Company name : Citizen Kane
Tepat setelah Dilok selesai menelpon, ia melihat Chat datang dan lalu menguping dari balik pintu. Jadi ia pun memanggilnya. Chat yang sadar bahwa ia telah ketahuan pun, masuk kedalam ruangan.
“Semalam ini. Ada urusan apa yang
denganku?” tanya Dilok, menanyakan maksud kedatangan Chat.
“Khun Prasit adalah ketua yang baru.
Jadi ia bisa melakukan apapun yang ia mau.”
“Apa?! B-Star bukan punya kita
lagi?!” tanya Chat terkejut mengetahui itu.
Dilok tidak mau menjelaskan lebih
lanjut kepada Chat, ia cuma menyuruh Chat untuk melakukan saja pekerjaannya dan
jangan terlalu banyak bertanya.
Pas ketika itu, Trai pulang dan
mendengar tentang itu, jadi ia pun bertanya pada Ayahnya itu. Tapi Dilok tampak
tidak mau memberitahu, tanpa menjelaskan, ia menutup laptopnya dan lalu keluar
dari dalam ruangan.
Trai mengikuti Ayahnya dan bertanya
bisnis baru apa yang sebenarnya sedang Ayahnya itu kerjakan. Serta apakah masih
ada orang yang berani bekerja dengan Ayahnya itu.
Mendengar itu, Dilok berhenti dan
berbalik kearah Trai. Ia lalu memperingati Trai untuk tidak berbicara seperti
itu kepadanya.
“Illegal apa? Karena kamu terlalu
naif! Terlalu naif sehingga bisa dibodohi!” balas Dilok, tampak mulai sedikit
emosi, karena sikap dan perkataan Trai padanya.
“Aku tidak mau! Dan aku tidak akan membiarkan kamu melakukan hal yang salah lagi!” tolak Trai, memperingati Ayahnya.
“Khun Trai. Kamu sudah pulang? Hey,
Khun Khem belum kembali juga?” tanya Mon.
“Ya. Siapa yang tau dimana dia
menghabiskan malamnya, Mom.” kata Chat, menjawab pertanyaan yang sebenarnya
untuk Trai.
“Ini bukan waktunya untuk bicara,”
balas Trai, memperingati mereka berdua.
“Itu karena, dia hanya memperhatikan
tentang bisnis barunya,” kata Trai sambil melihat kearah Dilok kembali.
“Kalian sudah cukup dewasa. Kamu harusnya tau bagaimana bertanggung jawab pada dirimu sendiri,” jelas Dilok.
“Dan apa yang kamu lakukan ini
bagus?” tanya Trai, lalu ingin mengambil file yang berada ditangan Dilok.
Ketika Dilok terus memaksa ingin mengambil dan melihat file ditangannya itu, Dilok menjadi sangat emosi. Dan ia memukuli wajah Trai.
“Sekarang bisakah kamu berhenti?!
Keluar dari sini!” teriak Dilok kepada Trai yang terdiam karena syok, karena
Ayahnya sendiri tega memukulinya. Mon serta Chat yang melihat itu juga ikut
terkejut.
Setelah itu tanpa memperdulikan
mereka semua lagi, Dilok masuk kedalam rumah dan meninggalkan mereka semua
disana.
“Kamu khawatir padaku. Biarkan aku
merasa senang selama sejam dulu,” balas Krit sambil tersenyum lembut.
“Aku berhenti denganmu. Aku tidak
akan melirik wanita lain.”
“Aku mencoba untuk menolongmu
sekarang. Tapi kamu yang harus memutuskan kapan kamu akan meninggalkan itu.”
“Suatu hari.”
“Kapan?”
“Misi apa itu? Apa lagi yang Pa mu
mau? Apa dia belum akan berhenti untuk mencoba menjatuhkan perusahaan ku?”
“B-Star, telah berakhir. Jangan
mengkhawatirkan itu,” jawab Krit. Lalu ia kembali duduk dan mengambil hpnya.
Saat melihat hpnya, Krit teringat bahwa Yada belum menyelesaikan laporan hariannya. “Membaca itu membautku ingin memimpikan tentang penulisnya,” kata Krit sambil tersenyum kepada Yada.
“Aku disini sekarang, didepanmu. Aku
akan menyelesaikan itu disini kemudian. Jadi akhirnya aku bisa menyelesaikan
tugas ini,” balas Yada.
Krit membenarkan selimut milik Yada, lalu ia mempersilahkan Yada untuk duduk disebelahnya. Jadi Yada pun duduk disebelah Krit. Dan Yada lalu mulai bercerita, awal ketika B-Star berada dipuncak kejayaannya, banyak majalah terkenal yang ingin mewawancarai nya.
Images nya adalah elegan, wanita
pintar yang bisa melakukan apapun. Seseoranh yang bisa melakukan penelitian dan
segala lainnya. Pekerjaan yang harusnya menyenangkan dan menarik.
Yada lalu menceritakan semua
aktifitasnya selama ia pindah dan tinggal diluar negri. Dan dengan baik, Krit
mendengarkan semua itu. Krit bahkan tersenyum sambil melihat kearah Yada.
Begitu juga dengan Yada yang terkadang ikut tersenyum kearah Krit sambil
bercerita dengan semangat.
“Jika aku tidak pergi, Trai tidak
akan pernah berkembang. Setiap orang akan mendengarkan perintahku saja. Bahkan
Ayah juga mempercayakan harapannya padaku, ia ingin aku mengurus bisnis nya.
Tapi pada akhirnya, Ayah berniat memberikan perusahaan kepada Trai, anak
lakinya. Aku akan terus menjadi pendorong saudaraku, walaupun mereka tidak
memerlukan ku lagi,” kata Yada, tiba-tiba tampak sedih.
Mata Yada mulai tampak berkaca. Dan
Yada menyadari hal itu juga, jadi ia mengalihkan pembicaraan dengan mengatakan
hidupnya membosankan. Tapi Krit langsung membantahnya, karena baginya, semua
yang berhubungan dengan Yada tidak pernah membosankan.
Yada sendiri membiarkan dirinya
dipeluk oleh Krit. Dan bersama mereka berdiri, terdiam, tanpa berbicara apapun
lagi.
“Hey! Geez! Aku kira kamu orang
asing!” keluh Nee, lalu mendekati Trai dan menanyakan kenapa Trai belum pergi
juga. Tapi Trai tidak menjawab sama sekali dan hanya diam saja disana.
Pandangannya tampak kosong.
Ketika Nee memegang tangannya, Trai
tampak sedikit sadar. Dan lalu ia mengikuti Nee yang menuntunnya.
Awalnya Khem tidur menghadap kearah
lain, kini ia tidur menghadap kearahnya sambil tersenyum lebar.
“Panas,” balas Khem singkat. Lalu ia
bangkit dan duduk. Begitu juga dengan Tassana yang langsung mengikutinya,
bangkit dan duduk.
Tassana mengomentari bahwa cuaca nya
bagus, tapi karena Khem kebiasaan tidur memakai ac, makanya gitu. Tepat ketika
itu, tiba-tiba Khem bergerak mendekat kearahnya, sehingga Tassana menjadi gugup
dan mundur sedikit.
“Khun Na, aku ingin tau apa yang
akan kita lakukan jika bertemu Khun Krit dan P’Da?” tanya Khem.
“Pertama, lihat apakah Khun Da
selamat,” jawab Tassana.
“Khun Khem. Dimana batasmu?” balas
Tassana, menanyakan. Dan menyadari itu, Khem menatap kearah tempat tidurnya
yang berada agak jauh dibelakangnya.
“Aku tidak sempurna. Aku punya sisi
baik dan buruk seperti manusia yang lain,” kata Tassana sambil perlahan
mendekat dan lalu mencium Khem.
Dan Khem sendiri hanya diam saja,
menerima itu. Lalu sesudah itu, dengan lembuat Tassana menciumin kening Khem.
Lalu sesudah itu, Tassana menghentikan tindakannya sendiri dan menjauhkan
wajahnya dari Khem.
“Tidurlah sekarang. Jangan bergerak
kemanapun juga. Aku tidak menjamin, aku bisa berhenti lagi,” kata Tassana
memperingatkan. Lalu ia bergerak dan pindah ketempat tidur Khem sebelumnya dan
ia segera menutup matanya untuk tidur.
Saat menyadari bahwa Krit sama
sekali tidak merespon ceritanya. Dan anehnya, Krit juga tidak menanyakan
tentang Kasin sama sekali. Maka Yada pun bertanya, tapi Krit sama sekali tidak
menjawab.
Karena pada saat itu, Krit telah
tertidur duluan. Jadi menyadari hal itu, Yada bangkit dan menyingkirkan tangan
Krit darinya. Setelah itu, ia berdiri dan membawa semua gelas milik mereka ke
dapur.
Memimpikan itu, Krit bangun dengan
perasaan terkejut. Dan lalu ia melihat Yada yang sedang berada didapur.
“Ini bukan salahmu,” balas Krit.
“Kamu benar-benar kesulitan untuk
tidur ya,” kata Yada sambil tersenyum pada Krit.
Tapi Yada tidak mau. Ia menawarkan
dirinya untuk membacakan buku, sehingga malam ini Krit bisa tidur dengan
nyenyak.
Yada lalu memungut kembali tas itu
dari lantai dan meminta maaf kepada Krit serta menjelaskan bahwa ia tidak
bermaksud untuk melihat barang pribadi milik Krit.
"...Dan ini dua baht ku, Kwan yang memberikan ini padaku. Aku hampir mengambil buku komik ku juga, tapi ada satu buku yang tidak pernah kulupakan, buku yang Ayahku berikan.”
Yada lalu membawa buku itu dan
mendekati Krit. Ia menghibur Krit untuk tidak perlu mengingat masa lalu yang
buruk dan meninggalkan masa lalu seperti itu. Karena menurut Yada, pada
akhirnya, hidup Krit sekarang lebih baik.
Krit sendiri dengan perasaan yang
teramat sedih. Ia menerima pelukan dari Yada, malah ia memeluk Yada dengan
erat-erat.
Sementara itu ditempat lain. Nee memberikan boneka kepada Kwan dan bahkan menyelimuti Kwan. Lalu sebelum keluar dari kamar, ia membantu Kwan untuk mematikan lampu.
Dan ketika Nee ingin mematikan lampu
dimeja samping tempat tidur. Kwan menahan tangan Nee. “Aku bisa mematikannya
sendiri.”
“Kamu punya dukungan moralku. Jika
kalian saling mencintai, tidak peduli rintangan apa yan ada didepanmu, kalian
bisa melewatinya,” kata Kwan, mencoba untuk menyemangati hubungan Nee dengan
Trai.
“Tapi kenyataannya, warnanya adalah
abu-abu, Kwan. Bukan warna pink seperti tempat dimana kamu hidup.
Selamat malam,” balas Nee, lalu keluar dari dalam kamar.