Sinopsis Thai-Drama : Ra Rerng Fai Episode 9 - 3




  Company name : Citizen Kane


Diruangan kerjanya. Dilok memeriksa kembali laporan mengenai rencana bisnis barunya. Dan setelah selesai memeriksa semuanya, Dilok tampak puas sendiri.


“Orang-orang hari ini bodoh. Mudah untuk dibodohi. Jangan lupa untuk mencarikan ku seorang wakil. Aku bisa mendapatkan salah satu teman bodohmu,” kata Dilok kepada seseorang melalui telpon.


Tepat setelah Dilok selesai menelpon, ia melihat Chat datang dan lalu menguping dari balik pintu. Jadi ia pun memanggilnya. Chat yang sadar bahwa ia telah ketahuan pun, masuk kedalam ruangan.

“Semalam ini. Ada urusan apa yang denganku?” tanya Dilok, menanyakan maksud kedatangan Chat.

“Itu… Khun Prasit ingin menurunkan aku.”




“Khun Prasit adalah ketua yang baru. Jadi ia bisa melakukan apapun yang ia mau.”

“Apa?! B-Star bukan punya kita lagi?!” tanya Chat terkejut mengetahui itu.

Dilok tidak mau menjelaskan lebih lanjut kepada Chat, ia cuma menyuruh Chat untuk melakukan saja pekerjaannya dan jangan terlalu banyak bertanya.

“Tapi bisnis baru mu terlihat menarik juga,” kata Chat, lagi kepada Dilok.




Pas ketika itu, Trai pulang dan mendengar tentang itu, jadi ia pun bertanya pada Ayahnya itu. Tapi Dilok tampak tidak mau memberitahu, tanpa menjelaskan, ia menutup laptopnya dan lalu keluar dari dalam ruangan.




Trai mengikuti Ayahnya dan bertanya bisnis baru apa yang sebenarnya sedang Ayahnya itu kerjakan. Serta apakah masih ada orang yang berani bekerja dengan Ayahnya itu.

Mendengar itu, Dilok berhenti dan berbalik kearah Trai. Ia lalu memperingati Trai untuk tidak berbicara seperti itu kepadanya.



“Aku hanya tidak mau kamu melakukan apapun yang illegal lagi,” jelas Trai.

“Illegal apa? Karena kamu terlalu naif! Terlalu naif sehingga bisa dibodohi!” balas Dilok, tampak mulai sedikit emosi, karena sikap dan perkataan Trai padanya.



Trai tetap tidak mempercayai Ayahnya. Dan karena itu, Dilok makin emosi, ia menyuruh agar Trai tidak mencampuri bisnisnya. Ia malah menyuruh Trai, jika memang Trai memliki banyak waktu kosong, maka lanjutkanlah pendidikannya.

“Aku tidak mau! Dan aku tidak akan membiarkan kamu melakukan hal yang salah lagi!” tolak Trai, memperingati Ayahnya.



Tepat pada saat, suasana antara Trai serta Dilok sedang tidak baik. Chat beserta Mon datang dan menyambut Trai yang telah pulang. Awalnya mereka tampak menyambut, tapi selanjutnya tampak menyindir.

“Khun Trai. Kamu sudah pulang? Hey, Khun Khem belum kembali juga?” tanya Mon.

“Ya. Siapa yang tau dimana dia menghabiskan malamnya, Mom.” kata Chat, menjawab pertanyaan yang sebenarnya untuk Trai.

“Ini bukan waktunya untuk bicara,” balas Trai, memperingati mereka berdua.



Tapi bukannya sadar akan situasi yang ada, Mon malah bersikap seolah-olah, ia hanya khawatir, karena walaupun mereka tidak pulang, Dilok sama sekali tidak pernah bertanya.

“Itu karena, dia hanya memperhatikan tentang bisnis barunya,” kata Trai sambil melihat kearah Dilok kembali.


“Kalian sudah cukup dewasa. Kamu harusnya tau bagaimana bertanggung jawab pada dirimu sendiri,” jelas Dilok.

“Dan apa yang kamu lakukan ini bagus?” tanya Trai, lalu ingin mengambil file yang berada ditangan Dilok.




Ketika Dilok terus memaksa ingin mengambil dan melihat file  ditangannya itu, Dilok menjadi sangat emosi. Dan ia memukuli wajah Trai.

“Sekarang bisakah kamu berhenti?! Keluar dari sini!” teriak Dilok kepada Trai yang terdiam karena syok, karena Ayahnya sendiri tega memukulinya. Mon serta Chat yang melihat itu juga ikut terkejut.

Setelah itu tanpa memperdulikan mereka semua lagi, Dilok masuk kedalam rumah dan meninggalkan mereka semua disana.



“Kamu begitu bagus dalam mengubah pembicaraan ya,” kata Yada sambil berjalan mendekati Krit yang berdiri menjauh darinya.

“Kamu khawatir padaku. Biarkan aku merasa senang selama sejam dulu,” balas Krit sambil tersenyum lembut.



Yada lalu kembali menanyakan kembali, apa Krit pernah ingin berhenti. Dan bukannya menjawab dengan serius, Krit malah tampak seperti menggoda Yada.

“Aku berhenti denganmu. Aku tidak akan melirik wanita lain.”

“Aku mencoba untuk menolongmu sekarang. Tapi kamu yang harus memutuskan kapan kamu akan meninggalkan itu.”

“Suatu hari.”

“Kapan?”

“Ketika aku telah menyelesaikan misi ku disini.”



“Misi apa itu? Apa lagi yang Pa mu mau? Apa dia belum akan berhenti untuk mencoba menjatuhkan perusahaan ku?”

“B-Star, telah berakhir. Jangan mengkhawatirkan itu,” jawab Krit. Lalu ia kembali duduk dan mengambil hpnya.





Saat melihat hpnya, Krit teringat bahwa Yada belum menyelesaikan laporan hariannya. “Membaca itu membautku ingin memimpikan tentang penulisnya,” kata Krit sambil tersenyum kepada Yada.

“Aku disini sekarang, didepanmu. Aku akan menyelesaikan itu disini kemudian. Jadi akhirnya aku bisa menyelesaikan tugas ini,” balas Yada.




Krit membenarkan selimut milik Yada, lalu ia mempersilahkan Yada untuk duduk disebelahnya. Jadi Yada pun duduk disebelah Krit. Dan Yada lalu mulai bercerita, awal ketika B-Star berada dipuncak kejayaannya, banyak majalah terkenal yang ingin mewawancarai nya.

Images nya adalah elegan, wanita pintar yang bisa melakukan apapun. Seseoranh yang bisa melakukan penelitian dan segala lainnya. Pekerjaan yang harusnya menyenangkan dan menarik.




Yada lalu menceritakan semua aktifitasnya selama ia pindah dan tinggal diluar negri. Dan dengan baik, Krit mendengarkan semua itu. Krit bahkan tersenyum sambil melihat kearah Yada. Begitu juga dengan Yada yang terkadang ikut tersenyum kearah Krit sambil bercerita dengan semangat.


“Bahkan sejak aku lahir, setiap kali Ayah melihat wajahku, dia akan bilang ‘Aku mempercayakan semua harapan ku dengan kamu sayang’ ,” kata Yada bercerita.

“Mengapa kamu harus pergi bekerja di sana begitu lama?”




“Jika aku tidak pergi, Trai tidak akan pernah berkembang. Setiap orang akan mendengarkan perintahku saja. Bahkan Ayah juga mempercayakan harapannya padaku, ia ingin aku mengurus bisnis nya. Tapi pada akhirnya, Ayah berniat memberikan perusahaan kepada Trai, anak lakinya. Aku akan terus menjadi pendorong saudaraku, walaupun mereka tidak memerlukan ku lagi,” kata Yada, tiba-tiba tampak sedih.





Mata Yada mulai tampak berkaca. Dan Yada menyadari hal itu juga, jadi ia mengalihkan pembicaraan dengan mengatakan hidupnya membosankan. Tapi Krit langsung membantahnya, karena baginya, semua yang berhubungan dengan Yada tidak pernah membosankan.




Yada lalu berdiri dan menjauhi Krit sedikit. Dan melihat itu, Krit ikut berdiri juga, lalu dengan perlahan ia memegang lengan Yada dan memeluknya.

Yada sendiri membiarkan dirinya dipeluk oleh Krit. Dan bersama mereka berdiri, terdiam, tanpa berbicara apapun lagi.


Ditaman rumah. Nee merenungkan perkataan Trai yang menyebutkan bahwa ia tidak akan pernah pergi kemanapun dan akan selalu disisi Nee. Dan sesudah selesai mengingat semua itu, Nee berdiri.



Tepat pada saat Nee, berdiri dan berbalik. Ia menjadi terkejut. Ketika ia melihat, kalau Trai berada disana dan berdiri diam.

“Hey! Geez! Aku kira kamu orang asing!” keluh Nee, lalu mendekati Trai dan menanyakan kenapa Trai belum pergi juga. Tapi Trai tidak menjawab sama sekali dan hanya diam saja disana. Pandangannya tampak kosong.




Menyadari itu, Nee berubah menjadi lebih lembut. Ia lalu mengajak Trai untuk ikut masuk kedalam bersamanya, tapi Trai tetap saja diam dan tidak bergerak sama sekali. Jadi Nee memegang tangan Trai dan menuntunnya untuk ikut bersamanya.

Ketika Nee memegang tangannya, Trai tampak sedikit sadar. Dan lalu ia mengikuti Nee yang menuntunnya.




Diluar rumah. Tassana duduk sendirian sambil memukul-mukul nyamuk. Namun perlahan-lahan, ia mulai merasa ngantuk juga. Jadi ia pun masuk kedalam rumah. Dan ketika ia melihat kalau Khem telah tertidur, ia pun mengambil selimutnya diam-diam dan ikut berbaring juga untuk tidur.



Disaat Tassana sedang mengatur posisi yang nyaman untuk tidur. Dan tepat ketika ia berbalik, ia menjadi terkejut sendiri. Karena ternyata Khem belum tidur sama sekali.

Awalnya Khem tidur menghadap kearah lain, kini ia tidur menghadap kearahnya sambil tersenyum lebar.


“Aku ingat kamu bilang, kamu akan langsung tertidur ketika kepalamu menyentuh bantal?” tanya Tassana heran.

“Panas,” balas Khem singkat. Lalu ia bangkit dan duduk. Begitu juga dengan Tassana yang langsung mengikutinya, bangkit dan duduk.




Tassana mengomentari bahwa cuaca nya bagus, tapi karena Khem kebiasaan tidur memakai ac, makanya gitu. Tepat ketika itu, tiba-tiba Khem bergerak mendekat kearahnya, sehingga Tassana menjadi gugup dan mundur sedikit.

“Khun Na, aku ingin tau apa yang akan kita lakukan jika bertemu Khun Krit dan P’Da?” tanya Khem.

“Pertama, lihat apakah Khun Da selamat,” jawab Tassana.



Tanpa merasa gugup atau waspada sama sekali. Khem malah bergerak makin mendekati Tassana yang tampak gugup. Ia menanyai kenapa Krit membawa Yada kesini. Dan Tassana pun meminta agar mereka membicarakan tentang itu besok saja.

“Tidak bisakah kamu menemani ku ngobrol dulu?”  pinta Khem.



“Khun Khem. Dimana batasmu?” balas Tassana, menanyakan. Dan menyadari itu, Khem menatap kearah tempat tidurnya yang berada agak jauh dibelakangnya.




Saat Khem ingin kembali ke tempat tidurnya. Tassana menahan dan memegangi lengan Khem. Dan sampai menatap pada mata Khem, Tassana mulai berbicara secara serius.

“Aku tidak sempurna. Aku punya sisi baik dan buruk seperti manusia yang lain,” kata Tassana sambil perlahan mendekat dan lalu mencium Khem.




Dan Khem sendiri hanya diam saja, menerima itu. Lalu sesudah itu, dengan lembuat Tassana menciumin kening Khem. Lalu sesudah itu, Tassana menghentikan tindakannya sendiri dan menjauhkan wajahnya dari Khem.

“Tidurlah sekarang. Jangan bergerak kemanapun juga. Aku tidak menjamin, aku bisa berhenti lagi,” kata Tassana memperingatkan. Lalu ia bergerak dan pindah ketempat tidur Khem sebelumnya dan ia segera menutup matanya untuk tidur.



Sedangkan Khem sendiri berbaring ditempat tidur Tassana. Dan dari belakang, ia tersenyum memandangin punggung Tassana. Lalu ntah karena Tassana menyadari itu atau tidak, tiba-tiba saja Tassana membuka matanya kembali dan tersenyum.



Ditempat lain. Yada tidur dalam pelukan Krit. Ia mengakhiri cerita hidupnya, ia mengakui bahwa hidupnya tidak sesulit hidup Krit. Tapi hidup yang dia habisi disana (Zurich) tidak benar-benar menyenangkan.

Saat menyadari bahwa Krit sama sekali tidak merespon ceritanya. Dan anehnya, Krit juga tidak menanyakan tentang Kasin sama sekali. Maka Yada pun bertanya, tapi Krit sama sekali tidak menjawab.




Karena pada saat itu, Krit telah tertidur duluan. Jadi menyadari hal itu, Yada bangkit dan menyingkirkan tangan Krit darinya. Setelah itu, ia berdiri dan membawa semua gelas milik mereka ke dapur.



Tepat pada saat, Yada pergi dari sisinya. Krit bermimpi tentang masa lalunya. Dimana saat itu, temannya memohon - mohon untuk dilepaskan. Dan kedua anak buah Pa yang berada di sisi mereka, menembaki mereka berdua.



Memimpikan itu, Krit bangun dengan perasaan terkejut. Dan lalu ia melihat Yada yang sedang berada didapur.



“Aku minta maaf, aku membangunkanmu,” kata Yada.

“Ini bukan salahmu,” balas Krit.

“Kamu benar-benar kesulitan untuk tidur ya,” kata Yada sambil tersenyum pada Krit.



Krit bangkit berdiri dan lalu menyuruh agar Yada tidur didalam kamar saja. Karena ia takut bahwa jika Yada bersamanya, ia akan membuat Yada kesulitan untuk tidur dengan nyenyak.

Tapi Yada tidak mau. Ia menawarkan dirinya untuk membacakan buku, sehingga malam ini Krit bisa tidur dengan nyenyak.



Tanpa menunggu jawaban Krit. Yada masuk kedalam rumah dan membuka lemari untuk mencari buku. Dan pada saat itu, ia melihat sebuah tas coklat kecil, sehingga ia penasaran, jadi ia mengambil itu.



Tapi sebelum Yada sempat membukanya, Krit muncul dari belakang dan memperingatinya untuk tidak membuka itu. Jadi karena kaget, Yada pun langsung menjatuhkan tas itu kelantai.

Yada lalu memungut kembali tas itu dari lantai dan meminta maaf kepada Krit serta menjelaskan bahwa ia tidak bermaksud untuk melihat barang pribadi milik Krit.



Krit sama sekali tidak marah. Ia mengambil tas itu dari tangan Yada, lalu berjalan dan duduk diatas tempat tidur. Disana Krit mulai menceritakan kisahnya.



“Ketika Ayahku dituntut dan bangkrut. Bank menyita rumahku. Aku lalu mengambil tas ini,” cerita Krit. Lalu ia membuka tas tersebut,”Aku membawa dua baju. Aku hampir mengambil baju olahragaku juga, karena siang hari, aku ada pertandingan sepak bola. Itu lucu..."





"...Dan ini dua baht ku, Kwan yang memberikan ini padaku. Aku hampir mengambil buku komik ku juga, tapi ada satu buku yang tidak pernah kulupakan, buku yang Ayahku berikan.”



Yada berdiri diam sambil mendengarkan Krit bercerita. Lalu saat Krit menyebutkan buku yang Ayahnya berikan. Yada mulai memeriksa lemari, lalu ia mengambil sebuah buku yang diletakan diatas.

Yada lalu membawa buku itu dan mendekati Krit. Ia menghibur Krit untuk tidak perlu mengingat masa lalu yang buruk dan meninggalkan masa lalu seperti itu. Karena menurut Yada, pada akhirnya, hidup Krit sekarang lebih baik.



Dengan sedih, Krit membalas bahwa walaupun begitu ia tidak bisa tidur setiap malam. “Kamu tau? Buku itu dalam Thai artinya apa?” tanya Krit, lalu ia mengambil buku itu dari tangan Yada.



Kamu mau seorang Ayah sepertiku?” kata Krit mengartikan judul buku itu. Lalu setelah itu, ia menjawab sendiri.




”Tidak sama sekali. Aku tidak mau seorang Ayah pengecut. Aku tidak mau seorang Ayah yang meninggalkan ku bertarung sendirian. Aku tidak mau seorang Ayah yang membiarkan orang lain mengambil keuntungan. Ayah yang mengambil 20 tahun kehidupanku,” kata Krit.




Lalu dengan sangat sedih, Krit mulai meneteskan air matanya dan menangis. Sementara Yada hanya berdiri diam saja disana, ia tampak kebingungan harus berbuat apa. Dan saat ia melihat Krit mengeluarkan sebuah surat, ia pun bertanya.




“Apa kamu ingat pria yang kubawa kamu melihatnya? Itu Ayahku,” kata Krit sambil tersenyum serta menangis dengan sangat sedih. Lalu setelah memberitahukan hal itu, Krit mulai menangis dengan keras, seolah ia tidak kuat  lagi untuk menahan semua perasaannya.




Dan mendengar kenyataan itu, Yada menjadi terkejut dan agak kebingungan. Tapi ia lalu mendekati Krit yang menangis dan memeluknya, berusaha untuk menenangkannya. Ia mengelus-ngelus kepala Krit, berusaha untuk menghiburnya.

Krit sendiri dengan perasaan yang teramat sedih. Ia menerima pelukan dari Yada, malah ia memeluk Yada dengan erat-erat.


Sementara itu ditempat lain. Nee memberikan boneka kepada Kwan dan bahkan menyelimuti Kwan. Lalu sebelum keluar dari kamar, ia membantu Kwan untuk mematikan lampu.

Dan ketika Nee ingin mematikan lampu dimeja samping tempat tidur. Kwan menahan tangan Nee. “Aku bisa mematikannya sendiri.”



“Kamu punya dukungan moralku. Jika kalian saling mencintai, tidak peduli rintangan apa yan ada didepanmu, kalian bisa melewatinya,” kata Kwan, mencoba untuk menyemangati hubungan Nee dengan Trai.





“Tapi kenyataannya, warnanya adalah abu-abu, Kwan. Bukan warna pink seperti tempat dimana kamu hidup. Selamat malam,” balas Nee, lalu keluar dari dalam kamar.

Post a Comment

Previous Post Next Post