutuskan kalau dia akan hidup dengan penampilannya seperti ini, walaupun demi Park Se Gun.
“Singkatnya, apakah itu berarti kamu masih menyukaiku?” tanya Se Gun Nan Hee terdiam.
Se Gun kemudian mengeluarkan sebuah kotak cincin dan didalamnya adalah cincin couple. Se Gun menyuruh Nan Hee untuk melepaskan cincin pusaka dan pakai cincin darinya. Nan Hee bingun apalagi Se Gun memasang cincin tersebut ke jarinya.
“Sebelumnya, aku tidak bisa berpacaran dengan gadis selama lebih dari sebulan. Kukira aku hanya perlu menemukan gadis cantik. Aku selalu mencari gadis cantik. Kamu gadis pertama yang pernah bersamaku lebih dari satu bulan. Kamu gadis pertama yang nomornya ingin kuminta lagi setelah kuhapus. Kamu gadis pertama yang melihatku menangis.”
“Kamu hanya berkencan dengan gadis cantik.”
“Aku mulai berpikir bahwa kamu cantik,” ujar Se Gun serius. Nan Hee terharu mendengarnya. Se Gun memeluk Nan Hee. “Maaf karena butuh waktu sangat lama,” ujar Se Gun. Mereka saling berpelukan.
Nan Hee dan Byun Tae berada di atap gedung dekat menara Namsan. Mereka berada di sebuah restoran dan sedang menunggu Mi Joo. Nan Hee kecewa karena Mi Joo belum datang.
Mi Joo duduk disamping Nan Hee dan bertanya apa dia menyukai sumbangannya? Byun Tae bertanya sumbangan apa yang diberikan Mi Joo? Park Se Gun.
“Karena kemasannya sangat bagus, kukira isinya permata. Tapi aku tidak terlalu suka isinya. Kusumbangkan kepada seseorang yang mungkin akan menikmatinya,”jawab Mi Joo.
“Kamu baik sekali. Kamu seorang malaikat,” puji Nan Hee.
Mi Joo kemudian berbisik dan memberitahu kalau dia tidak belum tidur dengan Park Se Gun. Nan Hee makin senang dan memeluk Mi Joo.
Byun Tae cemburu melihat kedekatan mereka. Dia pikir ini adalah drama kisah cinta tetapi ternyata sangat membosankan. Byun Tae kemudian menunjukkan video saat Nan Hee di panggung pada Mi Joo walaupun Nan Hee melarangnya.
Nan Hee sangat malu. Tapi Mi Joo memuji Nan Hee yang cocok menjadi model. Nan Hee senang mendengarnya dan Mi Joo berkata untuk merek yang bernama “Hobbit.”
Nan Hee dan Se Gun berada di atap gedung. Se Gun ingin membuang cincin pusaka Nan Hee tetapi Nan Hee tidak mau. Dia tidak siap jika putrinya nanti mirip sepertinya, dia harus bagaimana? Dia hanya punya cincin itu untuk diwariskan.
Se Gun meminta Nan Hee tidak khawatir. Putri mereka pasti akan sangat cantik.
Nan Hee kemudian meminta Se Gun untuk memkaikan terakhir kali cincin itu padanya dan setelah itu dia akan membuangnya. Se Gun mengalah dan memakaikannya. Cincin itu bersinar dan merubah Nan Hee.
Nan Hee mulai berpose seksi dan menggoda Se Gun. Dan Se Gun melihat Nan Hee sebagai…. Nan Hee. Tidak ada yang berubah. Dia meraih Nan Hee dan menciumnya. Mereka berciuman lama dan romantis.
Nan Hee kemudian membuang cincin tersebut.
Cincin menggelinding di jalanan terus dan terus hingga menabrak sebuah truk yang sedang melaju. Cincin itu hancur menjadi debu dan bertebaran.
Ibu Nan Hee membuka bajunya dan menjadi model untuk dilukis mahasiswa seni.
On Hwa menggendong pulan Deuk Chan yang mabuk. Mereka saling tersenyum.
Seorang pria pendek menikah dengan wanita yang tinggi.
In Sung (Romance Full of Life) memasangkan cincin dari tutup botol ke jari So Ra (Romance Full of Life).
Seorang anak perempuan memasang cincin dari bunga ke anak laki-laki gemuk.
“Setiap orang adalah pria atau wanita impian orang lain di bawah mantra. Semoga mantra itu tidak terputus untuk waktu yang sangat lama.”
Tags:
Queen Of The Ring
Keren sinopsisnya. Terima kasih
ReplyDeletenice ajd sweet drama...d tunngu projeck slanjutnya..
ReplyDeletebagus banget sinopsisnya, thanks ya kak
ReplyDeleteWoow film yg menarik
ReplyDeleteAaaa lucu banget endingnyaaa. Makasih ya sudah di sinopsiin. Suka banget bacanya ^^
ReplyDelete