Company name : Citizen Kane
Ketika Khem sedang menyiapkan
minuman, Yada yang telah siap berganti pakaian, datang dan membantu Khem
menyiapkan itu.
“P’Da,” panggil Khem, sehingga Yada
berhenti.
“Aku minta maaf ya, karena
menyebabkan masalah untuk kalian datang mencariku,” kata Yada.
Khem sama sekali tidak masalah,
karena baginya dalam situasi seperti itu ia memang harus mencari Yada. Lalu ia
juga minta maaf akan semua perkataannya dulu, ketika ia mengira Yada mencoba
merebut Tassana darinya.
“Aku tidak akan menyimpan itu dalam
kepalaku. Aku hanya akan mengingat kenangan baik antara kita saja,” kata Yada
sambil memegan tangan Khem.
“Mengapa…”
“Karena kita adalah saudara.”
Mendengar itu, Khem menjadi tampak
sangat terharu. Lalu ia pun memeluk Yada kakaknya. Dan dengan kasih, Yada balas
memeluk Khem juga.
Dihalaman rumah. Disaat Tassana
menunjukan kertas yang berisi bekas tulisan Yada, Krit langsung mencandain
Tassana yang sejak kapan berubah profesi menjadi penyelidik.
“Berapa lama kamu akan tinggal
disini?” tanya Tassana dengan serius, mengabaikan candaan Krit.
“Selama yang ku inginkan.”
“Kamu jatuh cinta dengan Khun Da,”
kata Tassana, ketika melihat raut wajah Krit.
“Itu urusanku,” balas Krit, singkat.
“Kamu masih mau balas tentang pada
Khun Dilok? Kamu mencintai anaknya tapi marah pada Ayahnya?”
“Aku bisa mengurusnya.”
“Da akan mengerti.”
“Aku harap begitu,” kata Tassana,
lalu meninggalkan Krit untuk merenungkan semuanya sendirian dulu.
Didapur. Ketika kopi yang dibuat
telah selesai, Khem mengangkatnya. Tapi melihat itu, Yada menyuruh agar Khem
tidak mengangkatnya dan membiarkan nya saja dulu sampai makanan nya selesai
dibuat, jika tidak kopinya akan keburu dingin nanti. Dan Khem pun menuruti
perkataan Yada.
Disaat Khem terus memperhatikannya,
maka Yada pun bertanya. Dan Khem pun mengatakan bahwa kini Yada terlihat
bahagia. Lalu Khem bertanya, apakah Yada sedang mencintai seseorang.
“Aku tidak tau, dipanggil apa
perasaan ini sekarang. Aku hanya tau bahwa aku ingin dia menjadi bahagia. Aku
memiliki niat baik padanya. Dan aku bertekad untuk menolongnya keluar dari
kehidupan gelapnya,” kata Yada menjelaskan.
“Tapi aku tidak mempercayai
Sharkrit.”
Yada yang masih salah paham,
menjelaskan kepada Khem bahwa dimasa lalu Krit melakukan itu atas perintah dari
Pa. Tapi kali ini telah berakhir dan mereka akan memulai hidup yang baru.
Setelah mengatakan itu, Yada melanjutkan
aktifitasnya. Ia mulai menyiapkan telur untuk digoreng. Dan dari belakang Khem,
memperhatikan itu semua dan tidak mengatakan apapun lagi.
Dipasar. Disarankan oleh temannya,
Chat pun mengajak Ibunya untuk pergi ke studio wedding bernama Meuan Fun
(Seperti mimpi). Tapi disana Mon terus mengeluh kepada Chat, karena bagaimana
bisa ada studio pernikahan di tempat seperti ini.
Dengan semangat, Chat tidak
memperdulikan keluhan Mon. Dan menarik Mon untuk mengikutinya saja.
Sedangkan Kasin yang berjalan dibelakang
mereka, sedang sibuk berteleponan dengan klien. Ia menjelaskan kepada Kliennya
bahwa bisnis mereka saat ini baik-baik saja dan mengenai berita krisis itu Cuma
gosip saja.
Tapi kasihannya, sebelum Kasin
selesai berbicara. Kliennya langsung mematikan telponnya begitu saja. Sehingga
Kasin menjadi kesal sendiri.
Tepat ketika, telpon dari kliennya
mati. Ayahnya tiba-tiba saja menelpon dan ia langsung bertanya pada Ayahnya
untuk memastikan bahwa bisnis mereka baik-baik saja. Karena saat ini para
pemegang saham mereka sedang meragukan mereka.
“Bisakah kamu mengulangin itu, pa?”
tanya Kasin tampak terkejut, lalu ia mematikan telponnya. Dan dengan heran, ia
bergumam sendiri bahwa Ayahnya mau dia untuk tinggal di Thailand, karena tidak
ada yang tersisa lagi disana.
“Khun Kasin. Aku kira kamu
tersesat,” kata Chat sambil berlari menghampiri Kasin dan memegangin tangannya.
“Tidak. Dimana studio
pernikahannya?” tanya Kasin sambil tersenyum, bersikap seperti tidak ada
apa-apa.
Distudio. Dengan sangat bahagia,
Chat mencoba gaun pernikahannya dan lalu menunjukan penampilan dirinya kepada
Mon. Pemilik toko pun ikut memuji Chat. Tapi sayangnya, Mon tidak setuju.
“Tapi ini sedang trend Mom! Dan ini
gaun termahal di toko ini,” kata Chat, menyakinkan Mon yang tidak setuju.
Mon tetap saja mengeluh dan tidak
setuju. Tapi dengan tetap bersikeras, Chat membalas bahwa ia menyukai gaun itu.
Jadi Mon pun tidak bisa berkata-kata lagi.
Sedangkan Kasin yang sedang stress,
hanya berdiri diam didekat pintu, sama sekali tidak mendengarkan ataupun
melihat. Jadi dengan kesal, Chat serta Mon memanggil namanya dengan keras dan
secara bersamaan.
Ketika namanya dipanggil dengan
keras, Kasin pun tersadar dan berbalik. Ia lalu mendekati Chat dan memujinya.
Setelah itu ia mengambil sebuah jas dan memberikan nya kepada pemilik toko
untuk dimasukan kedalam hitungan juga.
Ketika Mon mulai ingin mengeluh
lagi, Chat langsung memotongnya. Dan dengan manja ia memegang lengan Kasin.
“Tidak apa. Tambahkan semua itu.
Khun Kasin dan aku seperti orang yang sama. Terima kasih banyak ya Khun Kasin,
sudah menemaniku hari ini,” kata Chat sambil tersenyum lebar kepada pemilik
toko dan Kasin. Sementara dibelakangnya, Mon hanya bisa cemberut saja.
Mon dengan agak kasar, ia menarik
Chat untuk segera pulang. Tapi tiba-tiba saja, Chat merasa pusing, jadi ia
berhenti dan meminta inhaler kepada Mon.
“Kamu takiu tidak akan terlihat
cantik. Kamu takut tidak bisa gemuk. Jadi sekarang lihat kamu!” omel Mon kepada
Chat. Lalu ia mengambil sesuatu untuk dicium Chat biar tidak pusing lagi.
Chat menolak untuk mencium itu,
karena ia tidak suka baunya. Lalu ntah bagaimana, tiba-tiba saja dengan senang
Chat mengatakan bahwa ia mungkin sedang hamil sekarang.
Dan mendengar itu, Kasin yang dari
tadi hanya diam saja dibelakangnya. Menjadi kaget sendiri. Sedangkan Mon,
sangat senang, mengetahui hal itu.
“Hey! Hey! Hey! Khun! Kamu bilang
kamu hamil? Tidak mungkin! Itu mustahil. Jangan bercanda denganku,” kata Kasin,
menarik tangan Chat, lalu tersenyum dan menganggap itu sebagai candaan saja.
Chat sama sekali tidak bercanda.
Malah dengan bersemangat, ia lalu membahas tentang hari pernikahan mereka. Ia
ingin hari pernikahan mereka dipercepat, menjadi akhir bulan ini atau dua
minggu dari sekarang.
Kasin tentu saja belum siap sama
sekali. Jadi ia langsung menghentikan Chat bicara dan meminta waktu dulu. Tapi
Mon tidak terima dan langsung memarahinya atau lebih tepatnya mengancamnya.
“Untuk hal ini, aku berencana untuk
tinggal di Thailand, mom. Aku perlu untuk mencari pekerjaan baru dulu,” jelas
Krit, menenangkan Mon.
“Mencari pekerjaan baru?” tanya Mon,
heran.
“Iya. Dengan profileku ini, akan
mudah bagiku untuk menemukan pekerjaan yang baru. Jadi jangan khawatir, mom.
Tidak peduli apapun, aku akan kembali dan menikahi kamu, Khun Chat. Karena aku
mencintaimu,” kata Kasin.
Chat tampak sangat bahagia, ketika
mendengar kata cinta dari Kasin. Apalagi ketika Kasin berteriak dengan keras kepada
seluruh orang dipasar, bahwa ia mencintai Chat dan ingin menikahinya.
Jadi Chat pun tambah bahagia. Lalu
mereka pun berpelukan dengan mesra. Dan seluruh orang yang berada disana,
bertepuk tangan untuk mereka.
“Bahkan walaupun kamu bukan ahli
waris B-Star. Aku hanya akan menghisap (uang/harta) mu untuk saat ini,” kata
Kasin dalam hatinya, sambil memeluk Chat.
“Bahkan walaupun aku tidak tau, apa
kamu benar-benar kaya atau tidak. Aku hanya akan menikahi kamu untuk saat ini,”
kata Chat dalam hatinya, sambil membalas pelukan dari Kasin.
Dengan sangat mesra dan tampak bahagia. Kasin mencium kening Chat. Dan lalu
Chat balas mencium pipi Kasin. Setelah itu sambil berangkulan, mereka berjalan
pergi dari sana.
Sedangkan dibelakang, Mon yang
awalnya senang, sekarang malah jadi heran dan bertanya-tanya sendiri, apakah
menantunya sekarang benar- benar seorang pengangguran.
Khem berkeliling disekitar taman dan
memotret berbagai hal yang dilihatnya. Disana ia tampak sangat senang dan
bahagia. Lalu Tassana datang menghampirinya dan menawarkan diri untuk
memotretnya.
Dengan sangat bahagia, Khem mulai
berpose dan Tassana memotret. Lalu terakhir, mereka berfoto bersama.
Sementara Yada dan Krit, mereka
berdua duduk dibawah pohon yang teduh. Yada sibuk mengoleskan selai pada roti.
Dan Krit duduk dibelakangnya, sambil tersenyum memandanginnya.
“Bisakah aku meminta segelas kopi
lagi?” pinta Krit kepada Yada.
“Itu didepanmu,” kata Yada, singkat.
“Tuangkan,” kata Krit, lagi.
Karena sedang agak sibuk mengoleskan
selai, maka Yada pun menolak dan menyuruh agar Krit menuangnya sendiri. Tapi
dengan bersikap manja, Krit terus menganggu Yada dan meminta Yada untuk
menuangkannya.
“Khun Krit, kamu bertingkah seperti
anak kecil ya.” Kata Yada sambil tersenyum akan sikap Krit yang seperti itu
padanya. Lalu Yada pun berhenti mengoleskan selai dan ingin menuangkan kopi
untuk Krit.
Tapi pada saat itu, Krit malah
mendekatkan wajahnya. Jadi Yada pun tidak jadi menuangkan kopi dan bangkit
berdiri untuk masuk kedalam.
Krit lalu mengikuti Yada berdiri dan
menahannya. Ia memeluk Yada dengan mesra dan lalu mereka berdua saling
bertatapan serta tersenyum.
Disaat seperti itu, Krit membuka
tusuk rambut yang dipakai oleh Yada. Sehingga rambut Yada pun jatuh tergerai.
“Aku suka dalam tampilan seperti ini,”
puji Krit.
“Rambut ku berantakan jadinya
sekarang,” balas Yada sambil tersenyum malu-malu.
Tepat ketika itu, Yada menyadari
kehadiran Khem serta Tassana yang datang kesana. Jadi ia pun lalu menawarkan
mereka untuk minum kopi bersama. Tapi Krit malah menanyakan kenapa mereka belum
pulang.
Mendengar itu, Tassana memegang
lengan Khem dan menariknya untuk mendekati Krit serta Yada. Ia menerima tawaran
dari Yada untuk minum kopi bersama.
Dan mungkin karena cemburu, ketika
melihat Yada tersenyum pada Tassana, maka Krit langsung mengambil termos yang
berisikan kopi, lalu memberikan itu kepada Tassana. Setelah itu, tanpa
berbasa-basi, Krit menanyakan kapan Tassana akan pulang.
“Malam ini. Bagaimana denganmu?”
jawab Tassana, lalu bertanya balik pada Krit.
“Kami belum tau kapan kami akan
pulang,” jawab Krit.
“Jika kamu tidak akan balik, maka
aku akan balik dengan Khun Na saja. Khun Krit, kita harus kembali bekerja,”
kata Yada. Dan dengan pandangan tidak percaya, Krit menatap Yada.
Tassana memberikan ide agar mereka
bertanding saja. Dan siapa yang menang, ia yang akan memutuskan untuk tinggal
atau pulang. Tapi Krit langsung menolak, tidak mau.
“Pertandingan apa?” tanya Yada,
tampak setuju dengan ide Tassana.
“Apa maksudmu? Aku tidak mau!,”
tolak Krit.
“Takut kalah? Khun Sharkrit.” Kata
Khem, seperti menantang Krit.
Akhirnya mereka pun setuju untuk
bertanding. Mereka bertukar pakaian, menjadi pakaian yang lebih nyaman. Lalu
mereka berkumpul bersama disebuah jalan raya besar yang sepi.
“Kita akan melakukan tiga games,”
jelas Tassana.
“Tidak perlu sampai tiga games, Na.
Dua game saja, kamu akan kalah,” balas Krit, tampak sangat percaya diri.
“Kamu dan aku akan berlari untuk
mengambil bendera itu,” kata Tassana sambil menunjuk kearah dua bendera putih yang
diletakan sangat jauh sebagai tanda itulah garis finishnya.
“Bukan kamu dan aku. Kita akan
bermain dalam team. Aku dan istriku. Kamu dan pacarmu,” kata Krit.
Sebelum pertandingan dimulai,
Tassana memanggil Yada seperti memberikan kode akan tujuan mereka. Dan Krit menyadari hal itu, jadi Krit
pun menambahkan bahwa ia akan menggondeng Yada, sementara Tassana harus
menggendong Khem.
Tassana langsung tidak setuju,
karena Yada begitu kurus, sedangkan Khem. Belum selesai bicara, Khem langsung
memukuli bahu Tassana dan memarahinya. Jadi Tassana pun tidak jadi berbicara
lagi.
Pertandingan pun dimulai. Tapi baru
sebentar, Tassana langsung tampak kesulitan dalam menggendong Khem
dipunggungnya, hingga akhirnya mereka kalah, walaupun mereka berhasil mengambil bendera yang ada.
Sementara Krit dan Yada tampak
sangat biasa saja. Krit mampu menggendong Yada tanpa terlihat kesusahan sedikitpun. Dan dengan mudah, mereka memenangkan pertandingan itu.
Pertandingan kedua. Disungai. Mereka
bertanding untuk mengambil bendera putih seperti tadi. Tapi kali ini, pria
tidak perlu menggendong wanitanya lagi. Melainkan kini mereka hanya perlu
mengikat tangan mereka menggunakan kain dan lalu berjalan cepat sambil
bergandengan tangan.
Tapi sebelum pertandingan dimulai.
Khem serta Tassana memberikan kode tatapan kepada Yada untuk menahan Krit agar
tidak memenangkan pertandingan yang kedua ini.
Jadi setelah pertandingan dimulai,
Yada berpura-pura tergelincir dan jatuh. Sehingga Krit menjadi sibuk untuk
menolongnya. Dan akhirnya, Tassana dan Khem yang memenangkan pertandingan itu.
Pertandingan ketiga. Khem serta Yada
tidak ikut serta dalam pertandingan. Namun mereka berdua harus memegangin bendera putih yang ada. Dan mereka harus menunggu diujung sungai. Siapa yang terlebih dahulu berhasil meraih bendera itu dari tangan pasangannya, ia yang menang.
Pertandingan dimulai, Krit dan
Tassana mulai berenang dengan cepat kearah tempat dimana Yada dan Khem berdiri
menanti mereka. Tapi sayangnya, Tassana tampak tertinggal sedikit.
Jadi dengan gugup Yada dan Khem saling
berpandangan. Menunggu siapa yang akan sampai duluan. Dan tepat ketika itu, ternyata
Krit berhasil sampai duluan.
Dan menyadari hal itu, Yada pun dengan sengaja menjatuhkan dirinya sendiri. Sehingga Krit gagal untuk dapat meraih bendera ditangannya.