Sinopsis Thai-Drama : Ra Rerng Fai Episode 9 - 5


Company name : Citizen Kane

Ketika Khem sedang menyiapkan minuman, Yada yang telah siap berganti pakaian, datang dan membantu Khem menyiapkan itu.

“P’Da,” panggil Khem, sehingga Yada berhenti.

“Aku minta maaf ya, karena menyebabkan masalah untuk kalian datang mencariku,” kata Yada.


Khem sama sekali tidak masalah, karena baginya dalam situasi seperti itu ia memang harus mencari Yada. Lalu ia juga minta maaf akan semua perkataannya dulu, ketika ia mengira Yada mencoba merebut Tassana darinya.

“Aku tidak akan menyimpan itu dalam kepalaku. Aku hanya akan mengingat kenangan baik antara kita saja,” kata Yada sambil memegan tangan Khem.

“Mengapa…”

“Karena kita adalah saudara.”




Mendengar itu, Khem menjadi tampak sangat terharu. Lalu ia pun memeluk Yada kakaknya. Dan dengan kasih, Yada balas memeluk Khem juga.



Dihalaman rumah. Disaat Tassana menunjukan kertas yang berisi bekas tulisan Yada, Krit langsung mencandain Tassana yang sejak kapan berubah profesi menjadi penyelidik.

“Berapa lama kamu akan tinggal disini?” tanya Tassana dengan serius, mengabaikan candaan Krit.

“Selama yang ku inginkan.”

“Kamu jatuh cinta dengan Khun Da,” kata Tassana, ketika melihat raut wajah Krit.




“Itu urusanku,” balas Krit, singkat.

“Kamu masih mau balas tentang pada Khun Dilok? Kamu mencintai anaknya tapi marah pada Ayahnya?”

“Aku bisa mengurusnya.”

“Da akan mengerti.”

“Aku harap begitu,” kata Tassana, lalu meninggalkan Krit untuk merenungkan semuanya sendirian dulu.



Didapur. Ketika kopi yang dibuat telah selesai, Khem mengangkatnya. Tapi melihat itu, Yada menyuruh agar Khem tidak mengangkatnya dan membiarkan nya saja dulu sampai makanan nya selesai dibuat, jika tidak kopinya akan keburu dingin nanti. Dan Khem pun menuruti perkataan Yada.



Disaat Khem terus memperhatikannya, maka Yada pun bertanya. Dan Khem pun mengatakan bahwa kini Yada terlihat bahagia. Lalu Khem bertanya, apakah Yada sedang mencintai seseorang.


“Aku tidak tau, dipanggil apa perasaan ini sekarang. Aku hanya tau bahwa aku ingin dia menjadi bahagia. Aku memiliki niat baik padanya. Dan aku bertekad untuk menolongnya keluar dari kehidupan gelapnya,” kata Yada menjelaskan.

“Tapi aku tidak mempercayai Sharkrit.”



Yada yang masih salah paham, menjelaskan kepada Khem bahwa dimasa lalu Krit melakukan itu atas perintah dari Pa. Tapi kali ini telah berakhir dan mereka akan memulai hidup yang baru.

Setelah mengatakan itu, Yada melanjutkan aktifitasnya. Ia mulai menyiapkan telur untuk digoreng. Dan dari belakang Khem, memperhatikan itu semua dan tidak mengatakan apapun lagi.



Dipasar. Disarankan oleh temannya, Chat pun mengajak Ibunya untuk pergi ke studio wedding bernama Meuan Fun (Seperti mimpi). Tapi disana Mon terus mengeluh kepada Chat, karena bagaimana bisa ada studio pernikahan di tempat seperti ini.

Dengan semangat, Chat tidak memperdulikan keluhan Mon. Dan menarik Mon untuk mengikutinya saja.


Sedangkan Kasin yang berjalan dibelakang mereka, sedang sibuk berteleponan dengan klien. Ia menjelaskan kepada Kliennya bahwa bisnis mereka saat ini baik-baik saja dan mengenai berita krisis itu Cuma gosip saja.

Tapi kasihannya, sebelum Kasin selesai berbicara. Kliennya langsung mematikan telponnya begitu saja. Sehingga Kasin menjadi kesal sendiri.


Tepat ketika, telpon dari kliennya mati. Ayahnya tiba-tiba saja menelpon dan ia langsung bertanya pada Ayahnya untuk memastikan bahwa bisnis mereka baik-baik saja. Karena saat ini para pemegang saham mereka sedang meragukan mereka.


“Bisakah kamu mengulangin itu, pa?” tanya Kasin tampak terkejut, lalu ia mematikan telponnya. Dan dengan heran, ia bergumam sendiri bahwa Ayahnya mau dia untuk tinggal di Thailand, karena tidak ada yang tersisa lagi disana.




“Khun Kasin. Aku kira kamu tersesat,” kata Chat sambil berlari menghampiri Kasin dan memegangin tangannya.

“Tidak. Dimana studio pernikahannya?” tanya Kasin sambil tersenyum, bersikap seperti tidak ada apa-apa.



Distudio. Dengan sangat bahagia, Chat mencoba gaun pernikahannya dan lalu menunjukan penampilan dirinya kepada Mon. Pemilik toko pun ikut memuji Chat. Tapi sayangnya, Mon tidak setuju.

“Tapi ini sedang trend Mom! Dan ini gaun termahal di toko ini,” kata Chat, menyakinkan Mon yang tidak setuju.



Mon tetap saja mengeluh dan tidak setuju. Tapi dengan tetap bersikeras, Chat membalas bahwa ia menyukai gaun itu. Jadi Mon pun tidak bisa berkata-kata lagi.

Sedangkan Kasin yang sedang stress, hanya berdiri diam didekat pintu, sama sekali tidak mendengarkan ataupun melihat. Jadi dengan kesal, Chat serta Mon memanggil namanya dengan keras dan secara bersamaan.




Ketika namanya dipanggil dengan keras, Kasin pun tersadar dan berbalik. Ia lalu mendekati Chat dan memujinya. Setelah itu ia mengambil sebuah jas dan memberikan nya kepada pemilik toko untuk dimasukan kedalam hitungan juga.

Ketika Mon mulai ingin mengeluh lagi, Chat langsung memotongnya. Dan dengan manja ia memegang lengan Kasin.





“Tidak apa. Tambahkan semua itu. Khun Kasin dan aku seperti orang yang sama. Terima kasih banyak ya Khun Kasin, sudah menemaniku hari ini,” kata Chat sambil tersenyum lebar kepada pemilik toko dan Kasin. Sementara dibelakangnya, Mon hanya bisa cemberut saja.



Mon dengan agak kasar, ia menarik Chat untuk segera pulang. Tapi tiba-tiba saja, Chat merasa pusing, jadi ia berhenti dan meminta inhaler kepada Mon.

“Kamu takiu tidak akan terlihat cantik. Kamu takut tidak bisa gemuk. Jadi sekarang lihat kamu!” omel Mon kepada Chat. Lalu ia mengambil sesuatu untuk dicium Chat biar tidak pusing lagi.



Chat menolak untuk mencium itu, karena ia tidak suka baunya. Lalu ntah bagaimana, tiba-tiba saja dengan senang Chat mengatakan bahwa ia mungkin sedang hamil sekarang.



Dan mendengar itu, Kasin yang dari tadi hanya diam saja dibelakangnya. Menjadi kaget sendiri. Sedangkan Mon, sangat senang, mengetahui hal itu.

“Hey! Hey! Hey! Khun! Kamu bilang kamu hamil? Tidak mungkin! Itu mustahil. Jangan bercanda denganku,” kata Kasin, menarik tangan Chat, lalu tersenyum dan menganggap itu sebagai candaan saja.



Chat sama sekali tidak bercanda. Malah dengan bersemangat, ia lalu membahas tentang hari pernikahan mereka. Ia ingin hari pernikahan mereka dipercepat, menjadi akhir bulan ini atau dua minggu dari sekarang.

Kasin tentu saja belum siap sama sekali. Jadi ia langsung menghentikan Chat bicara dan meminta waktu dulu. Tapi Mon tidak terima dan langsung memarahinya atau lebih tepatnya mengancamnya.


“Untuk hal ini, aku berencana untuk tinggal di Thailand, mom. Aku perlu untuk mencari pekerjaan baru dulu,” jelas Krit, menenangkan Mon.

“Mencari pekerjaan baru?” tanya Mon, heran.

“Iya. Dengan profileku ini, akan mudah bagiku untuk menemukan pekerjaan yang baru. Jadi jangan khawatir, mom. Tidak peduli apapun, aku akan kembali dan menikahi kamu, Khun Chat. Karena aku mencintaimu,” kata Kasin.


Chat tampak sangat bahagia, ketika mendengar kata cinta dari Kasin. Apalagi ketika Kasin berteriak dengan keras kepada seluruh orang dipasar, bahwa ia mencintai Chat dan ingin menikahinya.

Jadi Chat pun tambah bahagia. Lalu mereka pun berpelukan dengan mesra. Dan seluruh orang yang berada disana, bertepuk tangan untuk mereka.




“Bahkan walaupun kamu bukan ahli waris B-Star. Aku hanya akan menghisap (uang/harta) mu untuk saat ini,” kata Kasin dalam hatinya, sambil memeluk Chat.

“Bahkan walaupun aku tidak tau, apa kamu benar-benar kaya atau tidak. Aku hanya akan menikahi kamu untuk saat ini,” kata Chat dalam hatinya, sambil membalas pelukan dari Kasin.





Dengan sangat mesra dan tampak  bahagia. Kasin mencium kening Chat. Dan lalu Chat balas mencium pipi Kasin. Setelah itu sambil berangkulan, mereka berjalan pergi dari sana.

Sedangkan dibelakang, Mon yang awalnya senang, sekarang malah jadi heran dan bertanya-tanya sendiri, apakah menantunya sekarang benar- benar seorang pengangguran.




Khem berkeliling disekitar taman dan memotret berbagai hal yang dilihatnya. Disana ia tampak sangat senang dan bahagia. Lalu Tassana datang menghampirinya dan menawarkan diri untuk memotretnya.

Dengan sangat bahagia, Khem mulai berpose dan Tassana memotret. Lalu terakhir, mereka berfoto bersama.



Sementara Yada dan Krit, mereka berdua duduk dibawah pohon yang teduh. Yada sibuk mengoleskan selai pada roti. Dan Krit duduk dibelakangnya, sambil tersenyum memandanginnya.

“Bisakah aku meminta segelas kopi lagi?” pinta Krit kepada Yada.

“Itu didepanmu,” kata Yada, singkat.

“Tuangkan,” kata Krit, lagi.



Karena sedang agak sibuk mengoleskan selai, maka Yada pun menolak dan menyuruh agar Krit menuangnya sendiri. Tapi dengan bersikap manja, Krit terus menganggu Yada dan meminta Yada untuk menuangkannya.




“Khun Krit, kamu bertingkah seperti anak kecil ya.” Kata Yada sambil tersenyum akan sikap Krit yang seperti itu padanya. Lalu Yada pun berhenti mengoleskan selai dan ingin menuangkan kopi untuk Krit.

Tapi pada saat itu, Krit malah mendekatkan wajahnya. Jadi Yada pun tidak jadi menuangkan kopi dan bangkit berdiri untuk masuk kedalam.





Krit lalu mengikuti Yada berdiri dan menahannya. Ia memeluk Yada dengan mesra dan lalu mereka berdua saling bertatapan serta tersenyum.

Disaat seperti itu, Krit membuka tusuk rambut yang dipakai oleh Yada. Sehingga rambut Yada pun jatuh tergerai.

“Aku suka dalam tampilan seperti ini,” puji Krit.

“Rambut ku berantakan jadinya sekarang,” balas Yada sambil tersenyum malu-malu.




Tepat ketika itu, Yada menyadari kehadiran Khem serta Tassana yang datang kesana. Jadi ia pun lalu menawarkan mereka untuk minum kopi bersama. Tapi Krit malah menanyakan kenapa mereka belum pulang.


Mendengar itu, Tassana memegang lengan Khem dan menariknya untuk mendekati Krit serta Yada. Ia menerima tawaran dari Yada untuk minum kopi bersama.


Dan mungkin karena cemburu, ketika melihat Yada tersenyum pada Tassana, maka Krit langsung mengambil termos yang berisikan kopi, lalu memberikan itu kepada Tassana. Setelah itu, tanpa berbasa-basi, Krit menanyakan kapan Tassana akan pulang.

“Malam ini. Bagaimana denganmu?” jawab Tassana, lalu bertanya balik pada Krit.

“Kami belum tau kapan kami akan pulang,” jawab Krit.



“Jika kamu tidak akan balik, maka aku akan balik dengan Khun Na saja. Khun Krit, kita harus kembali bekerja,” kata Yada. Dan dengan pandangan tidak percaya, Krit menatap Yada.



Tassana memberikan ide agar mereka bertanding saja. Dan siapa yang menang, ia yang akan memutuskan untuk tinggal atau pulang. Tapi Krit langsung menolak, tidak mau.

“Pertandingan apa?” tanya Yada, tampak setuju dengan ide Tassana.

“Apa maksudmu? Aku tidak mau!,” tolak Krit.

“Takut kalah? Khun Sharkrit.” Kata Khem, seperti menantang Krit.


Akhirnya mereka pun setuju untuk bertanding. Mereka bertukar pakaian, menjadi pakaian yang lebih nyaman. Lalu mereka berkumpul bersama disebuah jalan raya besar yang sepi.

“Kita akan melakukan tiga games,” jelas Tassana.



“Tidak perlu sampai tiga games, Na. Dua game saja, kamu akan kalah,” balas Krit, tampak sangat percaya diri.

“Kamu dan aku akan berlari untuk mengambil bendera itu,” kata Tassana sambil menunjuk kearah dua bendera putih yang diletakan sangat jauh sebagai tanda itulah garis finishnya.

“Bukan kamu dan aku. Kita akan bermain dalam team. Aku dan istriku. Kamu dan pacarmu,” kata Krit.



Sebelum pertandingan dimulai, Tassana memanggil Yada seperti memberikan kode akan tujuan mereka. Dan Krit menyadari hal itu, jadi Krit pun menambahkan bahwa ia akan menggondeng Yada, sementara Tassana harus menggendong Khem.

Tassana langsung tidak setuju, karena Yada begitu kurus, sedangkan Khem. Belum selesai bicara, Khem langsung memukuli bahu Tassana dan memarahinya. Jadi Tassana pun tidak jadi berbicara lagi.




Pertandingan pun dimulai. Tapi baru sebentar, Tassana langsung tampak kesulitan dalam menggendong Khem dipunggungnya, hingga akhirnya mereka kalah, walaupun mereka berhasil mengambil bendera yang ada.

Sementara Krit dan Yada tampak sangat biasa saja. Krit mampu menggendong Yada tanpa terlihat kesusahan sedikitpun. Dan dengan mudah, mereka memenangkan pertandingan itu.



Pertandingan kedua. Disungai. Mereka bertanding untuk mengambil bendera putih seperti tadi. Tapi kali ini, pria tidak perlu menggendong wanitanya lagi. Melainkan kini mereka hanya perlu mengikat tangan mereka menggunakan kain dan lalu berjalan cepat sambil bergandengan tangan.




Tapi sebelum pertandingan dimulai. Khem serta Tassana memberikan kode tatapan kepada Yada untuk menahan Krit agar tidak memenangkan pertandingan yang kedua ini.



Jadi setelah pertandingan dimulai, Yada berpura-pura tergelincir dan jatuh. Sehingga Krit menjadi sibuk untuk menolongnya. Dan akhirnya, Tassana dan Khem yang memenangkan pertandingan itu.



Pertandingan ketiga. Khem serta Yada tidak ikut serta dalam pertandingan. Namun mereka berdua harus memegangin bendera putih yang ada. Dan mereka harus menunggu diujung sungai. Siapa yang terlebih dahulu berhasil meraih bendera itu dari tangan pasangannya, ia yang menang.


Pertandingan dimulai, Krit dan Tassana mulai berenang dengan cepat kearah tempat dimana Yada dan Khem berdiri menanti mereka. Tapi sayangnya, Tassana tampak tertinggal sedikit.





Jadi dengan gugup Yada dan Khem saling berpandangan. Menunggu siapa yang akan sampai duluan. Dan tepat ketika itu, ternyata Krit berhasil sampai duluan.

Dan menyadari hal itu, Yada pun dengan sengaja menjatuhkan dirinya sendiri. Sehingga Krit gagal untuk dapat meraih bendera ditangannya.

Post a Comment

Previous Post Next Post