Company name : Citizen Kane
Trai yang masih syok, duduk diam
disofa ruang tamu. Ia mengingat saat dimana, Ayahnya memarahinya dan bahkan
memukulinya serta mengusirnya. Dan Nee yang melihat itu, mendekati Trai dan
duduk disampingnya.
“Bisakah kamu tidak bertingkah
seperti anak kecil dengan masalah?” tanya Nee lembut, tapi Trai malah tidak
menjawab. Jadi Nee dengan sengaja menyenggol lengan Trai yang terluka, agar
Trai sadar.
“Kamu bisa bicara baik-baik padaku,”
kata Trai sambil meringis kesakitan.
“Kamu yang butuh untuk bicara
tentang masalah mu,” balas Nee.
“Bagaimana perasaanmu, jika orang
yang selalu kamu pandang sebagai pahlawanmu, tapi ternyata bukan pahlawan?”
“Kemudian jangan coba cari tau.”
“Bisakah kamu tidak akan mencari tau
tentang hal yang mengganggu mu, apa yang dia lakukan di masa lalu? Baik dan
buruknya.”
“P’Krit melakukan segala yang ia
bisa untuk agar kami bertahan. Itu saja yang aku tau. Seperti pahlawanmu, apa
alasannya yang membuat kamu kecewa padanya?”
“Uang.”
Saat Trai menjawab singkat seperti
itu. Nee langsung mengomentari bahwa dengan otak seperti Trai, ia tidak akan
bisa memperbaiki itu. Jadi lebih baik Trai tidur sekarang dan memikirkannya
kembali besok.
Nee lalu memberikan selimut untuk
Trai dan akan pergi. Tapi Trai lalu menahan tangannya dan mengatakan ia tidak
ingin tidur sendirian. Jadi Nee pun menjadi kesal, tapi saat ia melihat wajah
Trai yang tampak memelas seperti itu. Maka Nee akhirnya mau tidur untuk tidur
bersama, menemani Trai.
Persiapan tidur dimulai. Pertama,
mendengarkan arahan dan bantuan dari Nee, Trai merentangkan selimut yang ada
bersama-sama. Setelah selesai, Trai menjadi bingung sendiri.
“Kamu menggunakan selimut ini
sebagai alas tidur, kemudian apa yang akan kamu gunakan sebagai selimut?”
“Kamu tidur disana,” perintah Nee.
Dan Trai menurutinya, ia tidur disisi selimut. Kemudian Nee memutar-mutarnya,
sehingga ia terbungkus oleh selimut.
Sesudah itu, Nee mengambil bantal
dan tidur disampingnya. “Bagaimana? Aku menemanimu tidur seperti yang kamu
mau,” kata Nee.
Dan sambil tersenyum, Trai melihat
dirinya sendiri yang terbungkus oleh selimut. Lalu ia memanggil Nee untuk lebih
mendekat. Jadi akhirnya Nee pun bergerak sedikit.
“Lebih dekat lagi,” pinta Trai.
“Huh?!”
“Tolong lah,” pinta Trai, memelas
pada Nee. Sehingga Nee pun menjadi tidak tega dan lalu ia bergerak mendekat
tepat disamping Trai. Tapi karena ia agak malu, melihat wajah Trai, makanya ia
tidur dengan menghadap kearah lain.
Trai ikutan tidur menghadap kearah
Nee, lalu ia memanggil Nee. Dan karena itu, Nee pun berbalik serta bertanya
kenapa. Tapi dikarenakan posisi mereka yang begitu dekat, saat Nee berbalik,
wajah mereka pun jadi begitu dekat.
“Kamu tidak percaya aku?” tanya
Trai.
“Aku takut menjadi lemah,” jawab
Nee.
Sambil tertawa, Trai yang telah
mendengar jawaban Nee, berpura-pura seperti tidak mendengar dan bertanya lagi.
Dan kali ini, Nee tidak lagi menjawab.
Ketika Nee tidak menjawabnya, Trai
terus-menerus memanggil nama Nee. Hingga akhirnya Nee tidak tahan lagi
mendengar itu, jadi ia menutup telinga Trai menggunakan tangannya, agar Trai
tidak perlu mendengar dan bertanya lagi.
“Apa yang kamu katakan?” tanya Trai,
lagi dengan sengaja.
Jadi kali ini, Nee menutup mata Trai
menggunakan tangannya. Dan dengan lembut, ia menyuruh agar Trai segera tidur,
karena besok segalanya akan menjadi lebih baik.
Setelah Trai terdiam dan mulai
tenang, Nee pun membuka mata Trai. Dan ketika itu, ia melihat Trai telah
menutup matanya, jadi ia mengira Trai telah tertidur. Tapi tiba-tiba saja Trai
membuka kembali matanya dan lalu menciumin keningnya.
“Besok, hidupku akan menjadi lebih
baik,” kata Trai sambil tersenyum lebar.
Nee lalu berbalik, menghadap kearah
lain. Ia tersenyum. Begitu juga dengan Trai yang berada dibelakangnya. Ia
memandang Nee sambil tersenyum lebar.
Kwan terbangun untuk mengambil
obatnya. Dan tepat ketika itu, ia menyadari bahwa Nee serta Trai sedang
tertidur bersama diruang tamu. Jadi ia tersenyum, senang akan hal itu.
Sesudah itu, Kwan mengambil selimut
dan menyelimuti Nee. Lalu menggunakan hpnya, ia memotret wajah tertidur mereka
berdua. Dan menjadikan itu sebagai foto wallpaper dihpnya.
Krit melihat kembali satu persatu
surat lama yang ia miliki. Disampingnya Yada ikut melihat itu dan lalu ia bertanya,
bukankah dulu Krit pernah bercerita kalau Ayahnya sudah menerima karmanya.
“Dia dikurung selama 20 tahun.
Itukah yang kamu sebut membayar karmanya?”
“Hari dimana kamu membawaku
menemuinya, mengapa kamu tidak bercerita padaku?”
“Aku tidak siap. Aku menunggu.
Menunggu hari dimana dia akan menerimaku sebagai anaknya lagi. Bahkan sejak aku
menjadi anak angkat Pa. Dia berhenti berhubungan denganku. Surat atau parcel
dikirim kembali padaku,” cerita Krit.
Krit meletakan semua surat itu
dilantai dan berjalan menjauh sedikit dari Yada.
Yada mendekati Krit dan duduk
disampingnya. Lalu ia menghibur Krit, ia mengatakan bahwa alasan Ayah Krit
melakukan itu adalah karena ia khawatir. Tapi dengan sedih Krit menjawab tidak,
itu adalah karena Ayahnya membenci dirinya.
“Dia berharap, aku akan menurut dan
membayar karma seperti yang ia lakukan. Tapi itu bukan aku,” kata Krit.
Yada lalu memeluk Krit. Dan dengan
sedih, Krit melanjutkan bahwa ia membenci Ayahnya.
“Kamu sangat mencintai Ayahmu. Itu
mengapa kamu terluka seperti ini. Suatu hari, jika kamu bisa berubah menjadi
orang yang baru. Ayahmu akan bisa menerima kamu,” hibur Yada.
“Tapi dia tidak akan pernah
mempercayaiku. Dia melihatku sebagai hama yang sangat jahat.”
“Tapi aku percaya padamu. Aku
percaya dengan sepenuh hatiku. Tidak peduli apapun, aku percaya kamu,” kata
Yada, penuh perhatian. Dan mendengar itu, Krit tampak terharu. Ia mengenggam
tangan Yada dengan erat.
Didalam keheningan yang menenangkan
tersebut. Dengan lembut Yada menyentuh pipi Krit dan lalu dengan perlahan, ia
mendekatkan wajahnya dan mencium pipi Krit. Setelah itu, ciuman dari pipi itu
berubah menjadi ciuman yang lebih mendalam.
Pagi hari. Saat matahari baru terbit.
Krit terbangun dengan Yada yang sedang tertidur disebelahnya. Lalu dengan
lembut ia menciumin kening Yada. Dan memeluknya.
Disana tampak, Krit tidur hanya
memakai selimut saja. Dan Yada tidur dengan mengenakan pakaian milik Krit.
Sementara ditempat lain. Pada pagi
hari. Disana dengan penuh perhatian, Tassana mengulurkan tangannya pada Khem
dan lalu membantu Khem menuruni anak tangan yang ada.
Dan Sorapong yang saat itu sedang
membersihkan halaman, menyapa mereka berdua. Serta ia menanyakan hal yang
memnbuat Tassana serta Khem menjadi malu dan salah tingkah.
Junpen lalu datang sambil membawakan
makanan untuk mereka berdua. Tapi Tassana dan Khem dengan halus menolak itu,
lalu mereka berdua pun berterima kasih dan pamit pergi dari sana.
“P’Sorapong dan P’Junpen adalah
orang yang menyenangkan ya. Aku mulai jatuh cinta dengan suasana disini. Khun
Na, janji padaku, kita akan kembali kesini lagi,” kata Khem kepada Tassana.
“Haruskah kita mulai membuat janji
untuk hal-hal penting saja? Atau, janji itu tidak akan berarti apa-apa,” balas
Tassana.
“Kemudian, janji padaku, kita tidak
akan menyimpan rahasia antara satu sama lain,” kata Khem. Dan mendengar itu,
Tassana menjadi teringat tentang rencana Krit yang pernah Krit sendiri
ceritakan padanya. Serta segala bantuan apa yang pernah ia lakukan untuk Krit.
Disaat Tassana hanya menjawab ya
saja. Khem menjadi heran dan lalu bertanya, tapi Tassana malah tidak jujur. Ia
beralasan bahwa ia hanya tidak tau harus merespon bagaimana.
Lalu Tassana memberitahu Khem bahwa
dalam bisnis ada beberapa rahasia yang mungkin tidak bisa ia ceritakan. Dan
Khem mengerti.
“Kemudian, jika aku bertanya padamu,
Khun Na. Aku mau kamu menjawabnya dengan sejujur –jujurnya. Kamu bisa kan?”
“Tentu. Jika kamu bertanya, aku akan
menjawab dengan sejujur –jujurnya,” balas Tassana, berjanji.
Setelah itu, Khem tiba-tiba berubah
menjadi serius. Ia berkata bahwa ia memiliki satu rahasia yang ingin ia
ceritakan. Lalu dengan perlahan, ia mendekat dan berbisik di telinga Tassana.
“Kemarin malam… itu adalah ciuman
pertamaku,” kata Khem sambil tersenyum malu-malu kepada Tassana. Dan dengan
penuh kasih, mereka lalu saling berpelukan.
Disaat. Pagi mulai terang dan tidak
lagi gelap. Yada terbangun dan ia lalu bangkit serta memandangin wajah Krit
yang tertidur selama sebentar. Setelah itu, Yada pun ingin berdiri.
Tapi Krit yang ternyata telah
bangun, langsung memeluk dan menahan Yada agar tidak pergi dulu. Ia menciumin
pipi Yada dengan mesra, lalu berterima kasih, karena ia tidak pernah bisa tidur
nyenyak seperti ini.
Yada sama sekali tidak menolak,
ketika Krit menciumin pipinya. Malah ia terus tersenyum saja, tampak bahagia.
“Akhirnya... kamu berlari kedalam
pelukanku. Sekarang, kamu resmi menjadi Mrs. Wong,” kata Krit, mengungkapkan
rasa senangnya.
“A…aku sedang mabuk karena wine
semalam. Aku bahkan tidak tau apa yang terjadi. Aku merasa samar-samar,” balas
Yada sambil tersenyum malu-malu, berlainan dengan perkataannya sendiri.
Ketika Yada ingin berdiri, Krit
kembali menahannya. Dan lalu ia menunjukan baju yang Yada pakai sebagai bukti.
Serta dengan baju putih milik Yada yang berada disebelahnya.
Lalu dengan cepat, Yada ingin
merebut kembali bajunya dari Krit. Tapi Krit lalu menghentikan nya dan meminta
agar Yada mengembalikan bajunya yang sedang Yada pakai saat ini.
Yada tentu saja menolak untuk
mengembalikan itu, jadi dengan agak terburu-buru, ia berdiri. Dan disaat Krit
kembali menangkap dirinya, dengan agak malu-malu, Yada akhirnya mengakui bahwa
ia tau.
“Sekarang, kamu telah menerimaku
seutuhnya kan?” tanya Krit dengan lembut, lalu menunduk dan mendekatkan
wajahnya.
Dengan cepat Yada langsung memukuli
Krit, hingga Krit menjadi kesakitan dan melepasnya. Lalu setelah itu, ia dengan
cepat berlari ke belakang halaman dan mengambil handuk yang tergantung
dijemuran.
Menggunakan handuk itu, Yada
menutupi dirinya sendiri dan masuk kembali kedalam.
Didalam Krit telah menunggunya. Krit
lalu mencoba untuk menarik handuk yang dipakai Yada untuk menutupi dirinya. Dan
tentu saja, Yada tidak mau memberikan handuk itu, jadi ia melawan.
Tepat ketika itu, Yada mendengar
suara mesin mobil. Jadi ia pun bertanya. Tapi Krit sendiri juga heran, karena
menurutnya, tidak ada orang yang mengetahui tempat ini.
Krit lalu mengajak Yada untuk keluar
dan melihat bersama-sama, siapa itu. Tapi jelas saja, Yada tidak mau keluar
untuk melihat, dikarenakan apa yang sedang ia pakai saat ini.
Tapi dengan sedikit paksaan, Krit
menarik handuk Yada dan menariknya untuk keluar bersama.
“Khun, aku akan marah padamu, jika
kamu tidak melepaskannya ya,” ancam Yada, agak emosi. Tapi Krit tidak peduli
dan ia lalu menarik handuk milik Yada.
Jadi sambil berteriak minta tolong,
Yada berusaha mengambil kembali
handuknya dari tangan Krit. Sayangnya, Krit lebih kuat, sehingga Yada tidak
bisa mendapatkan kembali handuknya.
Dan tepat ketika itu, Tassana dan
Khem datang. Sambil berteriak, Khem meminta agar Krit melepaskan Yada. Tapi
saat ia melihat, penampilan Yada, ia menjadi terkejut sendiri.
Yada juga sama terkejutnya,
bagaimana bisa Khem berada disini.
“Mengapa kamu disini?” tanya Krit
pada Tassana.
“Bagaimana denganmu? Mengapa kamu
membawa Khun Da kesini?” balas Tassana, bertanya balik kepada Krit.
Dengan mesra, Krit menarik Yada dan
merangkulnya. “Ini bulan madu kami.”
Krit menatap Yada sambil tersenyum.
Sementara Yada yang msih terkejut dengan kehadiran Khem, tampak tidak tau harus
melakukan apa. Begitu juga dengan Khem dan Tassana yang juga hanya bisa berdiri
diam disana, karena terkejut.
Wah mkin seru...lnjut lnjut lnjuuuuutttt
ReplyDelete