Sinopsis K-Drama : Arthdal Chronicles Episode
18-1
Images by : TvN
Part
3 : Arth, The Prelude to All Legends
Dan Taealha lanjut berkata : “Kau akan lakukan apa? Kau akan menyiksaku? Membunuhku? Kau tak akan berani melakukannya. Kenapa? Karena kau kesepian seumur hidupmu. Walau mencoba menerima takdir itu, kau masih menderita karenanya. Apa aku salah?”
Taealha tersenyum seolah telah menang dan
pergi meninggalkan Tagon serta yang lain dari ruangan tersebut.
Tapi, ketika sudah di luar, Taealha menghela
nafas dan menangis. Ternyata, dari tadi, dia berusaha keras menyembunyikan
perasannya yang sebenarnya. Dia sadar kalau manusia memang tidak bisa belajar
tanpa menderita. Dan sekarang dia menderita karena telah belajar bahwa Tagon
telah beruba.
Arthdal Chronicles
Yeobi dan Haetuak telah menunggu Taealha.
Taealha memerintahkan Yeobi untuk membawa tubuh Mihol yang ada di ruangan di
lantai bawah. Mihol telah meninggal dan dia yang melakukannya. Yeobi dan Haetuak
terkejut, apa yang terjadi?! Yeobi yang telah lama melayani Mihol sampai tidak
sanggup berdiri saking terkejutnya.
--
Saya bertanya pada Tagon, apa yang Taealha katakan tadi? Tagon tidak menjawab dan malah berkata ingin menghadiri pertemuan. Saya tampak marah dan menegaskan kalau Mihol telah meninggal dan Taealha yang membunuhnya. Namun, Tagon membiarkan Taealha pergi begitu saja tadi tanpa bicara apapun. Dan walaupun, dia adalah ketua bang, dia malah tidak tahu apa yang terjadi.
Tagon hanya menjawab kemarahan Saya dengan
berkata : “Mari kita bicarakan nanti.”
Tagon pergi menghadiri pertemuan. Dia menanyakan apa yang terjadi di masyarakat. Orang yang bertugas memantau memberitahu kalau sejak yang Tagon lakukan pada patung Mihaje, ada yang pergi meninggalkan Arthdal untuk kembali ke kota asalnya. Mereka terguncang akan hal ini. Ini tidak pernah terjadi sejak Serikat dibentuk.
Tagon tidak mau merespon dan bertanya
mengenai Gunung Nandal pada Mubaek. Mubaek menjawab kalau mereka sudah
menghanguskan Gunung Nandal keramat sesuai perintah Tagon. Untungnya, tidak ada
yang melawan Pasukan Daeakan. Namun, beberapa warga suku Bato melompat ke dalam
api.
Tagon tidak merasa bersalah dan malah berkata
kalau yang melompat ke dalam api itu bodoh. Semua kaget dengan ucapan Tagon.
Gilseon melapor kalau klan Myo dari suku Ago
menyerbu Doldambul dan membawa para budak. Tapi, Tagon malah berkata kalau dia
tidak mau mendengar mengenai Suku Ago. Gilseon memberitahu lagi kalau ada
aktivitas mencurigakan di Jipunae, tempat suku Bato dan suku Ggachinol kini
bermarkas.
“Maksudmu, mereka mau memberontak?” tanya Saya.
“Aku belum yakin, tapi itu sangat mungkin. Kenapa
tak kirim 1.000 prajurit ke Madeulgol agar Suku Bato tak berkomplot melawan
kita?” saran Gilseon.
Tagon malah berkata kalau semua terjadi sesuai
prediksinya. Dia tidak memberikan perintah untuk menghentikan rencana
pemberontakan dan malah memberi perintah agar mereka mengikuti instruksi Saya
untuk persiapan pernobatan. Gilseon mengingatkan sarannya untuk mengirim
prajurit ke Madeulgol, tapi Tagon berkata kalau itu tidak perlu.
Oh ya, Mungtae sudah seperti pengawal pribadi
Tagon, karena dia selalu berada di sekitar Tagon dan mengikutinya.
Daedae sebagai juri tulis, khawatir dengan
semua laporan yang ada. Dia ingin menyampaikan pendapatnya, sehingga dia
mengikuti Tagon.
Gilseon, Saya dan Mubaek bingung dengan apa yang sebenarnya Tagon rencanakan. Mubaek sadar kalau Tagon pasti telah mempunyai solusi untuk semua masalah yang ada. Tapi, apa itu?
--
Daedae menghadap pribadi pada Tagon. Dia
berlutut dan di hadapan Tagon dan berkata kalau dia ingin mengatakan hal ini
walau tahu mata dan kakinya bisa hilang (di congkel dan di potong) karena hal
itu.
“Niruha. Jika ini berlanjut, Arthdal hancur.”
“Semua suku di Arthdal melihat yang terjadi
pada Mihaje. Kini, semua akan ketakutan, mencemaskan kapan giliran mereka tiba.
Ini hanya akan beri kekuatan pada Suku Gunung Putih yang berhasil kita
asingkan. Bagaimana caramu bereskan ini?”
“Daedae. Siapa itu Cakar Merah? Hanya kau dan
aku yang tahu Cakar Merah di seluruh Arthdal.”
“Kenapa pikirmu kuberi perintah itu pada
Cakar Merah?”
Daedae terdiam seolah menyadari sesuatu.
Daedae yang sudah mengerti bangkit dan pamit
keluar dari ruangan Tagon.
Itu yang Tagon pikirkan. (Dan jika begitu, maka ucapannya mengenai Saya yang akan
menjadi penerusnya, tidak akan berlaku lagi. Dia akan mempunyai anak. Anak
kandungnya sendiri. Dan itu artinya, anak itu pasti akan menjadi penerusnya
menjadi raja, bukan Saya).
--
--
Taealha pergi ke Karang Gochiju Besar yang di
sampingnya ada tugu Aramun. Karang Gochiju Besar itu berbentuk seperti tangan
yang sedang mengenggam sesuatu. Taealha teringat perkataan Mihol sebelum
meninggal, “Jemari yang diukir di Karang
Gochiju Besar Simbol dari mereka yang menyebabkan suku kita hancur. Misi kita
adalah bersiap untuk itu.”
--
Seucheon telah kembali ke Arth dan segera menuju ke rumah majikannya, Harim. Tapi, di sana dia hanya bertemu dengan Dotti. Dan Dotti memberitahunya kalau Harim serta istrinya, Gamsil sudah meninggal. Dan Chaeeun serta Nunbyeol menghilang. Seucheon jelas terpukul dengan hal tersebut. Dotti juga hanya bisa menangis.
--
Chaeeun hendak memotong garis silsilah
Nunbyeol, tapi Nunbyeol menolak. Chaeeun berusaha membujuknya, karena jika
tidak di putus, Nunbyeol bisa mati. Nunbyeol berkata kalau dia tidak peduli
meski harus mati. Dia meminta Chaeeun untuk menyambungkan garis silsilah-nya
lagi sepenuhnya.
“Bahkan Ayah belum pernah melakukannya. Aku
jelas tak bisa,” tolak Chaeeun dengan tegas.
“Kau tak pernah lakukan, tapi kau tahu
caranya. Kau dan Ayah tahu. Demi aku. Bantu aku kembali jadi Neanthal
sepenuhnya,” mohon Nunbyeol.
Nunbyeol menangis, menggenggam tangan
Chae-eun, memohon. Chaeeun terkejut dan bertanya apa yang sedang Nunbyeol
pikirkan sekarang ini? Nunbyeol membalikkan pertanyaan itu pada Chaeeun, apa
yang Chaeeun pikirkan sekarang ini? Pikiran mereka sama.
“Membalas
dendam. Tagon dan Taealha. Akan kuhancurkan mereka,” ujar Nunbyeol, penuh
tekad dan juga dendam. (Mereka telah membangunkan
Neanthal yang tertidur. Neanthal yang juga menguasai ilmu pedang Saram).
--
Dotti membawa Seucheon menemui Tanya. Mereka memberitahu mengenai Chaeeun. Di sana ada Myeongjin. Tanya bingung, kenapa mereka memberitahu mengenai Chaeeun? Dan Dotti memberi tanda pada Tanya dengan matanya, agar menyuruh Myeongjin keluar. Tanya pun menyuruh Myeongjin keluar.
Setelah Myeongjin keluar dan tidak ada orang selain mereka, Dotti menyuruh Seucheon memberitahu semuanya pada Tanya. Tujuan mereka datang adalah untuk memberitahu mengenai Eunseom.
--
Para budak yang telah berhasil di bebaskan
dari Doldambul, berkumpul bersama di tengah hutan. Mereka menanti pengarahan
dari Eunseom. Eunseom baru saja kembali setelah berhasil mengecoh para pengejar
dari Doldambul menuju ke Yongsocheon, jadi dia menyuruh pada budak itu jangan
melewati arah sana dan mereka akan selamat.
Salah satu budak bertanya kalau gitu mereka
harus kemana? Eunseom tersenyum dan menyuruh mereka untuk pulang ke kota asal
mereka. Semua kaget, beneran boleh pulang? Mereka ragu dan yakin kalau Eunseom
serta yang lain pasti mengharapkan imbalan. Apa yang harus mereka lakukan?
“Kalian yang bukan anggota Suku Ago tak harus
lakukan apa pun. Namun, kuharap Suku Ago lakukan sesuatu sebagai imbalan,” ujar
Eunseom.
Para budak yang ada dari suku Ago langsung
kesal. Mereka sudah menduga tidak akan lepas begitu mudah, itu pikir mereka.
“Aku ingin Suku Ago melakukan dua hal. Kembali
ke klan kalian, ceritakan ini pada semua orang, dan lakukan yang sama. Selamatkan
klan Suku Ago yang dijual ke Arthdal sebagai budak seperti tadi dan pulangkan
mereka,” lanjut Eunseom.
Taenima yang berasal dari klan Tae suku Ago,
bertanya apa yang harus mereka lakukan selanjutnya setelah memulangkan mereka?
Eunseom menjawab kalau tidak ada lagi yang harus di lakukan. Mereka hanya perlu
membebaskan dan memulangkan mereka. Tentu saja hal itu terdengar tidak masuk
akal. Taedachi yang juga berasal dari klan Tae, tertawa keras. Dia tidak percaya
dengan ucapan Eunseom dan menuduh mereka yang pasti hanya melakukan siasat. Apa
yang sebenarnya mereka rencanakan!
“Kenapa kau tak percaya aku? Kenapa pikirmu
aku ada di Doldambul? Aku ditangkap dan dijual oleh Klan Myo. Mestinya aku tak
boleh marah karena aku juga menjual warga mereka. Anak kecil sampai dewasa, kujual
semua yang berhasil kutangkap. Suku Ago
sudah lama lakukan itu. Namun, Klan Myo bertaruh nyawa menyelamatkanku, anggota
Klan Tae, dan membebaskanku dengan syarat itu tanpa minta imbalan?” ujar
Taedachi penuh amarah dan rasa tidak percaya.
“Harus kuakui, semua orang di Suku Ago sangat
menyadari situasi buruk mereka. Kubilang kubebaskan dengan dua syarat.”
“Benar, aku yakin ada lagi. Tak mungkin cuma
itu. Apa yang kedua? Kembali dan bawa budak lebih banyak? Mencuri perhiasan? Katakan.
Apa syarat keduanya?” suruh Taedachi, tidak sabar.
“Aku mau kalian kembali ke klan kalian dan
sebar kabar.”
“Kembali, lalu? Sebar apa?”
“Dia yang merendahkan diri walau tahu
keagungannya. Dia yang lindungi kegelapan walau tahu dia brilian. Dia menahan
hinaan walau tahu martabatnya. Beri tahu tentang kedatangan kedua Inaishingi, yang
dimunculkan Dewa Air Terjun,” ujar Eunseom, Mirusol dan Tachugan. Mereka ingin
suku Ago dari klan manapun memberitahu kedatangan kedua Inaishingi.
Semua terkejut mendengar kedatangan
Inaishingi. Taedachi juga demikian. Pasa maju ke hadapan mereka, memperkenalkan
diri sebagai ketua klan Myo, yang bicara atas nama spirit pelindung dan sabit
keramat suku Ago, bahwa Dewa Air Terjun telah memunculkan dia (Eunseom)! Eunseom
adalah kedatangan kedua Inaishingi.
“Kuumumkan pertemuan suku atas nama
Inaishingi. Pertemuan diadakan di tanah Klan Myo. Ketua tiap klan, menghadaplah
pada Inaishingi. Seperti semua orang berkumpul di depan dia 200 tahun lalu,”
umumkan Pasa.
--
Semua budak kembali ke kota mereka. Taedachi dan Taenima juga dalam perjalanan kembali ke klan Tae. Nima masih ragu, apakah benar Eunseom adalah Inaishingi? Haruskah mereka memberitahu semua orang?
“Kupikir dia Inaishingi,” ujar Dachi.
“Sungguh?”
“Siapa peduli jika bukan? Maksudku, aku akan
pulang. Kupikir aku akan membusuk dan mati di Gitbadak. Namun, aku berjalan, merasakan
embusan angin. Aku berjalan di tanah. Kau bisa percaya? Kita semua akan pulang.
Apa ini jika bukan keajaiban Inaishingi? Inaishingi!” teriak Dachi, penuh
sukacita.
--
Suhana, tetua dari klan Tae, sedang berbicara
dengan Tae Apdok yang ingin mengingkari ucapannya untuk bertemu klan Byeok.
Apdok beralasan kalau dia sudah memikirkannya semalaman dan tidak mau merendah dan
menuruti permintaan klan Byeok. Suhana berkata kalau itu bukanlah merendahkan, tapi
mengumpulkan kekuatan bersama agar Suku Ago bisa mengatasi ini bersama. Apdok
berteriak kalau itu sama saja. Dia tidak mau pergi ke sana! Ketua klan Byeok
juga tidak datang langsung menemuinya.
Saat itu, terdengar suara teriakan dari luar.
Apdok dan Suhan langsung keluar.
Teriakan itu karena Dachi dan Nima yang kembali. Apdok sangat senang melihat mereka yang kembali. Apa mereka berhasil kabur? Dachi menjawab kalau ceritanya panjang, tapi ada kabar penting yang harus di katakannya terlebih dahulu.
--
Pejuang klan Myo, Eunseom, Pasa, Ipsaeng,
Dalsae dan Badoru kembali ke wilayah klan Myo. Disana mereka di sambut dengan
tarian. Mereka bersorak penuh kegembiraan. Pasa juga berteriak kalau mereka
telah melakukan langkah pertama bersama Inaishingi!
--
Sedang di lakukan upacara pemakaman Mihol.
Taealha yang memimpin upacara. Terlihat raut wajah sedih dari semua klan Hae
yang hadir, termasuk Taealha. Tubuh Mihol di masukkan dalam peti dan kemudian
di nyalakan api yang di letak di bawah peti Mihol.
Sebelum
meninggal, Mihol menyuruh Taealha untuk bertanya pada Hae Alyeong tentang buah
Hae Detu.
Dan
Taealha menemui Hae Alyeong dan menanyakan mengenai Hae Detu. Hae Alyeong
memberikan pada Taealha, Hae Detu. Pedang itu di temukan di tungku ketiga. Itu
adalah pedang yang terbuat dari bajau murni tanpa kotoran apapun.
“Ya,
aku akan mencari tahu siapa yang memnbuat atau caranya.”
End
Dan entah siapa orang yang telah berhasil
membuat pedang dari baja murni dan tanpa kotoran sama sekali.
--
Taealha bicara berdua dengan Tagon. Tagon meminta maaf. Seharusnya, berita kehamilah Taealha di katakan dengan ceria, tapi dia membuat Taealha mengatakannya dalam amarah. Taealha marah karena Tagon meminta maaf untuk hal itu. Harusnya, Tagon meminta maaf karena telah melakukan hal itu (memaksa Mihol memberitahu rahasia perunggu) tanpa memberitahunya.
“Aku harus lakukan itu sebagai raja. Itu
otoritasku. Raja harus minta maaf atas otoritasnya?” tanya Tagon, balik.
Taealha tertawa sinis. Dia menyadari kalau
perkataan ayahnya waktu itu benar, bahwa Tagon telah mengerti artinya menjadi
raja. Namun, kenapa dia sedih melihat rajanya setelah menghancurkan segalanya?
Kenapa dia merasa kasihan pada Tagon dan merasa sedih melihatnya? Kenapa
hatinya hancur saat memikirkan Tagon yang berdiri sendirian di depan Asa Ron
dan pengikutnya? Taealha tampaknya menyesal karena dulu sudah sangat
mengasihani Tagon.
“Kau tahu betapa kesalnya aku saat berdiri di
sana sendirian? Fakta bahwa Asa Ron muncul saat kucurahkan perasaan pada ayahku
sambil mengasihani diri. Saat itulah aku memutuskan. "Tidak lagi seperti ini. Aku tak boleh mengasihani diri lagi dan
memohon pengakuan. Mulai sekarang, kulakukan sesukaku, tak peduli apa pun yang
ingin kulakukan."”
“Saat itulah, kau menjadi raja. Maafkan aku. Aku
gagal membaca pikiranmu dan hamil.”
“Aku mau dirimu, juga bayi kita. Mari menikah,”
lamar Tagon.
“Aku tak akan memberitahumu rahasia perunggu,”
tegas Taealha. (Jika Taealha yang dulu, dia pasti akan sangat senang dengan
lamaran Tagon dan akan segera menyiapkan pakaian pengantinnya).
“Kau harus berbagi kekuasaan denganku. Kau
tahu yang akan kulakukan jika kau melanggar janjimu?”
“Ya, aku tahu. Walau harus berkorban nyawa, kau
akan membunuhku, juga bayi kita.”
“Akan kukirim Hae Heulrip. Sebelum menikah,
kita pastikan bagaimana tepatnya pembagian kekayaan dan kekuasaan di antara
kita.”
“Tentu, ayo lakukan itu,” setuju Tagon.
“Melamar di hari pemakaman ayahku... Itu
sangat cocok dengan kita. Kita saling jatuh cinta karena membenci ayah kita,dan
kita berdua membunuh ayah kita. Kita mungkin ditakdirkan bersama, 'kan?” sinis
Taealha, sebelum pergi.
--
Tagon juga menyuruh Daedae untuk pergi
menemui Haeheulrip dan berunding mengenai pembagian kekuasaan. Karena besok,
dia dan Taealha akan menikah di hari upacara penobatan. Dan juga, jangan ada
yang membicarakan mengenai rahasia perunggu mulai sekarang.
Saya yang ada di sana, bertanya, apakah Tagon
akan melupakan mengenai rahasia perunggu? Tagon segera memberitanda agar Daedae
keluar. Setelah Daedae keluar, Saya langsung lanjut bicara, mengingatkan kalau
raja harus memiliki segalanya. Tapi, bisikan Taealha cukup untuk membuat Tagon
berubah pikiran.
“Kata siapa aku menyerah? Aku mau kau
selidiki rahasia perunggu. Selidiki itu. Namun, jangan sampai ketahuan Taealha
dan Suku Hae,” perintah Tagon.
--
Taealha memberi perintah pada Yeobi kalau dia
juga ingin menemui Asa Sakan. Haetuak terkejut. Yeobi tidak bertanya apapun,
dan segera pergi untuk menyiapkan pertemuan.
--
Saya penasaran dengan apa yang Taealha
katakan hingga Tagon menyuruhnya menyelidiki rahasia perunggu diam-diam. Tagon
tidak mau memberitahu sama sekali.
--
“Aku tahu satu hal. Sebenarnya aku sudah
tahu. Namun, dunia ajarkan ini padaku dengan cara menyakitkan.”
“Apa yang kau ketahui?”
“Ada
hal yang tak bisa dibagi. Jadi, ada dua pilihan. Kita akan menyerah atau
merebut itu? Aku, Taealha, akan merebutnya.”
--
Saya akhirnya berkata pada Tagon kalau dia
akan menyelidiki mengenai rahasia perunggu. Tapi, dia harus membuat tim. Dia
butuh bantuan seseorang. Orang yang cerdas tapi tidak ahli. Tagon segera
berkata kalau itu adalah Yeonbal. Dia akan memberitahu Yeonbal.
--
Taealha pergi ke penjara di mana Asa Sakan di tahan. Asa Sakan tahu kalau Taealha pasti membutuhkan sesuatu darinya. Taealha membenarkan. Asa Sakan menatap Taealha dan berujar, “Kehendak dewa sungguh….”
--
Saat itu, Myeongjin datang menemui Saya dan
memberitahu kalau Tanya menangis sangat lama setelah bertemu gadis Wahan
bernama Dotti dan pelayan bernama Seucheon. Saya tahu mengenai Dotti, tapi
siapa itu Seucheon? Myeongjin memberitahu kalau Seucheon pernah bekerja pada
Harim, dan katanya mereka mau memberi kabar soal Chaeeun yang menghilang.
Namun, dia heran kenapa Tanya terus menangis karena Chaeeun? Itu aneh.
Saya yang mendengar perkataan Myeongjin, juga
jadi merasa ada yang aneh.
--
Tanya berada di ruang pemujaan api. Matanya sembab karena menangis. Dia teringat cerita Seucheon mengenai suku Wahan menjadi budak karena di khianati orang yang bernama Mungtae. Dan tampaknya seseorang bernama Teodae bunuh diri di depan Eunseom. Dan juga, Eunseom membebaskan semua budak. (Akhirnya, Tanya bisa tahu mengenai pengkhianatan Mungtae dan kematian Teodae).
“Kenapa aku menangis? Orang biasanya menangis
saat kesulitan atau saat merasakan derita orang. Namun, kurasa bisa juga saat
kita dipenuhi tekad kuat. Aku tahu hal itu hari ini,” ujar Tanya.
Tanya keluar dari ruang pemujaan bersama
Myeongjin dan Yangcha. Dan Tanya bertanya dimana tempat orang yang menderita
dan layak di kasihani di Arthdal? Myeongjin berkata kalau banyak tempat seperti
itu. Tanya memberinya perintah untuk mencari tempat dengan banyak orang yang
layak di kasihani dan banyak orang di sekitarnya.
Tags:
Arthdal Chronicles
Serius ini seru tapi tamatnya nanggung banget.....ada season 2nya ngga ka?
ReplyDelete