Company name : Citizen Kane
Dengan
sikap masih waspada, Yada memulai aksinya. Ia menyiapkan semua yang dibutuhkan,
seperti kertas password dari Tassana dan Flashdisk dari Kasin. Setelah itu, ia
duduk dan menyalakan laptop milik Krit.
Tapi
sayangnya, laptop tersebut malah low battery nya. Sehingga Yada terpaksa harus
mencari charge nya terlebih dahulu.
Setelah
berhasil login dilaptop Krit, Yada lalu mencolokan flashdisk dari Kasin ke
laptop Krit. Dan dengan tidak sabar, Yada menanti program pada flashdisk itu
berjalan.
“Kita
akhirnya bisa menyelesaikan masalah ini bersama, Khun Sharkrit,” kata Yada
sambil program tersebut selesai. Dan tiba-tiba ketika itu hpnya berbunyi,
sehingga Yada pun menjadi kesal.
“Kasin,
mengapa kamu menelpon sekarang? Aku sudah bilang, aku tidak akan meminjamkan mu
uang lagi,” kata Yada dengan suara berbisik-bisik.
“Apa
kamu sudah mulai? Hentikan sekarang,” tanya Kasin dengan panik, mengabaikan
itu.
Setelah
Yada akhirnya mendengarkan semua penjelasan dari Kasin, ia menjadi terkejut
sendiri. “Huh? Apa? Semua password lama akan terhapus?... pemilik akan tau
ketika itu di hacked… Apa aku membayarmu gratis?... Aku tidak apa-apa… Aku
harus mendapatkan semua informasinya dulu,” kata Yada, tampak mulai panik juga.
Tepat
ketika itu, tiba-tiba saja Yada mendengar flashdiknya dicabut. Sehingga ia
berbalik untuk melihat siapa. Dan ternyata orang itu adalah Krit.
“Khun,
kamu tidak tertidur?” tanya Yada, heran.
Sebelumnya,
ketika Yada memberikan teh yang dicampur dengan pil tidur kepada Krit. Ternyata
pada saat itu, tepat ketika Yada mengalihkan pandangannya melihat kearah laptop
Krit dimeja. Dengan cepat Krit langsung membuang teh itu ke tempat sampah
disampingnya dan lalu setelah itu ia bersikap seolah-olah ia telah meminum
semuanya.
Dan
kini dengan rasa ketakutan, karena telah ketahuan. Yada berdiri tegap didekat lemari. Lalu Krit
langsung mendekati Yada dan ia berdiri tepat disamping Yada.
“Aku
sudah bilang, aku tidak suka dikejutkan,” kata Krit tajam. Sehingga membuat
Yada makin bingung harus bagaimana.
Sedangkan
ditempat lain. Dengan perasaan frustasi dan marah yang meluap, Krit mengendarai
motornya secara kebut-kebutan sambil mengingat semua perkataan Ayahnya. Dan
tepat ketika itu Nee datang ke arena motor tersebut.
“Khun
Trai! Trai hentikan sekarang!” teriak Nee panik, ketika Trai makin cepat
membawa motornya. Tapi tetap tidak mau berhenti dan semakin cepat mengendarai
motornya.
“Trai,
jika kamu mau mati, pergilah ketempat lain!”teriak seseorang pria yang berada
disana kepada Trai. Dan mendengar itu Nee menjadi marah.
“Hey
bagaimana bisa kamu bicara seperti itu?!”
“Dia
sedang marah!” balas pria itu sambil menunjuk ke arah Trai.
Tepat
disaat seperti itu, motor yang dinaiki Trai tergelincir dan menabrak segitiga
pembatas. Lalu Trai sendiri langsung terjatuh dari motornya dan tampak tidak
sadarkan diri.
Jadi
dengan panik, semua orang yang berada disana langsung berlari mendekati Trai.
Begitu juga dengan Nee yang langsung ikut berlari sambil meneriaki nama Trai
berkali-kali.
Untung
saja, ketika orang-orang tersebut mendekatinya dan lalu memeriksa kondisinya.
Trai langsung tersadar dan lalu dengan agak kesulitan, ia mencoba untuk bangkit
berdiri.
“Hey,
jangan bergerak. Apakah kalian sudah menelpon ambulans? Trai jangan bergerak
dulu!” perintah orang-orang itu. Tapi Trai malah membandel, tanpa memperdulikan
orang-orang tersebut, ia tetap bangkit berdiri dan berkata bahwa ia baik-baik
saja.
“Ayo
kerumah sakit dulu. Sini. Ayo,” kata Nee sambil berjalan mendekati Trai, tapi
Trai malah berjalan menghindari Nee. Ia melepaskan helmnya dan berjalan pergi
begitu saja tanpa memperdulikan panggilan Nee yang memanggil namanya.
Trai
membuka dan membuang helmnya begitu saja. Dan dari belakang, Nee masih
mengikuti sambil memanggil namanya, tapi Trai tetap tidak mau berhenti sama
sekali.
“Hey
berhenti. Tunggu,” kata Nee sambil memegang tangan Trai. Dan ketika itu, Trai
langsung meringis nampak kesakitan.
“Bagaimana
kamu bisa ada disini?” tanya Trai.
“Aku
mengikuti kamu. Kamu pergi ke rumahku kan? Apakah ada yang salah? Kamu mau aku
hubungin seseorang? Khun Khem atau Ayahmu?” tanya Nee, perhatian. Tapi ketika
mendengar Ayahnya disebut, ekspresi Trai langsung berubah untuk sesaat.
“Tidak
perlu, aku bisa pulang sendiri,” balas Trai, lalu berbalik untuk pergi.
Sekali
lagi, Nee menghentikan Trai. Ia langsung bergerak dan menghadang Trai yang mau
berjalan pergi dari sana. “Kamu tidak bisa. Kamu harus masuk kedalam mobilku.
Apa kamu tidak melihat dirimu sendiri sekarang? Jika kamu tidak mau pulang,
kemana kamu mau pergi? Katakan padaku.”
Krit
mendorong Yada ke cermin dan menahannya,”Untuk 20 tahun, aku tidak pernah
mempercayai siapapun, tapi aku mempercayaimu. Pada akhirnya, aku malah
dikhianati.”
“Khun
Sharkrit. Jangan marah dulu. Aku punya alasan,” balas Yada berusaha untuk
menjelaskan. Tapi Krit sama sekali tidak mau alasan mendengar Yada. Ia langsung
menyuruh Yada untuk menyiapkan barang-barangnya dalam waktu 5 menit.
Dan
dengan panik, Yada langsung menanyai kemana Krit akan membawanya. Tapi Krit
tidak menjawab dan keluar dari kamar Yada.
Tepat
pada saat itu, Kasin menelpon dirinya. Jadi dengan cepat dan agak panik, Yada
meminta kepada Kasin agar menolongnya. Ia menjelaskan kondisinya dan lalu
meminta agar Kasin memberitahu tentang hal ini kepada Tassana.
Sayangnya,
sebelum Yada selesai berbicara. Krit masuk kedalam kamar Yada lagi dan langsung
merebut hp milik Yada itu, “Tinggal 3 menit,” kata Krit, mengingatkan.
Setelah
Krit keluar dari kamarnya lagi, Yada langsung mengambil telepon untuk
menghubungin seseorang, tapi sayangnya telepon itu sama sekali tidak bisa
berfungsi.
Kasin
yang bingung dengan situasi itu, langsung menghubungin balik Yada. Dan karena
saat itu, hp Yada berada ditangan Krit. Maka Krit lah yang menjawab.
“Da.
Kamu mau aku untuk menghubungin siapa?” tanya Kasin.
“Tetap
tinggal, jika kamu tidak mau mati,” ancam Krit. Sehingga dengan agak ketakutan,
Kasin lalu mematikan telponnya.
Yada
keluar dari dalam kamarnya, sambil membawa sebuah koper yang berisi
barang-barangnya, seperti yang diperintahkan oleh Krit tadi. Dan sekali lagi,
Yada bertanya kepada Krit, kemana dia akan membawanya.
Tapi
karena Krit tetap tidak mau memberitahunya, maka Yada mencoba untuk menjelaskan
maksudnya.
“Jangan
menjelaskan apapun,” kata Krit dengan nada keras. Lalu lanjutnya,”Aku sudah
menceritakan semua masa laluku. Apa lagi yang mau kamu tau? Kamu adalah ular
berbisa, sama seperti Ayahmu. Tidak bisa dipercaya,”
“Jika
kamu sangat membenciku, maka kita hanya perlu bercerai!” balas Yada menjadi
marah, mungkin, karena Krit mengatai Ayahnya.
Dengan
cepat, Krit menarik tangan Yada dan tidak membiarkannya untuk pergi. Tapi Yada
melawan dan tetap mau pergi. Jadi Krit pun mengancamnya.
“Jika
kamu mau diseret kembali oleh bawahanku, maka silahkanlah. Bukankah kamu sudah
melihat contohnya,” kata Krit. Sehingga Yada pun langsung berhenti.
“Kemana
kita akan pergi?” tanya Yada lagi.
“Apa
kamu siap?”
“Ak…
aku … lupa handphone ku,” kata Yada dengan gugup. Lalu Krit menunjukan hp milik
Yada yang berada ditangannya.
“Ak…
aku lupa tetes mataku. Mataku mudah kering, jadi aku harus membawa itu denganku
sepanjang waktu,” kata Yada beralasan. Dan langsung masuk kembali kedalam
kamar.
Didalam
kamar. Yada mengambil pena dan menulis diatas kertas memo. Lalu setelah itu,
dengan buru-buru, Yada memberantakin kamarnya sendiri,
Tepat
sebelum Krit masuk untuk memeriksanya, Yada keluar dari dalam kamar dan
langsung menahan Krit agar tidak masuk. Dan dengan tajam, Krit memperhatikan
Yada, apakah ia benar-benar ada mengambil tetes matanya.
Dan
benar Yada memegang sebuah botol kecil ditangannya. Tapi ntah itu benar-benar
tetes mata atau bukan, karena Yada tampak gugup ketika Krit memperhatikan botol
ditangannya, sehingga dengan agak erat, Yada mengenggam botol itu.
Diluar
hotel. Yada dengan sengaja melambai-lambaikan tangannya kearah kamera CCTV.
Lalu dengan panik, Yada melihat kearah sekitar yang sepi. Dan tepat pada saat
itu, dua orang tamu hotel datang dan mau masuk kedalam.
Jadi
dengan berpura-pura, didekat dua orang yang mau masuk itu, Yada membuka suara
untuk menanyakan kemana Krit akan membawanya. Tapi sayang, dengan lebih cepat
Krit langsung merebut koper ditangan Yada.
“Sini
Da, aku akan membawanya untukmu. Aku takut kita mungkin telat, jadi aku sedikit
terburu-buru. Lihat kamu. Kamu bahkan tidak sempat berganti pakaian,” kata Krit
dengan penuh perhatian, lalu ia memeluk Yada.
Dan
melihat itu, kedua orang tersebut, langsung melewati mereka. Setelah itu
barulah, Krit melepaskan Yada dari pelukannya.
Yada
melihat kearah kamera CCTV dengan panik. Dan Krit menyadari hal itu,”Apa yang
kamu lihat? Kamera CCTV? Disana. Disana. Dan juga disebelah sana. Katakan halo
kepada mereka,” kata Krit sambil menunjuk dan lalu mengambil tangan Yada serta
melambai-lambaikannya.
Dengan
kesal, Yada langsung melepaskan tangannya.
“Apa
kamu pernah berpikir, mengapa aku memilih tinggal disini?”
“Ini
hotel mu juga?”
“Hanya
sedikit saham saja,” balas Krit sambil memeluk Yada kembali.
Tepat
pada saat itu, Ping datang membawakan mobil. Dan dengan sedikit paksaan, Krit
membawa Yada untuk ikut dengannya. Tapi sebelum mereka masuk kedalam mobil,
Ping memberikan secarik kertas kepada Krit.
Dan
melihat itu, Yada menjadi tampak terkejut. Sedangkan Krit tersenyum dengan
sinis, ketika membacanya. Datang cari
aku. Yada Methasit. Itulah isi pesan yang ditulis oleh Yada sebelumnya.
“Kita
sudah menikah. Kamu masih menggunakan nama belakangmu yang lama? Tidak ada
seorang pun yang bisa menolong kamu,”
ancam Krit sambil menarik tangan Yada dengan kasar agar mendekat padanya.
Karena
tidak bisa melawan atau melakukan apapun. Maka pada akhirnya, Yada masuk
kedalam mobil. Ketika Yada sekali lagi bertanya, kemana Krit akan membawanya.
Krit hanya menjawab dengan sangat singkat, Bulan madu. Lalu dengan kasar, Krit
melemparkan secarik kertas yang tadi kearah Yada.
Dirumahnya.
Nee membawakan beberapa kantong belanjaan yang berisikan pakaian baru untuk
dikenakan oleh Trai, ia menjelaskan bahwa sebenarnya semua pakaian itu untuk
Krit, tapi Krit selalu saja menolak apa yang dibelinya.
Dan
mendengar itu, mungkin karena cemburu, atau ntahlah. Trai membuang pakaian itu
kelantai dan menolak untuk mengenakannya, walaupun pakaian itu masih baru.
“Khun.
Jika kamu bertindak kekanakan disini. Maka pergilah,” kata Nee tegas. Dan Trai
pun berdiri serta berjalan pergi dari sana.
Melihat
itu, Nee menjadi tidak tega sendiri dan mengikuti Trai. “Khun. Bisakah kamu
tidak menambahkan masalah pada dirimu sendiri? Lihat aku sebagai contohnya.”
Mendengar
itu, Trai kembali. Ia memungut pakaian yang dibuangnya tadi. Lalu mandi serta
bertukar pakaian memakai itu. Setelah itu, ia mulai menyiapkan kasur untuk
tidur nya malam ini. Tapi karena kejadian sebelumnya, Trai merasakan sakit
ditangannya. Sehingga ia tidak mampu mengangkat kasur tersebut.
Dari
belakang. Nee datang sambil membawakan sesuatu untuknya. Dan ketika itu,
dengan berpura-pura kuat, Trai berbohong bahwa ia baik-baik saja. Jadi dengan
sengaja Nee mendekatinya, lalu menyenggol tangan Trai dengan kuat. Sehingga
Trai langsung berdiri dan meringis kesakitan.
“Jika
itu sakit, teriaklah,” kata Nee.
“Aku
melakukannya!” balas Trai.
“Jika
kamu punya masalah, katakanlah dengan keras,” kata Nee. Dan ekspresi Trai
langsung berubah, lalu ia duduk kembali disofa.
“Hey
Khun. Bukankah kita teman?” tanya Nee, ikut duduk lagi disamping Trai.
“Aku
tidak bisa mengatakan itu,” kata Trai.
“Okay,”
balas Nee, mengerti. Lalu tanpa mengatakan apapun, ia menaikan lengan baju Trai
dan mengompresnya menggunakan kain basah dingin.
♪
Aku ingin kamu tau, aku ingin kamu mengerti kebenarannya ♪
♪
Dan aku mungkin tidak bisa membuatmu mengerti segalanya ♪
♪
Tapi ada satu hal yaitu kebenaran yang tidak pernah berubah ♪
♪
Itu adalah cinta yang aku miliki untukmu ♪
♪
Itu adalah cinta yang berasal dari hatiku ♪
♪
Tolong jangan lihat aku sebagai orang lain ♪
♪
Bahkan walaupun aku tidak ada dalam hatimu ♪
Melihat
itu. Trai memegang tangan Nee dan berterima kasih kepada Nee, karena tidak
bertanya lagi. Begitu juga dengan Nee, ia berterima kasih karena Trai tetap ada
disisinya. Dan secara perlahan, Trai mendekatkan wajahnya untuk mencium Nee.
Awalnya
Nee hanya diam, tapi semakin wajah Trai menjadi dekat. Nee langsung mendorong
wajah Trai menjauh darinya. Sehingga Trai pun langsung terjatuh.
“Apa
kamu tau bagaimana cara mengeja kata teman?”
kata Nee, lalu berdiri meninggalkan Trai. Dan ketika itu, Trai tersenyum
senang.
Dirumah.
Khem berusaha menelpon Trai, tapi tidak ada yang mengangkat, sehingga ia
menjadi sangat khawatir. Sedangkan dengan santai Dilok meminum minumannya.
“Jangan
khawatir tentang Trai. Dia adalah laki-laki, dia akan pulang.”
“Tapi
dia tidak menjawab telponnya.”
“Dia
mungkin sedang bersenang-senang,” balas Dilok, lalu bangkit berdiri.
Mon
datang kedapur dan mendengus mendengar itu. Jadi mendengar itu, Dilok mengatai
Mon yang tidak berhasil menangkap menantunya sendiri hari ini dan jika suatu
saat Kasin kembali ke Zurich, maka segalanya akan berakhir untuk mereka (Chat
serta Mon).
“Jangan
mengkhawatikan Khun Kasin, tuan. Khawatirkan aja tentang Khun Trai. Aku
mendengar pelayan berbicara bahwa Khun Trai kabur dari rumah? Aku kira dia
bekeerja terlalu keras, menekan dirinya sendiri dan pergi untuk melepaskannya,”
balas Mon dengan sinis kepada Dilok.
“Yeah,
Trai keluar untuk melepaskan itu. Dia bukan orang berwajah tebal seperti kamu
dan anakmu yang membawa laki-laki kesini untuk tidur dengannya dirumahku. Cepat
dan nikahin Kasin, jadi kamu bisa segera keluar dari sini!” kata Dilok, balas mengatai, lalu pergi.
Sebelum Mon bisa membalas lagi. Khem bangkit berdiri dan
menyuruh Mon untuk menjadi penumpang yang baik, jika memang masih ingin tinggal
disini. Sehingga Mon terdiam, lalu pergi dari sana.
Dikamar Chat. Mon mulai mengeluh. Dan dengan tenang, Chat
menyuruh agar mamanya mengabaikan perkataan mereka, karena masih banyak uang
yang milik Dilok yang bisa dicuri.
Mendengar itu, Mon menjadi khawatir, tindakan mereka
kemarin ketahuan. Jadi Chat menjelaskan bahwa mereka tidak akan ketahuan,
karena Dilok banyak membeli barang berharga jutaan baht, jadi dia tidak akan
menyadari bila beberapa uangnya hilang.
“Hey,
kapan kamu akan menikah? Aku telah mencuri dompetnya, tapi dia sama sekali tidak
merasa terganggu oleh itu?” tanya Mon, mulai membahas tentang Kasin.
“Jika
Khun Kasin tidak lari kepada kita, maka kita hanya perlu lari kepada nya Mom.
Lagian aku pasti akan menikahi tunangan dari putri Methasit,” balas Chat.
Sepanjang
perjalanan yang mereka lalui. Yada selalu melihat keluar jendela, untuk melihat
kemana mereka akan pergi. Jadi menyadari hal itu, Krit pun bertanya, apakah
Yada benar-benar penasaran kemana mereka.
“Kemanapun
tidak apa, aku tidak peduli,” balas Yada dengan tajam. Dan mendengar itu, Krit
tersenyum sendiri, setelah itu ia menginjak gas dan mengendarai mobilnya dengan
lebih cepat.
“Bisakah
kamu menyetir lebih pelan?” tanya Yada mulai khawatir.
“Jika
kamu takut, maka tutup matamu,” balas Krit tidak peduli.
“Aku
tidak takut,” kata Yada. Dan mendengar itu, maka Krit makin mempercepat laju
mobilnya.
“Mencoba
untuk memenangkan sesuatu yang bodoh seperti ini, tidak seperti kamu,” kata
Yada lagi. Dan kini, Krit langsung menghentikan mobilnya secara tiba-tiba.
“Ini
hanya awal,” balas Krit, lalu mengendarai lagi mobilnya, melaju.
Dirumah.
Khem tampak sedih. Ia mengingat semua kenangannya dengan keluarga dulu. Dan
ketika ia melihat foto keluarga mereka, ia teringat tentang kedekatannya
bersama Yada dulu. Serta semua perkataan kasarnya pada Yada kemarin.
Dan
lalu dengan sangat sedih, ia menangis. “Tolong maafkan aku.”
Mksih ...lnjut lg ya
ReplyDelete