Sinopsis Thai-Drama : Ra Rerng Fai Episode 8 - 4


 Company name : Citizen Kane

Dengan sikap masih waspada, Yada memulai aksinya. Ia menyiapkan semua yang dibutuhkan, seperti kertas password dari Tassana dan Flashdisk dari Kasin. Setelah itu, ia duduk dan menyalakan laptop milik Krit.





Tapi sayangnya, laptop tersebut malah low battery nya. Sehingga Yada terpaksa harus mencari charge nya terlebih dahulu.

Setelah berhasil login dilaptop Krit, Yada lalu mencolokan flashdisk dari Kasin ke laptop Krit. Dan dengan tidak sabar, Yada menanti program pada flashdisk itu berjalan.

“Kita akhirnya bisa menyelesaikan masalah ini bersama, Khun Sharkrit,” kata Yada sambil program tersebut selesai. Dan tiba-tiba ketika itu hpnya berbunyi, sehingga Yada pun menjadi kesal.





“Kasin, mengapa kamu menelpon sekarang? Aku sudah bilang, aku tidak akan meminjamkan mu uang lagi,” kata Yada dengan suara berbisik-bisik.

“Apa kamu sudah mulai? Hentikan sekarang,” tanya Kasin dengan panik, mengabaikan itu.

Setelah Yada akhirnya mendengarkan semua penjelasan dari Kasin, ia menjadi terkejut sendiri. “Huh? Apa? Semua password lama akan terhapus?... pemilik akan tau ketika itu di hacked… Apa aku membayarmu gratis?... Aku tidak apa-apa… Aku harus mendapatkan semua informasinya dulu,” kata Yada, tampak mulai panik juga.




Tepat ketika itu, tiba-tiba saja Yada mendengar flashdiknya dicabut. Sehingga ia berbalik untuk melihat siapa. Dan ternyata orang itu adalah Krit.

“Khun, kamu tidak tertidur?” tanya Yada, heran.




Sebelumnya, ketika Yada memberikan teh yang dicampur dengan pil tidur kepada Krit. Ternyata pada saat itu, tepat ketika Yada mengalihkan pandangannya melihat kearah laptop Krit dimeja. Dengan cepat Krit langsung membuang teh itu ke tempat sampah disampingnya dan lalu setelah itu ia bersikap seolah-olah ia telah meminum semuanya.





Dan kini dengan rasa ketakutan, karena telah ketahuan. Yada  berdiri tegap didekat lemari. Lalu Krit langsung mendekati Yada dan ia berdiri tepat disamping Yada.

“Aku sudah bilang, aku tidak suka dikejutkan,” kata Krit tajam. Sehingga membuat Yada makin bingung harus bagaimana.




Sedangkan ditempat lain. Dengan perasaan frustasi dan marah yang meluap, Krit mengendarai motornya secara kebut-kebutan sambil mengingat semua perkataan Ayahnya. Dan tepat ketika itu Nee datang ke arena motor tersebut.




“Khun Trai! Trai hentikan sekarang!” teriak Nee panik, ketika Trai makin cepat membawa motornya. Tapi tetap tidak mau berhenti dan semakin cepat mengendarai motornya.

“Trai, jika kamu mau mati, pergilah ketempat lain!”teriak seseorang pria yang berada disana kepada Trai. Dan mendengar itu Nee menjadi marah.

“Hey bagaimana bisa kamu bicara seperti itu?!”

“Dia sedang marah!” balas pria itu sambil menunjuk ke arah Trai.




Tepat disaat seperti itu, motor yang dinaiki Trai tergelincir dan menabrak segitiga pembatas. Lalu Trai sendiri langsung terjatuh dari motornya dan tampak tidak sadarkan diri.

Jadi dengan panik, semua orang yang berada disana langsung berlari mendekati Trai. Begitu juga dengan Nee yang langsung ikut berlari sambil meneriaki nama Trai berkali-kali.





Untung saja, ketika orang-orang tersebut mendekatinya dan lalu memeriksa kondisinya. Trai langsung tersadar dan lalu dengan agak kesulitan, ia mencoba untuk bangkit berdiri.

“Hey, jangan bergerak. Apakah kalian sudah menelpon ambulans? Trai jangan bergerak dulu!” perintah orang-orang itu. Tapi Trai malah membandel, tanpa memperdulikan orang-orang tersebut, ia tetap bangkit berdiri dan berkata bahwa ia baik-baik saja.



“Ayo kerumah sakit dulu. Sini. Ayo,” kata Nee sambil berjalan mendekati Trai, tapi Trai malah berjalan menghindari Nee. Ia melepaskan helmnya dan berjalan pergi begitu saja tanpa memperdulikan panggilan Nee yang memanggil namanya.




Trai membuka dan membuang helmnya begitu saja. Dan dari belakang, Nee masih mengikuti sambil memanggil namanya, tapi Trai tetap tidak mau berhenti sama sekali.

“Hey berhenti. Tunggu,” kata Nee sambil memegang tangan Trai. Dan ketika itu, Trai langsung meringis nampak kesakitan.

“Bagaimana kamu bisa ada disini?” tanya Trai.




“Aku mengikuti kamu. Kamu pergi ke rumahku kan? Apakah ada yang salah? Kamu mau aku hubungin seseorang? Khun Khem atau Ayahmu?” tanya Nee, perhatian. Tapi ketika mendengar Ayahnya disebut, ekspresi Trai langsung berubah untuk sesaat.

“Tidak perlu, aku bisa pulang sendiri,” balas Trai, lalu berbalik untuk pergi.





Sekali lagi, Nee menghentikan Trai. Ia langsung bergerak dan menghadang Trai yang mau berjalan pergi dari sana. “Kamu tidak bisa. Kamu harus masuk kedalam mobilku. Apa kamu tidak melihat dirimu sendiri sekarang? Jika kamu tidak mau pulang, kemana kamu mau pergi? Katakan padaku.”




Krit mendorong Yada ke cermin dan menahannya,”Untuk 20 tahun, aku tidak pernah mempercayai siapapun, tapi aku mempercayaimu. Pada akhirnya, aku malah dikhianati.”

“Khun Sharkrit. Jangan marah dulu. Aku punya alasan,” balas Yada berusaha untuk menjelaskan. Tapi Krit sama sekali tidak mau alasan mendengar Yada. Ia langsung menyuruh Yada untuk menyiapkan barang-barangnya dalam waktu 5 menit.




Dan dengan panik, Yada langsung menanyai kemana Krit akan membawanya. Tapi Krit tidak menjawab dan keluar dari kamar Yada.

Tepat pada saat itu, Kasin menelpon dirinya. Jadi dengan cepat dan agak panik, Yada meminta kepada Kasin agar menolongnya. Ia menjelaskan kondisinya dan lalu meminta agar Kasin memberitahu tentang hal ini kepada Tassana.



Sayangnya, sebelum Yada selesai berbicara. Krit masuk kedalam kamar Yada lagi dan langsung merebut hp milik Yada itu, “Tinggal 3 menit,” kata Krit, mengingatkan.


Setelah Krit keluar dari kamarnya lagi, Yada langsung mengambil telepon untuk menghubungin seseorang, tapi sayangnya telepon itu sama sekali tidak bisa berfungsi.



Kasin yang bingung dengan situasi itu, langsung menghubungin balik Yada. Dan karena saat itu, hp Yada berada ditangan Krit. Maka Krit lah yang menjawab.

“Da. Kamu mau aku untuk menghubungin siapa?” tanya Kasin.

“Tetap tinggal, jika kamu tidak mau mati,” ancam Krit. Sehingga dengan agak ketakutan, Kasin lalu mematikan telponnya.




Yada keluar dari dalam kamarnya, sambil membawa sebuah koper yang berisi barang-barangnya, seperti yang diperintahkan oleh Krit tadi. Dan sekali lagi, Yada bertanya kepada Krit, kemana dia akan membawanya.

Tapi karena Krit tetap tidak mau memberitahunya, maka Yada mencoba untuk menjelaskan maksudnya.


“Jangan menjelaskan apapun,” kata Krit dengan nada keras. Lalu lanjutnya,”Aku sudah menceritakan semua masa laluku. Apa lagi yang mau kamu tau? Kamu adalah ular berbisa, sama seperti Ayahmu. Tidak bisa dipercaya,”



“Jika kamu sangat membenciku, maka kita hanya perlu bercerai!” balas Yada menjadi marah, mungkin, karena Krit mengatai Ayahnya.

Dengan cepat, Krit menarik tangan Yada dan tidak membiarkannya untuk pergi. Tapi Yada melawan dan tetap mau pergi. Jadi Krit pun mengancamnya.

“Jika kamu mau diseret kembali oleh bawahanku, maka silahkanlah. Bukankah kamu sudah melihat contohnya,” kata Krit. Sehingga Yada pun langsung berhenti.

“Kemana kita akan pergi?” tanya Yada lagi.

“Apa kamu siap?”

“Ak… aku … lupa handphone ku,” kata Yada dengan gugup. Lalu Krit menunjukan hp milik Yada yang berada ditangannya.

“Ak… aku lupa tetes mataku. Mataku mudah kering, jadi aku harus membawa itu denganku sepanjang waktu,” kata Yada beralasan. Dan langsung masuk kembali kedalam kamar.




Didalam kamar. Yada mengambil pena dan menulis diatas kertas memo. Lalu setelah itu, dengan buru-buru, Yada memberantakin kamarnya sendiri,



Tepat sebelum Krit masuk untuk memeriksanya, Yada keluar dari dalam kamar dan langsung menahan Krit agar tidak masuk. Dan dengan tajam, Krit memperhatikan Yada, apakah ia benar-benar ada mengambil tetes matanya.

Dan benar Yada memegang sebuah botol kecil ditangannya. Tapi ntah itu benar-benar tetes mata atau bukan, karena Yada tampak gugup ketika Krit memperhatikan botol ditangannya, sehingga dengan agak erat, Yada mengenggam botol itu.




Diluar hotel. Yada dengan sengaja melambai-lambaikan tangannya kearah kamera CCTV. Lalu dengan panik, Yada melihat kearah sekitar yang sepi. Dan tepat pada saat itu, dua orang tamu hotel datang dan mau masuk kedalam.





Jadi dengan berpura-pura, didekat dua orang yang mau masuk itu, Yada membuka suara untuk menanyakan kemana Krit akan membawanya. Tapi sayang, dengan lebih cepat Krit langsung merebut koper ditangan Yada.

“Sini Da, aku akan membawanya untukmu. Aku takut kita mungkin telat, jadi aku sedikit terburu-buru. Lihat kamu. Kamu bahkan tidak sempat berganti pakaian,” kata Krit dengan penuh perhatian, lalu ia memeluk Yada.

Dan melihat itu, kedua orang tersebut, langsung melewati mereka. Setelah itu barulah, Krit melepaskan Yada dari pelukannya.





Yada melihat kearah kamera CCTV dengan panik. Dan Krit menyadari hal itu,”Apa yang kamu lihat? Kamera CCTV? Disana. Disana. Dan juga disebelah sana. Katakan halo kepada mereka,” kata Krit sambil menunjuk dan lalu mengambil tangan Yada serta melambai-lambaikannya.

Dengan kesal, Yada langsung melepaskan tangannya.




“Apa kamu pernah berpikir, mengapa aku memilih tinggal disini?”

“Ini hotel mu juga?”

“Hanya sedikit saham saja,” balas Krit sambil memeluk Yada kembali.




Tepat pada saat itu, Ping datang membawakan mobil. Dan dengan sedikit paksaan, Krit membawa Yada untuk ikut dengannya. Tapi sebelum mereka masuk kedalam mobil, Ping memberikan secarik kertas kepada Krit.




Dan melihat itu, Yada menjadi tampak terkejut. Sedangkan Krit tersenyum dengan sinis, ketika membacanya. Datang cari aku. Yada Methasit. Itulah isi pesan yang ditulis oleh Yada sebelumnya.

“Kita sudah menikah. Kamu masih menggunakan nama belakangmu yang lama? Tidak ada seorang pun yang  bisa menolong kamu,” ancam Krit sambil menarik tangan Yada dengan kasar agar mendekat padanya.




Karena tidak bisa melawan atau melakukan apapun. Maka pada akhirnya, Yada masuk kedalam mobil. Ketika Yada sekali lagi bertanya, kemana Krit akan membawanya. Krit hanya menjawab dengan sangat singkat, Bulan madu. Lalu dengan kasar, Krit melemparkan secarik kertas yang tadi kearah Yada.


Dirumahnya. Nee membawakan beberapa kantong belanjaan yang berisikan pakaian baru untuk dikenakan oleh Trai, ia menjelaskan bahwa sebenarnya semua pakaian itu untuk Krit, tapi Krit selalu saja menolak apa yang dibelinya.

Dan mendengar itu, mungkin karena cemburu, atau ntahlah. Trai membuang pakaian itu kelantai dan menolak untuk mengenakannya, walaupun pakaian itu masih baru.



“Khun. Jika kamu bertindak kekanakan disini. Maka pergilah,” kata Nee tegas. Dan Trai pun berdiri serta berjalan pergi dari sana.

Melihat itu, Nee menjadi tidak tega sendiri dan mengikuti Trai. “Khun. Bisakah kamu tidak menambahkan masalah pada dirimu sendiri? Lihat aku sebagai contohnya.”




Mendengar itu, Trai kembali. Ia memungut pakaian yang dibuangnya tadi. Lalu mandi serta bertukar pakaian memakai itu. Setelah itu, ia mulai menyiapkan kasur untuk tidur nya malam ini. Tapi karena kejadian sebelumnya, Trai merasakan sakit ditangannya. Sehingga ia tidak mampu mengangkat kasur tersebut.




Dari belakang. Nee datang sambil membawakan sesuatu untuknya. Dan ketika itu, dengan berpura-pura kuat, Trai berbohong bahwa ia baik-baik saja. Jadi dengan sengaja Nee mendekatinya, lalu menyenggol tangan Trai dengan kuat. Sehingga Trai langsung berdiri dan meringis kesakitan.




“Jika itu sakit, teriaklah,” kata Nee.

“Aku melakukannya!” balas Trai.

“Jika kamu punya masalah, katakanlah dengan keras,” kata Nee. Dan ekspresi Trai langsung berubah, lalu ia duduk kembali disofa.





“Hey Khun. Bukankah kita teman?” tanya Nee, ikut duduk lagi disamping Trai.

“Aku tidak bisa mengatakan itu,” kata Trai.

“Okay,” balas Nee, mengerti. Lalu tanpa mengatakan apapun, ia menaikan lengan baju Trai dan mengompresnya menggunakan kain basah dingin.

♪ Aku ingin kamu tau, aku ingin kamu mengerti kebenarannya ♪

♪ Dan aku mungkin tidak bisa membuatmu mengerti segalanya ♪

♪ Tapi ada satu hal yaitu kebenaran yang tidak pernah berubah ♪

♪ Itu adalah cinta yang aku miliki untukmu ♪

♪ Itu adalah cinta yang berasal dari hatiku ♪

♪ Tolong jangan lihat aku sebagai orang lain ♪

♪ Bahkan walaupun aku tidak ada dalam hatimu ♪





Melihat itu. Trai memegang tangan Nee dan berterima kasih kepada Nee, karena tidak bertanya lagi. Begitu juga dengan Nee, ia berterima kasih karena Trai tetap ada disisinya. Dan secara perlahan, Trai mendekatkan wajahnya untuk mencium Nee.





Awalnya Nee hanya diam, tapi semakin wajah Trai menjadi dekat. Nee langsung mendorong wajah Trai menjauh darinya. Sehingga Trai pun langsung terjatuh.

“Apa kamu tau bagaimana cara mengeja kata teman?”  kata Nee, lalu berdiri meninggalkan Trai. Dan ketika itu, Trai tersenyum senang.



Dirumah. Khem berusaha menelpon Trai, tapi tidak ada yang mengangkat, sehingga ia menjadi sangat khawatir. Sedangkan dengan santai Dilok meminum minumannya.

“Jangan khawatir tentang Trai. Dia adalah laki-laki, dia akan pulang.”

“Tapi dia tidak menjawab telponnya.”

“Dia mungkin sedang bersenang-senang,” balas Dilok, lalu bangkit berdiri.




Mon datang kedapur dan mendengus mendengar itu. Jadi mendengar itu, Dilok mengatai Mon yang tidak berhasil menangkap menantunya sendiri hari ini dan jika suatu saat Kasin kembali ke Zurich, maka segalanya akan berakhir untuk mereka (Chat serta Mon).

“Jangan mengkhawatikan Khun Kasin, tuan. Khawatirkan aja tentang Khun Trai. Aku mendengar pelayan berbicara bahwa Khun Trai kabur dari rumah? Aku kira dia bekeerja terlalu keras, menekan dirinya sendiri dan pergi untuk melepaskannya,” balas Mon dengan sinis kepada Dilok.



“Yeah, Trai keluar untuk melepaskan itu. Dia bukan orang berwajah tebal seperti kamu dan anakmu yang membawa laki-laki kesini untuk tidur dengannya dirumahku. Cepat dan nikahin Kasin, jadi kamu bisa segera keluar dari sini!” kata Dilok, balas mengatai, lalu pergi.



Sebelum Mon bisa membalas lagi. Khem bangkit berdiri dan menyuruh Mon untuk menjadi penumpang yang baik, jika memang masih ingin tinggal disini. Sehingga Mon terdiam, lalu pergi dari sana.


Dikamar Chat. Mon mulai mengeluh. Dan dengan tenang, Chat menyuruh agar mamanya mengabaikan perkataan mereka, karena masih banyak uang yang milik Dilok yang bisa dicuri.


Mendengar itu, Mon menjadi khawatir, tindakan mereka kemarin ketahuan. Jadi Chat menjelaskan bahwa mereka tidak akan ketahuan, karena Dilok banyak membeli barang berharga jutaan baht, jadi dia tidak akan menyadari bila beberapa uangnya hilang.




“Hey, kapan kamu akan menikah? Aku telah mencuri dompetnya, tapi dia sama sekali tidak merasa terganggu oleh itu?” tanya Mon, mulai membahas tentang Kasin.

“Jika Khun Kasin tidak lari kepada kita, maka kita hanya perlu lari kepada nya Mom. Lagian aku pasti akan menikahi tunangan dari putri Methasit,” balas Chat.



Sepanjang perjalanan yang mereka lalui. Yada selalu melihat keluar jendela, untuk melihat kemana mereka akan pergi. Jadi menyadari hal itu, Krit pun bertanya, apakah Yada benar-benar penasaran kemana mereka.

“Kemanapun tidak apa, aku tidak peduli,” balas Yada dengan tajam. Dan mendengar itu, Krit tersenyum sendiri, setelah itu ia menginjak gas dan mengendarai mobilnya dengan lebih cepat.




“Bisakah kamu menyetir lebih pelan?” tanya Yada mulai khawatir.

“Jika kamu takut, maka tutup matamu,” balas Krit tidak peduli.

“Aku tidak takut,” kata Yada. Dan mendengar itu, maka Krit makin mempercepat laju mobilnya.





“Mencoba untuk memenangkan sesuatu yang bodoh seperti ini, tidak seperti kamu,” kata Yada lagi. Dan kini, Krit langsung menghentikan mobilnya secara tiba-tiba.

“Ini hanya awal,” balas Krit, lalu mengendarai lagi mobilnya, melaju.





Dirumah. Khem tampak sedih. Ia mengingat semua kenangannya dengan keluarga dulu. Dan ketika ia melihat foto keluarga mereka, ia teringat tentang kedekatannya bersama Yada dulu. Serta semua perkataan kasarnya pada Yada kemarin.

Dan lalu dengan sangat sedih, ia menangis. “Tolong maafkan aku.”

1 Comments

Previous Post Next Post