Sinopsis Thai-Drama : Ra Rerng Fai Episode 12 - 1


Company name : Citizen Kane


Krit memasukan beberapa peluru kedalam pistol, lalu ia mengambil koper kecil yang dipegang oleh Yada dan membuangnya begitu saja ke tanah. Setelah itu, Krit memberikan pistol itu kedalam genggaman Yada.

“Pistolnya ada ditanganmu sekarang. Kali ini, didalam nya ada peluru. Sekarang, bisakah kamu memberikanku jawabannya? Kamu bisa menembakku sekarang disini, jika kamu mau. Kemudian aku akan pergi dari hidupmu selamanya,” kata Krit.

Yada memegang pistol itu dengan kuat, tampak ragu di awal, lalu memberanikan dirinya. Yada mengangkat tangannya dan mengarahkan pistol itu kepada Krit.

“Aku akan menembakmu lagi, jika kamu masih menyakiti keluargaku,” ancam Yada. Dan Krit melangkah maju, ia menjawab bahwa ia akan melakukannya lagi.


Krit menatap serius kepada Yada, menunggu jawaban dari Yada. Setelah agak lama mereka berdua bertatapan, Yada menurunkan tangannya dan meminta agar Krit berhenti.

Mengetahui jawaban Yada, Krit pun menjadi percaya diri. Ia menarik Yada kedalam pelukannya dan berkata bahwa ia tau Yada tidak akan berani menembaknya.


Awalnya Yada membiarkan Krit memeluknya, bahkan ia pun tampak tidak masalah sama sekali. Dan setelah agak lama, Yada pun melepaskan diri dari pelukan Krit. Yada kembali mengangkat tangannya dan mengarahkan pistol kepada Krit.

“Aku tidak akan menembakmu kali ini. Tapi mungkin lain kali. Aku bukan Yada yang dulu lagi. Aku tidak punya perasaan padamu,” tegas Yada.


Yada lalu berjalan melewati Krit, pergi meninggalkannya disana. Dan Krit pun tidak lagi menahan Yada, ia membiarkan Yada yang pergi melewatinya begitu saja. Disana mereka berdua tampak sama-sama terluka serta sedih. Tapi sayangnya, tidak ada satupun dari mereka yang mau mengalah.

Krit tiba- tiba mendapatkan telpon dari Nee. Mereka berdua lalu bertemu didepan rumah sakit. Disana Krit bertanya bingung kenapa Nee mengajaknya bertemuan disini.


Lalu dengan marah, Nee pun menjelaskan bahwa karena anak  buah Krit lah, makanya Trai terluka seperti ini. Dan Trai sama sekali tidak mengatakan apapun, hingga akhirnya ia pingsan. Baru Nee tau bahwa Trai terluka sangat parah.

“Apa kamu tau, otaknya terluka dan jika Khun Trai meninggal. Aku membencimu. Aku sangat membencimu! Aku benci kamu! Benci!” kata Nee marah sambil memukul- mukul Krit. Lalu setelah itu, pergi meninggalkan Krit.

Dan Krit berdiri diam, ia tampak syok serta kebingungan harus berbuat apa.


Dirumah sakit, Khem tampak begitu sangat sedih dan khawatir akan keadaan Trai. Dan ketika akhirnya Yada datang menemuinya, ia pun segera menanyakan kenapa Yada tidak mengangkat telponnya.

Yada meminta maaf, karena tadi ia meninggalkan hpnya didalam mobil. Lalu ia menanyakan keadaan Trai dan Khem pun langsung menjelaskan.

“Chayanee yang membawa Trai kerumah sakit. Dia baru saja pergi. Mungkin dia terlalu takut untuk bertemu kita,” kata Khem dengan emosi.

“Segala yang terjadi itu, semuanya adalah karena satu foto bodoh itu!” kata Yada.

“Itu karena Sharkrit, laki- laki penipu itu,” kata Khem, tidak setuju dengan pendapat Yada.



Yada tidak mengatakan apapun lagi, saat ia melihat Khem yang tampak begitu sedih dan khawatir kepada keadaan Trai saat ini. Yada lalu memeluk Khem untuk menguatkannya.



Diruang tunggu rumah sakit. Nee duduk disana, tampak khawatir dengan keadaan Trai. Pas disaat itu, Nee melihat kedatangan Krit, jadi ia pun memanggil – manggil Krit dan menanyakan mau kemana dia.

“Jika aku tidak mengecek, bagaimana aku tau jika dia mati atau tidak? Kamu mau pergi bersama? Atau apa kamu takut?” tanya Krit.

“P’Krit, aku mohon padamu. Jika kamu pikir kamu terluka, itu adalah masalah kecil. Tunggu sampai kamu kehilangan semua yang kamu kasihi, kemudian kamu akan merasakan itu,” jawab Nee.

Dengan wajah tanpa ekspresi, Krit tampak tidak peduli. Ia berjalan pergi, mengabaikan perkataan Nee kepadanya.



Yada menghubungin Bibi Mon dan menanyakan tentang keadaan serta keberadaan Ayahnya, tapi Mon malah mematikan telponnya begitu saja. Lalu Krit datang dan berdiri dibelakang Yada.

Yada mengira orang dibelakang nya adalah Trai, tapi waktu ia berbalik, ia sadar bahwa orang dibelakangnya adalah Krit. Yada menanyakan alasan Krit disini, lalu setelah itu ia menyuruh agar Krit pergi.


Disaat Yada berjalan ingin pergi dari sana, ia tiba- tiba merasa sangat pusing. Jadi Yada pun berhenti berjalan sejenak untuk menstabilkan dirinya, tapi ia tidak kuat dan jatuh pingsan.

Krit yang melihat itu, segera menangkap Yada yang hendak terjatuh. Dan dengan panik, ia memanggil- manggil nama Yada.


Dikamar rumah sakit. Yada tidur disana dan Krit menemaninya. Krit menyentuh Yada dengan lembut, mengelus rambut, serta wajah Yada. Dan pada saat itu, Yada terbangun dan ingin pergi.

Dengan lembut, Krit langsung bergerak menahan Yada dan ia meminta agar Yada harus tidur lagi, tapi Yada menolak.
“Kapan terakhir kali kamu check-up?”” tanya Krit, penuh perhatian.

“Itu masalahku,” balas Yada, cuek.

“Tidur semalam lagi disini. Besok, lakukanlah check-up.”


Yada menolak perhatian dari Krit, ia berdiri dan ingin pergi. Tapi  baru saja ia ingin pergi, tiba- tiba ia merasa pusing kembali. Dan Krit pun lalu menahan Yada agar tidak jatuh serta memeluknya.

“Jangan membawa stress untuk badanmu. Wanita kecil sepertimu tidak akan bisa menahannya. Dan apa kamu pernah menyadari sesuatu tentang dirimu sendiri? Jika ada yang salah? Sakit kepala? Demam? Atau yang lain?” tanya Krit.

Mendengar pertanyaan itu, Yada lalu melepaskan dirinya dari pelukan Krit dan pergi meninggalkannya.



Khem sangat khawatir sampai memegang hpnya dan ketika akhirnya ia melihat kedatangan Yada, ia pun segera mendekati Yada dan menanyakan darimana saja Yada daritadi.

“Bukankah masalah Trai lebih penting?” tanya Yada, mengalihkan pembicaraan.


“Trai sudah selamat sekarang. Dia pendarahan diotaknya, tapi telah dokter mengurusnya. Dokter bilang itu bisa ditanganin dengan obat-obatan, tidak perlu operasi, tapi dia harus  tinggal disini selama 48 jam,” kata Khem, menjelaskan.

Yada ingin menemui dokter untuk bertanya lebih lanjut, tapi Khem membalas tidak perlu, bila Yada ingin bertanya, tanyakan saja kepadanya, ia sudah mengurus segalanya sendirian. Khem tampak sangat kesal.



“Tapi bukankah itu untuk adik kita? Dan apa yang salah denganmu? Mengapa kamu begitu moody? Trai hampir mati dan kamu masih memikirkan tentang masalahmu?” tanya Yada kepada Khem.

Yada memegang tangan Khem dan memberikan nasihat kepadanya, ia menyuruh bila Khem memang merindukan Tassana, maka kembalilah kepada dia, karena Tassana adalah orang baik.

Tapi Khem tampak tidak mau membahas itu, ia pamit untuk pulang kepada Yada, karena mereka tidak diperbolehkan menginap di ruang ICU.



Yada mengunjungin Trai, memandangnya dari luar ruangan. Ia tampak sedih, ketika melihat keadaan Trai yang berada didalam.



Nee datang untuk menjengukin Trai juga, tapi saat ia melihat Yada berada disana, ia pun tidak jadi menjenguk Trai dan hanya berdiri jauh. Tepat disaat itu, Yada menyadari kedatangan Nee, jadi ia pun menghampirinya.



Disaat Nee dan  Yada baru mau berbicara, suster mendekati mereka dan memberitahu bahwa jam untuk pengunjung telah habis. Jadi Nee berbalik untuk pergi dari sana, tapi Yada bicara kepadanya, jadi ia pun tidak jadi pergi.

“Aku tidak mau Trai membahayakan hidupnya karena kamu lagi. Cinta tidak harus selalu berakhir bahagia Khun Nee. Jangan egois seperti kakakmu,” kata Yada, lalu pergi.


Mendengar itu, Nee berdiri diam serta menangis sambil memandangin ruangan Trai dari kejauhan, lalu setelah agak lama, ia pun pergi darisana.



Tassana mulai mempersiapkan segalanya untuk kepindahan mereka, tapi Kwan masih tampak ragu. Jadi Tassana pun menjelaskan bahwa mungkin saja T-Mart juga akan segera tutup.

Mengetahui itu, Kwan khawatir kepada Krit serta Nee dan Tassana menjelaskan bahwa mungkin saja mereka berdua akan kembali pada Pa di Hongkong dan membuka bisnis pencucian uang yang baru. Dan itu semua adalah jalan yang dipilih oleh Krit.



Kwan lalu menanyakan tentang Khem dan Tassana menjawab kalau Khem lah yang telah meninggalkannya. Lalu Kwan pun menawarkan bantuan, tapi dengan tegas Tassana menolak.

“Terakhir kali, aku tidak menghukummu untuk itu,” tegas Tassana.

“Bagaimana kita akan hidup disana?” tanya Kwan, masih tampak ragu.

“Lebih baik daripada disini pastinya” jawab Tassana.



“Bagaimana kamu tau? Ini adalah kesempatan besar untukku. Kamu bahkan tidak pernah menanyakan pendapatku,” protes, Kwan.

“Apapun keputusanku, aku selalu memikirkanmu duluan. Percaya padaku. Ini adalah solusi terbaik untuk kita,” kata Tassana, tidak mau dibantah. Dan Kwan pun hanya bisa diam dengan wajah cemberut.


Yada masuk kedalam kamar mandi. Disana ia mengingat akan pertanyaan Krit kepadanya saat dirumah sakit, lalu ia memeriksa tanggal dihpnya, tanggal berapad terakhir kali ia datang bulan. Yada lalu mengeluarkan sebuah test pack (alat tes kehamilan) dari dalam kantongnya.



Didapur, ketika pelayan menyapanya, Khem menanyakan kepadanya apakah Yada telah pergi kerumah sakit. Dan pelayan itu menjawab Yada sama sekali belum turun.

“Aku tidak melihatnya dikamar. Aku kira dia sudah pergi,” kata Khem, heran.

“Semalam dia pulang agak malam. Dia mungkin tidak bisa bangun cepat hari ini,” jelas pelayang keapda Khem. Lalu Khem pun pamit pergi, tapi karena merasa ada yang aneh, maka Khem pun tidak jadi pergi.


Dikamar mandi. Yada menjadi sangat kaget, ketika ia melihat dua garis merah pada alat testpack nya dan hal itu menandakan bahwa ia sedang hamil.

Tepat disaat itu, Khem mengetuk pintuk kamar mandi dan memanggilnya. Jadi tanpa sengaja Yada pun menjatuh alat testpacknya, lalu dengan agak terburu-buru ia segera memungut dan menyimpan semua itu kedalam kantongnya.

Tapi Yada menjadi khawatir sendiri, kalau ia bakal ketahuan.




Diluar kamar mandi, Khem terus mengetuk dan memanggilnya dengan tidak sabar. Lalu pas disaat itu, Yada pun keluar dari kamar mandi.

“Aku belum berganti pakaian. Jadi kamu bisa pergi duluan ke kamar mandi,” kata Yada.

“Apa yang kamu lakukan begitu lama di dalam kamar mandi?” tanya Khem, penasaran.

“Jadi kamu mau menunggu untuk pergi bersama?” tanya Yada, mengalihkan pembicaraan. Lalu berjalan pergi, melewati Khem untuk bertukar pakaian dikamar.




Khem merasa heran melihat kantong Yada yang tampak aneh, jadi ia menghentikan Yada. Dan dengan agak gugup, Yada terdiam sebentar sambil memegangin kantongnya.

“Khem, kamu terlalu ikut campur,” kata Yada, lalu ingin pergi. Tapi Khem menahan dan merogoh kantong Yada dengan paksa. Dan sayangnya, itu hanya hp, jadi Khem pun menjadi heran kenapa Yada menyembunyikan itu.

“Aku tidak perlu menjawab semua pertanyaanmu, mengerti?” kata Yada dengan tegas kepada Khem. Sehingga Khem pun menjadi terdiam.

1 Comments

Previous Post Next Post