Company name : Citizen Kane
Ketika Krit telah menyelesaikan
makannya, Yada datang sambil membawakan segelas kopi untuknya.
"Aku minta maaf, hanya bisa membuatkan makanan yang sederhana," kata Yada. Setelah itu, ia
pun mau pergi keluar halaman. Dan tepat ketika itu, Yada mulai bersin-bersin.
“Yada, mengapa kamu tidak tidur
dikamar semalam?” tanya Krit, ketika mendengar itu. tapi Yada dengan sengaja
mengabaikannya. Diluar, Yada mengambil hpnya yang ia taruh disana.
Krit mengikuti Yada dan
memperingatinya bahwa jika Yada tidur diluar semalam seperti itu, maka Yada
bisa sakit. Dan Yada tidak peduli sama sekali, karena ia memang mau mati, ia
bahkan sudah mencoba berbagai cara untuk mati. Makan biskuit kadaluarsa, tidur
diluar, minum air keran.
“Aku ingin mati, sehingga itu bisa
menjadi bayaran untuk pengkhianatanku padamu. Apa kamu senang?” tanya Yada
“Tidak. Itu tidak cukup. Karena kamu
belum boleh mati,” balas Krit.
Yada yang sudah meladenin Krit,
ingin masuk kembali kedalam rumah. Tapi dengan kuat, Krit memegangin Yada dan
menahannya. “Kemudian buat aku mempercayaimu lagi!”
“Kemudian dengarkan aku dulu!”
“Aku tidak mau dengar. Aku tidak mau
mendengar kebohongan lagi,” tolak Krit, keras. Dan dengan kesal, Yada mengatai
Krit gila. Setelah itu ia mau masuk ke dalam rumah dan walaupun Krit menahannya
lagi dengan kasar, tapi kali ini Yada tetap tidak peduli. Ia tetap bersikeras
untuk masuk kedalam rumah.
Dibelakang rumah. Yada mengarahkan
hpnya tinggi-tinggi, mencoba untuk mencari signal, tapi tidak ada. Dan ketika
itu, Krit datang serta melihatnya, lalu ia bertanya. Tapi bukannya menjawab,
Yada mengabaikan itu dan mulai mencuci pakaiannya.
“Aku tanya apa yang kamu lakukan?
Kamu tidak dengar aku?” tanya Krit lagi sambil mendekati Yada.
“Aku sedang mencuci baju,” jawab
Yada.
“Kemudian tunggu,” kata Krit, lalu
masuk kembali kedalam rumah.
“Aku hanya bawa sedikit pakaianku.
Karena aku tidak tau berapa hari, minggu, atau bulan, aku akan tinggal disini.
Tidak bisakah kamu melihat aku,” teriak Yada menjelaskan pada Krit.
Krit lalu kembali dan melemparkan
setumpuk pakaian dan melemparkannya kedalam baskom. “Cuci semuanya itu. Aku
sudah meninggalkan ini terlalu lama. Itu bau.”
“Kamu melihatku sebagai apa? Aku
bukan pembantu mu!” kata Yada, berdiri dengan marah. Dan Krit lalu mengambil
satu baskom serta melemparkan itu kehadapan Yada.
“Cuci dengan bersih,” perintah Krit,
tegas, tanpa mau dibantah. Jadi Yada pun mengambil air lalu mengisinya.
“Barusan, apa yang kamu lihat?”
tanya Krit.
“Mataku kering. Jadi aku melihat
keatas,” balas Yada. Lalu Krit mengeluarkan botol tetes mata milik Yada dan
menawarkan diri untuk memakaikan itu. tapi tentu saja, Yada Cuma beralasan
tadi, jadi dengan cepat ia merebut itu dan menyimpannya.
Setelah Krit masuk kedalam rumah.
Yada mulai mencuci semua pakaian yang ada, satu-persatu dengan tangannya.
Sambil menangis, ia mengingat semua perlakuan dingin Krit kepadanya semalam,
tanpa mau sekalipun mendengarkan penjelasannya.
Krit yang meninggalkan dirinya
begitu saja. Malam dingin yang ia habiskan sendirian dan Krit sama sekali tidak
pulang kembali. Pagi hari, ketika Krit kembali. Disaat Krit memperlakukannya
dengan agak kasar.
Ditempat lain. Trai mencium wangi
makanan yang sangat enak, jadi ia pun pergi kedapur. Tapi ketika melihat bahwa
makanan yang disediakan oleh Nee untuk nya adala makanan instan. Dan dia tidak
menyukai makanan seperti itu.
“Dan kamu bahkan tidak meletakannya
di piring? Juga tidak ada gelas untuk air. Perempuan saat ini sangat bagus
dalam segala bidang. Mereka bekerja keras, mereka bisa masak. Wanita yang hanya
bisa menggoreng telur, tidak temaksud,” kata Trai.
“Menggoreng telur apa? Aku tidak tau
bagaimana caranya itu,” balas Nee. Lalu mulai mau makan, tapi Trai segera
merebut semuanya dan membawanya pergi. Sehingga Nee merasa heran.
Akhirnya Trai lah yang memasak untuk
Nee. Setelah selesai, ia tersenyum kepada Nee, seperti mengajaknya untuk makan.
Jadi Nee pun duduk dan mulai makan.
“Kamu tidak suka memasak, jadi
mengapa kamu membeli banyak bahan makanan segar dan menyimpannya di kulkas?”
tanya Trai.
“Mana tau P’Krit akan datang. Dia
tidak suka makan makanan instan, seperti kamu juga. Dan itu alasan mengapa aku
tidak bisa memasak. Itu karena P’Krit selalu memasak untukku,” jawab Nee.
Mendengar itu, Trai tampak cemburu
dan menanyakan maksud Nee bercerita seperti itu. Dan sayangnya, Nee sama sekali
tidak peka, malah dengan polosnya ia menjawab bahwa alasan dia tidak bisa
memasak adalah karena Krit ada, jadi ia tidak salah.
“Bisakah kamu berhenti membicarakan
tentang kakakmu?” tanya Trai, tampak emosi. Ia lalu berhenti makan dan berdiri.
“Tidak bisa! P’Krit adalah kakakku,”
jawab Nee.
Saat Trai masih tidak yakin, Nee
berjalan mendekatinya. Lalu ia menjelaskan bahwa Yada telah membuatnya dan Krit
saling mengerti. Awalnya ia hanya takut, sehingga ia tidak bisa berpikiran
jernih. Tapi saat ini ia sadar, pelukan Krit adalah pelukan seorang kakak.
Sambil tersenyum, Trai mulai
mendekat dan memegang pinggang Nee, seperti ingin memeluknya. Sehingga Nee
menjadi agak terkejut serta sedikit menahannya. Dan lalu Trai menariknya untuk
lebih mendekat.
“Bagaimana dengan pelukanku?” tanya
Trai sambil menatap pada mata Nee.
“Pelukanmu… adalah pelukan koki
pribadiku,” jawab Nee, awalnya gugup. Lalu setelah itu dengan cepat ia
mendorong Trai menjauh dan mau pergi.
Tapi dengan cepat, Trai menahan
tangan Nee dan tersenyum lebar,”Kamu tidak akan makan?”
“Tidak!”
“Belum boleh pergi! Kamu memerah!”
kata Trai sambil menatap Nee.
“Apa maksudmu memerah?! Lepaskan!”
balas Nee, lalu keluar.
Trai tidak menyerah dan ia mengikuti
Nee yang keluar. Ia menangkap Nee dan menahannya. Dan tentu saja, Nee terus
menolak, minta dilepaskan. Lalu dengan usil, Trai mengangkat / mengengong Nee
dan memutar-mutarnya.
“Cukup Khun Trai! Kita akan jatuh ke
kolam! Lepaskan!” teriak Nee, ketakutan awalnya. Tapi ketika Trai menatap
matanya sambil tersenyum dan lalu memutar-mutarnya lagi, Nee jadi ikut tertawa.
Sayangnya, ketika itu hp (ntah milik
Trai atau Nee) yang berada dimeja, tiba-tiba saja berbunyi. Sehingga Trai pun berhenti
memutar Nee dan menurunkan Nee. Dan lalu mereka saling berpandangan karena bingung.
Ternyata Tassana menghubungin Nee
karena ia mau meminta tolong, agar Nee mau datang kerumahnya dan menjaga
perusahaan milik Kwan. Jadi ketika Nee datang ke rumahnya, Tassana segera
berterima kasih.
Trai yang dari tadi berada
didalam mobil Nee. Ikut turun. Dan melihat itu, Khem menjadi terkejut bagaimana
bisa Trai sampai ke sini. Lalu dengan khawatir, Khem mendekati Trai.
“Dimana kamu sepanjang malam ini?
Mengapa kamu tidak memberitahuku, dimana kamu tinggal? Aku khawatir tentang
kamu dan P’Da,” kata Khem dengan cepat.
Tapi sebelum Trai sempat menjawab,
Tassana langsung ikut bertanya, bagaimana bisa Trai serta Nee datang bersama.
Sehingga karena tidak tau harus menjawab apa, Trai dan Nee hanya memandang satu
sama lain.
Kwan yang berdiri dibelakang dan
agak jauh dari mereka berempat, langsung bertanya, apakah Trai serta Nee adalah
pasangan. Seperti Tassana dan Khem.
“Itu berarti, P’Khem dan Khun Na…”
kata Trai, ketika mendengar perkataan Kwan.
“Jadi kamu dan Nee…” balas Khem
juga.
Tapi tidak seperti Tassana yang
hanya diam. Nee langsung menjelaskan
bahwa kemarin malam Trai kecelakaan motor. Jadi Trai tidak bisa pulang dan
tinggal ditempatnya.
“Lagian, belum ada kesepakatan
mengenai itu. Okay?” kata Nee kepada Trai.
Dan mendengar itu, Trai langsung
berdecak kearah Nee dan dengan sengaja tidak mau menjawab serta mengabaikan
Nee. Setelah itu ia menanyakan pada Khem, apa yang sebenarnya terjadi pada
Yada.
Setelah mendengar semua penjelasan
yang ada. Trai juga ingin pergi, tapi Tassan menolak, karena jika Trai pergi,
ia tidak akan bisa melakukan apapun yang ada hanya tambah masalah lagi.
“Dan jika kamu yang pergi?” balas
Trai tidak terima, mau ikut juga.
“Setidaknya, aku tau kemana Krit
mungkin akan membawa Khun Da,” jawab Tassana.
“Dimana itu tidak penting. Tapi
pergi dan jika mereka akan kembali…” kata Nee, ikut berbicara. Lalu Kwan
mengangkat tangannya untuk memberikan pendapat juga.
“Mereka mungkin pergi bulan madu,
itu mengapa hanya mereka berdua saja. Dan mereka tidak perlu untuk memberitahu
siapapun itu,” kata Kwan.
“Tapi P’Da meninggalkan catatan
meminta pertolongan,” balas Trai.
“Khun Nee benar. Apa yang P’Da
lakukan pada Krit itu, mungkin akan membuat kita tidak bisa melihatnya lagi,”
kata Khem, ikut bicara juga.
“Apa yang Khun Da lakukan?” tanya
Kwan, heran mengenai maksud Khem.
“Aku tidak tau detailnya. Aku hanya
ingin pergi dan memastikan apa ia selamat atau tidak. P’Krit mu dan setiap
orang Sharkrit bukan orang yang sama,” jawab Khem.
Trai tetap bersikeras ingin ikut,
tapi Khem tetap tidak mengizinkan Trai untuk ikut. Khem meminta agar Trai tetap
ditempat ini dengan Kwan saja. Setelah itu ketika, Trai diam saja, tanda
setuju. Khem serta Tassana langsung pergi meninggalkan mereka bertiga.
Kwan masih tampak tidak mengerti
ketika melihat mereka berdua pergi, maka dari itu ia pun menjawab. Dan Nee
memang menjawab, tapi ia tidak menjelaskan dengan jelas mengenai situasi yang
ada.
Sehingga Kwan tampak sangat
kebingungan. Begitu juga dengan Trai, ia menatap kearah Nee, tampak penasaran
dengan situasi sebenarnya, mungkin.
Ketika Yada akan masuk kedalam
kamar, ia mendengar suara air yang dibuka dari arah kamar mandi, dimana saat
itu, Krit sedang mandi. Dan mengingat tentang niat baiknya, Yada memberanikan
diri untuk menjelaskan.
“Apa yang terjadi, terjadilah,” kata
Yada pada dirinya sendiri.
Pertama, Yada mengambil tali.
Menutup pintu kamar mandi, menggunakan tali. Dan kedua, tali tersebut,
diikatnya sekecang mungkin kepada sebuah tiang lampu.
Jadi saat, Krit akan keluar dari
kamar mandi. Ia tidak bisa membuka pintunya sama sekali. Dan dari luar, Yada
segera menjelaskan. Ia berbicara dengan suara yang keras, agar Krit bisa
mendengarnya.
“Aku minta maaf. Aku harus
menggunakan taktik ini. Atau kamu tidak akan mendengarkan ku,” kata Yada.
“Yada,” balas Krit, memperingati
sambil ia mencoba untuk membuka pintu.
“Hey! Tenang dan dengarkan! Aku
tidak mengkhianatimu. Aku memliki niat baik padamu,” jelas Yada, sambil menarik
tali itu untuk menahan agar pintu tidak terbuka.
“Buka pintu. Buka pintunya!”
Yada mulai menjelaskan
segalanya bahwa ia hanya ingin menolong
Sharkrit lepas dari ikatan setan. Dan ia meminta agar, Krit mempercayainya.
Karena ia pasti akan membantu Krit untuk mencari bukti.
Sayang, mungkin karena sudah tidak
tahan lagi mendengar semua penjelasan dari Yada itu, maka sebelum Yada menyelesaikan penjelasannya, Krit langsung menarik pegangan pintu dengan
kuat. Sehingga tiang lampu, terjatuh
dan hampir mengenai Yada.
Setelah itu, Yada langsung ingin
melarikan diri dari sana, ketika Krit menatap marah padanya. Tapi sebelum ia
sempat pergi, Krit menarik tangannya dan menahannya.
“Apa yang kamu bilang, apa itu
benar?” tanya Krit.
“Iya. Aku benar-benar ingin
menolongmu,” balas Yada.
“Gila. Kamu gila,” kata Krit.
Krit lalu dengan kasar menarik
tangan Yada masuk kedalam kamar mandi. ia menahan Yada dibawah pancuran air,
lalu ia menyalakan air. Dan dengan sekuat, Yada berusaha memberontak, tapi ia
tetap tidak bisa lepas, karena Krit menahannya dnegan lebih kuat.
“Aku tidak akan melepaskanmu. Sampai
kamu berhenti menjadi gila,” kata Krit, sambil menahan Yada dibawah pancuran
air yang deras.
“Aku tidak bisa bernafas,” kata
Yada, kesusahan, karena air derus mengalir dari atas kepalanya.
Tapi bukanya berhenti, Krit malah
menahan kepala Yada, lalu menciumin Yada. Dan Yada sendiri hanya bisa diam saja,
tanpa mampu melawan lagi.
Di persimpangan jalan, Tassana serta
Khem turun dari mobil. Karena pada saat itu, mereka kebingungan harus berbelok
ke jalan yang mana. Dan ketika melihat, tempat mereka berada saat ini, Tassana
berpikir bahwa mereka telah dekat.
Tepat ketika, Tassana dan Khem ingin
kembali kedalam mobil. Tiba-tiba saja mereka mendengar suara wanita yang
berteriak meminta tolong. Jadi mengira itu suara Yada, tanpa pikir panjang Khem
segera berlari kearah suara.
Dan Tassana mengikuti Khem, ia
mengejar dan memanggil nama Khem. Tapi Khem tetap tidak mau berhenti dan terus
berlari. Dan ketika itu, tanpa sengaja, karena sedang memakai sepatu hak, jadi
Khem terjatuh.
Dengan cepat, Tassana segera
membantu Khem untuk berdiri.
“Aku baik-baik saja. Dimana rumah
Khun Krit?” tanya Khem langsung, tanpa memperdulikan dirinya sendiri.
“Sekitar sini ku kira. Tapi pasti,
ini adalah tanah Krit,” jawab Tasana.
Mendengar suara teriakan wanita yang
makin keras, Khem langsung berlari lagi. Dan Tassana mengikutinya lagi juga.
Ketika tiba diarah asal suara.
Mereka melihat seorang pria yang sedang mengganggu seoran wanita. Dan wanita
itu terus berteriak, meminta pertolongan serta berteriak pada pria itu agar
tidak menyakitinya.
Jadi Tassana segera membantu wanita
itu. Ia menarik pria itu agar menjauhi wanita tersebut. Tapi pria itu malah
berteriak marah pada Tassana dan mengaku bahwa ia dan wanita tersebut adalah
suami – istri.
“Jangan menggunakan taktik yang
sama. Tidak akan ada yang mempercayaimu,” kata Khem kepada pria itu.
“Tapi kami benar-benar suami –
istri!” jelas wanita tersebut. Sehingga akhirnya, Tassana melepaskan pria itu.
Dengan mesra, pasangan suami-istri
itu langsung berpelukan. Dan dengan manja, wanita itu mengeluh sambil memukul
pelan suaminya itu, ia meminta agar suaminya itu tidak mencolek - coleknya
lagi.
“Apa yang kalian lakukan disini?”
tanya Tassana, heran dengan tingkah mereka.
“Boss membayar kami untuk menjaga
kebun nya,” jawab si suami.
“Dimana rumah Boss mu?”
Wanita itu menjelaskan bahwa rumah
bosnya berada di Phu Pha Man. Dan selagi wanita itu menjelaskan, dari belakang
suaminya malah usil dan mencoleknya lagi, sehingga wanita itu pun berbicara
dengan nada keras tiba-tiba.
Setelah itu, wanita itu kembali
memukuli suaminya dan mengomel. Lalu ia menunjukan arah rumah bos mereka.
Yada yang telah selesai mandi dan
bertukar pakaian, kembali kedapur. Dan disana ia melihat Krit yang sedang
mengiling biji kopi. Bukannya menghampiri, Yada malah langsung berbalik, ketika
ia mengingat kejadian antara mereka berdua dikamar mandi tadi.
“Telat,” kata Krit,
menyadari kedatangan Yada. Ia lalu mengambil handuk putih di dekat sandaran
kursi, lalu berjalan mendekati Yada.
Yada sadar bahwa Krit mengikutinya,
jadi ia berhenti dan lalu beralasan kalau ia ingin mengeringkan rambutnya. Dan
mendengar itu, Krit berjalan makin mendekat, seperti ingin membantu Yada mengeringkan
rambutnya. Tapi dengan segera, Yada menolak.
“Kamu pikir aku mau menlap
rambutmu?” tanya Krit sambil tersenyum pada Yada. Lalu saat Yada hanya diam,
Krit meletakan handuk itu diatas kepala Yada, menyuruhnya untuk memakai yang
baru.
Yada menurunkan handuk yang berada
diatas kepalanya.
“Oh. Kecewa? Sini. Sini. Aku akan
menlapnya,” tawar Krit, sambil bergerak untuk mengambil handuk itu kembali dari
Yada. Tapi dengan cepat Yada langsung mengelak.
“Aku tidak pernah mengharapkan
apapun. Dari sekarang, menjauh dariku. Dan jangan mengambil keuntungan dariku
lagi,” kata Yada, lalu berbalik untuk pergi.
Dengan cepat. Krit menarik dan
menahan Yada ditembok.
“Apa sejauh ini cukup?” tanya Krit
mengenai jarak mereka. Dan saat, Yada hanya diam saja, Krit mendekat kan
wajahnya sedikit lagi, sambil bertanya. Lalu makin mendekat lagi.
Dan untuk ketiga kalinya, Yada
langsung menyuruh Krit untuk mundur. Tapi Krit tidak mau mundur, malah ia makan
mendekat. Ia menempelkan dahinya dengan dahi Yada.
Saat Yada hanya diam, Krit mundur.
“Tidak bisa memberiku perintah. Ayo mulai bulan madu kita sekarang,” kata Krit
sambil tersenyum menatap Yada.