CREDIT : MYUNG FILMS
Di Washington DC,
Geum Joo rapat bersama tim-nya. Mereka sudah menduga kalau jepang pasti akan melakukan hal ini untuk mencegah HR 121 (Rancangan Resolusi Korban ‘Budak Seks’).
Min Jae menelpon Ok Boon dan menanyakan apa yang terjadi.
Ok Boon memberitahu kalau dulu Jung Sim mendesaknya untuk mendaftar ternya itu menjadi batu sandungan sekarang. Negara sebelumnya telah mendata para korban ‘wanita penghibur’ dan karena dia berusaha menyembunyikannya, dia tidak mendaftar. Oleh karena itu, pihak jepang mengatakan kalau dia bukanlah korban ‘wanita penghibur.’ Negara juga tidak bisa membuktikan identitasnya. Mereka tidak bisa membiarkannya menjadi saksi di persidangan.
Min Jae frustasi mendengarnya. Dia segera memikirkan cara. Dia berlari kembali ke Kantor Pelayanan Publik dan berteriak meminta bantuan semua warga yang ada disana. Dia meminta mereka untuk menulis petisi untuk korban seks. Dan semua bersedia. Para pegawai kantor juga membagikan petisi di jalan dan pasar.
Min Jae meminta Kepala Kantor Pelayanan Publik untuk menjadi pimpinan dalam kasus Ok Boon. Dia membujuk Kepala kalau semua orang dari walikota hingga menteri ingin menangani hal ini, jadi sekarang saatnya Kepala maju memimpin mereka dan meninggalkan kesal di pusar. Ini kesempatan langka.
Dan akhirnya, Kepala membuat petisi dan menandatangani. Para petinggi negara juga mulai melakukan hal serupa.
Min Jae sedang menunggu nomor antriannya di panggil wawancara naik golongan. Saat itu, dia menemukan sebuah jimat yang disimpan Ok Boon di saku jas-nya. You Can Do It. Min Jae tersenyum melihatnya.
Min Jae mulai melakukan wawancara. Saat ditanyakan mengenai keluarganya yang hanya tinggal adiknya, Min Jae menjawab kalau masih ada 1 lagi.
Min Jae lolos ke tahap ke-2.
Min Jae membaca berita online dan dikatakan kalau kesaksian Ok Boon masih di ragukan karena tidak ada bukti kalau dia wanita penghibur (budak seks).
Min Jae teringat sesuatu, dia berlari menuju rumah Ok Boon dan mengeluarkan buku yang berisi foto yang ditunjukkan Ok Boon waktu itu padanya.
Washington DC,
Ok Boon tiba di persidangan. Telah banyak orang yang berkumpul dan memberikan dukungan agar di berikan keadilan bagi para korban.
Saksi dari berbagai negara berkumpul. Mereka semua orang yang pernah di jadikan budak seks. Ok Boon mulai merasa gugup.
Sidang untuk permintaan maaf militer Jepang pada ‘budak seks’ atau yang dikenal dunia sebagai ‘wanita penghibur’ di mulai.
Mitchell van Janssen, usia 21 tahun saat 1942. di Hindia Belanda, tentara Jepang memaksanya menjadi budak seks.
Mitchell bersaksi mengenai apa yang dialaminya. Setiap hari 10 tentara Jepang berdiri di depan ruangannya dan memaksanya melakukan hal ‘itu’. Jadi, suatu ketika, dia berpikir kalau dia menjadi jelek, mereka tidak akan menginginkannya lagi. Jadi, dia menguduli semua rambutnya. Tetapi, dia malah menjadi objek rasa penasaran mereka,
Geum Joo menerjemahkan apa yang dikatakan Mitchell pada Ok Boon.
Seorang dewan bertanya, bahwa Pemerintah Jepang mengklaim merekrut wanita penghibur di sektor swasta. Apa Anda memilih jadi wanita penghibur… karena uang?
“Impianku … jadi biarawati. Anda mengatakan aku melakukan prostitusi?” tanya Min Jae terluka.
Dewan lainnya, bertanya kalau jepang mengatakan kalau mereka memperlakukan wanita penghibur dengan baik.
Mitchell membantah hal tersebut. Dia diperlakukan lebih buruk dari anjing. Dia di tahan dan di pukuli. Mitchell sampai sangat sedih mengingat hal itu dan memilih turun.
Ok Boon menggenggam tangannya, mengerti apa yang dirasakan Mitchell.
Saksi yang maju berikutnya adalah Ok Boon.
Seorang penanya, mempertanyakan kredibilitas Ok Boon karena belum bisa dikonfirmasi. Hakim memutuskan untuk membiarkan Ok Boon bersaksid an dewan akan menentukan keabsahan dokumen.
Dewan tidak mau menerima hal itu.
Perwakilan dari Jepang, berteriak kalau Ok Boon bukan wanita penghibur. Dia tidak berhak bersaksi. Mereka tidak butuh kesaksian palsu.
Hakim bertanya pada Ok Boon, apa dia mau bersaksi?
“Yes. I Can Speak.”
Ok Boon maju. Dia melihat ke semua anggota dewan dan semua orang yang hadir. Kilatan kamera menyorotnya. Orang-orang memandangnya.
Ok Boon tegang dan tidak bisa berkata-kata. Bahkan dia tidak bisa mendengarkan perkataan lainnya lagi. Pikirannya serasa kosong. Hakim memberi tanda untuk membawa turun Ok Boon. Geum Joo berteriak menyuruh Ok Boon untuk bicara.
Ok Boon menunduk takut.
Tiba-tiba, terdengar suara seseorang, how are you? Kata yang selalu di ucapkan Min Jae padanya jika mereka bertemu.
Dan benar, Min Jae berada di sana. Dia berteriak kepada Ok Boon. Dia dihalangi masuk oleh petugas.
“I’m fine. Thank You. And You?” senyum Ok Boon, melihat gurunya tersebut, Min Jae.
Geum Joo segera menemui petugas dan memberitahu kalau Min Jae adalah anggota mereka. Min Jae memberikan foto yang diambilnya dari rumah Ok Boon kepada Geum Joo.
Geum Joo memberikan foto itu kepada hakim. Itu foto para wanita penghibur.
Min Jae masuk ke ruang sidang. Ok Boon terharus melihatnya.
Ok Boon menarik nafasnya. Dia menguatkan diri.
Ok Boon membuka bajunya dan memperlihatkan bekas luka di perutnya. Semua yang ada di sana tercengang. Termasuk Geum Joo dan Min Jae.
“Tentara Jepang membuat tanda dan goretan di tubuhku,” Ok Boon berbicara dalam bahasa Korea, dan penerjemah menerjemahkannya dalam English. “Ada banyak bekas luka goretan seperti ini ditubuhku. Tiap kali melihat bekas luka ini, ingatan akan sakitnya tidak tertahankan. Dan itu kerap datang. Tidak ada bukti? Akulah buktinya. Di sini, Mitchell, beliau juga bukti. Yang bertahan hidup, mereka pun bukti. Mana bisa dibilang tidak ada bukti? Menderita sakit yang teramat perih. Waktu itu, umurku masih 13 tahun. 13 tahun. Saat itu rasanya lebih baik mati saja. Merindukan kampung halaman. Menantikan hari berkumpul kembali dengan keluarga. Aku berdiri disini hari ini, untuk anak-anak gadis yang masa kecilnya sudah di renggut oleh kejahatan tentara Jepang. Kita harus ingat gadis-gadis itu dan penderitaan yang mereka alami.”
Jung Sim melihat kesaksian Ok Boon di TV.
“Jepang. Melakukan kejahatan yang bertentangan dengan kemanusiaan. Namun, mereka menolak memintamaaf pada para wanita penghibur. Biar kuperjelas, kami di paksa dan di ancam jadi budak seks untuk tentara Jepang. Kami hidup dalam penderitaan seumur hidup dengan kenangan yang menyakitkan itu. Sementara Jepang dengan sikap kurang ajar, menghindar dari tanggung jawab. Hal tersebut makin membuat kami makin sakit dan marah. Yang kami minta tidak banyak, hanya meminta mengakui kesalahan dan dosa kalian. Kami memberi kalian kesempatan memintamaaf pada kami. Selagi kami masih hidup. ‘I’m Sorry’ apa itu sulit? Kalau kita tidak ingin membebani hidup kita dan generasi berikutnya, minta maaflah sebelum terlambat. Aku minta pada Anda semua, tolong ingat sejarah kelam yang kami telah alami. Hal ini harus diingat… sejarah seperti ini tidak boleh terulang lagi.”
(huruf yang di bold adalah ucapan yang di ucapkan Ok Boon dalam English).
Semua yang ada disana bertepuk tangan sebagai tanda dukungan pada Ok Boon.
Persidangan selesai.
Para dewan, menghadap Ok Boon dan mengatakan, I’m Sorry. Ok Boon terharu mendengarnya. Perkataan yang sudah ingin di dengarnya dari dulu.
Perwakilan Jepang berteriak memanggil Ok Boon. Bukan untuk meminta maaf, tetapi bertanya berapa uang yang diinginkan Ok Boon. Min Jae emosi mendengarnya dan hendak menghajarnya. Ok Boon menghentikannya.
“Bodoh kau ya?” ujar Ok Boon dalam bahasa Jepang. “Aku tidak butuh uang kotormu! Cepat minta maaf! Dasar bajingan!”
Tetapi perwakilan Jepang malah mengancam Ok Boon, Ok Boon menjawab : I don’t care. Dia juga hendak menunjukkan jari tengahnya tetapi Min Jae segera menghentikannya.
Ok Boon bertanya kenapa Min Jae bisa ada disini dan bukannya bekerja? Min Jae menjawab dengan bercanda, kalau karena Ok Boon tidak ada, jadi tidak ada keluhan yang harus di urusnya. Ok Boon berterimakasih atas ke hadiran Min Jae.
Geum Joo membawa Ok Boon ke sebuah ruangan. Di sana sudah ada seorang pria yang menunggunya. Geum Joo memberitahu kalau pria itu dari LA dan dan datang mencari Ok Boon.
“My sister, Ok Boon,” ujar pria itu, Jeong Nam.
“Tom! (nama english Jeong Nam) Are you Jeong Nam?”
Pria itu mengangguk. Ok Boon sangat senang melihatnya. Jeong Nam memberitahu kalau dia melihat Ok Boon di koran. Dan pria itu (menunjuk Min Jae) terus menelponku.
Ok Boon meluapkan kerinduannya pada Jeong Nam. Jeong Nam meminta maaf karena sudah menyakiti Ok Boon. Mereka saling berpelukan,
26 Juni 2007. Resolusi ‘wanita penghibur’ (HR 121)
Komisi Hubungan Luar Negeri Parlemen AS dengan dukungan 39 suara melawan 2.
Di tahun yang sama 30 Juli, resolusi tersebut di loloskan.
Dan untuk pertama kalinya, dunia mengetahui mengenai budak seks tentara Jepang.
Setelah 10 tahun, Jepang tidak juga meminta maaf.
Ok Boon memulai kegiatan biasanya. Dia berkeliling mengomentari setiap hal. Para warga pasar sudah biasa dan senang melihatnya.
Dia berjalan-jalan sore dengan Min Jae. Min Jae bertanya kalau dia dengan Ok Boon akan pergi ke San Fransisco. Ok Boon membenarkan dan kali ini dia akan bicara di Dewan Kota. Ok Boon juga mengeluh mengenai jepang yang masih belum mau meminta maaf.
Min Jae memberitahu kalau dia sudah naik menjadi golongan 7, jadi sekarang dia adalah Jugwan, bukan Juim lagi. (Ok Boon biasa memanggil Min Jae dengan panggilan Park Juim). Ok Boon tidak mau memanggil Park Jugwan karena lebih sulit, dia mau tetap memanggil Park Juim.
Ok Boon pergi ke bandara dan memberikan paspor-nya. Paspornya sudah hampir penuh hingga petugas disana mengira Ok Boo sering travelling.
“Do you speak English?”
“Of course.”
Tags:
I Can Speak