Sinopsis Thai-Drama : Ra Rerng Fai Episode 9 - 4


  Company name : Citizen Kane


Trai yang masih syok, duduk diam disofa ruang tamu. Ia mengingat saat dimana, Ayahnya memarahinya dan bahkan memukulinya serta mengusirnya. Dan Nee yang melihat itu, mendekati Trai dan duduk disampingnya.

“Bisakah kamu tidak bertingkah seperti anak kecil dengan masalah?” tanya Nee lembut, tapi Trai malah tidak menjawab. Jadi Nee dengan sengaja menyenggol lengan Trai yang terluka, agar Trai sadar.



“Kamu bisa bicara baik-baik padaku,” kata Trai sambil meringis kesakitan.

“Kamu yang butuh untuk bicara tentang masalah mu,” balas Nee.

“Bagaimana perasaanmu, jika orang yang selalu kamu pandang sebagai pahlawanmu, tapi ternyata bukan pahlawan?”

“Kemudian jangan coba cari tau.”




“Bisakah kamu tidak akan mencari tau tentang hal yang mengganggu mu, apa yang dia lakukan di masa lalu? Baik dan buruknya.”

“P’Krit melakukan segala yang ia bisa untuk agar kami bertahan. Itu saja yang aku tau. Seperti pahlawanmu, apa alasannya yang membuat kamu kecewa padanya?”

“Uang.”



Saat Trai menjawab singkat seperti itu. Nee langsung mengomentari bahwa dengan otak seperti Trai, ia tidak akan bisa memperbaiki itu. Jadi lebih baik Trai tidur sekarang dan memikirkannya kembali besok.




Nee lalu memberikan selimut untuk Trai dan akan pergi. Tapi Trai lalu menahan tangannya dan mengatakan ia tidak ingin tidur sendirian. Jadi Nee pun menjadi kesal, tapi saat ia melihat wajah Trai yang tampak memelas seperti itu. Maka Nee akhirnya mau tidur untuk tidur bersama, menemani Trai.



Persiapan tidur dimulai. Pertama, mendengarkan arahan dan bantuan dari Nee, Trai merentangkan selimut yang ada bersama-sama. Setelah selesai, Trai menjadi bingung sendiri.

“Kamu menggunakan selimut ini sebagai alas tidur, kemudian apa yang akan kamu gunakan sebagai selimut?”




“Kamu tidur disana,” perintah Nee. Dan Trai menurutinya, ia tidur disisi selimut. Kemudian Nee memutar-mutarnya, sehingga ia terbungkus oleh selimut.




Sesudah itu, Nee mengambil bantal dan tidur disampingnya. “Bagaimana? Aku menemanimu tidur seperti yang kamu mau,” kata Nee.


Dan sambil tersenyum, Trai melihat dirinya sendiri yang terbungkus oleh selimut. Lalu ia memanggil Nee untuk lebih mendekat. Jadi akhirnya Nee pun bergerak sedikit.



“Lebih dekat lagi,” pinta Trai.

“Huh?!”

“Tolong lah,” pinta Trai, memelas pada Nee. Sehingga Nee pun menjadi tidak tega dan lalu ia bergerak mendekat tepat disamping Trai. Tapi karena ia agak malu, melihat wajah Trai, makanya ia tidur dengan menghadap kearah lain.




Trai ikutan tidur menghadap kearah Nee, lalu ia memanggil Nee. Dan karena itu, Nee pun berbalik serta bertanya kenapa. Tapi dikarenakan posisi mereka yang begitu dekat, saat Nee berbalik, wajah mereka pun jadi begitu dekat.

“Kamu tidak percaya aku?” tanya Trai.

“Aku takut menjadi lemah,” jawab Nee.




Sambil tertawa, Trai yang telah mendengar jawaban Nee, berpura-pura seperti tidak mendengar dan bertanya lagi. Dan kali ini, Nee tidak lagi menjawab.


Ketika Nee tidak menjawabnya, Trai terus-menerus memanggil nama Nee. Hingga akhirnya Nee tidak tahan lagi mendengar itu, jadi ia menutup telinga Trai menggunakan tangannya, agar Trai tidak perlu mendengar dan bertanya lagi.

“Apa yang kamu katakan?” tanya Trai, lagi dengan sengaja.



Jadi kali ini, Nee menutup mata Trai menggunakan tangannya. Dan dengan lembut, ia menyuruh agar Trai segera tidur, karena besok segalanya akan menjadi lebih baik.




Setelah Trai terdiam dan mulai tenang, Nee pun membuka mata Trai. Dan ketika itu, ia melihat Trai telah menutup matanya, jadi ia mengira Trai telah tertidur. Tapi tiba-tiba saja Trai membuka kembali matanya dan lalu menciumin keningnya.

“Besok, hidupku akan menjadi lebih baik,” kata Trai sambil tersenyum lebar.




Nee lalu berbalik, menghadap kearah lain. Ia tersenyum. Begitu juga dengan Trai yang berada dibelakangnya. Ia memandang Nee sambil tersenyum lebar.


Kwan terbangun untuk mengambil obatnya. Dan tepat ketika itu, ia menyadari bahwa Nee serta Trai sedang tertidur bersama diruang tamu. Jadi ia tersenyum, senang akan hal itu.




Sesudah itu, Kwan mengambil selimut dan menyelimuti Nee. Lalu menggunakan hpnya, ia memotret wajah tertidur mereka berdua. Dan menjadikan itu sebagai foto wallpaper dihpnya.




Krit melihat kembali satu persatu surat lama yang ia miliki. Disampingnya Yada ikut melihat itu dan lalu ia bertanya, bukankah dulu Krit pernah bercerita kalau Ayahnya sudah menerima karmanya.

“Dia dikurung selama 20 tahun. Itukah yang kamu sebut membayar karmanya?”



“Hari dimana kamu membawaku menemuinya, mengapa kamu tidak bercerita padaku?”

“Aku tidak siap. Aku menunggu. Menunggu hari dimana dia akan menerimaku sebagai anaknya lagi. Bahkan sejak aku menjadi anak angkat Pa. Dia berhenti berhubungan denganku. Surat atau parcel dikirim kembali padaku,” cerita Krit.



Krit meletakan semua surat itu dilantai dan berjalan menjauh sedikit dari Yada.
Yada mendekati Krit dan duduk disampingnya. Lalu ia menghibur Krit, ia mengatakan bahwa alasan Ayah Krit melakukan itu adalah karena ia khawatir. Tapi dengan sedih Krit menjawab tidak, itu adalah karena Ayahnya membenci dirinya.



“Dia berharap, aku akan menurut dan membayar karma seperti yang ia lakukan. Tapi itu bukan aku,” kata Krit.

Yada lalu memeluk Krit. Dan dengan sedih, Krit melanjutkan bahwa ia membenci Ayahnya.



“Kamu sangat mencintai Ayahmu. Itu mengapa kamu terluka seperti ini. Suatu hari, jika kamu bisa berubah menjadi orang yang baru. Ayahmu akan bisa menerima kamu,” hibur Yada.

“Tapi dia tidak akan pernah mempercayaiku. Dia melihatku sebagai hama yang sangat jahat.”



“Tapi aku percaya padamu. Aku percaya dengan sepenuh hatiku. Tidak peduli apapun, aku percaya kamu,” kata Yada, penuh perhatian. Dan mendengar itu, Krit tampak terharu. Ia mengenggam tangan Yada dengan erat.



Didalam keheningan yang menenangkan tersebut. Dengan lembut Yada menyentuh pipi Krit dan lalu dengan perlahan, ia mendekatkan wajahnya dan mencium pipi Krit. Setelah itu, ciuman dari pipi itu berubah menjadi ciuman yang lebih mendalam.




Pagi hari. Saat matahari baru terbit. Krit terbangun dengan Yada yang sedang tertidur disebelahnya. Lalu dengan lembut ia menciumin kening Yada. Dan memeluknya.

Disana tampak, Krit tidur hanya memakai selimut saja. Dan Yada tidur dengan mengenakan pakaian milik Krit.


Sementara ditempat lain. Pada pagi hari. Disana dengan penuh perhatian, Tassana mengulurkan tangannya pada Khem dan lalu membantu Khem menuruni anak tangan yang ada.



Dan Sorapong yang saat itu sedang membersihkan halaman, menyapa mereka berdua. Serta ia menanyakan hal yang memnbuat Tassana serta Khem menjadi malu dan salah tingkah.



Junpen lalu datang sambil membawakan makanan untuk mereka berdua. Tapi Tassana dan Khem dengan halus menolak itu, lalu mereka berdua pun berterima kasih dan pamit pergi dari sana.




“P’Sorapong dan P’Junpen adalah orang yang menyenangkan ya. Aku mulai jatuh cinta dengan suasana disini. Khun Na, janji padaku, kita akan kembali kesini lagi,” kata Khem kepada Tassana.

“Haruskah kita mulai membuat janji untuk hal-hal penting saja? Atau, janji itu tidak akan berarti apa-apa,” balas Tassana.



“Kemudian, janji padaku, kita tidak akan menyimpan rahasia antara satu sama lain,” kata Khem. Dan mendengar itu, Tassana menjadi teringat tentang rencana Krit yang pernah Krit sendiri ceritakan padanya. Serta segala bantuan apa yang pernah ia lakukan untuk Krit.


Disaat Tassana hanya menjawab ya saja. Khem menjadi heran dan lalu bertanya, tapi Tassana malah tidak jujur. Ia beralasan bahwa ia hanya tidak tau harus merespon bagaimana.

Lalu Tassana memberitahu Khem bahwa dalam bisnis ada beberapa rahasia yang mungkin tidak bisa ia ceritakan. Dan Khem mengerti.



“Kemudian, jika aku bertanya padamu, Khun Na. Aku mau kamu menjawabnya dengan sejujur –jujurnya. Kamu bisa kan?”

“Tentu. Jika kamu bertanya, aku akan menjawab dengan sejujur –jujurnya,” balas Tassana,  berjanji.




Setelah itu, Khem tiba-tiba berubah menjadi serius. Ia berkata bahwa ia memiliki satu rahasia yang ingin ia ceritakan. Lalu dengan perlahan, ia mendekat dan berbisik di telinga Tassana.

“Kemarin malam… itu adalah ciuman pertamaku,” kata Khem sambil tersenyum malu-malu kepada Tassana. Dan dengan penuh kasih, mereka lalu saling berpelukan.


Disaat. Pagi mulai terang dan tidak lagi gelap. Yada terbangun dan ia lalu bangkit serta memandangin wajah Krit yang tertidur selama sebentar. Setelah itu, Yada pun ingin berdiri.



Tapi Krit yang ternyata telah bangun, langsung memeluk dan menahan Yada agar tidak pergi dulu. Ia menciumin pipi Yada dengan mesra, lalu berterima kasih, karena ia tidak pernah bisa tidur nyenyak seperti ini.

Yada sama sekali tidak menolak, ketika Krit menciumin pipinya. Malah ia terus tersenyum saja, tampak bahagia.



“Akhirnya... kamu berlari kedalam pelukanku. Sekarang, kamu resmi menjadi Mrs. Wong,” kata Krit, mengungkapkan rasa senangnya.

“A…aku sedang mabuk karena wine semalam. Aku bahkan tidak tau apa yang terjadi. Aku merasa samar-samar,” balas Yada sambil tersenyum malu-malu, berlainan dengan perkataannya sendiri.



Ketika Yada ingin berdiri, Krit kembali menahannya. Dan lalu ia menunjukan baju yang Yada pakai sebagai bukti. Serta dengan baju putih milik Yada yang berada disebelahnya.

Lalu dengan cepat, Yada ingin merebut kembali bajunya dari Krit. Tapi Krit lalu menghentikan nya dan meminta agar Yada mengembalikan bajunya yang sedang Yada pakai saat ini.




Yada tentu saja menolak untuk mengembalikan itu, jadi dengan agak terburu-buru, ia berdiri. Dan disaat Krit kembali menangkap dirinya, dengan agak malu-malu, Yada akhirnya mengakui bahwa ia tau.

“Sekarang, kamu telah menerimaku seutuhnya kan?” tanya Krit dengan lembut, lalu menunduk dan mendekatkan wajahnya.



Dengan cepat Yada langsung memukuli Krit, hingga Krit menjadi kesakitan dan melepasnya. Lalu setelah itu, ia dengan cepat berlari ke belakang halaman dan mengambil handuk yang tergantung dijemuran.

Menggunakan handuk itu, Yada menutupi dirinya sendiri dan masuk kembali kedalam.



Didalam Krit telah menunggunya. Krit lalu mencoba untuk menarik handuk yang dipakai Yada untuk menutupi dirinya. Dan tentu saja, Yada tidak mau memberikan handuk itu, jadi ia melawan.




Tepat ketika itu, Yada mendengar suara mesin mobil. Jadi ia pun bertanya. Tapi Krit sendiri juga heran, karena menurutnya, tidak ada orang yang mengetahui tempat ini.



Krit lalu mengajak Yada untuk keluar dan melihat bersama-sama, siapa itu. Tapi jelas saja, Yada tidak mau keluar untuk melihat, dikarenakan apa yang sedang ia pakai saat ini.

Tapi dengan sedikit paksaan, Krit menarik handuk Yada dan menariknya untuk keluar bersama.




“Khun, aku akan marah padamu, jika kamu tidak melepaskannya ya,” ancam Yada, agak emosi. Tapi Krit tidak peduli dan ia lalu menarik handuk milik Yada.

Jadi sambil berteriak minta tolong, Yada  berusaha mengambil kembali handuknya dari tangan Krit. Sayangnya, Krit lebih kuat, sehingga Yada tidak bisa mendapatkan kembali handuknya.




Dan tepat ketika itu, Tassana dan Khem datang. Sambil berteriak, Khem meminta agar Krit melepaskan Yada. Tapi saat ia melihat, penampilan Yada, ia menjadi terkejut sendiri.

Yada juga sama terkejutnya, bagaimana bisa Khem berada disini.




“Mengapa kamu disini?” tanya Krit pada Tassana.

“Bagaimana denganmu? Mengapa kamu membawa Khun Da kesini?” balas Tassana, bertanya balik kepada Krit.

Dengan mesra, Krit menarik Yada dan merangkulnya. “Ini bulan madu kami.”





Krit menatap Yada sambil tersenyum. Sementara Yada yang msih terkejut dengan kehadiran Khem, tampak tidak tau harus melakukan apa. Begitu juga dengan Khem dan Tassana yang juga hanya bisa berdiri diam disana, karena terkejut.

1 Comments

Previous Post Next Post