Company name : Citizen Kane
“Dari sini menyetir ke rumah Boss
sekitar dua jam!” jelas si suami (Sorapong). Menggunakan kendaraannya untuk perkebun,
ia mengantarkan Khem serta Tassana ke rumah Krit, Boss mereka.
“Tapi jika kita tersesat, itu bisa
dua hari,” tambah si istri (Junpen).
Lalu tiba-tiba ketika itu, kendaraan
yang mereka naiki mogok. “Tapi jika mesinnya berhenti seperti ini, kita mungkin
tidak akan bisa mencapai tujuan,” lanjut si istri menjelaskan sambil tertawa
kecil kepada mereka.
Setelah itu, si istri turun dan
langsung memarahi suaminya serta mengomelinya, karena tidak ada mengecek
terlebih dahulu tadi.
Lalu kepada Tassana dan Khem yang
ikut turun juga, ia bertanya apa mereka berdua bisa kembali ke mobil mereka
dulu. Dan mempertimbangkan situasinya, maka Tassanapun setuju.
“Khun Khem. Aku takut jika kita
lanjut, mungkin kita bisa sampai kemalaman disana. Jika kita tersesat, itu akan
menyusahkanmu. Aku takut kita mungkin harus…” jelas Tassana, mencoba meminta
pendapat Khem juga, tapi sebelum ia selesai bicara, si istri langsung memotong
perkataannya.
“Menghabiskan malam disini…
selesai,” jelas si istri.
“Okay. Kita akan menghabiskan malam
disini,” balas Khem langsung, tanpa keraguan sama sekali.
“Tapi itu hanya kita berdua saja,”
kata Tassana, mungkin ingin Khem memikirkan resikonya dulu.
“Siapa yang peduli jika kita
menghabiskan malam bersama? Aku tidak masalah, tuh. Kita akan menginap satu
malam disini,” tegas Khem.
Dengan agak ragu, karena melihat
keputusan Khem yang sudah bulat. Maka Tassana lalu menanyakan kepada
suami-istri itu, apakah ada tempat untuk mereka menginap malam ini, seperti
homestay. Sebuah tempat dimana, mereka memiliki dua kamar yang terpisah.
Mendengar itu, si pasangan
suami-istri tertawa kecil bersama, setelah itu. secara serentak, mereka
menjawab tidak ada. Sehingga Tassana dan Khem menjadi sama-sama terkejut.
“Khun, lupakan dua kamar, tiga
kamar, kita bahkan tidak punya homestay,” jelas si suami kepada mereka berdua.
“Umm.. bagaimana bila begini, apa
kalian mau tinggal di rumah lamaku?” tanya si istri menawarkan. Dan dengan
cepat, Khem langsung menyetujuinya.
Si pasangan suami – istri dengan
bangga menunjukan rumah lama mereka. Dan tepat ketika it, sebuah kayu pada
rumah itu, runtuh. Sehingga mereka semua menjadi terkejut.
Lalu sambil tertawa kecil pada
mereka. Si istri menjelaskan,”Itu bukan hanya sedikit tua. Tapi sangat tuaa!
Bisakah kamu tinggal disini?”
“Uh…” kata Tassana tampak ragu. Tapi
lagi-lagi, Khem langsung setuju.
“Silahkan buat dirimu sendiri merasa
nyaman ya.” Kata si suami, mempersilahkan mereka berdua. Lalu dengan agak usil,
ia mencolek istrinya. Dan ternyata si istri itu agak latah, jadi ketika si
suami mencoleknya, ia menjadi latah bicaranya.
Setelah itu dengan kesal, si istri
memukuli dan memarahi suaminya.
“Um.. tunggu. Apa tidak ada rumah
yang lain?” tanya Tassana, masih ragu.
“Kita setuju untuk tinggal disini.
Aku akan bicara pada pacarku ini. Dia selalu saja komplain tentang ini dan
itu,” jelas Khem dengan ramah kepada suami – istri itu. Lalu kepada
Tassana,”Ini hanya satu malam saja. Geezz.”
Dan sesudah itu, suami-istri itu pun
pergi meninggalkan mereka berdua.
“Khun Khem…” kata Tassana pada Khem,
ketika suami-istri itu telah pergi.
“Jika kita tidak bilang pada mereka,
kalau kita pasangan. Itu akan terlihat lebih tidak pantas,” balas Khem, tegas.
Dan karena itu, Tassana pun menjadi kebingungan sendiri harus bicara apa lagi.
Didalam rumah tua tersebut. Tassana
menjadi tambah ragu, karena disana hanya ada satu kamar saja. Tapi dengan tetap
bersikeras, Khem menjelaskan bahwa Tassana tidak perlu khawatir, karena ketika
tidur, ia tidak mendengkur, tidak bicara sendiri, dan akan langsung tertidur
ketika kepalanya menyentuh bantal.
Dan lagi-lagi Tassana pun hanya bisa
diam, tanpa bisa membantah sama sekali.
Disisi lain. Ketika ia sedang
menyuci piring, tiba-tiba saja Krit berjalan ingin mendekatinya lagi. Jadi
dengan tegas Yada langsung memperingatinya dan menolak untuk dibantu.
Dan mendengar itu, Krit tersenyum.
Tapi lalu dengan sengaja, ia mengambil cangkir diatas meja, lalu menaruhnya
ditempat cucian. Sehingga Yada langsung mengomelinya.
“Khun, yang ini harus dicuci secara
terpisah, kamu tidak mengerti ya?”
“Tidak,” jawab Krit, dengan santai
nya.
Malas menanggapin Krit lagi, maka
Yada pun melanjutkan kegiatannya dalam mencuci piring. Dan melihat itu, Krit
tersenyum. Lalu ia mengomentari Yada yang terlihat aneh.
“Kamu mungkin mengira, aku adalah wanita
tanpa tujuan yang tidak bisa melakukan apapun. Kamu tidak mengenalku cukup
baik,” balas Yada.
“Kemudian haruskan kita lebih
mengenal satu sama lain daripada ini? Kita memilik banyak waktu bersama
disini,” kata Krit, sambil berjalan ke samping Yada.
Mendengar itu, Yada mematikan air
kerannya dan berbalik memandangin Krit. “Berapa lama kita akan tinggal disini?
Kamu sudah tau, aku tidak mengkhianatimu. Kamu harusnya sadar dan membawaku
keluar dari tempat ini sesegera mungkin. Bukannya menggunakan ku sebagai
pelayanmu,” tanya Yada.
“Kamu menghacked laptopku. Kamu
masih bersalah,” balas Krit sambil tersenyum, sama sekali tidak tampak ada
kemarahan diwajahnya.
“Tapi aku sudah menjelaskan
alasanku.”
“Aku tidak butuh. Aku ingin kamu
membayarnya langsung padaku. Bersikap seperti seorang pelayan, belum cukup,”
kata Krit lagi sambil menatap Yada.
Melihat tatapan Krit padanya, Yada
langsung berbalik untuk menghindar. Tapi Krit langsung menarik dan menahannya.
Ia menatap Yada dengan tatapan yang sangat lembut.
“Kita sudah dewasa. Aku mungkin
tidak perlu menjelaskannya lagi padamu, kan,” kata Krit. Dan Yada hanya diam
saja.
Dihalaman. Ketika Yada sedang sibuk
mengangkat pakaian yang telah kering dijemuran. Krit berdiri disana dan lalu ia
mengucapkan terima kasih kepadanya. Sehingga Yada pun berhenti dan menanyakan
apa yang barusan Krit katakan.
“Terima kasih. Cuma sesekali,
seseorang melakukan ini untukku. Aku ingin menjadi jujur. Dalam hidupku, aku
tidak pernah begitu dekat dan begitu lama dengan seseorang sebelumnya.”
“Pa kamu mungkin menyuruh kamu
bekerja terlalu banyak untuknya. Jadi mengapa kamu tiba-tiba datang kembali ke
Thailand? Aku mengira –ngira itu bukan untuk pekerjaan, karena aku tidak
melihat kamu bekerja sama sekali, kecuali…” kata Yada, tapi lalu Krit memotongnya.
“Aku akankembali ke sini…” kata Krit,
lalu berhenti dan mengingat perkataan Mr. Joe kepadanya. Yaitu Krit hanya perlu
membunuh orang itu, maka semua akan berakhir.
Dan disaat itu, Krit beralasan bahwa
ia belum menemukan kesempatan. Lalu Mr. Joe malah membalas dan menuduh Krit
yang mungkin saja telah tergila-gila pada istrinya.
“Aku kembali untuk menemuimu,” jelas
Krit, singkat. Sesudah itu, ia pergi meninggalkan Yada yang kebingungan dengan
maksudnya.
Ditempat lain. Trai serta Nee sedang
membantu Kwan dalam membuat produk-produk untuk dijual. Disana mereka berdua
terlihat sangat kacau dan kebingungan dalam mengerjakannya.
Sementara Kwan, terlihat biasa saja.
Menyadari tingkah aneh mereka
berdua, Kwan lalu membuka maskernya dan bertanya pada mereka. “Apa kalian sudah
selesai? Bisakah aku melihatnya?” tanyanya, lalu berdiri untuk melihat hasil
pekerjaan mereka berdua.
Dan secara bersamaan, Trai serta Nee
berdiri dan menjawab belum serta meminta agar Kwan memberikan mereka waktu 5
menit lagi. Tapi Kwan langsung merebut hasil pekerjaan mereka dan melihatnya.
Sesudah melihat hasil pekerjaan
mereka berdua, Kwan menjadi heran sendiri. Dan Nee serta Trai hanya bisa
tersenyum saja.
“Aku minta maaf, Kwan. Aku merusak
barangmu. Aku sudah bilang ke kamu kalau aku tidak suka barang kerajinan
tangan,” jelas Nee pada Kwan.
“Untuk beberapa hal. Kamu harus
mencobanya dulu. Jadi kamu bisa tau apa kamu suka atau tidak. Beberapa orang
ketika mereka bertemu pertama kali, mereka saling membenci. Tapi sekalinya
mereka mulai bicara, dia menyadari bahwa dia menyukai laki-laki itu,” kata
Kwan, menjelaskan sekaligus menggoda Nee.
"Benar seperti itu Nong Kwan,”
kata Trai, membenarkan.
“Kwan bukan berbicara tentang kamu!”
bantah Nee langsung.
“Dan siapa pria yang berani
mendekati wanita seperti kamu selain aku?” tanya Trai kepada Nee, ketika Nee
membantah. Dan dengan kesal, Nee mengambil lem tembak (bukan alatnya ya ^^) dan
memukul kepala Trai, menggunakan itu. Sehingga Trai kesakitan.
Sementara Kwan tersenyum melihat
tingkah mereka berdua. Lalu saat mereka mulai mau berdebat, Kwan langsung
menenangkan mereka berdua. Setelah itu, ia pamit untuk membuat makan malam dulu
dan sementara itu, ia mau agar Trai serta Nee mencoba untuk mengerjakan yang
lain.
“Kami tidak mau!” tolak Nee serta
Trai secara bersamaan. Sehingga kini, Kwan yang jadi kesal. Dan dengan tajam,
ia menatap mereka berdua.
Menyadari hal itu, Nee dan Trai
tidak menolak atau membantah lagi. Mereka berdua langsung duduk kembali dan
bersiap untuk melanjutkan pekerjaannya.
“Setelah makan malam, aku mau
melihat hasil yang bagus dari kalian ya,” kata Kwan sambil tersenyum kepada
mereka, lalu ia pergi meninggalkan mereka berdua.
Ketika Kwan telah meninggalkan
mereka berdua. Bersama Nee dan Trai saling bekerja sama dalam melakukan
pekerjaan mereka. Dan pada saat itu, mereka saling bercanda dan tertawa bersama
sampai mengerjakan itu.
“Aku suka itu,” kata Trai tiba-tiba
sambil terus tersenyum memperhatikan Nee.
“Hei, jika kamu mau banyak bicara.
Aku akan menembak mu menggunakan lem tembak ini,” ancam Nee. Tapi Trai tetap
tersenyum lebar.
“Manis nya. Aku sangat suka,” kata
Trai, lagi kepada Nee.
“Haruskan aku menaruh ini
diwajahmu?!” ancam Nee lagi sambil mengambil lem dan mendekatkan itu ke arah
Trai.
Walaupun Nee mengancam Trai seperti
itu, tapi akhirnya ia ikut tertawa juga, ketika Trai tertawa kepadanya. Tapi
tiba-tiba saja, Nee menjadi sedih ketika terpikir tentang kapan Krit akan
kembali.
Mengetahui itu, Trai kali ini tidak
tampak marah seperti sebelumnya. Malah dengan lembut, ia memegang tangan Nee
dan menyemangatinya, ia mengatakan pada Nee, bahkan bila Krit tidak kembali, ia
akan selalu bersama Nee dan tidak akan pergi kemana pun.
Ketika sedang berjalan bersama untuk
pulang. Nee menyebutkan pada Trai bahwa mereka tidak akan bisa bersama, karena
Krit tidak mungkin menyetujui itu.
Trai sendiri juga seperti Nee, ia
mengaku bahwa Ayahnya juga tidak akan setuju bila mereka bersama, tapi ia sama
sekali tidak peduli. Sedangkan Nee beda, ia peduli tentang hal itu.
“Khun Trai, aku akan memberitahumu.
Aku tidak berpikir kamu bisa menerima ku. Moodku suka berubah-ubah, kadang
naik, kadang turun, tidak tentu. Aku tidak ingin menahanmu. Segera, kamu tidak
akan bisa menerima ku,” kata Nee, menjelaskan kepada Trai. Seolah-olah
keputusannya sudah bulat, yaitu mereka tidak akan pernah bisa bersatu.
“Baik, aku akan pergi. Pedulikan lah
orang yang berada disisi mu. Bukan orang yang tidak berada disisi mu,” balas
Trai, lalu pergi meninggalkan Nee. Dan dengan sedih, Nee menatap kepergian
Trai.
Di tempat lain. Khem sedang makan
malam bersama Tassana. Disana Tassana tampak tidak bersemangat sama sekali,
sedangkan Khem malah terlihat bersemangat dan biasa saja.
“Ini. Aku akan memberimu ikan. Ini
ikan goreng terbaik yang pernah ku rasakan. Aku akan menyuapi mu. Katakan ahh…
ahm…” kata Khem sambil mengambil sedikit ikan dan lalu mengarahkan nya itu
kepada Tassana.
“Tidak peduli apapun, aku masih
seorang pria. Bahkan ketika kamu melihat aku seperti seorang pengecut, tapi
hargailah, aku masih pria utuh,” kata Tassana sambil menyingkirkan tangan Khem.
Mendengar itu, Khem sama sekali
tidak berbicara atau membalas. Sehingga Tassana menjadi marah, ia mengira Khem
bersikap biasa saja seperti itu padanya, karena ia bukanlah Krit.
Setelah itu, Tassana pun bangkit
berdiri dan berjalan menjauh dari Khem.
Khem mendekati Tassana yang marah
dan lalu menjelaskan bahwa jika ia bersama Krit, maka ia akan lebih bersikap
waspada. Tapi saat ia bersama Tassana, ia sama sekali tidak merasa khawatir.
Bukan karena Tassana adalah pengecut, melainkan karena Tassana adalah seorang
pria yang gentle.
Dan karena hal itu, ia mempercayai
Tassana.
“Aku tidak tau berapa lama aku akan
bersikap gentle kepadamu. Kamu sudah tau bagaimana perasaanku padamu,” kata
Tassana sambil menatap Khem.
Khem yang awalnya memegangin tangan
Tassana ketika ia menjelaskan. Sesudah mendengar itu, ia langsung
melepaskannya.
“Okay. Kemudian aku akan lebih
waspada malam ini. Jika kamu mendekati aku, kepalamu akan pecah. Tapi cobalah
untuk menghentikanku, ketika aku melompat ke sisimu,” kata Khem, awalnya
mengancam, setelah itu malah bercanda.
Saat Tassana memperingatinya, Khem
langsung menjelaskan bahwa ia tau dan ia senang karena yang ada bersama
dengannya malam ini adalah Tassana. Setelah itu, ia pergi meninggalkan Tassana.
Ditempat yang lainnya. Yada yang
baru akan tidur, teringat akan ucapan Krit tadi siang ketika ia sedang mencuci
piring. Maka Yada menjadi khawatir sendiri. Jadi ia lalu mengambil bantal serta
selimutnya untuk tidur diluar saja.
Dan pada saat itu, ternyata Krit
telah menyiapkan selimut serta bantal untuk tidur diluar juga. Jadi melihat
itu, Yada pun tidak jadi tidur diluar. Ia mengabaikan ajakan Krit yang
menawarkan agar mereka tidur bersama.
Krit mengikuti Yada yang ingin
kembali kedalam kamar. Ia menarik selimut milik Yada, sehingga Yada pun
berhenti berjalan.
“Ayo tidur dan melihat matahari
terbit bersama,” ajak Krit. Dan Yada langsung menolak. Maka Krit kembali
menarik selimut Yada, agar Yada bisa lebih mendekat padanya.
“Kamu bisa duduk saja dan mengobrol
denganku,” ajak Krit lagi. Dan sekali lagi Yada juga menolak. Jadi Krit menarik
lagi selimut Yada, hingga mereka kini menjadi lebih dekat lagi.
“Berhenti berpikir tentang
menolongku. Aku tidak butuh pertolongan siapapun. Aku hanya mau seseorang yang
bisa aku percayai. Dan aku berharap orang itu adalah kamu,” kata Krit dengan
lembut dan jelas kepada Yada.
Akhirnya Yada mau menerima ajakan
Krit. Didepan teras, Yada membungkus dirinya menggunakan selimut dan bersikap
berhati-hati. Sedangkan Krit tampak biasa saja, ia menuangkan minuman dan lalu
memberikan itu kepada Yada.
Dan Yada lalu menggelengkan
kepalanya, tanda ia tidak mau minum itu.
“Aku tidak ada menaruh obat apapun.
Aku tidak seperti seseorang yang menggunakan taktik murahan,” kata Krit, saat
Yada menolak. Dan lalu Yada pun teringat akan apa yang dilakukannya.
“Jika aku meminta langsung padamu
tentang informasi pencucian uang itu, apa kamu akan memberikannya padaku?”
tanya Yada.
“Mengapa kamu setuju menikah
denganku? Karena kamu ingin melindungin Ayahmu. Aku ingin melindungin Pa ku
juga,” jawab Krit
“Tidak ada yang bisa selalu lepas dari hukum, kamu tau. Tidak peduli jika Pa mu mempunyai banyak pengaruh pada orang.”
“Tapi aku tau apa yang kulakukan. Uang kotor, ntah itu satu juta atau sepuluh milyar, itu tetap uang kotor. Tidak ada perbedaan betapa buruknya
mereka,” balas Krit.
Dengan lembut Yada menjelaskan bahwa
ia tidak membandingin siapa yang lebih buruk. Hanya saja saat ini, ia
mengkhawatirkan tentang Krit. Yada lalu bertanya apakah Krit pernah ingin
berhenti.
“Kamu khawatir padaku?” tanya Krit,
bukannya menjawab pertanyaan Yada. Dan ketika Krit bertanya seperti itu
kepadanya, Yada terdiam.