Sinopsis Thai-Drama : Ra Rerng Fai Episode 8 - 3



 Company name : Citizen Kane


Khem telah membuka pintu mobilnya dan akan masuk, tapi karena ragu, ia tidak jadi masuk kedalam mobil dan menutup pintu mobilnya.

“Apa kamu benar-benar tidak mengejarku?” tanya Khem, mengeluh. Karena Tassana sama sekali tidak datang mengejar dirinya.



Tepat ketika itu, Tassana datang sambil tersenyum padanya. Tapi karena sudah terlanjur kesal serta tidak tau mau gimana, maka Khem segera berbalik dan berjalan menjauh. dan melihat itu, Tassana segera berlari dan menaha tangan Khem.

“Mobilmu rusak? Aku akan mengantarmu,” kata Tassana dengan santainya. Dan dengan kesal, Khem pun tidak menjawah dan ingin pergi menuju ke mobilnya. Tapi lagi-lagi Tassana menahan tangannya.



“Aku kira kamu sudah menjadi dewasa. Mengapa kamu bertingkah seperti anak kecil gini? Katakanlah apa yang mau kamu katakan,” kata Tassana tegas, tapi lembut.

“Itu… aku melihat kamu dengan P’Da. Aku melihat kalian berpegangan tangan. Mengapa setiap orang hanya mencintai P’Da?” jawab Khem. Sehingga Tassana menjadi tampak terkejut untuk sesaat, karena Khem tau itu.




Tassana lalu menjelaskan alasannya bertemu dengan Yada, itu semua adalah karena Yada ingin menolong keluarganya. Dan Tassana mengakui bahwa itu saat ini hanya itu yang dapat ia beritahu. Lalu setelah itu, Tassana menanyai pandangan Khem.

Karena Khem tidak bereaksi sama sekali, makanya Tassana dengan berani, ia mengambil dan mengenggam tangan Khem.



”Lihat kita berpegangan tangan seperti ini? Aku tidak merasakan apapun ketika Khun Da memegang tanganku. Dia hanya mau berterima kasih padaku. Tapi sekarang, aku memegang tangamu. Bagaimanapun perasaanmu, aku merasakan hal yang sama,” jelas Tassana sambil tersenyum pada Khem.

“Aku takut. Takut aku tidak akan bisa membuat kamu menyukaiku. Kemudian kamu akan meninggalkan ku seperti yang Khun Krit lakukan,” balas Khem dengan jujur mengungkapkan rasa takutnya.



“Aku yang paling takut kamu akan meninggalkanku,” kata Tassana untuk menyakinkan Khem, Dan mendengar itu, Khem menjadi tidak emosi lagi.

“Aku tidak akan meninggalkanmu,” balas Khem, berjanji, sambil tersenyum lebar. Dan setelah itu, Khem bergerak untuk mendekatkan dirinya pada Tassana.

“Hey… hey… terlalu cepat mungkin?” kata Tassana, sehingga Khem menjadi sangat terkejut dan berhenti bergerak untuk mendekatinya. “Kita bahkan belum setuju untuk pacaran,” lanjut Tassana dengan nada bercanda pada Khem.




Tanpa mengatakan apapun lagi, Khem langsung memukuli Tassana. Sehingga untuk menghindari itu, Tassana pun berlari sambil melindungin dirinya. Tapi Khem sama sekali tidak mau berhenti dan terus mengejar Tassana.

Akhirnya, Tassana berhasil untuk menahan kedua tangan Khem yang memukulinya. Setelah itu sampai bertatapan, mereka saling tersenyum. Dan lalu Tassana bergerak untuk memeluk Khem.
  


“Mm… terlalu cepat mungkin? Kita bahkan belum setuju untuk pacaran,” kata Khem, mencopy perkataan Tassana yang sebelumnya.

Sesudah itu sambil saling tersenyum dan bertatapan, mereka berpelukan dan saling mengoda satu sama lain dengan mesra.



Ditelpon. Krit memberitahu Mr. Joe bahwa ia belum bisa kembali ke Hong Kong. Karena ia masih menunggu kesempatannya.

“Ini bukan karena kamu tergila-gila dengan istrimu kan?” tanya Mr. Joe, tajam.

“Aku tidak akan pernah melupakan masa lalu ku. Tidak pernah,” balas Krit, lalu menutup telponnya.



Tepat ketika itu, terdengar suara orang masuk kedalam, jadi Krit mau menyuruhnya untuk pergi. Tapi tanpa disangka, ternyata orang itu adalah Yada. Ia baru pulang dari berbelanja, maka dari itu ia membawa banyak sekali kantong-kantong belajaan.

“Kamu bukan orang yang suka berbelanja,” kata Krit sambil tersenyum pada Yada.



“Biasanya, aku tidak bebas. Terima kasih,” balas Yada. Lalu ia meletakkan semua barang belanjaanya diatas sofa. Setelah itu, ia melihat ke sekeliling ruangan dan menanyakan keberadaan Nee.

Dengan perlahan, Krit berjalan mendekati Yada dan berterima kasih.



“Jika itu bukan karena aku, kamu tidak akan bisa mendapatkan adikmu kembali,” kata Yada.

“Bagaimana kamu tau, dia tidak berpikiran gila lagi padaku?”

“Aku melihat caranya melihat ku. Berubah. Dia sudah lebih menerimaku sekarang.”

Mendengar itu, Krit mendekatkan wajahnya pada Yada dan menanyakan bagaimana cara Yada melihatnya. Dan sambil tersenyum Yada, menjawab,” Licik, menipu, penipu.”



“Tidak ada yang bagus,” balas Krit.

“Kamu harus senyum karena senyummu bisa menangkap semua hati wanita di negara ini,” kata Yada, lembut. Dan mendengar itu, Krit langsung tersenyum lebar. Tapi dengan segera, Yada melanjutkan dengan tegas,”Kecuali aku!”

Setelah itu Yada mengambil semua kantong belajaannya dan masuk kedalam kamar.



Didalam kamar. Yada langsung berbaring diatas tempat tidur, tapi saat ia teringat akan dompetnya. Maka ia bangkit bangun dan mencari-cari dompetnya, tapi tidak ada.



Tepat ketika ia mau keluar, Krit masuk kedalam kamarnya sambil membawa dompet miliknya. Sehingga Yada menjadi terkejut, karena ia ingat bahwa flashdisk yang ia dapatkan dari Kasin barusan, ia masukan kedalam dompet itu.

Krit yang awalnya tersenyum untuk menggoda Yada, menjadi heran, karena Yada hanya berdiri diam dan tidak berbicara apapun. Jadi ia pun bertanya. Tapi karena takut ketahuan, Yada tidak menjawab dan dengan cepat ia bergerak untuk merebut dompetnya.

“Hanya ada tiga jenis tas seperti ini didunia,” kata Yada, beralasan, disaat ia tidak berhasil merebut tasnya itu.


“Aku melihat yang seperti ini ada sangat banyak di Hong Kong,” balas Krit, tidak percaya.

“Kamu laki-laki, apa yang kamu tau? Berikan padaku,” kata Yada, ingin merebut dompetnya lagi. Tapi Krit mengelak dan tidak mau membiarkan Yada merebutnya. Sehingga mereka berdua pun jadi saling berebutan.



Lalu ketika itu, mengambil kesempatan, Krit memeluk Yada dan menahannya. Setelah itu karena Yada tetap ingin merebut, maka dengan sengaja, Krit berbalik dan mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Dan lalu ia membuka serta melihat satu-persatu isi dalam dompet Yada.

“Dompet, lipstik, bedak. Jurnal apa ini?” tanya Krit melihat isi tas Yada.


Awalnya Yada sangat gugup ketika melihat Krit membuka tasnya. Dan tepat ketika Krit lengah, Yada segera merebut kembali tasnya. Setelah itu dengan tegas, Yada menyuruh agar Krit keluar. Tapi Krit tidak bergerak dan hanya tersenyum.



“Aku mohon padamu. Tolong keluar. Aku ingin mandi dan tukar pakaian. Aku merasa lelas sekarang, kumohon,” pinta Yada dengan nada lembut dan manja. Dan setelah itu, sambil menganggukan kepalanya dan tersenyum, Krit keluar dari kamar Yada.




Ketika Krit telah keluar dari kamarnya, Yada mulai mencari-cari flashdisk yang ia dapatkan dari Kasin. Dan ketika, Yada telah menemukan apa yang dicarinya. Krit masuk kembali kedalam kamar.

“Da. Kamu tidak mengunci pintu kamarmu, apa kamu mencoba untuk memberikan signal?” tanya Krit dengan berpura-pura polos.



“Pintunya belum ku kunci, karena sejak tadi aku belum bergerak dari sini,” balas Yada, memberitahu dengan sabar. Setelah itu sambil tersenyum, Krit keluar dari kamar.



Kwan sudah selesai menyiapkan semua barang yang akan mereka jual, yaitu phone case dan dompet untuk saat ini. Dan pada saat itu, Khem datang sambil membawa beberapa dokumen. Ia telah bertukar pakaian dan memakai pakaian yang sederhana.

“Aku akan menghitung semua biaya hari ini. Kemudian besok, aku akan pergi untuk membuat sebuah accoount bank memakai nama Nong Kwan,” jelas Khem. Dan saat ia selesai menjelaskan, ia bingung dengan tatapan Kwan serta Tassana padanya.




“Khun Khem, kamu terlihat cantik. Katakanlah itu Khun Tassana,” kata Kwan memuji sekaligus menggoda kakaknya.

Setelah itu Tassana berdiri sambil tersenyum, tapi ia tidak mengatakan apapun. Melainkan ia hanya mengangguk kan kepalanya, tanda setuju dengan Kwan. Dan mengerti akan hal itu, Khem tersenyum senang.

“Aku akan bekerja disini selamanya,” kata Khem berjanji sambil menatap kearah Tassana.


“Okay, itu adalah janji ya. Tidak ada yang boleh menariknya kembali,” kata Kwan sambil menunjuk mereka berdua. Dan lalu dengan senang, Khem serta Kwan mengaitkan jari keliking tanda janji.

Bertiga mereka duduk bersama. Dan Kwan lalu mulai memperlihatkan produk buatannya kepada Khem. Setelah itu dengan riang, mereka berdua mulai mengobrol bersama. Sedangkan Tassana hanya diam saja sambil menatap Khem.

“Jika suatu hari, kamu mengetahui bahwa aku menyembunyikan sesuatu darimu, akankah kamu masih tinggal dengan ku seperti ini?” pikir Tassana dalam hatinya.


Dimalam hari. Yada secara diam-diam memasukan obat tidur kedalam teko teh dan lalu mengaduknya. Setelah itu, ia membawa teh itu keluar dan memberikan itu kepada Krit untuk diminum.

Dengan agak gugup, Yada memulai pembicaraan,”Apa kamu tidak akan meminum tehmu? Tea chamomile dapat menolong mu untuk bisa tidur nyenyak.”



“Bahkan jika aku minum semua teh dari perkebunan Chamomile, aku tidak akan tertidur.”

“Berapa jam kamu tidur dalam sehari?”

“3-4 jam. Aku cenderung tidur ketika mendekat pagi. Tapi sering kali, aku tidak tidur sama sekali,” kata Krit. Sehingga membuat Yada menjadi agak terkejut dan bingung.


Menyadari raut wajah Yada, Krit lalu bertanya apakah itu tanda kalau Yada khawatir padanya. Dan tentu saja, Yada langsung mengiyakan serta beralasan bahwa jika Krit tidak tidur, maka Krit akan menjadi kacau dan ketika itu orang yang akan dalam bahaya adalah dirinya sendiri (Yada).

“Aku tidak tau gimana caranya untuk bergulat dengan seorang wanita. Jadi kamu bisa istirahat dengan tenang,” kata Krit sambil mendekatkan dirinya dan tersenyum.

Lalu tanpa memperdulikan perkataan Krit. Yada mengambil cangkir berisi teh itu dan menyodorkannya kepada Krit.





“Kamu tidak menaruk obat tidurkan?” tanya Krit tiba-tiba menjadi curiga.

“Ya,” balas Yada jujur. Dan Krit menerima cangkir itu dari Yada, lalu mulai meminumnya sambil tersenyum kepada Yada.

Dan ketika melihat itu, Yada menjadi senang. Lalu dengan agak gugup, ia memandang kearah laptop Krit yang berada diatas meja. Setelah itu, ia kembali melihat kearah Krit sambil tersenyum.




Sesudah itu, Krit mulai mengantuk. Jadi Yada menemaninya, ia mematikan lampu tidur disamping meja, serta menyelimuti Krit. “Selamat malam ya.”

Sebelum Yada keluar meninggalkannya, Krit memegang dan menahan tangan Yada.

“Jika kamu tidak tidur lebih lama, kamu bisa mati. Bahkan walau aku tidak menyukaimu,tapi aku tidak mau kamu mati juga.” Kata Yada.



“Kamu tidak membenciku, karena kamu telah melihat hidupku sebelum aku menjadi aku yang hari ini. Tapi kamu tidak mencintaiku juga.”

“Aku bisa menolongmu untuk memulai hidup yang baru. Hidup yang lebih baik dari sebelumnya. Hidup dimana kita bisa memilih jalan kita,” balas Yada. Dan dengan pandangan sedih, Krit membalas kecuali dia.



Dengan lembut Yada duduk disamping Yada dan memegang wajah Krit, memijatnya dengan lembut. Hingga akhirnya, Krit tertidur. Dan setelah itu, Yada mencium kening Krit.

“Tidurlah yang baik,” kata Yada sambil mengelus wajah Krit. Tapi tiba-tiba saja Krit menjawab bahwa ia bukan orang baik. Sehingga Yada menjadi agak kaget, karena ternyata Krit belum tidur. Dan dengan cepat, Yada memberitahu bahwa ia melakukan itu karena ia mengira Krit adalah Trai.




Sebelum Yada meninggalkannya, Krit menahan tangan Yada lagi,”Terima kasih. Tapi jangan melakukan ini lagi, karena aku tidak menyukai kejutan,” kata Krit, setelah itu ia menutup matanya dan tertidur.

Sesudah menyelimuti Krit, Yada memandangin wajah Krit. “Kamu adalah orang baik dalam dirimu yang sebenarnya. Khun Sharkrit,” kata Yada sambil tersenyum.

♪ Sudah berapa kali kamu melihat padaku

seperti aku ada seseorang yang tidak berarti bagimu? ♪




Sambil melihat boneka yang pernah Trai berikan padanya. Nee tersenyum dan mengingat surat yang pernah Trai berikan padanya. Setelah itu, Nee menaruk dan memeluk boneka itu disampingnya, sambil ia memain-mainkannya.

♪ Aku ingin kamu tau, aku ingin kamu mengerti kebenarannya ♪

♪ Dan aku mungkin tidak bisa membuatmu mengerti segalanya ♪

♪ Tapi ada satu hal yaitu kebenaran yang tidak pernah berubah ♪

♪ Itu adalah cinta yang aku miliki untukmu ♪

♪ Itu adalah cinta yang berasal dari hatiku ♪

♪ Tolong jangan lihat aku sebagai orang lain ♪

♪ Bahkan walaupun aku tidak ada dalam hatimu ♪



Menaiki motornya. Trai datang dan berhenti didepan pagar rumah Nee. Ia melepaskan helm nya dan kemudian mengingat semua ucapan Ayahnya hari ini.



“Aku harusnya menjual sahamku sejak lama. Aku tidak seharusnya menghabiskan waktuku untuk bertarung dengan Sharkrit. Apa kamu lihat berapa banyak aku menjual saham itu?” tanya Dilok, bangga akan apa yang telah dilakukannya..

“Aku tidak peduli,” balas Trai dan berdiri dari duduknya, menatap pada Ayahnya. Lalu ia melanjutkan,”Aku hanya peduli tentang apa atau tidaknya Khun Prasit tau bahwa kita tidak lagi bekerja sama dengan T-Mart.”



“Dia tidak,” balas Dilok, enteng.

“Bagaimana kamu bisa melakukan ini, yah?! Perusahaan kita sudah berubah menjadi sampah. Kamu malah menjual saham mu kepada mereka seperti kamu menipu mereka untuk mendapatkan uang mereka. Kita tidak akan punya tempat untuk berdiri,” kata Trai dengan lebih emosi.


“Menemukan seseorang untuk mengambil tanggung jawab itu. Orang yang tidak punya tempat untuk berdiri adalah Sharkrit, bukan kita. Jangan khawatir, aku sudah memikirkan semuanya. Dan ingat, aku melakukan ini untuk anakku, bukan untuk uang!” kata Dilok untuk membenarkan tindakannya sendiri.




Memperhatikan gerbang rumah Nee. Trai memberanikan untuk turun dari motornya dan lalu memencet bel rumah Nee, tapi sebelum ia sempat memencetnya, ia menjadi ragu sendiri, Dan lalu pergi dari sana begitu saja.

♪ Tolong biarkan aku di sisimu ketika kamu tidak memiliki siapapun lagi ♪

♪ Aku hanya ingin melihat kamu bahagia, itu saja ♪

♪ Itu adalah cinta yang aku miliki untukmu  ♪

♪ Itu adalah cinta yang tidak memerlukan balasan apapun ♪

♪  Tolong jangan lihat aku sebagai orang lain ♪

♪ Bahkan walaupun aku tidak ada dalam hatimu ♪

♪ Hanya biarkan aku memilki mu, itu sudah cukup ♪




Mendengar suara motor diluar rumahnya. Nee segera buru-buru keluar untuk melihat siapa disana. Tapi sayangnya, tidak ada siapapun di sana. Sehingga Nee pun kembali masuk kedalam rumahnya. 

Post a Comment

Previous Post Next Post