Company name : Citizen Kane
Akhirnya Krit serta Yada telah tiba
ditempat. Disana Yada sama sekali tidak mau turun dari mobil, tapi tanpa
menunggu Yada, Krit membuka bagasi dan mengeluarkan koper milik Yada. Setelah
itu tanpa berkata apa-apa, Krit membuka pintu mobil disamping Yada. Dan
menyadari maksud Krit, maka Yada keluar dari mobil.
Lalu Krit berjalan duluan sambil
membawa koper. Dan Yada langsung mengikuti dari belakang. Dan tibalah mereka
disebuah rumah yang sangat besar.
Ketika Krit mengembalikan hpnya. Yada
langsung mengeluh, karena ternyata tidak ada satupun signal atau jaringan
disana.
“Manfaatkan hal-hal lain yang ada,
jika kamu tau gimana caranya menggunakan otakmu,” kata Krit kepada Yada.
“Kita akan tinggal disini kah?”
“Bukan kita, tapi kamu.”
“Huh?!” balas Yada, tidak percaya
dengan apa yang didengarnya.
“Kamu harus tidur disini. Aku akan
pergi tidur ditempat lain. Tidur yang nyenyak,” kata Krit, lalu berjalan pergi begitu saja.
Ketika Krit berjalan menjauh
meninggalkannya, Yada dengan cepat langsung mengikutinya. Tapi sayangnya, Krit
telah masuk kedalam mobil dan mengabaikan Yada yang mengedor-ngedor jendela
mobilnya. Krit menyalakan mobilnya.
“Khun Sharkrit! Khun! Khun! Kamu tidak
bisa menghukumku seperti ini! Aku tidak melakukan hal yang salah! Jika kamu mau
mendengarkan ku, kamu akan tau mengapa aku menghacked komputermu. Khun
Sharkrit! Khun!” kata Yada cepat dalam menjelaskan. Tapi tanpa mau mendengarkan
alasannya, Krit pergi begitu saja meninggalkan Yada.
“Baik! Ayo seperti ini! Silahkan
pergilah dan jangan kembali! Aku bisa mengatasinya sendiri!” teriak Yada,
frustasi. Setelah itu ia pun ingin kembali kerumah besar itu, tapi tiba-tiba
saja ia merasa takut, karena suasana gelap serta pepohonan yang berada disana.
Yada masuk kedalam rumah sambil
membawa kopernya. Menggunakan senter dihpnya, ia bergerak mengelilingin rumah
untuk mencari tombol lampu. Dan akhirnya ia menemukannya.
“Aku bisa mengatasinya, jika ada
listrik dan air,” kata Yada, setelah itu ia mematikan senter hpnya. Dan mencari
tombol lain, lalu menyalakan semua lampu yang ada.
Disaat Yada memencet tombol lampu yang
terakhir. Ia menjadi kaget sendiri, ketika ia melihat sebuah lukisan rantai
dengan borgol besar yang telah terbuka didalam rumah. Dan tepat ketika itu,
semua lampu yang ada mulai berkedi-kedip dan mati.
Sehingga Yada pun berteriak,
ketakutan.
Krit yang ternyata tidak pergi jauh
dari sana, mendengar suara teriakan Yada itu. Dan dengan segera ia ingin naik
kedalam mobil serta kembali kesana, tapi lalu ia menghentikan dirinya sendiri.
“Aku gila,” kata Krit pada dirinya
sendiri. Dan kembali berdiri diam, mengawasi dari jauh.
Didalam rumah yang gelap. Dengan agak
bersusah payah, Yada menyalakan sebuah lampu minyak untuk menerangin ruangan.
♪ Dimasa lalu aku kelihatan seperti tidak pernah khawatir
kepada siapapun ♪
♪ Kelihatan seperti aku tidak punya hati ♪
♪ Seperti aku hanya bagus dalam menyakiti orang lain ♪
♪ Aku membenci diriku sendiri, bahkan walau aku tau,
aku
masih melakukan itu♪
Ketika Yada melihat kembali pada
lukisan itu, ia menjadi ketakutan. Dan disisi lain, Krit masih berdiri disana,
memandangin rumah tersebut dari jauh.
♪ Menyakiti lagi dan lagi setiap hari ♪
♪ Aku ingin minta maaf sebanyak-banyaknya ♪
Krit mengingat pembicaraan nya dengan
Yada dulu. Ketika ia menanyakan pada Yada, apakah jika ia bilang itu karena
cinta, maka Yada akan mempercayainya. Tapi saat itu Yada hanya diam, tidak
menjawab.
Dan ketika itu, Krit memutuskan untuk
mempercayai Yada, lalu meminta agar Yada tidak mengecewakannya. Tapi pada saat
itu, Yada malah menghacked laptopnya, mengkhianatinya, walaupun niat Yada
sebenarnya adalah baik. Sehingga Krit merasa sangat kecewa.
♪ Semakin aku melihatmu menangis ♪
♪ Semakin menekan ku untuk menjadi lebih terluka ♪
♪ Semakin aku merenungkannya kembali ♪
Yada keluar dari dalam rumah sambil
membawa lampu itu. Ia melihat ke halaman yang luas, mungkin mencari Krit, tapi
Krit sama sekali tidak ada disana.
♪ Jika kamu masih mencintai ku, tolong jangan tinggalkan
aku ♪
♪ Bisakah kamu memaafkan aku? ♪
Disisi lain. Krit masih berdiri,
memperhatikan rumah dimana Yada berada dari jauh.
♪ Dimasa lalu kelihatan nya seperti aku baik-baik saja ♪
♪ Apa kamu tau aku juga sedih ? ♪
♪ Tapi aku tidak tau bagaimana mengatakannya ♪
Malam semakin dingin. Jadi Yada mengambil selimutnya dan
menyelimuti dirinya sendiri yang mulai merasa kedinginan, sambil masih melihat
ke sekitar halaman lagi.
♪ Semakin aku melukai orang yang ku cintai ♪
♪ Semakin itu menghancurkan hatiku ♪
♪ Itu seperti aku menghancurkan hatiku sendiri ♪
♪ Apa kamu tau, aku diam-diam mengkhawatirkanmu? ♪
♪ Itu tidak seperti, aku tidak mencintai kamu ♪
♪ Ketika aku bertingkah seperti itu, aku sakit juga ♪
Disisi lain, Krit juga sama. Karena malam yang semakin dingin, maka ia masuk kedalam mobilnya. Masih sambil mengawasi rumah dimana Yada berada dari kejauhan.
♪ Semakin aku melihat kamu menangis ♪
♪ Semakin menekan ku untuk menjadi lebih terluka ♪
♪ Aku ingin berjalan dan menemui kamu ♪
♪ Aku ingin mengerikan air matamu sebelum siapapun ♪
♪ Semakin aku mengganggumu ♪
♪ Semakin aku merenungkannya kembali ♪
“Apa kamu benar-benar tidak datang?”
tanya Yada. Ia tampak sedih, karena Krit sama sekali tidak kembali kepadanya.
Meninggalkannya sendirian begitu saja. “Jahatnya!”
♪ Jika kamu masih mencintaiku, tolong jangan tinggalkan aku
♪
♪ Bisakah kamu memaafkan ku? ♪
Yada lalu mengingat semua rencana nya
bersama Tassana untuk mengeluarkan Krit dari kehidupan gelapnya itu. Dengan
cara menemukan bukti mengenai Mr. Wong. Sehingga Krit bisa memulai hidup
barunya.
“Aku melakukan ini untuk kamu. Jadi
mengapa kamu melakukan ini kepadaku? Mengapa kamu megunciku disini ditengah
hutan?” pikir Yada dalam hatinya sambil menangis. Tapi untuk menguatkan dirinya
sendiri, ia menghapus air matanya.
Didalam mobil. Krit mengingat lukisan
yang berada didalam rumah itu. Dulu ketika pertama kali, Ayahnya dibawa masuk
kedalam penjara. Ia melihat kaki serta tangan Ayahnya diborgol dengan sebuah
borgol yang memiliki rantai.
Krit juga mengingat saat, ia meminta izin
kepada Ayahnya untuk pergi ke Hong Kong. Dan ketika itu, ia meminta agar Ayahnya menunggu dirinya, karena ia pasti akan kembali.
Krit turun dari mobilnya. Lalu ia
mengingat, ketika akhirnya ia telah berhasil dan pergi ke penjara untuk menemui
Ayahnya. Disana Ayahnya menyuruh dia untuk berhenti, sebelum ia menyesal dan
kehilangan segalanya.
“Aku benar-benar tidak memiliki apapun
yang tersisa,” kata krit dengan raut wajah yang tampak sangat sedih.
Pagi hari. Kasin menemui Khem serta
Tassana di café. Bukannya langsung memberitahu apa yang terjadi, Kasin malah
tersenyum senang, mengetahui kalau Tassana adalah teman baik Krit. Dan kini
Tassana sedang mengkhianati Krit, teman baiknya.
“Kamu sedang mengigau ya! Cepat
ceritakan apa yang Khun Da bilang. Jelaskan sedetail mungkin,” kata Tassana,
malas akan sikap Kasin.
“Mm… “Tolong aku. Aku ketahuan”
seperti itu,” jelas Kasin.
“Mengapa kamu tidak menelpon ku
kemarin malam?” tanya Khem, marah.
“Dia mengancam untuk membunuhku.
Kalian berdua bisa mengurusnya dari sini,” jawab Kasin, tampak tidak peduli
lagi dan ingin pergi dari sana.
Tepat ketika Kasin ingin keluar dari
café, Mon serta Chat masuk kedalam café, mereka menanyakan pada Khem apakah ia
telah selesai berbicara kepada Kasin, karena mereka ingin membawanya. Dan tanpa
menunggu jawaban Kasin, Mon langsung mengancam Kasin untuk mau mengikuti
mereka.
“Jangan lupa, kamu telah menanda tanganin
surat pernikahan,” jelas Mon, mengingatkan.
“Aku akan menunggu diluar ya,” tambah
Chat, lembut, lalu mengajak mamanya keluar.
Setelah Mon serta Chat keluar, Kasin
langsung marah kepada Khem. Karena telah membawa dua orang tersebut, kepadahal
ia telah membahayakan dirinya untuk memberitahu itu.
“Kamu hanya membuang tanggung jawab
pada kami. Hanya supaya kamu merasa lebih tenang, tidak merasa terganggu, itu
saja,” kata Tassana, membela Khem.
“Aku melakukan hal baik dan ini yang
kudapat sebagai gantinya. Hidup yang menyebalkan!” kata Kasin dengan kesal,
lalu keluar dari café.
Diluar café, tanpa berbasa-basi Kasin langsung menanyakan tujuan
Chat serta Mon padanya.
“Oh… apa kita akan membicarakannya
disini, nak? Kita tidak pergi ketempat lai n saja kah untuk makan dan membicarakan
ini?” tanya Mon dengan halus.
“Tidak perlu. Disini bagus,” balas
Kasin.
Mendengar itu, Chat bergerak duduk
disamping Kasin dan mengembalikan dompetnya yang kemarin telah Mon curi,”Takut
menghabiskan uangmu?”
Dengan cepat, Kasin merebut kembali
dompetnya dan memeriksa isi didalamnya. Mon lalu duduk disebelah Kasin,” Takut
kami ingin mengambil uangmu ya?”
“Memiliki ibu mertua bertangan cepat
sepertimu, bagaimana aku bisa percaya?” balas Kasin.
“Oh. Kamu panggil aku ‘Mom’ sekarang?”
kata Mon senang, mendengar itu.
Kasin lalu setuju untuk menikah,
karena ia tidak bisa lagi melarikan diri dari mereka. Dan jika mereka harus
sampai dipengadilan, maka perusahaan nya akan dalam bahaya. Bahkan Ayahnya akan
mengusir dirinya.
Juga Kasin memberikan satu syarat,
yaitu ia hanya memiliki budget 30.000 untuk pernikahan ini. Bukan 50.000 baht
lagi.
Mon jelas langsung terkejut mendengar
itu. Tapi Chat tidak masalah yang penting mereka tetap harus menikah. Sehingga
kasin menjadi kaget sendiri.
“Huh? Kamu benar-benar mau menikah?!”
tanya Kasin.
“Ya!” jawab Mon serta Chat, bersamaan.
Dan Chat lalu memeluk lengan Kasin dengan manja dan mesra.
Yada yang telah bangun dan mandi serta
berganti pakaian. Ia mulai membuka kulkas serta satu-persatu laci yang ada
didalam dapur, mencoba untuk mencari sesuatu yang dapat dimakan. Tapi
sayangnya, tidak ada apapun yang layak dimakan. Disana hanya ada sekaleng
biskuit yang sudah kadaluarsa.
Tepat ketika itu, Yada mendengar suara
mobil Krit yang datang. Jadi ia keluar dan memastikan dan ternyata benar.
“Kamu tidak ingin datang membantu?”
tanya Krit yang datang sambil membawa kantong belanjaan berisi makanan. Tapi
Yada dengan sengaja mengabaikannya dan masuk kembali ke dalam rumah.
Dan diluar, Krit melihat lampu minyak
serta hp Yada yang terletak disana.
Yada mulai memakan biskuit tersebut,
tapi setelah ia mengunyah, ia merasa tidak enak dan langsung mengambil gelas
dan mengisinya dengan air untuk diminum. Lalu dengan agak bersusah payah, ia
mulai memakan biskuit itu lagi. Dan mau minum lagi.
“Apa kamu tidur nyenyak semalam?”
tanya Krit, penuh perhatian. Lalu saat ia melihat Yada yang memakan biskuit itu
dan mau mengambil air lagi, maka Krit dengan sengaja merebut gelasnya dan
meminumnya.
“Aku lapar. Buatkan aku sesuatu untuk
dimakan,” kata Krit. Tapi Yada mengabaikannya, ia tetap memaksakan dirinya
sendiri untuk memakan biskuit tersebut. Sehingga melihat itu, Krit menjadi
marah dan merebutnya dari Yada, lalu membuangnya.
“Berhenti maka biskuit itu! Apa kamu
dengar apa yang ku bilang?!” kata Krit, keras, tanda marah. Dan sekali lagi,
Yada masih mengabaikannya dan malah ingin menghindarinya. Tapi dengan cepat,
Krit menarik tangan Yada dan menahannya.
“Apa kamu marah aku tinggalkan sendiri
disini? Bagaimana perasaanmu? Takut mati? Dingin? Tidak tau masa depanmu? Aku
merasa seperti itu selama hidupku. Aku tidak pernah mempercayai siapapun. Tapi
aku mempercayai mu. Aku menceritakan tentang keluargaku padamu. Menunjukan
padamu sisi gelap dalam hidupku. Tapi kamu mengkhianatiku. Aku yang harusnya
marah padamu.”
“Aku akan memasakan sesuatu untukmu,”
balas Yada tanpa ekspresi.
“Aku beri kamu waktu 5 menit.”
“15 menit!” balas Yada.
“10 menit! Jika kamu tidak tepat
waktu, kamu akan makan biskuit basi untuk makan siangmu!” Kata Krit dengan nada
keras.
Setelah itu Yada tidak melawan lagi,
dengan perasaan sedih dan kesal sebenarnya, ia mulai mengeluarkan semua bahan
makanan yang ada. Serta bersiap untuk mulai memasak. Sedangkan Krit berjalan
untuk ke kamar mandi dan pada saat itu, ia menyadari bahwa Yada menutupi
lukisannya dengan kain.
Dan lalu Krit menatap kearah Yada yang
sedang sibuk untuk memasak.
Khem serta Tassana mendatangin tempat
tinggal Krit serta Yada. Disana Ping, menolak untuk memberitahu kepada mereka
berdua kemana Yada dibawa pergi. Karena jika ia menceritakan pada mereka, maka
Boss (Krit) akan membunuhnya.
“Dimana Khun Krit membawa kakakku?”
tanya Khem kepada Ping.
“Bulan madu,” jawab Ping.
“Bulan madu dimana?”
“Aku tidak tau.”
“Kamu tidak tau atau kamu tidak berani
bercerita pada kami?” tanya Tassana.
“Boss tidak pernah memberitahuku
kemana ia akan pergi. Dia membawanya pas tengah malam. Itu saja yang ku tau,”
jawab Ping.
Setelah itu, Tassana serta Khem mulai
mencari sesuatu yang tampak mencurigakan atau aneh. Tapi tidak ada. Semuanya
rapi, kamar, pakaian, dan lain-lain. Hanya sebuah koper kecil yang menghilang.
“Apa coba yang P’Da pikirkan untuk
mendapatkan informasi dari Khun Krit? Mengapa dia melakukan itu? Aku masih
tidak mengerti.” tanya Khem heran, karena penasaran dengan semuanya.
“Kamu tidak perlu tau tentang ini.
Tapi hanya percayai aku. Khun Da melakukan segalanya untuk keluarganya,” jawab
Tassana.
“Menikahi seseorang yang merupakan
musuh keluarganya?”
“Akankah keluargamu tenang setelah
itu? Bahkan walaupun itu cuma sebentar saja.”
“Apa yang Khun Krit coba lakukan?”
tanya Khem lagi. Tapi kali ini, Tassana tidak lagi menjawab. Ia malah mulai
melihat kesekeliling ruangan dan pada saat itu ia menemukan sebuah buku memo.
Bertanya pada Khem apa yang akan
dilakukannya saat diculik. Khem pun menjawab, ia akan menelpon seseorang,
menulis note, melemparkan kursi untuk memecahkan kaca jendela, dan segala yang
bisa ia lakukan.
Mengetahui hal itu, Tassana
mendapatkan sebuah ide dalam pikirannya. Menggunakan pensil, Tassana mulai
mencoret (mewarnai) kertas dengan pensil. Sehingga bekas tulisan yang ada
disana, bisa dibaca. Datang cari aku, Yada Methasit.
Dan membaca itu, mereka berdua menjadi
terkejut serta saling berpandangan dengan bingung.
Slalu d nnti
ReplyDelete