Sinopsis K-Drama : Arthdal Chronicles Episode
18-2
Images by : TvN
Part
3 : Arth, The Prelude to All Legends
Saya ada di ruangan Tanya. Dan Tanya langsung bertanya, ada apa? Saya menatapnya. Tanya berbalik, dia membuka kotak perhiasannya, dan di sana ada kalung hadiah dari Saya (aku yakin itu punya Saya, karena batu keras kalungnya warna-nya lebih lembut, sementara yang dari Eunseom, warna hijaunya lebih terang).
Saya memberitahu Tanya kalau ayahnya ingin
nama baru untuk Serikat dan ingin Tanya yang memberikan nama. Serikat tidak
akan ada lagi. Tanya tampak cuek pada Saya, dia bertanya, apakah Serikat akan
hilang saat Tagon menjadi raja?
“Suku dalam Serikat akan hilang. Kita akan
menjadi negara. Seluruh suku dan warganya akan diperintah oleh raja.”
“Jadi, kau minta aku pikirkan nama agar
mereka tunduk pada Tagon Niruha,” sinis Tanya.
“Kau tak perlu bicara begitu.”
“Apa aku salah?”
“Warga Serikat setuju dengan ini karena butuh
perlindungan juga. Bagaimana
jika Suku Ago membuat pasukan atau kita diserang negara lain? Kita butuh negara…”
“Itu membuktikan negara adalah hal yang
buruk. Ia akan menyerang negara lain atau menindas warganya sendiri,” balas
Tanya.
Saya tampak kesal. Dia mulai membahas apa
yang Tanya bicarakan dengan Mubaek? Tanya menegaskan kalau Mubaek hanya
memintanya melakukan Olimsani untuk Mugwang. Saya tidak percaya. Dia tampak
marah. Dia kemudian bertanya, kenapa Tanya menemui pelayan bernama Seucheon?
Tanya menjawab dengan kesal kalau itu karena dia ingin menemukan Chaeeun.
Saya tampak terkejut dengan emosi Tanya. Dia sudah sangat kesal. Tapi, dia melihat kalung yang Tanya kenakan dan tampak lebih tenang. Dia tidak bertanya apapun lagi dan keluar dari ruangan Tanya (tampaknya, Saya mengira Tanya mengenakan kalung darinya).
--
--
Sementara itu, Tanya di temani oleh Yangcha dan Myeongjin serta pengikut kuil Agung lainnya, pergi ke tempat dimana anak-anak di jadikan budak. Mereka di suruh bekerja untuk menghaluskan batu keras. Ini adalah tempat yang waktu itu di lihat Eunseom saat tiba di Arthdal, dan bertemu Chae-eun untuk kedua kalinya.
Pemilik tempat itu segera berlutut hingga ke
tanah begitu melihat Tanya. Tanya tampak pilu melihat anak-anak tersebut. Dia
memerintahkan Yangcha mengeluarkan sepatu yang telah mereka bawa dan berikan
pada semua anak-anak itu. Semua terkejut.
“Orang di Iark pun memakai sepatu. Kaki
anak-anak lemah dan sensitif.” Ujar Tanya.
“Namun... Namun, Niruha, kau bisa lihat
anak-anak ini jarang jalan atau lari. Percuma bagi mereka jika pakai sepatu,”
ujar pemilik.
“Mereka akan berjalan dan berlari. Kularang
kau membelenggu mereka mulai sekarang,” perintah Tanya, tegas.
“Apa? Bagaimana jika mereka kabur?”
“Maksudmu, para budak akan kabur karena
penerus Asa Sin melarangmu membelenggu anak-anak?” tanya Tanya, dengan tajam.
Pemilik ketakutan dan langsung memohon maaf. “Kau harus pikirkan cara lain tanpa
ucapkan hal itu. Dan juga, aku mau kau beri mereka makan tiga kali sehari. Kuil
Agung sediakan makanannya.”
Tidak hanya itu, Tanya mengambil sepasang sepatu. Dia berlutut di hadapan seorang anak yang sedang bekerja. Myeongjin panik dan berkata dia yang akan melakukannya karena itu kotor. Tanya tidak mengatakan apapun. Dia melotot pada pemilik, dan pemilik segera melepas pasung yang ada di kaki anak tersebut.
Tanya dengan lembut, melihat kaki anak itu
yang kotor dan penuh luka. Dia menyeka pasir dari kaki anak itu dengan
tangannya dan memakaikannya sepatu. Anak itu menangis dan berterimakasih pada
Tanya. Tanya telah memberikan mereka harapan.
Semua anak di sana jadi menangis, menerima
kebaikkan Tanya.
--
Dan perjalanan pulang, Tanya memikirkan hal
ini : Mereka berterima kasih. Aku yang harus berterima kasih, sekaligus
mengasihani mereka. Mereka harapanku, tapi mereka juga bisa terancam bahaya
karenaku.
Yangcha juga bingung dengan apa yang Tanya
lakukan. Menurutnya yang Tanya lakukan adalah hal tidak penting. Tanya bisa
mendengar apa yang di pikirkan oleh Yangcha.
“Itu penting. Mereka akan pakai sepatu dan
lari ke seluruh pasar, memberi tahu semua orang betapa baiknya aku. Tak ada yang lebih penting daripada hal ini.”
--
Saya ternyata membawa Mungtae ke tempat Seucheon. Seucheon terkejut melihat Saya karena sangat mirip dengan Eunseom. Untungnya, sebelumnya Dotti telah memberitahu kalau ada orang yang sangat mirip seperti Eunseom dan mari bersikap seolah tidak mengenalnya. Karena semuanya juga melakukan hal seperti itu.
Walau sudah di peringati, Seucheon tetap
tidak bisa menyembunyikan ekspresi terkejutnya. Mungtae sadar kalau Seucheon
pasti juga mengenal Eunseom karena ekspresinya. Sebelum Seucheon keceplosan,
Mungtae segera memperkenalkan Saya yang adalah anak dari Tagon dan datang untuk
menanyakan sesuatu. Seucheon langsung sadar dan meminta maaf. Dia beralasan
kalau penglihatannya buruk dan salah mengira Saya sebagai orang lain.
Saya datang untuk menanyakan mengenai
pertemuan Seucheon dengan Tanya. Seucheon berbohong kalau dia datang karena
majikannya dan istrinya di bunuh dengan kejam. Jadi, dia pikir Tanya bisa
membantunya menemukan putri majikannya, Chaeeun.
Saya tidak percaya. Darimana Seucheon bisa
tahu kalau Chaeeun dan Tanya saling
mengenal? Dan kenapa orang seperti Seucheon bisa menemui Pendeta Tinggi Tanya?
Saya meletakkan tangannya di leher Seucheon, mengancam agar Seucheon bicara
yang sebenarnya. Seucheon jelas ketakutan. Tapi, dia tetap konsisten berbohong.
Dia berkata kalau Dotti dari suku Wahan pernah tinggal bersama mereka, jadi dia
meminta bantuan Dotti untuk membantunya bertemu Tanya.
Saya tidak puas karena bukan itu yang ingin
di dengarnya. Dia berteriak memanggil Mungtae. Dan Mungtae pun segera
membanting tubuh Seucheon dan menyuruhnya untuk bicara jujur jika tidak tidak
mau mati.
“Kami bicarakan warga Wahan yang kabur dari
Doldambul. Itu sejujurnya,” akui Seucheon. Dan untung dia tidak memberitahu
mengenai Eunseom.
Mungtae tampak terkejut mendengar Seucheon
yang baru dari Doldambul. Saya semakin penasaran dan bertanya kenapa Seucheon
ke Doldambul? Seucheon berbohong kalau Chaeeun yang menyuruhnya (Sebenarnya,
itu perintah Mubaek). Dia juga tidak tahu kenapa.
“Kenapa tak bawa mereka? Pemilik Kuil Suci
berasal dari Suku Wahan.”
“Aku tak tahu saat itu. Ada huru-hara di
Doldambul. Kulihat Suku Wahan kabur dari sana. Dia cemas mereka mungkin tewas saat
dengar ada huru-hara. Namun, kubilang kulihat mereka kabur...”
“Karena itu dia menangis?”
“Ya.”
Saya untungnya percaya dan tidak bertanya
lebih lanjut lagi. Dia bahkan langsung pergi dari kediaman Seucheon. Mungtae
pun mengikutinya.
Saya mulai menyusun pecahan informasi yang ada.
Chaeeun memerintahkan Seucheon ke Doldambul bahkan sebelum Tanya menjadi
Pendeta Tinggi. Dan dari ucapan Kitoha dan Yeonbal yang tidak sengaja di
dengarnya, di Doldambul ada Igutu yang berwajah mirip sepertinya.
--
Yeonbal menemui Saya sesuai perintah Tagon.
Yeonbal masih saja takjub karena Saya benar-benar mirip seperti Igutu di
Doldambul. Saya akhirnya tidak tahan lagi dan bertanya apa yang Yeonbal
pikirkan saat menatapnya? Dia memerintahkan Yeonbal untuk berterus terang,
kapan pertama kali Yeonbal melihatnya?
“Ya, itu kali pertamamu melihatku, 'kan? Kau
pikir aku mirip dengan Igutu itu?”
“Igutu apa?” tanya Yeonbal balik,
berpura-pura bodoh.
“Katamu aku mirip Igutu yang kau temui di
Doldambul di depan ruang tunggu Istana Serikat.”
Saya kemudian teringat saat pertama kali Tanya
melihat-nya, Tanya tampak terkejut dan bertanya, “Siapa kau?” (episode 06)
Dan karena itu, dia langsung bertanya
mengenai dujeumsaeng pembunuh Sanung, Eunseom dari suku Wahan. Dia meminta
Yeonbal menceritakan bagaimana Eunseom tertangkap dan mati? (Dia terpikir,
karena kan Tanya waktu itu menangis dan memberontak saat tahu Eunseom tertangkap
dan dibunuh). Yeonbal dengan jujur memberitahu bahwa orang yang di lempar ke
dalam air mendidih bukanlah Eunseom, tapi dia yakin kalau Eunseom sudah
meninggal. Jasadnya tidak di temukan. Tapi, Eunseom tertikam dan jatuh ke
sungai.
Saya lanjut tanya, siapa yang menikam-nya? Apakah
Mubaek? Yeonbal membenarkan bahwa Mubaek yang mengejar Eunseom dan itulah yang
terjadi.
“Itu mungkin terjadi saat tak ada yang lihat.
Kau hanya dengar dari Mubaek. Benar?”
Saya kembali teringat pembicaraan Mubaek dan
Tanya yang tanpa sengaja di dengarnya. Mengenai dirinya adalah cermin dan
Mubaek langsung mengetahuinya saat melihatnya.
--
Eunseom tampak memikirkan sesuatu. Ipsaeng dapat
menebak kalau Eunseom khawatir pada Ketua klan lain tidak akan datang ke
pertemuan?
“Pertemuan itu... Mereka wajib datang, 'kan? Pasti
datang, 'kan?”
“Harus datang. Namun, lama sekali sejak
pertemuan terakhir. Ketua Klan Tae sulit diajak kerja sama. Itu mencemaskanku,”
ujar Ipsaeng.
--
Apdok tampak kesal saat tahu kalau pertemua akan di adakan di tanah klan Myo. Taemaja berusaha membujuk Apdok untuk datang untuk melihat apakah Eunseom benar adalah Inaishingi. Apdok malah menggerutu kenapa pula Dachi harus selamat dari Doldambul dan bilang Inaishingi kembali? Harusnya Dachi membalas dendam dengan menjual suku klan Myo. Dia tidak akan hadir di pertemuan! Klan Myo tidak punya otoritas untuk mengatur klan Tae!
Di luar ruangan Apdok, Dachi sedang menceritakan
mengenai pesan Eunseom yang adalah Inaishingi. Semua anggota suku klan Tae
sangat bersemangat mendengarnya.
Saat itu, Apdok keluar dengan marah-marah. Dia
tidak mau datang ke pertemuan. Dia tidak mau di perintah oleh klan Myo. Semua rakyat
klan Tae langsung memohon padanya untuk datang. Apdok terus berkeras tidak akan
datang. Baginya, warga Klan Myo semuanya bohong!
“Pak, jika mereka sungguh berbohong, itu
menambah alasanmu untuk pergi,” ujar Suhana.
“Apa maksudmu? Kenapa pergi jika itu bohong?”
“Dengan matamu yang dalam dan murni, kau
harus menguji kejujuran mereka, buktikan mereka mencoba menipu kita. Kedua,
semua orang yakin kau pemimpin yang murah hati yang menerima pendapat dan
keinginan rakyatmu. Jika kau beri yang mereka dambakan, itu menambah
kepercayaan mereka padamu,” jelas Suhana dengan kata-kata yang menyenangkan
Apdok.
--
Kuil Agung mulai membagikan makanan untuk budak
anak-anak. Tanya bahkan turun tangan untuk membagikan makanan untuk mereka
semua. Saat itu, seorang anak dengan takut bertanya, apakah dia bisa minta
tambah? Tanya pun memberikan makanan lagi ke piring anak itu. Tanya kemudian
bertanya, dimana orang tua anak itu? Kenapa bisa menjadi budak?
“Orang tuaku tewas saat Arthdal menyerang
suku kami. Aku ditangkap saat itu. Namun, Niruha... Apa aku harus jadi budak
sampai aku mati?” tanya anak itu dengan sedih dan takut-takut. “Ibuku dulu
musikus. Aku tak boleh jadi yang lain selain jadi budak?”
Saat
kecil, Tanya pernah bertanya pada ibu Choseol (Kepala Suku Wahan, ibu Tanya. Yang
meninggal saat di bawa dari Iark ke Arthdal), apakah dia tidak bisa menjadi
yang lain? Apa dia harus menjadi kepala suku?
Saat
itu, Choseol bisa menjadi apapun yang Tanya suka. Tanya bisa menjadi kepala
suku dan juga pemburu seperti Urumi yang ahli melempar batu, atau menjadi orang
terampil seperti Yeolson dan memberi kelimpahan pada suku Wahan. Semua terserah
pada Tanya.
End
“Tidak, semua terserah padamu. Kau bisa
menjadi apa pun yang kau mau,” jawab Tanya pada anak itu dengan lembut, sambil
memegangnya. Jawabannya menarik perhatian anak lain yang sedang makan dan
mengantri makanan.
“Bisa jadi apa pun yang kumau?” tanya anak itu
senang dan juga memastikan.
“Tentu. Kau bisa menjadi apa pun.”
“Lebih dari seratus.”
Saat
itu, ibu Choseol berkata kalau Tanya bisa menjadi lebih dari seratus pilihan
yang Tanya punyai. Ibu Choseol kemudian menunjuk ke langit malam yang bertaburan
bintang. Menurut Tanay, ada berapa bintang di sana? Lebih dari seratus. Dan jika
meninggal setelah menyelesaikan misi, maka kita akan naik ke langit dan menjadi
bintang.
End
“Karena itulah tiap bintang berbeda. Setelah
kau sukses menjadi sesuatu dan berubah jadi bintang setelah meninggal, tak ada
yang tahu kau akan jadi bintang macam apa. Karena pada akhirnya, semua terserah
padamu. Semua terserah pada kalian,” ujar Tanya, pada anak-anak itu.
--
Apdok dalam perjalanan ke tanah klan Myo dengan
mengendarai kuda dan di dampingi oleh Suhana. Tapi, bukan hanya dia yang pergi,
seluruh warga klan Tae mengikutinya dengan berjalan kaki. Apdok sampai heran,
kenapa mereka semua pada ikut? Suhana menjawab kalau mungkin mereka ingin
melihat, apakah Inaishingi sungguh kembali?
--
Mirusol masuk ke ruang rapat dan memberitahu
Pasa, Ipsaeng, Tachugan dan Eunseom kalau para Ketua Klan Sul dan Klan Tae datang.
Tidak hanya Ketua, tapi serombongan besar.
Tachugan juga bingung, kenapa semuanya pada
datang? Eunseom malah menduga, apakah mereka menyembunyikan senjata? Mirusol tidak
sepertinya.
“Ucapanku yang dahulu? Yang mana?” bingung Ipsaeng.
Dan belum Eunseom menjawab, ketua Klan Tae
dan klan Sul sudah masuk ke dalam ruang rapat. Ipsaeng langsung pergi keluar,
setelah memelototi Apdok (ingat yang di katakan Ipsaeng sebelumnya, kalau
pamannya yang membunuh kedua orang tuanya dan menjualnya menjadi budak).
Apdok tertawa mengejek Eunseom yang tidak jelas asal-usulnya, adalah Inaishingi? Pasa menjelaskan kalau Dewa Air Terjun bicara pada Eunseom dan memunculkan Eunseom serta membuatnya memegang sabit. Apdok masih kurang ajar dan bertanya apa yang Inaishingi katakan? Suhana juga tampak kesal dengan sikap Apdok yang kurang ajar.
“Bermurah hati lebih dahulu. Bebaskan klan
lain yang dijual jadi budak di Arthdal dan kembalikan ke keluarganya. Mereka
yang diberkati akan membalas budi dengan selamatkan klan lain. Jika
menentangku, derita menyiksa akan menghampirimu sebelum kau binasa,” ujar
Eunseom, menjawab pertanyaan Apdok.
Mendengar itu, Apdok tidak mau. Klan Sul sudah
menangkap dan menjual 2 keponakannya menjadi budak. Ketua klan Sul tidak terima
dan membalas kalau klan Tae yang memulainya. Mereka saling berdebat dan merasa
kalau apa yang Eunseom katakan tidak mungkin di lakukan. Sepuluh tahun ini,
dendam menumpuk pada semua klan. Dan rapat pun berakhir seperti itu tanpa
kesepakatan. Eunseom tampak memikirkan sesuatu dan tersenyum, dia segera keluar
menyusul Apdok.
Apdok menemui warga klan Tae yang sudah menunggunya dan mengumumkan kalau dengan matanya yang jernih, dia bisa melihat isi hati pria yang mengaku sebagai Inaishingi (Eunseom). Dan setelah dia lihat, dia kecewa. Semua hanya omong kosong! Klan Myo mengarang cerita! Dia tidak pernah percaya dari awal, tapi dia ajak semuanya kemari karena mereka sangat ingin tahu!
Taemaja ragu. Apa benar dia bukan Inaishingi?
Apdok langsung ngamuk karena Maja berani menyela-nya saat dia sedang bicara. Sudah
dia katakan, kalau Eunseom bukan Inaishingi.
Eunseom muncul bersama Pasa, Mirusol, Ipsaeng
dan Tachugan. Dia sudah mendengar kalau Apdok, ketua Klan Tae, memutuskan
dirinya bukan Inaishingi.
“Para saudaraku, ketua kalian putuskan aku
bukan Inaishingi. Dari yang kudengar, seluruh Suku Ago dahulu bersaudara. Permusuhan
ini baru terbentuk satu dekade. Benar?” tanya Eunseom.
“Tidak, omonganku pun tak menyakitkan
telinga. Aku... Aku... tak tahu pasti aku Inaishingi atau bukan,” akui Eunseom.
Dan jelas klan Myo panik dengan apa yang Eunseom katakan. “Benar, aku selamat
dari air terjun. Namun, bagaimana bisa bilang aku Inaishingi padahal aku sendiri
tak yakin?”
“Ya, akhirnya dia bicara jujur. Dia bukan
Inaishingi,” ujar Apdok, senang. Tapi, Dachi meminta Apdok untuk memberikan
kesempatan Eunseom bicara dulu. Mereka mau mendengarnya.
“Namun, jika Inaishingi memilihku, jika kini
dia ada dalam diriku, jika air terjun sudah memunculkan Inaishingi, dan jika
dia sungguh kembali menjadi spirit dalam diriku, ketua Klan Tae akan mati sebelum
matahari terbit besok,” lanjut Eunseom.
“Apa? Berani bicara begitu padaku?” marah
Apdok.
“Jika aku bukan… Jika aku bukan Inaishingi, maka
aku yang akan mati besok. Hanya satu dari kami yang akan melihat langit biru
besok.”
Semua terkejut, termasuk klan Myo, Dalsae dan
Badoru.
--
Setelah klan Tae pergi, Tachugan langsung
memarahi Eunseom. Kalau sampai Tae Apdok tidak mati besok, maka klan Myo akan
tamat. Eunseom bisa kabur, tapi bagaimana dengan mereka, klan Myo?
Pasa juga bingung dan bertanya apa yang
sebenarnya Eunseom pikirkan? Mirusol menyarankan agar mereka membunuh Tae Apdok
saja, lagipula, Apdok hanyalah penghalang mereka. Tachugan memprotes saran bodoh
Mirusol. Klan Tae pasti sudah bersiap menjaga Apdok.
Eunseom hanya berkata kalau mereka hanya
harus menunggu.
--
Eunseom duduk merenung di bawah pohon. Ipsaeng
menemuinya dan bertanya apa yang sebenarnya Eunseom pikirkan? kenapa melakukan
hal itu?
“Kuambil peluangku,” jawab Eunseom.
“Peluang apa?”
“Suku Ago punya 30 klan lebih dan mereka
harus disatukan. Awal yang berat.”
“Itu akan gagal. Jadi, kau kacaukan semua?”
“Aku... mengambil peluang sesuai ucapanmu.”
“Yang mana? Apa yang telah kukatakan?” tanya
Ipsaeng emosi. Perkataan apa yang sudah di katakannya yang dari tadi Eunseom
katakan.
--
Beberapa orang klan Tae berlutut di hadapan Apdok dan memohonnya untuk memikirkannya lagi mengenai Eunseom yang adalah Inaishingi. Apdok tidak suka mendengarnya dan berteriak pada mereka semua. Maja berkata kalau Eunseom adalah harapan bagi suku mereka.
“Maksudmu aku, Tae Apdok, ketua hebat Klan
Tae, tak memberi kalian harapan?” tanyanya penuh kemarahan.
Dachi berkata kalau bukan itu maksudnya. Apdok
tidak mau mendengarnya. Dia berteriak menyuruh Dachi maju dan akan di cambuk sebanyak
50 kali. Dia berteriak agar di bawakan cambuk. Tapi, tidak ada satupun yang
bergerak untuk mengambil cambuk dan memalingkan wajah. Apdok semakin marah karena
Dachi sudah jelas menentangnya.
Nima tidak tahan lagi. Dia bangkit dan
berteriak kalau Dachi tidaklah salah. Dia melihat Inaishingi dalam diri
Eunseom. Dia melewatkan delapan tahun di Gitbadak tanpa punya harapan, namun Eunseom
mengangkatnya dari kegelapan dan menunjukkan langit biru.
Mendengar ucapan itu, Apdok langsung menebas
Nima dengan pedangnya hingga darah Nima terciprat ke wajahnya. Semua terkejut
dengan yang Apdok lakukan. Masih belum puas, Apdok menebas tubuh Nima yang sudah
tidak berdaya, berulang kali. apa masih ada yang berani menyelangnya?!
Semua ketakutan dan tidak berani bicara lagi.
Tidak hanya itu, semua bahkan langsung berlutut di hadapan Apdok.
Tags:
Arthdal Chronicles
Hello☺ sinopsis part terakhir Arthdal di usahakan update besok ya dengan EPILOG nya. Thanks.
ReplyDeleteRegards,
Chunov 🍀
Terima kasih sinopsisnya
ReplyDeleteWah masak sih udh mau end pdhl ceritanya lagi seru2nya n keren endingnya gmn kalau tinggal 1 tayang...
ReplyDelete